Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

Daftar Pustaka

Bottomore, T.B. 2006. Elite dan Masyarakat. Jakarta: Akbar Tandjung Institute Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: P.T. Gamedia

Pustaka Utama

Cahyono, Heru dkk. 2005. Konflik Elit Politik di Pedesaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jayadi Nas, Konflik Elit Di Sulawesi Selatan Analisis Pemerintahan dan

Politik Lokal

Jurdi, Syarifuddin. 2004. Elite Muhammadiyah dan Kekuasaan Politik (Studi tentang tingkah laku politik elite Lokal Muhammadiyah Sesudah Orde Baru). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Koentjaraningrat. 1990. Beberapa pokok Antropologi Sosial. Jakarta: P.T. Dian Rakyat

Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Antropologi II. Jakarta: UI Press

Lexy, J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Rev.ed: Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mashad, Dhurorudin dkk. 2005. Konflik Antarelit Politik Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

McGlynn, Frank & Arthur Tuden (editor). 2000. Pendekatan Antropologi Pada Perilaku Politik. Jakarta: UI Press

S.N. Kartikasari (Penyunting).2000.Mengelola Konflik: Keterampilan & Strategi Untuk Bertindak. Jakarta: The British Council.

Scoot, James C. 1994. The Moral Economy Of The Peasant : Rebellion And Subsistence In Southeast Asia Diterjemahkan Hasan Basari. Jakarta : LP3ES

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Diterjemahkan Oleh: Elisabeth, Misbah Zulfa. Yogjakarta: Tiara Wacana.


(2)

Susan, Novri. 2010. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana

Wahab, Oki Hajiansyah. 2014. Akses, Relasi, dan Konflik Sengkarut Register 45 Pasca-TGPF Kasus Mesuji. Bandar Lampung: Indept Publishing Zuska, Fikarwin. 2008. Relasi Kuasa Antar Pelaku Dalam Kehidupan

Sehari-hari. Medan: FISIP USU PRESS

Jurnal

Nurdin, Bartoven Vivit. “Antara Negara dan Nagari: Kontestasi Elit Lokal Dalam Rekonstruksi Nagari Di Minangkabau Pada Masa Otonom

Daerah”. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. Volume 3, Nomor 7, Juli-Desember 2009

Permana, Yogi Setya. “Kontestasi Abangan-Santri Pasca Orde Baru di Pedesaan

Jawa”. Dalam jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 14, Nomor 1, Juli 2010 (63-82)

Suparlan, Parsudi. “Konflik Sosial dan Alternatif Pemecahannya”. Jurnal Antropologi Indonesia, No.2, Vol.30, 2006

Internet:

Linnas, Khoirunnas. Intruisi Air Laut. Dalam http://geoenviron.blogspot.co.id /2014 /05/intrusi-air-laut.html (di akses 14 maret 2016)

Mano, Deby Hariyanti. Rawat Mangrove, Muliakan Hidup. Dalam

http://www.antaranews .com/berita/508998/rawat-mangrove-muliakan-hidup (di akses 11 Maret 2016)

Pigai, Shenny. Kemiskinan. Dalam http://www.kompasiana.com/shenypigai/ kemiskinan_5518b14781331197669df030 (di akses 12 Maret 2016)


(3)

BAB III

FOKUS/OBJEK KONTESTASI

3.1. Edukasi vs Pantai Romantis

Banyak tempat wisata menawarkan keunggulan tempat wisatanya masing-masing kepada masyarakat luas. Masing-masing-masing pihak pengelola tempat wisata bersaing dengan tempat wisata lainnya untuk menarik pengunjung datang berwisata ke tempatnya. Salah satu objek atau fokus yang di persaingkan yaitu adanya sebuah konsep yang dibuat pengelola untuk tempat wisatanya. Konsep-konsep dibuat pihak pengelola tempat wisata untuk menunjukkan ciri khas dari tempat wisata mereka masing-masing.

Pada saat ini banyak pengunjung wisata akan datang kesebuah tempat wisata karena adanya sebuah konsep yang ditawarkan oleh pengelola tempat wisata, pengunjung memerlukan tempat wisata yang sesuai dengan apa yang dibutuhkannya, seperti wisata yang hanya untuk refreshing semata atau berwisata yang sekaligus mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru. Berikut hasil wawancara dengan pengelola tempat wisata mangrove yaitu Pak Sutrisno:

“zaman sekarang ini dek kalau tempat wisata harus ada konsep yang dibuatnya agar banyak pengunjung yang datang. Kalau macem tempat wisata yang biasa saja gitu pengunjung pun malas datang. Harus ada ciri khasnya lah tempat wisata itu. Kalau disini kami membuat wisata edukasi dek, selain berwisata pengunjung disini pulang juga dapat pengetahuan mangrove,” (hasil wawancara tanggal 23 Maret 2016 dengan ketua kelompok Muara Baimbai).


(4)

Berikut ini juga hasil wawancara dengan pihak pengelola pantai romantis yaitu Pak Iwan:

“Disini dahulu namanya pantai tengah bang. Waktu namanya pantai tengah pegunjung disini sepi kali bang. Karena sepi itu lah kami mulai berbenah mencoba mencari konsep yang banyak pengunjung bakalan datang kesini. Kami mencoba berdiskusi dengan Pak Saiful selaku ketua untuk mencari konsep yang akan menjadi ciri khas tempat wisata ini. Akhirnya kami mencoba membuat konsep romantis dengan banyak hiasan kelambu-kelambu bang,” (hasil wawancara dengan pihak pengelola pantai romantis 05 Juni 2016)

Untuk tempat wisata yang berada di sekitaran Kabupaten Serdang Bedagai terdapat banyak tempat wisata. Tempat wisata yang kebanyakan mengandalkan wilayah pesisirnya ini membuat sebuah konsep yang masing-masing berbeda. Tempat wisata yang khususnya berada di Desa Sei Nagalawan mempunyai konsep yang menjadi ciri khas tempat wisata mereka. Terdapat tempat wisata yang mengandalkan wisata edukasinya, dan terdapat juga tempat wisata yang mengandalkan konsep wisata romantis. Berikut ini uraian tentang persaingan konsep antara dua tempat wisata yang terdapat di wilayah pesisir Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang.

3.1.1. Ekowisata Mangrove Sebagai Media Edukasi

Banyak tempat wisata di Indonesia khususnya yang berada di Sumatera Utara yang menawarkan tempat liburan bagi para masyarakat untuk merefreshkan pikiran dari kegiatan pekerjaan sehari-hari. Masing-masing tempat wisata menawarkan tempat wisatanya dengan berbagai sarana maupun prasarana yang berbeda antara satu tempat wisata dengan tempat wisata lainnya. Untuk di daerah


(5)

Sumatera Utara khusunya tempat wisata yang mengandalkan potensi pesisir banyak dijumpain di sepanjang pesisir pantai timur yang berada di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Di Kecamatan Perbaungan terdapat beberapa tempat wisata seperti ekowisata mangrove kampoeng nipah dan juga pantai Romance Bay yang berada di wilayah Desa Sei Nagalawan.

Wisata mangrove kampung nipah dikelola oleh sebuah kelompok yang sudah berbentuk koperasi bernama Muara Baimbai. Pihak pengelola wisata mangrove kampoeng nipah menawarkan wisata edukasi mangrove. Maksud dari edukasi ialah bagi para pengunjung yang datang ketempat wisata mangrove kampoeng nipah selain mereka menikmati pantai maupun fasilitas yang terdapat di wisata mangrove kampoeng nipah, pengunjung juga dapat diberikan pemahaman tentang pengetahuan mangrove.

Ekowisata mangrove kampoeng nipah menawarkan edukasi perihal pengetahuan tentang mangrove, kelompok, maupun bagaimana pengelolaan wisata yang mereka terapkan. Untuk menunjang program edukasi mangrove, pihak pengelola wisata mangrove kampoeng nipah ini menawarkan guide bagi para pengunjung yang ingin di pandu tentang wisata mangrove kampoeng nipah. Selain guide yang ditawarkan untuk menawarkan edukasi wisata mangrove pihak pengelola juga menawarkan program menanam pohon mangrove bagi pengunjung yang ingin merasakan menanam mangrove sendiri di daerah yang sudah disiapkan pihak pengelola.


(6)

Gambar 3.1. Pintu Masuk Tracking Wisata Mangrove Kampoeng Nipah Sumber: Dokumen Pribadi

a. Pemandu Wisata (Guide)

Untuk meningkatkan kunjungan pengunjung ke ekowisata mangrove kampoeng nipah, pihak pengelola wisata menawarkan guide untuk menjelaskan segala macem hal yang terkait dengan pengelolaan mangrove baik dari sejarahnya sampai sekarang. Bagi pengunjung yang ingin mengerti sejarah mangrove, sejarah kelompok, apa-apa saja yang dilakukan dalam pengelolaan wisata mangrove dapat meminta kepada pihak pengelola seorang guide yang dapat memandunya.

Setiap laki-laki yang berada dalam pihak pengelolaan dibekalin kecakapan dalam berbicara kepada pengunjung untuk memandu maupun menjelaskan


(7)

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata mangrove kampoeng nipah. Para laki-laki dalam kelompok muara baimbai dilatih untuk bagaimana menerima tamu pengunjung yang baik, menyervis pengunjung, dan berbagai pelatihan yang bertujuan untuk membuat para pengunjung merasa puas setelah mengunjungin tempat wisata mangrove kampoeng nipah ini.

Kelompok muara baimbai yang beranggotakan lebih dari 50 orang saat ini sudah mempunyai sebuah modul untuk pelatihan tentang bagaimana menjadi guide ataupun pengelolaan yang baik. Modul dibuat oleh kelompok agar mempermudah mereka dalam menyatukan persepsi atau pengetahuan-pengetahuan apa saja yang terkait dengan wisata mangrove kampoeng nipah. Menyatukan pengetahuan ini dilakukan agar tidak ada informasi yang dapat membingungkan bagi para pengunjung karena setiap guide berbeda dalam menyampaikan informasi yang diberikan. Dengan hal itu kelompokpun berinisiatif membuat sebuah modul sehingga semua informasi yang diberikan akan sama persisi antara satu guide dengan guide lainnya. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan ketua kelompok muara baimbai yakni Pak Tris:

“Dalam menyampaikan informasi sebelum adanya modul setiap guide berbeda dek dalam memberikan informasi, kalau gitukan pengunjung jadi bingung sedangkan kalau misalnya sejarah kelompokkan gak boleh berbeda-beda informasinya. Jadi kami membuat modul untuk menyamakan pengetahuan kami dek” (Hasil wawancara dengan ketua kelompok muara baimbai Pak Tris tanggal 23 Maret 2016)

Dengan adanya modul yang dibuat membuat anggota kelompok mudah dalam menyamakan pemikiran yang akhirnya informasi yang diberikan kepada


(8)

para pengunjung yang datang tidak berbeda-beda penyampaiannya antara satu guide dengan guide yang lainnya.

b. Menanam Pohon

Program wisata menanam pohon atau konservasi merupakan program yang dilakukan dengan konsep berwisata sambil menanam. Wisatawan bisa melakukan penanaman bibit mangrove. Bibit yang akan ditanam sudah disediakan oleh pihak pengelola. Satu bibit dihargai Rp.3.000 dan ajir (penyangga bibit) Rp.2.000. Biasanya wisatawan melakukan penanaman secara bersama–sama. Lokasi penanaman juga tersedia dan wisatawan bisa memilih dimana ia akan menanam bibitnya.

Untuk mendukung program tersebut, pihak pengelola melakukan promosi pemasaran dengan menghadirkan Paket-Paket wisata serta bekerja sama dengan agen perjalanan. Sampai saat ini sudah ada beberapa agen perjalanan yang menawarkan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah sebagai salah satu destinasi tujuan wisata salah satunya adalah Pariwisata Sumut. Selain karena konsepnya yang edukatif dan berwawasan lingkungan, ekowisata mangrove juga merupakan hal yang masih jarang ditemukan di Sumatera Utara sehingga masih banyak peminatnya.


(9)

Gambar 3.2. Penulis ikut serta menanam Pohon Mangrove di wisata Mangrove Kampoeng Nipah

Sumber: Dokumen Pribadi c. Wisata Liburan Keluarga

Paket wisata liburan keluarga merupakan Paket wisata yang ditujukan untuk keluarga. Biasanya anak–anak akan datang bersama dengan ayah dan ibunya atau sanak keluarga. Paket ini biasanya selalu ramai saat akhir pekan dimana banyak orang yang ingin menghabiskan waktunya bersama keluarga. Tidak ada harga khusus untuk menikmati Paket wisata keluarga. Disini ditawarkan tempat bersantai yang muat untuk 5-10 orang serta ditawarkan makanan khas laut yang dimasak langsung oleh kelompok Muara Tanjung.

Biasanya wisatawan datang bersama keluarga hanya untuk menghabiskan waktu bersama-sama duduk di pinggir pantai sambil menikmati makanan khas mangrove dan masakan hasil laut. Mereka juga terkadang menghabiskan waktu dengan berkeliling dengan perahu atau bermain air dipantai.


(10)

d. Wisata Diklat

Paket wisata yang satu ini tergolong unik karena ditujukan untuk diklat, seminar, pelatihan dan sejenisnya. Paket wisata ini memanfaatkan aula yang berada di tengah kawasan mangrove untuk mengadakan kegiatan. Paket jenis ini banyak digunakan oleh kelompok mahasiswa dari berbagai universitas di Kota Medan seperti kelompok KeMANGTEER MEDAN (KeSEMAT Mangrove Volunteer/ kelompok relawan mangrove), Himpunan Mahasiswa Islam, FISH Club dan lainnya (Wisnu, 2015).

e. Wisata Camping Ground

Bagi wisatawan yang memiliki jiwa petualang yang ingin menghabiskan malam di kawasan ekowisata mangrove tanpa harus menginap di homestay maupun rumah penduduk, wisatawan bisa menggunakan Paket wisata camping ground. Paket jenis ini bisa dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Untuk menikmati Paket wisata jenis ini wisatawan harus pintar memilih hari yang tepat dimana cuaca cukup bagus dan tidak banyak nyamuk. Bila melakukan camping ketika banyak nyamuk maka akan mengganggu kegiatan camping tersebut.

f. Wisata Tour Mangrove

Paket wisata tour mangrove merupakan Paket wisata yang menawarkan pengalaman berkeliling dan menjelajahi hutan mangrove. Untuk mengelilingi hutan mangrove pengunjung bisa menggunakan jalur trecking atau menggunakan


(11)

perahu. Keduanya sama-sama menawarkan pengalaman yang berbeda dengan harga yang sangat bersahabat. Bila menggunakan jalur trecking wisatawan akan berjalan di jembatan yang berada dibawah rimbunan mangrove yang sengaja dibuat sehingga bisa mengetahui kondisi di dalam hutan mangrove tersebut. (Wisnu, 2015).

Gambar 3.3. Salah Satu Jalur Tracking Wisata Mangrove Kampoeng Nipah Sumber: Dokumen Pribadi

g. Wisata Kuliner

Paket wisata kuliner merupakan salah satu Paket yang paling banyak dicari. Kuliner yang ditawarkan adalah kuliner hasil tangkapan nelayan serta produk hasil olahan mangrove. Kuliner akan langsung diolah ditempat oleh kelompok ibu-ibu Muara Tanjung dan wisatawan bisa memilih sendiri produk yang akan diolah. Biasanya kuliner yang paling banyak di pesan adalah cumi


(12)

goreng, kepiting bakau saus tiram, kupang, udang dan menu laut lainnya. (Wisnu, 2015)

3.1.2. Romance Bay (Pantai Romantis)

Maret 2015 tempat wisata pantai romantis resmi dibuka untuk umum. Tempat wisata ini terletak persis di samping tempat wisata mangrove kampoeng nipah. Tempat wisata Romance Bay mengambil konsep sebuah pantai yang bernuansa romantis. Sasaran pengunjung yang ingin diajak untuk ketempat wisata Romance Bay ialah kaum muda-mudi yang membutuhkan sebuah tempat wisata yang menawarkan nuansa romantis sesuai dengan jiwa muda-mudi saat ini.

Konsep pantai romantis diambil oleh pihak pengelola wisata setelah melihat tempat-tempat wisata yang berada di daerah Bali yang sangat terkenal dengan keindahan tempat wisatanya. Sebelum bernama pantai romantis, tempat wisata ini dahulunya bernama pantai tengah dengan fasilitas yang belum seperti saat sekarang ini. Kelompok maju bersama yang mengelola pantai tengah ini melihat pengunjung yang datang ke pantai tengah tidak sebanyak pengunjung di wisata kampoeng nipah. Melihat keberhasilan wisata mangrove kampoeng nipah yang letaknya berada di samping pantai tengah, kelompok maju bersamapun mencoba memutar otak bagaimana membenahi pantai tengah agar mampu bersaing dengan wisata-wisata lainnya yang berada di sepanjang pesisir pantai timur. Sebuah Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) yang bernama Sumatera Woman Foundation melihat pantai tengah memiliki potensial untuk dijadikan sebagai sebuah tempat wisata yang dapat bersaing dengan tempat wisata lainnya.


(13)

LSM SWF akhirnya bekerja sama dengan kelompok Maju Bersama yang diketuai oleh Pak Saiful dengan SWF sebagai investor. Kedua pihak bekerja sama untuk membenahi ulang pantai tengah yang sepi dengan pengujung. Mereka mencoba melihat-lihat tempat wisata yang berada di Bali yang ramai dengan pengunjung wisatanya baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Ketika Pak Saiful jalan-jalan ketempat wisata yang berada di Bali beliau melihat pantai yang memiliki fasilitas gubuk atau pondok maupun sofa yang menggunakan kelambu-kelambu berwarna-warni.

Tempat wisata yang menawarkan konsep kelambu-kelambu tersebut banyak diminati oleh kaum muda-mudi. Setelah pulang ke Medan Pak Saiful menjelaskan apa yang dilihatnya ketika ketempat wisata yang berada di luar Sumatera Utara. Banyak yang dilihat Pak Saiful di luar Medan yang tidak ada di Medan yang kemudian diceritakan atau di bagi kepada kelompok.

Setelah menceritakan apa yang dilihat Pak Saiful di tempat wisata yang berada di luar Medan, kelompok akhirnya berinisiatif untuk membuat tempat wisata yang sama seperti apa yang dilihat Pak Saiful ketika dia berwisata di luar Medan. Kelompok mulai membenahi pantai tengah dengan bantuan kerja sama pihak LSM SWF.

Pantai tengah disulap seketika menjadi sebuah pantai yang masih tamPak baru. Dibuat joglo-joglo maupun gubuk-gubuk yang disekelilingnya ditanami mangrove. Joglo-joglo atau gubuk-gubuk dibuat dengan tambahan hiasan kelambu yang di ikat di kedua sisinya. Di samping itu terdapat beberapa spot


(14)

utnuk para muda-mudi berpoto, dan bisa juga digunakan untuk membuat poto prawedding.

3.2. Biaya masuk

Berkunjung ke tempat wisata pasti dikenakan biaya untuk memasuki arena wisata. Tempat wisata manapun tentu menerapkan biaya masuk bagi pengunjung dengan perhitungan yang sudah diperkirakan. Begitu pula dengan obyek wisata pantai yang ada di Serdang Bedagai. Pantai mangrove dan pantai Romance Bay memberlakukan biaya masuk bagi pengunjungnya. Meskipun mereka sama-sama memberlakukan biaya masuk, namun jumlah yang mereka tawarkan berbeda.

Perbedaan biaya masuk antara wisata mangrove kampoeng nipah dengan wisata pantai romantis terjadi karena adanya perbedaan bonus yang didapat. Bonus disini seperti adanya snack maupun drink yang diberikan sekalian dengan biaya masuk. Untuk lebih rinci berikut saya jelaskan biaya masuk serta fasilitas yang didapatkan dari kedua tempat wisata yakni wisata mangrove kampoeng nipah dan juga wisata pantai romantis atau Romance Bay.

3.2.1. Wisata Mangrove

Wisata mangrove yang mengusung tema alami dengan menonjolkan hutan mangrove yang tumbuh subur di wilayah pantai memberi harga tiket masuk sebesar Rp. 8000. Harga yang mereka berlakukan tersebut tentu bukan sembarangan mereka buat. Untuk bisa menjadi tempat wisata yang diakui oleh


(15)

pihak pemeintah dan juga jajarannya, pihak pengelola pariwisata harus membayar pajak serta meminta izin kepada pihak dinas pariwisata. Pihak dinas pariwisata yang telah memberikan izin mengeluarkan izinnya dengan memberikan persyaratan bahwa pihak pengelola pariwisata terkait mengambil tiket masuk dari dinas pariwisata setempat.

Hal tersebut dilakukan oleh pengelola pariwisata mangrove agar tempat pariwisata mereka legal dan diakui oleh pihak pemerintahan dan jajarannya. Untuk itu mereka membeli tiket masuk ke tempat wisata dari dinas pariwisata. Harga tiket masuk yang diberikan oleh dinas pariwisata adalah Rp.3000/ tiket. Harga tiket yang mereka keluarkan sebesar Rp. 3000 untuk dinas pariwisata tersebut sudah menjadi hak dinas pariwisata sepenuhnya.

Selain itu pengelola harus membayar pajak pariwisata kepada pemerintah dengan membayar Rp.1000 per tiket masuk. Maka dari itu pengelola mengeluarkan modal sebanyak Rp. 4000 untuk satu tiket. Pengelola pariwisata membuat usaha pariwisata tentu saja dengan tujuan untuk memperoleh hasil dan keuntungan. Maka dari itu untuk pembayaran jasa pariwisata mereka memberikan harga tambahan. Dana tambahan tersebutlah yang meruPakan pendapatan bagi pengelola pariwisata.

Pengelola mangrove menambah biaya masuk untuk membayar kerja mereka sebagai pengelola pariwisata sebanyak Rp. 4000. Uang Rp. 4000 tersebut lah yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata mangrove untuk mengelola tempat wisatanya. Bagi pengelola mangrove yang dikelola dengan sistem kelompok, uang Rp. 4000 tersebut masuk ke dalam kas kelompok. Uang tersebut yang


(16)

digunakan untuk memperbaiki sarana dan prasarana wisata maupun menggaji anggota kelompok yang ikut bekerja. Penjelasan mengenai biaya masuk ini saya jelaskan dengan bagan dibawah ini.

A. Fasilitas biaya masuk/bonus

Fasilitas yang didapatkan atau bonus pengunjung dengan membayar uang masuk sebesar Rp. 8000 ke tempat wisata mangrove yaitu:

1. Naik kapal/perahu

Wisata mangrove yang ada di kampung nipah memiliki fasilitas yang cukup unik yaitu kapal. Kapal tersebut digunakan untuk menuju lokasi pantai mangrove. Pengunjung yang tiba di kampung nipah akan berhenti di tempat parkiran yang lumayan jauh dari pantai. Untuk bisa mencapai pantai, ada dua jalur yang bisa digunakan yaitu jalur darat dan jalur air. Jalur darat dilakukan dengan berjalan kaki kira-kira lima sampai sepuluh menit lamanya. Untuk jalur air pengelola pantai menyediakan kapal untuk pengunjung. Kapal yang disediakan pengelola dibebaskan untuk semua pengunjung. Biaya kapal sudah termasuk

Biaya Masuk

(Rp. 8000)

Tiket Dinas pariwisata (Rp. 3000)

Pajak Tempat Pariwisata (Rp. 1000)

Tambahan pihak pengelola (Rp. 4000)


(17)

kedalam biaya masuk. Jadi pengunjung tidak perlu membayar lagi untuk bisa menaiki kapal. Waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk naik kapan kira-kira lima menit lamanya.

Pengelola menyediakan kapal sebagai transportasi ke lokasi pantai dikarenakan wilayah pantai yang dekat dengan muara sungai. Muara sungai yang langsung menuju pantai dimanfaatkan oleh pengelola untuk memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Hingga saat ini sudah ada empat unit kapal yang dimiliki oleh pengelola.

Menggunakan kapal/perahu untuk menuju wisata mangrove kampoeng nipah sangat banyak diminati pengunjung wisata khusunya anak-anak. Banyak pengunjung wisata mangrove kampoeng nipah yang berasal dari sekolah-sekolah dasar. Ketika saya melakukan wawancara di wisata mangrove kampoeng nipah, terdapat banyak anak-anak sekolah dasar yang berasal dari kota Binjai datang ketempat wisata mangrove nipah untuk membuat sebuah acara bersama pihak sekolah dan juga orang tua murid. Anak-anak sekolah dasar tersebut sangat tertarik ketika menaiki perahu/kapal menuju lokasi wisata mangrove. mereka tertawa-tawa ketika naik ke kapal, terdapat juga beberapa anak yang takut untuk menaiki kapal. Anak-anak yang awalnya takut untuk naik kapal/perahu akhirnya mau untuk naik setelah diberi pengarahan oleh orang tua maupun guru supaya untuk tidak takut menaikinya karena banyak yang dapat dilihat ketika di atas kapal.


(18)

2. Bebas mengelilingi lokasi pantai

Lokasi pantai mangrove yang memiliki luas lahan sebesar 5 ha memberikan keleluasaan bagi pengunjung untuk mengelilingi seluruh tempat yang banyak ditumbuhi pohon mangrove berbagai jenis. Wilayah pantai yang dikelilingi dengan pohon-pohon mangrove membuat pantai memiliki nuansa hijau. Pohon-pohon mangrove yang ada dimanfaatkan oleh pengelola untuk memperindah lokasi wisata. Selain itu pengelola juga membuat banyak jembatan-jembatan yang menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berfoto dan menikmati muara sungai serta pantai dengan berjalan dari jembatan yang telah disediakan.

Dengan membayar biaya masuk Rp. 8000 maka pengunjung bisa mendapatkan keindahan pantai dengan pasir putih serta hijaunya pohon mangrove. Pengelola mangrove juga menyediakan pondok-pondok untuk bisa digunakan sebagai tempat istirahat, namun pondok tersebut tidak bisa digunakan secara bebas oleh pengunjung, karena pengelola mengenakan biaya tambahan untuk pondok-pondok tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan saya, banyak pengunjung yang memanfaatkan kerimbunan pohon dengan menggelar tikar yang mereka bawah sendiri. Pengelola tidak melarang pengunjung yang ingin menggelar tikar di area mangrove selama tempat tersebut tidak mengganggau jalan masuk-keluarnya pengunjung dari wisata mangrove kampoeng nipah. B. Biaya tambahan

Fasilitas yang disediakan oleh pengelola pantai mangrove ada beberapa macam, namun tidak semua fasilitas tersebut termasuk kedalam fasilitas yang diberikan dari biaya masuk yang dikeluarkan. Beberapa fasilitas serta Paket-Paket


(19)

yang disediakan oleh pengelola yang memerlukan biaya tambahan adalah sebagai berikut:

1. Pondok-pondok pantai

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada pondok-pondok yang disediakan oleh pengelola pantai. Pondok-pondok dibuat oleh pengelola berada di dekat bibir pantai maupun diwilayah pepohonan hutan mangrove. Untuk semua pondok yang tersedia, biaya yang ditawarkan oleh pengunjung berkisar antara Rp.30.000-Rp.50.000/ pondok. Jumlah pondok yang ada disana lebih dari 20 pondok dengan ukuran berkisar 3x2 meter dan ada juga pondok yang berukuran lebih besar yakni 3x3 meter.

2. Home stay

Pengelola juga menyediakan tempat menginap bagi pengunjung yang ingin menginap di lokasi wisata. Mereka menamai kamar-kamar yang terbuat dari anyaman bambu serta atap tersebut dengan sebutan home stay. Hingga saat ini pengelola menyediakan 6 home stay dengan harga per home stay berkisar antara Rp. 100.000-Rp.200.000 perhari. Di dalam homestay pengelola menyediakan kasur serta bantal dan juga kipas angin.

3. Kamar mandi

Kamar mandi meruPakan tempat yang harus ada disetiap tempat wisata. Kamar mandi yang disediakan oleh pengelola ada 9. Namun pengelola mengenakan biaya kepada pengunjung yang ingin menggunakan kamar mandi.


(20)

Biaya yang kenakan kepada pengunjuung yaitu Rp. 2000 untuk mandi dan buang air besar, serta Rp. 1000 untuk buang air kecil.

4. Paket Makan

Pengelola wisata pantai mangrove memiliki 2 kantin yang sama-sama dikelola oleh pengelola yang sama. Selain pemesanan makanan yang sama seperti kantin pada umumnya, pengelola juga memberikan Paket makan kepada pengunjung. Paket makan yang ditawarkan sangat bervariasi, terdapat Paket makan Rp.35.000 dengan menu 1 porsi yang didalamnya sudah termasuk ikan bakar, nasi, sayur-sayuran, dan juga air mineral. Terdapat juga Paket makan Rp.88.000 perorang dengan menu yang sama dengan tambahan udang, tumis kangkung, dan juga menu seafood lainnya.

5. Prawedding

Maraknya para calon pengantiin yang memanfaatkan tempat wisata pantai mangrove untuk prawedding dimanfaatkan oleh pengelola dengan membuat Paket prawedding. Paket prawedding dihargai sebesar Rp. 200.000. Fasilitas yang ditawarkan adalah home stay dan kamar mandi. Namun biaya prawedding tidak termasuk biaya masuk, maka dari itu pengunjung yang menggunakan Paket prawedding tetap dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 8000/ orang. Selanjutnya mereka dapat memanfaatkan areal pantai mangrove secara keseluruhan untuk dijadikan tempat berpose dalam tema-tema yang mereka inginkan.


(21)

3.2.2. Pantai Romantis (Romance Bay)

Wisata Romance Bay yang letaknya bersebelahan dengan wisata mangrove juga menggunakan biaya masuk bagi pengunjung yang ingin menikmati wisata pantai romance. Biaya yang dikenakan adalah Rp. 35000/ orang. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya di bagian biaya masuk wisata mangrove bahwa ada beberapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya masuk yaitu Rp. 3000 untuk membeli tiket dari dinas pariwisata serta Rp. 1000 untuk membayar pajak tempat wisata. Serta sisanya yaitu Rp. 31000 untuk pengelola. Romance Bay sudah menerapkan biaya masuk sejak awal dibukanya tempat wisata ini yaitu pada maret 2015.

Harga yang relatif mahal untuk biaya masuk tersebut ternyata sudah termasuk beberapa fasilitas yang didapatkan yaitu sebagai berikut:

1. Snack dan soft drink

Pengunjung yang telah membayar biaya masuk sebanyak Rp. 35.000 akan mendapatkan makanan ringan serta minuman dingin dari pengelola. Makanan

Biaya Masuk (Rp. 35.000)

Tambahan pihak pengelola (Rp. 31.000) Pajak Tempat Pariwisata (Rp. 1000)

Tiket Dinas pariwisata (Rp. 3000)


(22)

yang diberikan yaitu taro-taro atau kacang atom, namun terkadang ada pula makanan jenis lain yang diberikan. Minuman yang diberikan yaitu minuman botol seperti sprite, teh botol dan lain-lain. masing-masing pengunjung mendapatkan satu makanan ringan serta satu minuman botol.

2. Parkir dan kamar mandi

Wilayah parkiran yang tidak jauh dari tempat wisata dan pintu masuk juga tidak dipungut biaya oleh pengelola. Hal tersebut sudah termasuk kedalam biaya masuk. Begitu juga dengan kamar mandi, kamar mandi yang terdapat di dalam tempat wisata berjumlah 7 unit yang dibuat memanjang di tengah-tengah objek wisata Romance Bay yang kesemuanya digratiskan kepada semua pengunjung.

3. Pondok-pondok

Pondok-pondok yang disediakan oleh pengelola pantai ramantis ada beberapa macam. Ada yang beralaskan tikar dengan kain-kain kelambu sebagai penghias, ada juga pondok yang dibuat berpanggung. Pondok-pondok tersebut serta semua obyek-obyek untuk berfoto bisa dinikmati secara gratis oleh pengunjung. Biaya yang dimiliki sudah termasuk kedalam biaya masuk tersebut.

4. Paket Makan

Pengelola pantai romantis juga menawarkan Paket makan untuk para pengunjung yang ingin makan seafood di objek wisatapantai romantis. Bagi pengunjung yang ingin menggunakan Paket makan membayar sebesar Rp.88.000


(23)

untuk perorang. Makanan yang didapat pada Paket makan yakni nasi, ikan, udang, kerang, dan juga kepiting yang semuanya bisa dimakan untuk satu porsi.

Untuk hari-hari libur seperti weekand dan juga libur nasioanal, pihak pengelola menyediakan permainan air banana boat. Permainan ini diadakan pengelola setelah bekerja sama dengan pihak yang mempunyai alat permainan tersebut. Biaya yang dikeluarkan pengunjung yang ingin menaiki banana boat yakni berkisar 35 ribu perorang.

Permainan banana boat merupakan permainan yang dilakukan di atas air. Pengunjung menaiki seperti perahu yang berbentuk pisang, kemudian ditarik oleh kapal speedboat dengan kecepatan kencang kearah tengah laut. Setelah pengunjung sampai di tengah laut, pengunjung dapat meminta dijatuhkan dari perahu yang berbentuk pisang dengan kecepatan yang kencang. Pengunjung akan merasakan sensasi terhempas dengan kecepatan tinggi. Tetapi bagi yang takut dapat meminta kepada pengelola untuk hanya menaikinya saja tanpa harus dijatuhkan.

3.3. Failitas

Setiap tempat wisata memiliki fasilitasnya masing-masing. Fasilitas dibangun pihak pengelola wisata untuk mendukung kedatangan pengunjung. Masing-masing pengelola berlomba atau bersaing untuk meningkatkan fasilitas yang sudah mereka buat. Fasilitas yang bagus membuat banyak pengunjung akan datang ketempat wisatanya.


(24)

Persaingan dalam meningkatkan fasilitas wisata sangat baik untuk kemajuan tempat wisata, hal ini karena masing-masing tempat wisata akan terus berinovasi dan memunculkan ide-ide kreatif yang dapat menarik minat masyarakat luas untuk datang berwisata. Berikut ini fasilitas yang dimiliki masing-masing oleh tempat wisata pantai romantis dan wisata mangrove Kampoeng Nipah.

3.3.1. Ekowisata Mangrove A. Pondok

Pihak pengelola tempat wisata mangrove menyediakan pondok-pondok bagi pengunjung wisata yang ingin duduk bersantai sambil melihat pantai, hutan mangrove, berbincang-bincang, dan juga sebagai tempat untuk menyantap makanan. Pondok dibuat berbeagai ukuran, terdapat berukuran 2x2 dan ada juga pondok yang berukuran 3x3. Di sini pengunjung bebas untuk memilih pondok yang mana saja untuk mereka tempati. Untuk pondok di wisata mangrove kampoeng nipah dibuat dengan menggunakan kayu sedangkan atapnya dibuat dari beberapa lapis yakni daun rumbia, ijuk, dan juga seng.


(25)

Gambar 3.4. Pondok-pondok di Wisata Mangrove Kampoeng Nipah Sumber: Internet

B. Penginapan (Homestay)

Untuk pengunjung wisata mangrove kampoeng nipah yang ingin bermalam di tempat wisata ini terdapat beberapa penginapan yang disediakan. Ada beberapa homestay yang siap dihuni dengan ukuran dan fasilitas yang ditawarkan. Pengunjung tinggal memilih untuk bermalam di homestay yang mempunyai satu kamar atau dua kamar dengan fasilitas didalamnya listrik, lampu, kipas angin, dan juga tempat tidur dengan kamar mandi berada di belakang homestay.

Sementara untuk pengunjung yang ingin mengadakan kegiatan seperti Praktek Kerja Lapangan, Penelitian, maupun kegiatan lainnya dengan jumlah yang banyak dapat tinggal bersama masyarakat yang tergabung dalam pengelola tempat wisata. Pengunjung akan ditempati di masing-masing rumah penduduk. Kegiatan seperti itu menambah keseruhan pengunjung untuk mengetahui


(26)

kehidupan masyarakat yang tergabung dalam kelompok pengelola wisata mangrove.

Gambar 3.5. Salah satu Penginapan (Homestay) yang Terdapat di Wisata Mangrove Kampoeng Nipah

Sumber: Internet C. Aula

Bagi pengunjung yang ingin mengadakan sebuah kegiatan dan memerlukan tempat yang luas untuk orang banyak, pihak pengelola tempat wisata mangrove menyediakan sebuah aula yang dapat sebagai tempat untuk mengadakan sebuah acara. Aula dibangun pihak pengelola di tengah-tengah lokasi wisata mangrove. Aula yang dibangun dapat menampung 20-30 orang. Di aula biasanya digunakan untuk diskusi dan seminar. Banyak mahasiswa yang menggunakan aula untuk mengadakan sebuah kegiatan.

Aula yang dibangun dengan ukuran sekitar 10x5 meter dengan lantai keramik dan atapnya menggunakan seng. Untuk sisi-sisi dindingnya dikelilingi


(27)

oleh hutan mangrove. Dan posisinya yang sangat strategis membuat banyak pengunjung yang beristirahat maupun membuat kegiatan di aula.

D. Hutan Mangrove

Wisata mangrove kampung nipah tentu memiliki hutan mangrove yang sungguh indah. Ditempat wisata ini terdapat pohon-pohon mangrove yang besar-besar ukurannya. Pohon mangrove di sini sudah di tanam sejak tahun 90-an sehingga dapat dilihat pada saat ini ukuran pohon mangrove dapat mencapai 10 meter. Di samping karena usia pohon mangrove yang sudah tua atau lama, mangrove di ekowisata ini juga terdapat beberapa lahan yang terhindar dari abrasi besar-besaran yang terjadi di wilayah pesisir Desa Sei Nagalawan.

Gambar 3.6. Pohon Mangrove yang Sudah Besar-besar di Wisata Mangrove Kampoeng Nipah


(28)

Hutan mangrove yang besar dan berjajar rapi dimanfaatin oleh pengunjung sebagai latar atau background untuk foto-foto, dan ada sebagian masyarakat baik dari dalam Desa maupun dari luar yang membuat hutan mangrove sebagai konsep foto prawedding. Hutan mangrove yang besar dan berjajar rapi merupakan hasil mangrove yang ditanam oleh kelompok dengan pengetahuan yang mereka dapat dari beberapa pelatihan. Mangrove ditanam dengan jarak tertentu dan juga pengetahuan tentang merawat mangrove.

E. Tempat Shalat

Untuk para pengunjung yang mau melaksanakan ibadah shalat ketika berada di wisata mangrove Kampoeng Nipah dapat menggunakan tempat tempat shalat yang sudah disediakan oleh pihak pengelola. Tempat shalat dibuat pengelola berada di atas tambak kepiting. Disekitaran tempat shalat terdapat pepohonan mangrove yang indah. Tempat shalat dibuat sederhana dengan lantai panggung beralasan papan dan beratap seng dan daun rumbia, sedangkan sisi-sisinya dibiarkan terbuka. Untuk tempat wudhu dibuat pihak pengelola terletak di depan tempat shalat.

F. Resto

Resto merupakan tempat makan yang dibuat pihak pengelola untuk para pengunjung yang ingin memesan makanan. Resto dibuat pengelola karena adanya kebutuhan pengunjung untuk membeli makanan ketika sedang menikmati tempat wisata. Resto dibuat pihak pengelola cukup besar karena didalamnya terdapat


(29)

bangku-bangku dan meja untuk tempat pengunjung makan, serta memasak makanan juga di dapur yang berada dalam resto. Resto dibuat seperti bangunan rumah makan biasa yakni dengan lantai semen halus, tiang menggunakan kayu yang besar serta dengan atap seng.

3.3.2. Pantai Romantis

A. Spot-spot atau Tempat Foto

Disetiap tempat wisata tentu pihak pengelola akan menyiapkan sebuah tempat yang dapat dipergunakan pengunjung untuk mengambil poto. Terkadang ada tempat wisata yang sudah mendesain sedemikian rupa tempat wisata yang dikelolah untuk mereka yang ingin membuat poto prawedding.

Tempat untuk pengambilan poto prawedding disiapkan pihak pengelelola wisata Romance Bay atau pantai romantis untuk menarik pengunjung yang ingin menyiapkan resepsi pernikahannya. Di samping untuk tempat berfoto prawedding, pihak pengelola menyiapkan view bagi mereka yang ingin berfoto biasa bersama teman, sahabat, pacar, maupun keluarga.

Pihak pengelola membuat berbagai view untuk dapat menjadi tempat berfoto karena melihat dengan kemajuan teknologi yang sekarang seseorang dapat langsung mengabarin keberadaannya kepada orang lain di luar sana melalui kecanggihan teknologi. Dengan kejadian adanya kemajuan teknologi, informasi dapat dengan cepat menyebar ke orang lain dan membuat orang lain tau akan keberadaan tempat wisata. Dengan tidak langsung kemajuan teknologi dan adanya view untuk mereka berfoto membuat pihak pengelola Romance Bay atau pantai


(30)

romantis mendapatkan pemasaran yang gratis karena pengunjung yang sudah mengupload atau mengunggah foto ketika berada di tempat wisata.

Gambar 3.7. Beberapa Tempat Untuk Berpoto Pengunjung di Wisata Romance Bay (Pantai Romantis)

Sumber: Dokumen Pribadi dan Internet

B. Pondok-pondok Berkelambu

Disetiap tempat wisata khususnya yang mengandalkan wisata pesisir atau pantai tentu terdapat pondok untuk para pengunjung duduk-duduk bersantai sambil menikmati pantai. Pondok dibuat untuk para pengunjung yang datang dan ingin beristirahat. Banyak pondok ditempat wisata dibuat oleh pihak pengelola seadanya saja, maksudnya yakni pondok hanya dibuat seperti biasa tanpa ada menambah konsep-konsep yang dapat membuat pengunjung terasa tertarik.


(31)

Di Romance Bay atau pantai romantis pihak pengelola wisata membuat pondok-pondok untuk pengunjung beristarahat lain dengan pondok-pondok yang terdapat ditempat wisata lainnya. Kalau ditempat wisata yang lain pondok-pondok hanya dibuat seperti biasa saja yakni pondok dibuat berdampingan antara satu pondok dengan pondok yang lain dan dibuat sejajar di sepanjang pesisir pantai, untuk alas yang beralaskan kayu di gelar tikar anyaman yang dibuat dari tumbuhan purun.

Untuk tempat wisata Romance Bay atau pantai romantis pondok-pondok yang dibuat oleh pengelola dibuat sedemikian menarik yang dapat membuat para pengunjung nyaman untuk menempatinya. Pondok-pondok dibuat tidak berdampingan antara satu pondok dengan pondok lainnya, terdapat jarak antara pondok yang membuat kenyamanan untuk para pengunjung. Pengunjung dapat memilih sendiri dimana pondok yang mau ditempatinya lain dengan tempat wisata lain yang setiap pondok pengelolanya berbeda sehingga tidak dapat sembarangan tempat ditempatin.

Pondok-pondok yang dibuat di Romance Bay atau pantai romantis sangat unik dibuat karena adanya kelambu yang dipasang di masing-masing sisi pondok. Kelambu yang dipasang membuat nuansa romantis ditempat wisata. Kelambu-kelambu dipasang pihak pengelola karena melihat hal yang sama terdapat ditempat wisata yang terdapat di Bali. Kelambu-kelambu yang terpasang di pondok-pondok tiap 1-3 bulan diganti dengan yang baru. Pergantian kelambu ini dilakukan karena bahan kelambu yang terpasang di pondok-pondok mudah


(32)

hancur, hancurnya kelambu ini dikarena faktor cuaca yang terkadang hujan dan panas yang akhirnya membuat kelambu mnenjadi rapuh dan mudah koyak.

Pondok-pondok di Romance Bay atau pantai romantis juga menyediakan seperti alas tempat tidur yang terdapat di pondok-pondoknya. Banyaknya variasi ini membuat pondok-pondok di wisata Romance Bay atau pantai romantis sangat banyak diminati oleh masyarakat khususnya anak-anak muda.

Gambar 3.8. Pondok-pondok Berkelambu di Wisata Romance Bay (Pantai Romantis)

Sumber: Dokumen Pribadi

C. Resto

Sama halnya dengan resto yang dibuat di wisata mangrove Kampoeng Nipah, resto di wisata pantai romantis juga dibangun oleh pihak pengelola. Resto dibangun untuk mendukung kunjungan pengunjung ketempat wisata pantai


(33)

romantis. Kebutuhan makan manusia membuat rumah makan atau resto harus ada dibangun di sebuah tempat wisata. Resto yang dibangun di wisata pantai romantis dapat dikatakan besar. Sama seperti resto di wisata mangrove Kampoeng Nipah, resto di pantai romantis berlantai semen halus dengan atap seng, sedangkan sisi-sisinya dibiarkan terbuka sehinggan dapat melihat tempat wisata.

D. Pohon Mangrove

Fasilitas yang masing-masing kelompok miliki salah satunya yaitu adanya pohon mangrove. Pohon mangrove di wisata pantai romantis masih berumur satu tahun dengan ukuran tinggi mangrove masih berkisar 1 meter. Mangrove di wisata pantai romantis dahulunya di tanam sama seperti mangrove yang terdapat diwisata mangrove Kampoeng Nipah, tetapi pada tahun 2000-an awal terjadi abrasi31 besar yang merusak hutang mangrove kurang lebih 2 ha di area wisata Pantai Tengah (sekarang berganti nama menjadi Pantai Romantis). Abrasi yang terjadi merusak tanaman mangrove yang sudah tumbuh besar dan merubah permukaan pesisir.

Untuk sekarang pihak pengelola wisata pantai romantis lagi berusaha kembali menanam mangrove yang dahulunya rusak karena terjadi abrasi. Penanaman dilakukan di area-area yang kosong sejak tahun 2015. Pihak pengelola mengakui mangrove yang terdapat diwilayah wisatanya tidak sebagus yang berada diwisata mangrove Kampoeng Nipah, namun pengelola berusaha untuk menanam kembali dan merawat mangrove hingga tumbuh besar dan menjadi

31


(34)

salah satu icon tempat wisata pantai romantis. Berikut ini gambar tanaman mangrove yang terdapat di wisata Romance Bay.

Gambar 3.9. Tanaman Mangrove di wisata Romance Bay Sumber: Dokumen Pribadi

Pada gambar di atas dapat terlihat bagaimana mangrove yang berada di wisata Romance Bay. Tanaman mangrove masih belum terlalu besar dengan umru 1 tahun dan tinggi masih mencapai 1 meter.

3.4. Ruang lain yang bersinggungan dengan Kontestasi

Selain adanya kontestasi atau persaingan yang terjadi pada pengelolaan tempat wisata, persaingan juga terjadi dirana politik yakni dalam pemilihan kepala Desa. Pemilihan kepala Desa di Sei Nagalawan menjadi tempat persaingan diantara kedua kelompok,. masing-masing kelompok mempunyai kandidatnya


(35)

sendiri. Persaingan terjadi untuk mendapatkan kedudukan atau posisi dalam pemerintahan Desa. Berikut penjelasan mengenai bagaimana persaingan terjadi dalam pemilihan Kepala Desa.

A. Pemilihan Kepala Desa Sebagai Arena Kontestasi

Pemilihan kepala Desa Sei Nagalawan merupakan salah satu arena atau kancah sosial yang didalamnya terdapat potensi persaingan untuk mendapatkan posisi-posisi tertentu. Pengertian istilah „kancah sosial‟ ini dapat dirujuk seperti

yang dikatakan oleh Pierrre Bourdieu dengan „field of forces’, suatu bidang yang dinamis yang di dalamnya terdapat berbagai potensi, dan juga suatu bidang yang di dalamnya ada perjuangan untuk mendapatkan posisi-posisi. Oleh sebab itu istilah fields atau kancah ini lebih tertuju untuk mengidentifikasi area-area perjuangan, yang di dalamnya terdapat strategi-strategi yang diambil oleh para pelaku untuk mendapatkan posisi yang ada di sana (Zuska, 2008).

Dalam pemilihan kepala Desa Sei Nagalawan untuk dua periode terakhir yang bersaing ketat ialah Pak Tris dan juga Pak Jaffar Siddiq. Dari kedua tokoh ini dapat dikatakan mewakili dua kelompok yang saat ini sedang bersaing dalam pengelolaan hutan mangrove menjadi tempat wisata. Pak Tris dari kelompok Muara Baimbai, sedangkan Pak Jaffar Siddiq dari kelompok Maju Bersama. Kedua tokoh bersaing dalam pemilihan kepala Desa Sei Nagalawan untuk mendapatkan posisi sebagai kepala Desa Sei Nagalawan. Posisi kepala Desa diperjuangkan untuk bisa didapat karena kepala Desa merupakan posisi pemerntahan tertinggi di Desa Sei Nagalawan. Dengan mendapatkan posisi


(36)

tertinggi tentu setiap kelompok yang menang akan lebih muda dalam mengurus segala administrasi yang memerlukan tanda tangan kepala Desa. Tetapi bagi kelompok yang kalah, mengurus administrasi dalam pengelolaan wisata maupun urusan lain tidak dapat semudah kelompok yang menang, seperti proses yang lama bahkan tidak mau menandatangani berkas.

Pak Tris yang didukung oleh kelompok Muara Baimbai dan sebagian besar masyarakat Desa Sei Nagalawan sudah semaksimal mungkin berusaha dalam proses pemilihan kepala Desa agar dapat terpilih. Dengan kemampuan yang dimilikinya seperti pengetahuan tentang pengorganisasian, kepemimpinan, orang yang aktif, dan pengetahuannya yang luas, Pak Tris digadang-gadang akan menang dalam pemilihan kepala Desa Sei Nagalawan. Tetapi semua yang sudah direncanakan dan diperkirakan hilang setelah pengumuman bahwasannya yang menang dalam pemilihan kepala Desa Sei Nagalawan ialah Pak Jaffar Siddiq yang didukung oleh Pak Saiful dari kelompok Maju Bersama. Untuk kelompok Maju Bersama masalah finansial sangat kuat karena Pak Saiful selaku ketua kelompok dan juga ketua pengelola wisata pantai romantis juga memiliki usaha di luar diantaranya kontraktor. Di samping itu Pak Saiful juga merupakan salah satu tokoh Pemuda Pancasila di Kecamatan Perbaungan. Berikut hasil wawancara dengan Pak Saini:

Kami sudah perkirakan lah Pak Tris yang menang, karena sebelum pemilihan banyak masyarakat Desa Sei Nagalawan yang berharap beliau menang dalam pemilihan kepala Desa. Tetapi ketikan hari hal dan pengumuman semua itu hilang karena yang menang Jaffar Siddiq. Untuk finansial mereka sangat kuat. Suara pun bisa dibeli, kalau pak Tris sendirikan berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya saja, kalau


(37)

finansial ya gak kuat seperti merekalah. (Tanggal wawancara 28 April 2016)

Persaingan untuk memperebutkan kepala Desa Sei Nagalawan diantara kedua kelompok terjadi dalam dua periode terakhir pilkades. Dalam dua periode pemilihan kepala Desa, Pak Jaffar Siddiq terpilih dua kali untuk menduduki posisi sebagai kepala Desa Sei Nagalawan. Banyak kendala yang dihadapi kelompok Muara Baimbai dalam mengurus administrasi ke kantor kepala Desa. Seperti ketika memerlukan tanda tangan kepala Desa Sei Nagalawan untuk mendapat sebuah bantuan dari LSMNGO maupun dari pemerintah. Bahkan bantuan yang seharusnya ke kelompok Muara Baimbai bisa dialihkan ke kelompok Maju Bersama. Berikut hasil wawancara dengan salah satu anggota kelompok Muara Baimbai yakni Pak Yani:

“Waktu kami mau minta tanda tangan Pak Kades untuk proposal bantuan mesin kapal itu kami diperlama, padahal tanda tangan saja dia gak mau. Eh gak taunya beberapa setelah hari itu kami dengar bantuannya sudah diterima sama kelompok mereka, ya kami pasrah sajalah dek” (Hasil wawancara tanggal 28 April 2016)

Persaingan dalam pemilihan Kepala Desa terjadi dalam 2 periode terakhir. Walaupun calon Kepala Desa tidak hanya dari dua kelompok yang bersaing, tetapi dalam prakteknya kedua wakil dari kelompok ini lah yang bersaing di atas. Untuk 2 periode pemilihan Pak Sutrisno selaku wakil dari kelompok Muara Baimbai mengalami kekalahan dalam perhitungan suara, dan yang menang dalam pemilihan Kepala Desa yaitu Pak Jaffar Siddiq.


(38)

BAB IV STRATEGI

4.1. Pembagian Kerja dan Upah Kerja

Tempat wisata Mangrove Kampung Nipah dan wisata Romance Bay sudah termasuk ke dalam usaha. Di dalam usaha tersebut ada pelaku usaha yang menjalankan usaha tersebut sehingga dapat berjalan sebagaimana diharapkan. Pelaku usaha yang ada tentu tidak hanya satu orang, masing-masing pelaku usaha diberi tugas yang mungkin saja berbeda dengan yang lain. Dengan adanya pemberian tugas di dalam sistem pengelolahannya maka dapat dikatakan ada pembagian kerja didalamnya. Hal tersebut juga berlaku bagi tempat wisata Mangrove Kampung Nipah, serta wisata Romance Bay. Kedua tempat usaha ini memiliki sistem kerja, sistem pembagian kerja serta sistem penggajian yang berbeda pula. Bagaimana pembagian kerja kedua tempat usaha tersebut akan saya jelaskan sebagai berikut:

4.1.1. Pengelola Pantai Romantis

Wisata Romance Bay diatur serta dikelola oleh perseorangan, tempat wisata mangrove ini merupakan milik pribadi. Pemilik tempat usaha ini adalah Pak Saipul. Pak Saipul yang merupakan orang yang aktif dikehidupan organisasi memberi kepercayaan kepada Pak Awang untuk mengurus administrasi serta segala keperluan dari tempat wisata tersebut. Karena tempat usaha ini dimiliki


(39)

oleh pak Saipul yang menjadi pihak yang membangun Romance Bay ini maka segala sesuatunya diatur dan dikendalikan oleh pak Saipul.

Siapa-siapa yang bekerja di tempat wisata Romance Bay ini juga ditentukan oleh pak Saipul, namun dalam pelaksanaannya pak Saipul diwakili oleh Pak Awang . Pak Awang sendiri memiliki 54 pegawai, sebagian besar merupakan warga Desa, sementara lainnya merupakan warga yang berasal dari luar Desa.

Meskipun dalam sejarah pembentukan Romance Bay ini dibantu oleh kelompok maju bersama yang diketuai pula oleh Pak Saipul, namun yang memegang kendali pengaturan serta pengelolaan adalah Pak Saipul. Dalam menentukan siapa yang bekerja di Romance Bay juga ditentukan oleh Pak Saipul serta Pak Awang. Pak Awang mengatakan orang yang bekerja di sana adalah anggota kelompok maju bersama juga, meskipun ada beberapa yang bukan kelompok karena memerlukan skill khusus seperti bagian administrasi. Namun mereka masih memberdayakan orang yang ada di kelompok Maju Bersama tersebut.

Pembagian kerja yang dilakukan oleh mereka diatur oleh Pak Awang selaku orang yang dipercaya oleh pak Saipul. Karena pekerjaan yang dilakukan tidak memerlukan kemampuan khusus, maka pak Awang memberikan pembagian pekerjaan secara acak. Hal yang diutamakan adalah pekerjaan yang harus diselesaikan sudah ada yang menanggungjawabi sehingga tidak terbengkalai. Namun pembagian pekerjaan bagi pria dan wanita juga diperhatikan. Para pria diberikan pekerjaan yang memang pantas dilakukan oleh pria seperti menjadi tukang parkir, merawat mangrove, serta membuat pondok-pondok. Sementara


(40)

wanita tugasnya adalah memasak, merapikan pondok sekaligus membersihkan serta menjaga kerapian dari pondok-pondok yang ada.

Gaji yang diberikan oleh pekerja diatur oleh pihak pengelola. Pekerja digaji perbulan kerja, bukan seberapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan. Selama satu bulan mereka digaji sebanyak Rp. 900.000/orang. Namun ketika hari besar mereka mendapatkan gaji lebih atau bisa disebut sebagai bonus kerja. Bonus kerja tidak ditetapkan jumlahnya, hal tersebut tergantung kepada keuntungan yang diperoleh pengelola.

4.1.2. Pengelola Ekowisata Mangrove

Pembagian kerja yang diberlakukan oleh pengelolah pantai mangrove ini berbeda dengan yang diberlakukan oleh Romance Bay.Pengelolah pantai mangrove dari awal pembentukan hingga saat ini dikendalikan oleh kelompok Muara Baimbai. Struktur kelompok Muara Baimbai yang terdiri dari ketua serta anggota membuat ada pihak-pihak tertentu yang diberikan wewenang untuk mengatur pihak lainnya. Namun demikian mengatur yang terjadi di kelompok ini bukan didasarkan kepada hubungan bos dan pekerjanya, melainkan ada musyawarah diantara mereka untuk sistem pengaturannya.

Ketua kelompok ini adalah Pak Tris untuk kelompok laki-laki dan Buk Jum untuk kelompok perempuan. Merekalah yang menjadi pengkoordinir para anggota untuk menjalankan tugas-tugas dari tempat wisata pantai mangrove ini. Pembagian kerja mereka dilakukan melalui musyawarah didalam rapat bulanan. Mereka menentukan sendiri dimana mereka ingin bekerja. Hal tersebut dilakukan


(41)

supaya tidak ada kesalahpahaman yang terjadi. Apabila yang menentukan pembagian kerja maka bisa saja antara satu anggota dengan anggota lainnya menjadi tidak saling iri dan lain sebagainya.

Sistem penggajian yang diberlakukan oleh mereka juga tidak sama dengan sistem penggajian Romace Bay. Mereka menerapkan sistem pembagian per hari kerja, jika mereka bekerja dari pagi maka sore mereka mendapatkan gaji. Gaji satu orang perhari adalah Rp. 30.000 pada hari biasa, namun pada hari libur atau hari besar gaji mereka per hari bisa mencapai Rp. 50.000. Para pekerja yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang merupakan anggota dari kelompok, maka dari itu banyak dari pekerja yang ada di Pantai Mangrove adalah suami istri. Hal tersebut mempengaruhi dalam sistem pembagian, dimana para pria akan diberi gaji setiap hari setelah bekerja, sementara perempuan akan menabungkan hasil kerjanya dan bisa diambil menjelang lebaran. Namun mereka juga bisa mengambil gaji mereka apabila ada kepentingan mendesak, tetapi karena kelompok memberikan kesempatan bagi anggota kelompok yang sedang dalam kesulitan keuangan untuk bisa meminjam uang kepada kelompok maka jarang ada kejadian para ibu mengambil uang mereka sebelum waktunya. Uang yang mereka pinjam mereka bayar dari hasil kerja mereka yang dipotong berdasarkan jumlah pinjaman mereka.

4.2. Kepemimpinan

Dalam sebuah kelompok terdapat seseorang yang mengorganisir anggota-anggota didalamnya. Jalannya aktivitas kelompok dapat diketahui dari kinerja yang


(42)

dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut. Seorang pemimpin yang baik sangat diperlukan oleh sebuah kelompok demi kemajuan.

Pimpinan32 atau pemimpin dalam suatu masyarakat dapat berupa kedudukan sosial, tetapi juga proses sosial. Kedudukan sosial seorang pemimpin (raja, kepala desa, direktur, ketua, dan lain-lainnya) membawa sejumlah hak dan kewajiban. Seorang pemimpin harus dapat membangkitkan masyarakat atau kesatuan-kesatuan sosial khusus dalam masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial (misalnya dalam perencanaan, pengambilan kepuutusan, pelaksanaan keputusan, pengawasan pelaksanaan, hingga pengawasan akibat pelaksaan).33

Dalam kelompok pengelola tempat wisata juga terdapat seorang pimpinan atau pemimpin yang mengorganisir anggota-anggota didalamnya untuk menjalankan tempat wisata. Pemimpin mengatur strategi bagaimana cara membuat tempat wisata yang mereka jalankan mampu menarik masyarakat banyak untuk datang berkunjung. Masing-masing pemimpin memiliki kriteria sendiri. Kriteria dimaksudkan yaitu bagaimana seorang pemimpin mengatur dalam sebuah kelompok atau disebut gaya kepemimpinan.

Berikut ini akan diuraikan masing-masing pemimpin dalam kelompok pengelola tempat wisata yang terdapat di wilayah Desa Sei Nagalawan. Terdapat 2 tempat wisata yaitu wisata mangrove Kampoeng Nipah dan juga wisata Romance Bay. Terdapat pemimpin masing-masing kelompok yang memiliki gaya kepemimpinan sendiri. Gaya kepemimpinan tersebut dapat menjadi strategi

32

Pimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan seseorang yang menduduki posisi atau jabatan tertinggi dalam sebuah kelompok atau organisasi

33


(43)

bagaimana kelompok dapat membuat tempat wisata yang mereka jalankan menjadi ramai pengunjung. Untuk kelompok Muara Baimbai selaku pengelola tempat wisata mangrove Kampoeng Nipah dipimpin oleh seseorang yang bernama Pak Tris, sedangkan untuk Kelompok Maju Bersama selaku pengelola tempat wisata Romance Bay dipimpin oleh seseorang yang bernama Pak Saiful.

4.2.1. Pak Sutrisno Ketua Kelompok Muara Baimbai (Wisata Mangrove) Pak Sutrisno yang biasanya dipanggil Pak Tris adalah seorang pria yang tinggal dan menetap di Kampung Nipah, sebagai seseorang yang sedari kecil berada di Kampung Nipah ia sudah mengetahui seluk beluk Kampung Nipah serta bagaimana masyarakatnya. Pak Tris memiliki seorang istri bernama Buk Jumiati yang dipanggil Bu Jum merupakan anggota kelompok Muara Baimbai serta pemimpin di kelompok wanita yaitu kelompok Muara Tanjung. Pak Tris memiliki dua orang anak yang kesemuanya adalah wanita. Pak Tris memiliki riwayat pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama, kemudian mengikuti ujian paket C untuk syarat memiliki ijazah sekolah Menengah Atas (SMA), dan sekarang ini karena beliau merasa sangat penting pendidikan baginya, beliau tengah menjalani perkuliahan di Universitas Swasta yang terdapat di daerah Tebing Tinggi.

Pak Tris merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam kelompok Muara Baimbai. Beliau adalah orang yang menggagas berdirinya kelompok Muara Baimbai. Beliau pula lah yang memimpin kelompok Muara Baimbai dari mulai awal terbentuk hingga saat ini. Gaya kepemimpinan yang diberlakukan oleh


(44)

beliau adalah kepemimpinan yang memberikan segala keputusan kepada semua anggota. Beliau mengedepankan demokrasi dalam memimpin kelompok Muara Baimbai. Selain itu Pak Tris juga memiliki inisiatif yang tinggi untuk mengembangkan kelompok. Beliau memiliki ide-ide yang cemerlang untuk mengembangkan kelompok ini, namun beliau juga mengedepankan apa yang menjadi kesepakatan bersama dalam kelompok. Meskipun Pak Tris memiliki ide tetapi tidak diterima oleh anggota kelompok maka beliau tidak egois untuk tetap menjalankan idenya tersebut, namun sebaliknya ia justru menerima opini serta ide-ide dari anggota lain untuk sama-sama dipertimbangkan dan dijalankan apabila sudah disepakati. Sistem yang seperti itu sudah mereka lakukan hingga saat ini.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tempat wisata mangrove dikelola oleh kelompok maka dalam manajemennya juga diketuai serta dipimpin oleh Pak Tris selaku ketua kelompok. Dalam menjalankan wisata mangrove dengan Pak Tris menerapkan sistem yang sama seperti sistem berkelompok, semua didasarkan atas keputusan bersama bukan atas kehendak satu orang saja meskipun beliau adalah pemimpin. Satu hal lagi yang juga diterapkan oleh Pak Tris dalam kelompoknya adalah sistem keterbukaan. Segala hal yang terjadi di kelompok semua harus terbuka dan diketahui oleh semua anggota. Misalnya masalah keuangan, keseluruhan uang yang ada harus diketahui oleh seluruh anggota sehingga tidak ada kesalahpahaman yang terjadi. Apa yang dilakukan oleh anggota kelompok dalam kelompok juga harus diketahui oleh semua, misalnya ada undangan pelatihan untuk anggota, maka semua anggota harus


(45)

mengetahui informasi tersebut, sehingga untuk menentukan siapa yang akan berangkat untuk mengikuti pelatihan tersebut tidak menjadi masalah karena semua tahu informasinya dan juga semua ikut menentukan siapa yang akan dikirim mengikuti pelatihan.

Selain demokratis dan terbuka Pak Tris juga pemimpin yang mengutamakan pengembangan kemampuan para anggotanya.Pak Tris bergabung dan aktif di komunitas lain serta memiliki banyak relasi yang membuat Pak Tris mampu mendapatkan informasi mengenai program-program yang bisa mengembangkan kemampuan para anggotanya terutama dalam kaitannya dengan soft skill mereka. Dalam hal ini selain Pak Tris sering mengirim anggotanya untuk pergi kedaerah lain dalam rangka mengikuti pelatihan namun juga memberikan pelatihan kepada anggotanya di Kampung Nipah dengan mengundang pihak lain yang mampu memberikan pembelajaran kepada anggota kelompok Muara Baimbai ini.

4.2.2. Pak Saiful Ketua Kelompok Maju Bersama (Pantai Romantis)

Pak Saiful merupakan ketua kelompok Maju Bersama yang saat ini mengelola wisata Romance Bay atau Pantai Romantis di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Pak Saiful dahulunya merupakan seorang toke ikan di Desa Sei Nagalawan. Pak Saiful mendapatkan ikan dari para Nelayan yang banyak tinggal di wilayah Desa Sei Nagalawan. setelah mengumpulkan ikan yang dijual para nelayan kemudian Pak Saiful menjualnya ke toke besar.


(46)

Disamping sebagai toke, pak Saiful juga merupakan seorang kontraktor di Kecamatan Perbaungan, beliau memiliki jasa kontruksi yang alamat kantornya berada di Kota Perbaungan. Pak Saiful tinggal di Desa Sei Nagalawan Dusun III, jalan kerumah Pak Saiful sama seperti jalan menuju wisata Mangrove Kampoeng Nipah karena rumah Pak Saiful berbatasan dengan lokasi wisata.

Pak Saiful sangat disegani masyarakat yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Masyarakat segan karena Pak Saiful memiliki kekuatan materi yang lebih dari masyarakat yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Disamping materi yang kuat, Pak Saiful juga aktif di salah satu Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terdapat di wialayah Kecamatan Perbaungan.

Dikelompok Pak Saiful sangat disegani, Pak Saiful biasa di panggil Pak Haji Saiful karena beliau sudah pernah naik haji. Dengan kekuatan materi dan juga aktif di organisasi kepemudaan Pak Saiful mendirikan kelompok Maju Bersana ketika akan menerima bantuan dari pemerintah sekitar tahun 2000-an awal. Dalam memimpin kelompok, Pak Saiful sering berdiskusi dengan anggota tentang apa-apa saja yang dilihatnya ketika sedang jalan-jalan ke luar kota bahkan keluar negeri.

Awal pendirian Romance Bay atau Pantai Romantis sendiri merupakan hasil buah pemikiran Pak Saiful yang melihat konsep-konsep kelambu di wisata-wisata yang terdapat di daerah Bali. Setelah melihatnya kemudian beliau mengajak diskusi anggota kelompok untuk membuatnya di tempat wisata yang mereka kelola. Dibantu dengan pihak investor akhirnya wisata Romance Bay atau Pantai Romantis terbentuk.


(47)

4.3. Strategi Pemasaran Tempat Wisata

Untuk meningkatkan kunjungan pengunjung ketempat wisata, pihak pengelola tentu memerlukan pemasaran yang bagus. Pemasaran dilakukan untuk memperkenalkan tempat wisata yang sudah dibuat. Dengan pemasaran tentu masyarakat luas akan mengetahui keberadaan tempat wisata, dengan begitu tentu masyarakat akan datang berkunjung ketempat wisata tersebut.

Kriteria pengunjung dan banyaknya pengunjung yang datang dapat dilihat dari bagaimana pemasaran dilakukan. Ketika pemasaran dilakukan disektor formal seperti sekolah-sekolah maupun dinas, tentu pengunjung yang datang merupakan murid-murid sekolah, mahasiswa, dan juga pegawai-pegawai pemerintahan. Sementara jika pemasarannya melalui jejaring sosial atau media sosial tentu banyak pengguna sosial yang merupakan anak-anak muda akan mengetahui tempat wisata tersebut, sehingga banyak pengunjung yang datang merupakan anak muda.

Pemasaran dapat dilkukan dimana saja selama itu semua tidak melanggar aturan yang sudah dibuat. Masing-masing pengelola tempat wisata memiliki strategi sendiri dalam memasarkan produknya. Antara satu tempat wisata dengan tempat wisata lainnya memiliki kriteria dalam memasarkan produk jasa wisatanya. Berikut ini uraian singkat tentang bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan masing-masing pihak pengelola dalam meningkatkan pengunjung ketempat wisatanya.


(48)

4.3.1. Pengenalan Tempat Wisata kepada SKPD (Dinas-dinas) dan Sekolah-sekolah Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Mangrove Kampoeng Nipah.

Untuk meningkatkan pengunjung yang datang, sebuah tempat objek wisata memerlukan pemasaran maupun pengenalan tentang objek wisatanya kepada masyarakat luas. Strategi-strategi pemasaran banyak dilakukan pihak pengelola objek wisata untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang seperti pembuatan iklan baik di media cetak maupun media elektronik, iklan-iklan dibuat pengelola untuk menarik supaya masyarakat mau datang ketempat wisatanya.

Persaingan pemasaran terjadi diantara objek wisata dalam memasarkan wisatanya kepada masyarakat luas. Masing-masing objek wisata memiliki strategi pemasaran yang diandalkannya untuk menarik supaya masyarakat luas mau datang. Persaingan terjadi dalam kancah sosial pemasaran produk wisata kepada masyarakat. Masing-masing objek memasarkan keunggulan produk wisatanya yang dibungkus sedemikian menarik. Ekowisata mangrove kampoeng nipah juga dalam menarik pengunjung untuk datang ke objek wisatanya juga melakukan pemasaran atau pengenalan produk kepada masyarakat.

Ekowisata mangrove kampoeng nipah dalam pemasaran objek wisatanya lebih mengarah kepada pengenalan kepada sekolah-sekolah yang ada di sekitaran objek wisata. Pengenalan dilakukan ke sekolah-sekolah yang berada di Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, kota Medan, bahkan sampai ke daerah Binjai. Pengenalan dilakukan dengan mengirimkan profil wisata mangrove kampoeng nipah kepada sekolah. Pihak pengelola memilih pengenalan ke


(49)

sekolah-sekolah karena konsep yang ditawarkan wisata mangrove kampoeng nipah merupakan wisata edukasi, wisata edukasi sangat pas sasaran pemasarannya untuk murid-murid sekolahan.

Banyak sekolah yang sudah membuat acara di wisata mangrove kampoeng nipah. Menurut informan hampir semua sekolah yang berada di kabupaten Serdang Bedagai sudah mengetahui objek wisata kampoeng nipah. Berikut hasil wawancara dengan Pak Iwan:

“....sasaran pengunjung kami disini sekolah-sekolah dek. Soalnya kami disini menawarkan edukasi mangrove, paling disekolah mereka hanya dapat teorinya saja, kalau disini kan mereka bisa tau langsung mangrove itu seperti apa...” (Wawancara tanggal 05 Juni 2016)

Selain sekolah-sekolah yang menjadi sasaran pemasaran wisata mangrove kampoeng nipah, pihak pengelola juga mengenalkan produk wisatanya kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdapat di kabupaten Serdang Bedagai maupun di luar kabupaten. Cara yang dilakukan juga sama yakni dengan mengirimkan proposal tentang wisata mangrove kampoeng nipah. Banyak SKPD atau dinas-dinas baik dari kabupaten Serdang Bedagai maupun dari luar kabupaten yang sudah datang berkunjung ke objek wisata mangrove kampoeng nipah.

SKPD atau dinas-dinas yang datang ke objek wisata kampoeng nipah rata-rata mengadakan wisata diklat yakni pendidikan pelatihan bagi pegawai-pegawainya untuk meningkatkan kinerja mereka. Pihak pengelola ekowisata mangrove kampoeng nipah memilihkan pemasaran ke SKPD-SKPD karena banyak kenalan dari ketua kelompok yakni Pak Tris yang bekerja di dinas-dinas


(50)

yang terdapat di kabupaten Serdang Bedagai. Menurut Pak Tris selaku ketua kelompok, selain menarik dinas-dinas untuk datang ke objek wisata mangrove kampoeng nipah, Pak Tris juga menjaga silaturahmi dengan rekan-rekannya yang berada di dinas. Menurut Pak Tris dengan menjaga silaturahmi tersebut dapat membuat ikatan emosional mereka tetap terjaga.

Terjaganya ikatan emosianal mereka membuat ketika suatu saat Pak Tris membutuhkan bantuan kepada rekannya tentang pengelolaan wisata mangrove, Pak Tris dapat meminta tolong kepada rekannya tersebut. Terjadi hubungan timbal balik yang terjadi diantara dua belah pihak, adanya kepentingan yang terjadi diantara interaksi keduanya. Hubungan diantara dua belah pihak meruaPakan cerminan relasi kuasa yang terjadi. Seperti yang di katakan Zuska (2008:27) tentang kuasa, yang memberi isyarat bahwa hubungan antar individu atau pelaku, dalam bidang sosial apa saja, sebenarnya merupakan hubungan kuasa.

“kuasa akan hadir dalam bidang-bidang yang berbeda-beda tingkatnya dalam suatu kebudayaan saat keseluruhan bidang itu menampakkan dirinya sebagai arena untuk pengungkapan hubungan-hubungan kuasa yang diaktivasi secara sosial. Dalam pengertian ini ...., kami menganggap rumah, kantor, atau tempat-tempat rekreasi semuanya merupakan setting bagi relasi kuasa yang aktif” (McGlynn & Tuden, 1993)

Dengan demikian terjadi tarik ulur kepentingan diantara dua belah pihak yang terjadi. Tarik ulur kepentingan terjadi perihal pengelolaan mangrove baik izin wisata, administrasi pengelolaan, maupun teknis pengelolaannya.


(51)

4.3.2. Sosial Media Sebagai Senjata Untuk Pemasaran Pantai Romantis

Dalam menjalankan sebuah usaha, pasti ada sebuah proses untuk memperkenalkan usaha yang sedang dijalankan. Usaha untuk memperkenalkan usaha kepada orang banyak disebut juga promosi usaha. Dalam usaha wisata, promosi juga diperlukan untuk memberitahu orang banyak bahwa ada tempat wisata baru maupun lama dengan konsep-konsep yang pengelola buat sebagai pilihan bagi orang dalam memilih tempat wisata mereka. Semakin banyak orang yang mengetahui keberadaan tempat wisata maka semakin besar kemungkinan tempat wisata tersebut akan dikunjungi. Proses mempromosikan tempat wisata bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti membuat iklan diradio ada dikoran maupun membuat baliho dan di letakkan di tempat yang strategis.

Pengelola wisata Romance Bay juga melakukan promosi, promosi yang mereka lakukan tidak menggunakan iklan baik itu diradio maupun di koran. Awalnya promosi yang mereka lakukan yaitu dari mulut ke mulut, membaritahu teman-teman serta keluarga mereka. Pengunjung yang hadir juga sedikit, hanya beberapa orang saja setiap harinya. Pihak pengelola memang berencana menunggu moment yang pas untuk melakukan promosi, moment yang mereka anggap pas adalah waktu lebaran. Mereka berencana untuk melakukan iklan sebelum lebaran, karena antusias masyarakat untuk berwisata pada hari lebaran sangat meningkat tajam.

Tempat wisata Romance Bay yang dibuat bertemakan khusus untuk anak muda yang sedang jatuh cinta sepertinya sangat disambut baik oleh pengunjung


(52)

yang hadir. Tempat wisata di Sumatera Utara yang memiliki tema seperti Romance Bay masih belum ada, sehingga Romance Bay menjadi satu-satunya tempat wisata yang bertema seperti itu. Para pengunjung yang tertarik dengan konsep yang diberikan oleh mengabadikan moment mereka selama di sana dengan menunjukkan keindahan konsep pantai.

Tidak hanya mengabadikan keberadaan mereka di pantai tersebut, kecanggihan dunia maya rupanya mampu menarik serta mendorong para pengunjung untuk menggunggahnya ke dunia maya. Dari hal tersebutlah pengelola Romance Bay mendapat keuntungan. Para pengunjung Romance Bay yang awalnya dipromosikan menlalui mulut ke mulut adalah para remaja. Remaja yang sangat suka menggunakan media sosial sebagai tempat untuk berkeluh kesah, berbagi pengalaman, serta yang tidak kalah penting adalah berbagi hasil foto kepada seluruh pengguna media massa.

Banyaknya orang yang mengupload foto-foto Romance Bay ternyata menarik perhatian banyak orang sehingga para pengunjung yang datang semakin banyak. Mereka datang kemudian mengupload lagi foto-foto mereka ke media sosial, hal tersebut terus berlangsung hingga saat ini. Beredarnya foto-foto Romace Bay di media sosial secara tidak langsung mempromosikan tempat wisata tersebut.

Pihak pengelola mengaku sangat diuntungkan dengan adanya media sosial, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk mempromosikan tempat wisata mereka, justru orang yang mempromosikan tempat wisata mereka. Namun hal tersebut juga tidak dibiarkan begitu saja oleh pengelola, mereka juga membuat


(53)

promosi secara langsung dari pihak pengelola di banyak media sosial. Mereka menerangkan dimana wisata Romance Bay berada dan bagaimana cara pengunjung bisa sampai ke sana, apa-apa saja yang mereka sediakan, biaya masuk serta apa saja yang mereka peroleh.

Pihak pengelola mengaku mereka membuka tempat wisata untuk semua kalangan serta semua umur, jadi tidak ada batasan bagi siapa yang ingin berkunjung kesana, namun berdasarkan pengamatan yang saya lakukan serta pengakuan dari pihak pengelola para pengunjung yang datang 90% adalah anak remaja serta pengantin baru. Orang tua yang berusia diatas 30 sangat jarang datang dan berkunjung ke sana kecuali ada acara yang dibuat di sana seperti acara pernikahan, acara kampus, maupun acara dari pemerintahan.

Pengunjung yang hampir semua adalah anak muda dipengaruhi oleh konsep yang bawa oleh pengelola yaitu konsep romantis dengan segala pernak pernik keromantisan anak muda. Orang tua yang tidak suka berfoto-foto mungkin agak risih dengan adanya konsep keromantisan yang ada. Meskipun tidak semua orang tua seperti itu, karena masih ada pengunjung mereka yang merupakan orang tua.

Promosi yang dilakukan oleh pengelola Romance Bay hingga saat ini hanya memanfaatkan media sosial saja, mereka tidak menggunakan iklan maupun membuat baliho seperti tempat wisata lainnya. Untuk menarik perhatian para pengunjung, mereka membuat banyak Paket-Paket yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Hal tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri untuk tempat wisata Romance Bay.


(54)

BAB V

TUJUAN KONTESTASI

5.1. Ekonomi

Kontestasi atau persaingan dapat dilihat mulai dari antara individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Persaingan terjadi tentu ada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, masing-masing kelompok mempunyai strategi sendiri. Srategi diperlukan dalam sebuah kelompok untuk mampu bersaing dengan kelompok yang lainnya.

Persaingan yang dilakukan oleh dua kelompok terutama dalam mengelola tempat wisata sebagai salah satu perwujudan kontestasi yang mereka lakukan tentu saja juga memiliki maksud atau tujuan. Dalam sub bab ini saya membahas mengenai kontestasi dalam hal pengelolaan tempat wisata. Bagaimana cara pengelolaan tempat wisata yang dilakukan oleh kedua tempat wisata memang berbeda. Namun tujuan akhir dari adanya pengelolaan mereka yaitu untuk memperoleh kesejahteraan ekonomi. Pengadaan fasilitas, melakukan promosi serta memberikan pelayanan yang mereka lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menarik perhatian dari tamu yang merupakan wisatawan. Semakin banyak wisatawan yang datang ke tempat wisata mereka maka semakin banyak hasil yang mereka peroleh, sehingga kesejahteraan anggota kelompok pun semakin meningkat.

Penentuan fasilitas serta harga yang mereka sediakan juga dilakukan dengan melakukan perbandingan dengan tempat wisata yang lain, hal tersebut sering


(55)

mereka lakukan untuk mengetahui apa kekurangan yang ada di tempat wisata lain sehingga hal tersebut tidak terjadi dalam usaha mereka. Bagaimana mereka saling meninjau perkembangan antara satu dengan yang lainnya dimaksudkan untuk bisa mengembangkan usaha mereka sehingga usaha mereka maju dan memiliki pendapatan yang banyak.

Tujuan ekonomi sangat tanpak terlihat dalam persaingan kedua kelompok. Keberhasilan sebuah kelompok dalam menyulap hutan mangrove yang awalnya hanya untuk konservasi mangrove menjadi bernilai ekonomi yang tinggi membuat kelompok-kelompok lainnya mengikuti keberhasilan kegiatannya. Persaingan pun terjadi diantara kelompok untuk mencapai satu tujuan yakni mendapatkan pengunjung wisatawan yang banyak. Dengan banyaknya pengunjung tempat wisata yang datang tentu akan meningkatkan pendapatan bagi pihak pengelola tempat wisata.

5.2. Politik

Semua lini kehidupan tidak terlepas adanya politik. Politik tidak hanya terjadi diantara partai-partai politik saja yang bertarung dalam mendapati kedudukan di dalam pemerintahan. Hubungan antara individu dengan individu juga tidak terlepas adanya politik. Begitu juga persaingan antara kelompok memiliki tujuan politik.

Kedua kelompok di samping bersaing untuk mencapai tujuan ekonomi, kedua kelompok juga bersaing untuk sebuah tujuan yang lain yaitu politik. Tujuan politik dapat dilihat ketika masing-masing kelompok mendukung partai-partai


(56)

yang bersaing dalam pemilihan untuk mendapati kedudukan posisi dalam pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, bahkan mereka bersaing sampai dipemilihan kepala Desa. Dalam persaingan untuk mendapati kedudukan, posisi, atau jabatan dalam pemilihan umum, posisi kelompok didalamnya dapat menjadi tim sukses untuk mendukung partai yang maju. Sedangkan untuk pemilihan kepala Desa masing-masing kelompok menyunsung wakilnya untuk maju dalam persaingan menduduki jabatan kepala Desa. Tujuan politik dalam pengelolaan tempat wisata dapat dilihat ketika adanya partai-partai tertentu yang sering mengadakan sebuah acara bekerja sama dengan pihak pengelola tempat wisata.

Persaingan terjadi untuk mendapatkan kedudukan jabatan yang memiliki kekuatan hukum (legitimasi). Dengan adanya kekuatan hukum tentu seorang pemimpin akan memiliki kewenangan yang sah dalam menjalankan pemerintahannya. Kemenangan yang didapat dalam pemilihan tentu akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah. Begitu juga dalam persaingan mendapati kedudukan atau jabatan kepala Desa di Sei Nagalawan.

Kemenangan dalam pemilihan kepala Desa tentu akan mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat untuk meningkatkan kemajuan tempat wisatanya. Tetapi bagi pihak yang kalah tentu akan mempengaruhi juga bagi kelompoknya dalam mengurus administrasi yang berhubungan dengan pemerintahan. Sehingga tujuan adanya politik tidak terlepas dari persaingan yang terjadi diantara kelompok maupun antara individu dengan individu.


(57)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Kontestasi atau persaingan bisa terjadi antar individu ataupun kelompok, sedangkan tempat bisa terjadi dimana saja. Masyarakat di Desa Nagalawan khusunya yang berdiam di Dusun III merupakan penduduk yang mayoritasnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Terjadi kontestasi atau persaingan dikalangan masyarakat nelayan yang tinggal di Desa Sei Nagalawan.

Kontestasi atau persaingan terjadi di antara dua kelompok nelayan yang terdapat di Desa Sei Nagalawan. Bentuk-bentuk persaingan yang terjadi anara kedua kelompok yakni perseteruan untuk mendapatkan lahan mangrove, pengelolaan tempat wisata baik melalui biaya masuk maupun fasilitas yang ditawarkannya. Dalam berkontestasi atau bersaing kedua kelompok menerapkan strategi masing-masing.

Strategi yang diterapkan mulai dari peningkatan fasilitas tempat wisata, pembagian kerja dan upah kerja anggota dalam struktur pengelolaan wisata, gaya kepemimpinan ketua dalam mengkoordinir anggota kelompok, dan juga pemasaran yang dilakukan. Untuk tempat wisata mangrove pembagian kerja dilakukan secara merata dengan pembagian upah juga merata dan dibagi setiap harinya untuk pria, sedangkan upah kerja bagi wanita disimpan kelompok yang dibagikan kelompok ketika lebaran akan tiba. Sementara untuk wisata pantai


(1)

 Perekrutan anggota Creative Crew sekaligus pelatihan Metode Penelitian Sosial di Taman Simalem Resort Tahun 2014

 Pelatihan Metode Penelitian Sosial Oleh LATERAL Tahun 2015 di Wisata

Alam Armaya

 Panitia Pelatihan Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa Se-Kabupaten Langkat di Hotel International Sibayak dan Hotel Grand Mutiara Tahun 2016


(2)

Kata Pengantar

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis. Berkat karunia Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi Etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

Judul Skripsi ini yaitu “Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi Etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Perbaungan tepatnya di Desa Sei Nagalawan. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, saya menemukan bahwa terjadi berbagai macam persaingan, diantaranya persaingan dalam mempere-butkan lahan mangrove dan juga persaingan dalam pengelolaan wisata. Persaingan terjadi antara dua kelompok yang terdapat di Desa Sei Nagalawan. bentuk-bentuk persaingan yang terjadi terlihat dari fasilitas tempat wisata, biaya masuk wisata, dan juga Pilkades. Masing-masing kelompok maupun individu memainkan perannya dalam strategi seperti dalam pemasaran, peningkatan fasilitas dan juga kepemimpinan. Kontestasi atau persaingan ini bertujuan untuk dua hal yaitu ekonomi dan juga politik.


(3)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini. Tidak lupa pula harapan dari penulis supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Agustus 2016 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

Halaman

PERNYATAAN ORIGINALITAS ...i

ABSTRAK ...ii

UCAPAN TERIMAKASIH...iii

RIWAYAT SINGKAT PENULIS ...vi

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tinjauan Pustaka ...7

1.3. Rumusan Masalah ...23

1.4. Tujuan Penelitian ...23

1.5. Manfaat Penelitian ...23

1.6. Metode Penelitian...24

1.7. Pengalaman Lapangan ...29

BAB II. GAMBARAN UMUM ...32

2.1. Suku Bangsa Banjar Sebagai Kelompok Etnik Pertama di Desa Sei Nagalawan ...32

2.2. Kondisi Fisik dan Pembagian Wilayah Desa Sei Nagalawan ...35

2.3. Pertanian Sebagai Mata Pencaharian Terbanyak di Desa Sei Nagalawan, .. dan di Dusun III Nelayan Merupakan Mata Pencaharian Utama ...40

2.4. Pemerintahan Desa ...43

2.5. Sarana dan Prasarana...45

2.6. Potensi Pariwisata yang berada di Wilayah Desa Sei Nagalawan ...47

2.7. Potensi Kerajinan Berbahan Purun ...49

2.8. Potensi Perikanan dan Kelautan ...50

2.9. Sejarah Kelompok ...50

2.9.1. Muara Baimbai ...51

2.9.2. Maju Bersama ...55

2.10. Sejarah Mangrove Kampoen Nipah ...56

2.11. Keanekaragaman Mangrove di Kawasan Ekowisata ...64

2.11.1. Jeruju (Acantus Ilicifolius) ...66

2.11.2. Nipah (Nypa Fruticans) ...66

2.11.3. Siapi-api Hitam (Avicennia Alba) ...68


(5)

BAB III. FOKUS/OBJEK KONTESTASI ...71

3.1. Edukasi vs Pantai Romantis ...71

3.1.1. Ekowisata Mangrove Sebagai Media Edukasi ...72

3.1.2. Pantai Romantis (Romance Bay) ...80

3.2. Biaya Masuk...82

3.2.1. Wisata Mangrove ...82

3.2.2. Pantai Romantis (Romance Bay) ...89

3.3. Fasilitas ...91

3.3.1. Wisata Mangrove ...92

3.3.2. Pantai Romantis (Romance Bay) ...97

3.4. Ruang lain yang bersinggungan dengan Kontestai ...102

BAB IV. STRATEGI ...106

4.1. Pembagian Kerja dan Upah Kerja ...106

4.1.1. Pengelola Pantai Romantis ...106

4.1.2. Pengelola Ekowisata Mangrove ...108

4.2. Kepemimpinan ...109

4.2.1. Pak Sutrisno Ketua Kelompok Muara Baimbai (Wisata Mangrove) ...111

4.2.2. Pak Saiful Ketua Kelompok Maju Bersama (Pantai Romantis) ...113

4.3. Strategi Pemasaran Tempat Wisata ...115

4.3.1. Pengenalan Tempat Wisata kepada SKPD (Dinas-dinas) dan Sekolah-sekolah Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Mangrove Kampoeng Nipah. ...116

4.3.2. Sosial Media Sebagai Senjata Untuk Pemasaran Wisata Pantai Romantis ...119

BAB V. TUJUAN KONTESTASI ...122

5.1. Ekonomi ...122

5.2. Politik ...123

BAB VI. PENUTUP ...125

6.1. Kesimpulan ...125

6.2. Saran ...126 Daftar Pustaka


(6)

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Komposisi suku bangsa ...34

Tabel 2.2. Komposisi agama ...40

Tabel 2.3. Komposisi mata pencaharian ...42


Dokumen yang terkait

Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

20 256 138

Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove, Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

20 378 75

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 31

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 39

Kontestasi Masyarakat Nelayan (Studi etnografi Mengenai Polemik Dalam Pengelolaan Lahan Mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

1 1 2

BAB II GAMBARAN UMUM SEI NAGALAWAN 2.1 Sekilas Tentang Desa Sei Nagalawan - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 0 15

Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

1 1 17

MANGROVE Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai SKRIPSI

0 1 12