Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove, Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai
STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN KERUPUK
MANGROVE
Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
SKRIPSI
OLEH:
DINILLAH ARIFAH 100304102 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN KERUPUK
MANGROVE
Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
SKRIPSI
OLEH:
DINILLAH ARIFAH 100304102 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh :
Ketua Komisi Pembimbing : Anggota Komisi Pembimbing:
(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP : 196206241986031001 NIP : 196011101988031003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
Dinillah Arifah (100304102) dengan judul skripsi : “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”. Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, total penerimaan dan pendapatan bersih pengolahan kerupuk mangrove di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dan pengembangannya.Metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan. Pengambilan sampel berdasarkan populasi dengan jumlah 40 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan investasi sebesar Rp. 44.146.000-. Biaya bahan baku dan biaya modal kerja Rp. 91.440.000/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar 157.440.000/tahun. Dengan pendapatan Rp 299.520.000/tahun. Wirausaha kerupuk mangrove ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan nilai NPV pada DF 18% adalah Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period selama 1 tahun 1 bulan 5 hari.
Kata Kunci : Studi Kelayakan, Kerupuk Mangrove, Pengolahan Mangrove
ABSTRACT
Dinillah Arifah (100304102) with essay titled “Feasibility Study Treatment Mangrove Crackers”. Case : Village Sei Nagalawan, Districts Perbaungan, serdang bedagai,guided by Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
This study to analyze the total cost of production, labor productivity, total receipts and net income crackers mangrove treatment in study area, to analyze the feasibility crackers mangrove and expansion. The method used is the method of the feasibility study. Sampling based on population with a total of 40 samples. Data used are primary and secondary data.
Result showed that the investment needs of Rp 44.146.000-. Cost of raw materials and the cost of working capital is Rp. 91.440.000/year., of labior cost is Rp 157.440.000/year, with income is about Rp 299.520.000/year. Entrepreneurial mangrove crackers are eligiple to run and develop, with NPV at DF 18% is Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period for 1 years 1 months, 5 days.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Dinillah Arifah lahir di kota Tebing Tinggi pada tanggal 3 Maret 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, seorang putri dari Ayahanda Rakum Suprapto dan Ibunda Painem.
Jenjang Pendidikan :
1. Taman kanak-kanak di TK AFD 8 Pabatu pada tahun 1997 sampai tahun 1998.
2. Sekolah Dasar di SD Negeri 107529 AFD 8 Pabatu, masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Yapendak Pabatu, masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.
4. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010.
5. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
6. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2013 di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
7. Melaksanakan Penelitian pada bulan Juni 2014 di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
(5)
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Universitas Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.
2. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM) Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010.
(6)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah serta limpahan karuniaNya penulis dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. Selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Ir. M.Jufri, M.Si. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.
(7)
5. Ayahanda tercinta Rakum Suprapto dan Ibunda tercinta Painem serta kakak tercinta Eka Prawirani dan Muhammad Kamil yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.
6. Kakanda Sapriadi SH yang telah memberikan doa, dukungan, semangat serta bantuan kepada saya selama penyelesaian skripsi.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agrbisnis 2010 serta abang dan kakak stambuk 2009 yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.
9. Seluruh keluarga besar Ibu Jumiati yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal’alamin.
Medan, Agustus 2014
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penulisan ... 3
1.4 Kegunaan Penulisan ... 4
1.5 Batasan Masalah ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN ... 5
2.1 Tinjauan Pustaka ... 5
2.1.1 Hutan Mangrove ... 5
2.1.2 Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L) ... 6
2.1.3 Kerupuk Jeruju ... 8
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Usaha ... 9
2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan ... 10
2.2.3 Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan Usaha . 13
2.2.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Usaha ... 15
2.2.5 Perencanaan Investasi ... 26
2.2.6 Usaha Budidaya Kerupuk Mangrove ... 27
2.2.7 Penelitian Terdahulu ... 28
2.3 Kerangka Pemikiran ... 28
(9)
BAB III. METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitan ... 30
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 31
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4 Metode Analisis ... 32
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 35
3.5.1 Defenisi ... 35
3.5.2 Batasan Operasional ... 36
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 37
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 37
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 37
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 37
4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 41
4.2 Karakteristik Sampel ... 42
4.2.1 Sampel Penelitian ... 42
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
5.1 Penyediaan Bahan Baku ... 45
5.2 Proses Pembuatan Kerupuk Mangrove ... 46
5.3 Rencana Keuangan ... 47
5.3.1 Perkiraan Investasi ... 47
5.3.2 Perkiraan Biaya ... 48
5.3.2.1 Biaya Bahan Baku ... 48
5.3.2.2 Biaya Modal Kerja ... 48
5.3.2.3 Biaya Tenaga Kerja ... 49
5.4 Perkiraan Pendapatan dan Biaya ... 49
5.4.1 Rencana Pendapatan ... 49
5.4.2 Rencana Pengeluaran Biaya ... 50
5.4.2.1 Biaya Bahan Baku ... 50
5.4.2.2 Biaya Modal Kerja ... 50
5.4.2.3 Biaya Tenaga Kerja ... 51
5.5 Analisis Studi Kelayakan Usaha ... 51
5.6 Analisis Sensitivitas ... 54
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Luas Hutan Mangrove Sumatera Utara Tahun 2013 30
2 Penduduk Menurut Kelompok Umur 38
3 Penduduk Menurut Pencaharian Pokok 38
4 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 39
5 Penduduk Menurut Suku 40
6 Sarana dan Prasarana 41
7 Karakteristik Sampel di Desa Sei Nagalawan 42
8 Investasi Untuk Wirausaha Kerupuk Mangrove 47
9 Biaya Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove 48
10 Biaya Perbekalan Pengolahan Kerupuk Mangrove 48
11 Rencana Pengeluaran untuk Biaya Tenaga Kerja 49
12 Rencana Penjualan Kerupuk Mangrove 50
13 Rencana Pengeluaran Biaya Bahan Baku 50
14 Rencana Pengeluaran Biaya untuk Modal Kerja 50
15 Rencana Pengeluaran Biaya untuk Tenaga Kerja 51
16 Perhitungan Prevent Value 51
17 Perhitungan Net Present Value (NPV) 52
18 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) 52
(11)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Mangrove Jeruju 6
2 Kerupuk Jeruju 8
3 Kerangka Pemikiran 28
4 Bumbu Pembuatan Kerupuk Mangrove 45
5 Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove 45
6 Perebusan Daun Mangrove, Pengadonan, dan Pencetakkan 46
7 Proses Penggorengan, Pendinginan dan Pembungkusan 46
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1 Keragaman Responden
2 Karakteristik Sampel
3 Biaya Penyusutan 4 Harga Jual turun 10% 5 Biaya Operasional naik 10%
6 Harga Jual turun 10% dan Biaya Operasional naik 10%
(13)
ABSTRAK
Dinillah Arifah (100304102) dengan judul skripsi : “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”. Kasus : Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, yang dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total biaya produksi, produktivitas tenaga kerja, total penerimaan dan pendapatan bersih pengolahan kerupuk mangrove di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dan pengembangannya.Metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan. Pengambilan sampel berdasarkan populasi dengan jumlah 40 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan investasi sebesar Rp. 44.146.000-. Biaya bahan baku dan biaya modal kerja Rp. 91.440.000/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar 157.440.000/tahun. Dengan pendapatan Rp 299.520.000/tahun. Wirausaha kerupuk mangrove ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan nilai NPV pada DF 18% adalah Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period selama 1 tahun 1 bulan 5 hari.
Kata Kunci : Studi Kelayakan, Kerupuk Mangrove, Pengolahan Mangrove
ABSTRACT
Dinillah Arifah (100304102) with essay titled “Feasibility Study Treatment Mangrove Crackers”. Case : Village Sei Nagalawan, Districts Perbaungan, serdang bedagai,guided by Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
This study to analyze the total cost of production, labor productivity, total receipts and net income crackers mangrove treatment in study area, to analyze the feasibility crackers mangrove and expansion. The method used is the method of the feasibility study. Sampling based on population with a total of 40 samples. Data used are primary and secondary data.
Result showed that the investment needs of Rp 44.146.000-. Cost of raw materials and the cost of working capital is Rp. 91.440.000/year., of labior cost is Rp 157.440.000/year, with income is about Rp 299.520.000/year. Entrepreneurial mangrove crackers are eligiple to run and develop, with NPV at DF 18% is Rp 1.137.494.496-. IRR 67,56%-. Net B/C 26,77-. Payback Period for 1 years 1 months, 5 days.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2002). Sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari dari sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang. Dan sumberdaya yang tidak dapat pulih (non-renewable resources) seperti minyak bumi dan gas mineral serta jasa-jasa lingkungan (Dahuri dkk, 2001).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar 166.530.000 ha yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000 ha (FAO 1994), sedangkan di Indonesia dilaporkan kurang lebih seluas 3.812.000 ha (Ditjen INTAG 1994). Sedangkan Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2013 Sumatera Utara memiliki luas hutan mangrove berkisar 50.396,793 ha.
Hutan mangrove berfungsi menjaga pelestarian pantai, tempat berkembangnya biota laut dan juga dapat mencegah terjadinya abrasi air laut ke daratan. Selain menjaga pelestarian alam, hutan mangrove ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengangkat nilai ekonomi dari tanaman tersebut. Ada berbagai olahan mangrove yang sangat
(15)
berguna untuk masyarakat. Olahan mangrove bisa dibuat menjadi berbagai jenis bentuk mulai dari makanan, obat, dan kain.
Di tengah persaingan yang semakin padat di era globalisasi sekarang ini, membuat orang berfikir bagaimana cara bertahan dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan usaha yang mampu menopang segala kebutuhan tersebut. Kurangnya lapangan pekerjaan serta pesatnya perkembangan penduduk usia kerja, membuat banyak orang kembali berfikir menjalankan usaha yang menguntungkan di tengah-tengah kerasnya persaingan kerja atau bisnis di era globalisasi sekarang ini.
Dengan tetap memakai prinsip ekonomi yakni membuka usaha dengan modal tertentu dengan tujuan menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin. Wirausaha merupakan salah satu bentuk implementasi dalam memenuhi kesejahteraan. Menguntungkan dari segi ekonomi, selain itu juga menguntungkan bagi masyarakat luas yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan baik secara langsung maupun tidak.
Peluang bisnis kerupuk istri-istri nelayan di Desa Sei Nagalawan, Dusun III, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelumnya mangrove yang tumbuh di kawasan tempat tinggalnya hanya sebagai tumbuhan biasa saja dimana berfungsi sebagai penahan abrasi. Tetapi setelah adanya pelatihan dan melakukan uji coba beberapa kali, ternyata mangrove mampu menambahkan penghasilannya yang tadinya hanya sebagai ibu rumah tangga.
(16)
Meski setiap pekan rutin berproduksi namun kerupuk mangrove ini mempunyai kendala di bagian pemasarannya karena masih belum memiliki pasar yang baik untuk memasarkan kerupuk mangrove serta lokasi yang jarang dikunjungi oleh wisatawan menjadikan produk mereka kurang dikenal. Sehingga kerupuk mangrove tersebut hanya dijual di Desa Sei Nagawalan dan di toko yang mereka miliki di kota Perbaungan. Namun terkadang ada yang memesan melalui telepon. Perintis usaha kerupuk mangrove ini mempunyai harapan kedepannya untuk mengembangkan usaha tersebut sehingga diperlukan studi kelayakan pengolahan kerupuk mangrove.
Dalam kasus ini, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna menelusuri permasalahannya dan sekaligus menganalisa “Studi Kelayakan Pengolahan Kerupuk Mangrove”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana kelayakan pengolahan kerupuk mangrove jika dilihat dari aspek finansial?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pengolahan kerupuk mangrove jika dilihat dari aspek finansial”.
(17)
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan rekomendasi sekaligus menjadi bahan acuan bagi pengambil keputusan atau kebijakan dalam upaya pengembangan pengolahan kerupuk mangrove di Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan, sumbangan data, informasi dan pemikiran bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang pengembangan pengolahan kerupuk mangrove.
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan, maka permasalahan dibatasi pada masalah studi kelayakan pengolahan kerupuk mangrove dari pendekatan finansial.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai yang besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas (Ghufran, 2011).
Setidaknya ada tiga fungsi utama hutan mangrove, yaitu : (a) fungsi fisis, meliputi : pencegahan abrasi, perlindungan terhadap angin dan gelombang, pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara ; (b) fungsi biologis, meliputi : sebagai tempat bertelur dan sebagai asuhan berbagai biota, tempat bersarang burung dan sebagai habitat alami berbagai biota ; (c) fungsi ekonomis meliputi : sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan bangunan (balok, atap dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintetis, penyamakan kulit, obat-obatan dan lain.
Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh di dunia, sekitar 51 % spesies tersebut hidup di Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk spesies ikutan yang hidup bersama di daerah mangrove. Terdapat 32 jenis spesies
(19)
mangrove sejati dan 20 asosiasi mangrove tumbuh subur di Indonesia. Jenis-jenis
mangrove tersebut antara lain: Avecenia alba, Avecenia Marina, Achantus illicifolius L, Rhizopora apiculata, Acrostichum Speciosum, Bruguiera parviflora, Amyema Gravis, Brugruiera gymnorhiza, Nypa fruticans, Xylocarpus granatum, Excoecaria agallocha, Pandanus furentus, Heritiera Littoralis, Ceriops Tagal, Soneratia Ovata, Rhizopora Mucronata, Bruguiera cylindrica, Soneratia alba, Kandelia Candel, Xylocarpus moluccensis, Bruguiera Hainessi, Camptostemon schultzii, Sarcolobus Globosa, Soneratia Caseolaris, Myristica hollrungii, Heritiera littoralis, Manilkara fasciculata, Inocarpus fagiferus, Pandanus tectorius, Aegiceras corniculatum, Lumnitzera littorea dan Pemphis acidul. Dari sekitar 89 jenis spesies mangrove yang tumbuh, ternyata terdapat salah satu jenis mangrove yang dapat dibuat menjadi kerupuk, spesies mangrove tersebut adalah Achantus illicifolius L (Mangkurat, 2008).
2.1.2 Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L)
Gambar 1. Mangrove Jeruju(Achantus illicifolius L)
Achantus illicifolius L merupakan spesies merambat yang bisa tumbuh hingga setinggi 2 meter. Merupakan semak tahunan, berbatang basah, tumbuh tegak atau berbaring pada pangkalnya dan berumpun banyak. Banyak ditemukan
(20)
pada tanah lunak yang berlumpur di sepanjang bantar sungai. Seringkali dominan di area mangrove yang telah ditebangi (Priyono, 2010).
Deskripsi Mangrove Jeruju (Achantus illicifolius L) :
Habitus : Semak, tahunan, tinggi 0,75-1.5 m, berupa tumbuhan mangrove. Batang : Berkayu, bulat, permukaan licin, berduri pada sekitar duduk daun, bercabang, hijau.
Daun : Tunggal, bersilang berhadapan, bulat panjang, ujung dan pangkal runcing, tepi berduri, panjang 10-20 cm, lebar 5-6 cm, perlulangan menyirip, hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk bulir, di ujung batang, panjang 6-30 cm, daun pelindung berlapis dua, bagian dalam lebih kecil, gugur sebelum bunga mekar, kelopak panjang 12,5-15 mm, berbagi empat, mahkota panjang 3-4,5 cm, bertabung putih, bibir bulat telur, ujung bertaju tiga, ungu kebiruan.
Buah : Kotak, bulat telur, panjang ± 3 cm, coklat kehitaman. Biji : Bentuk ginjal, dua sampai empat, hitam.
Akar : Tunggang, putih kekuningan. Perbanyakan : melalui biji
Persebaran : umum sekali tumbuh di tanah yang mengandung garam, di muara sungai, tepi pantai, dan di tanah rawa dan hutan bakau dekat ke pantai, serta tanah yang bersifat payau. Spesies ini jarang dijumpai di pedalaman. Jenis ini dapat dijumpai dari India Selatan dan Sri Lanka sampai Indo-Cina dan juga Indonesia. Kandungan : Secara keseluruhan tanaman daruju mengandung saponin, flavonoida dan polifenot, asam fenolat, asam p-kumarat, Asam p-hidroksi
(21)
benzoate, di samping itu bijinya juga mengandung alkaloida. Secara spesifik akar jeruju mengandung flavon dengan kadar tinggi dan asam amino (Rusila, 2009).
Dinilai dari habitatnya, tanaman ini tidak membutuhkan ketinggian untuk dapat tumbuh dengan baik, melainkan dapat tumbuh di sepanjang pantai. Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada serta perairan yang relatif tenang adalah tempat ideal perkembangan tanaman ini.
Budidaya tanaman Achantus illicifolius L (jeruju) mempunyai nilai lebih, yakni sebagai bahan baku penghasil kerupuk, sebagai habitat hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting dan udang, dan juga dapat menjalankan fungsi utamannya yakni sebagai penahan abrasi pantai dari gelombang laut.
2.1.3 Kerupuk Jeruju
Gambar 2. Kerupuk Jeruju
Kerupuk jeruju merupakan olahan dari daun mangrove jenis jeruju. Daun-daunnya dipetik, lalu dibersihkan dan dipotong ujung Daun-daunnya yang tajam. Daun tersebut diblender, direbus hingga mendidih, kemudian dicampur dengan adonan tepung dan bumbu yang telah dipersiapkan. Adonan tersebut dipipihkan tipis dan dicetak kotak, langsung digoreng dalam wajan dengan minyak panas. Maka
(22)
terciptalah kerupuk mangrove yang garing dan renyah, serta beraroma sedap dengan warna hijau yang alami.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Usaha
Studi kelayakan merupakan gambaran kelayakan usaha yang direncanakan sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Menurut (Jumingan, 2011) Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Istilah “Proyek” mempunyai arti suatu pendirian usaha baru atau pengenalan sesuatu (barang atau jasa) yang baru ke dalam suatu produk mix yang sudah ada selama ini.
Pengertian keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit yaitu diukur dari keberhasilan proyek tersebut dalam menghasilkan profit. Sedangkan bagi pihak nonprofit (misalnya pemerintah dan lembaga non profit lainnya), pengertian berhasil bisa berupa seberapa besar penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan faktor-faktor lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menetukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Dengan melalui proses pengumpulan, pengolahan, penyajian serta data dengan menggunakan metode ilmiah, studi kelayakan berusaha menguji dan menemukan suatu usulan atau gagasan usaha. Oleh karena itu, studi kelayakan usaha senantiasa perlu dilakukan selama usaha tersebut berjalan.
(23)
Kelayakan artinya menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan mereka yang diinginkan. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas (Kasmir dan Jakfar, 2007).
Menurut (Nitiseminto dan Burhan, 2000) Studi kelayakan (feabisility study) diartikansebagai suatu metode penjajahan dari suatu gagasan usaha tentang suatu kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan karena seorang pengusaha yang langsung rnendirikan suatu perusahaan tanpa melakukan studi kelayakan sehingga mungkin akan memahami kegagalan dengan kerugian yang sangat besar.
2.2.2 Tujuan Studi Kelayakan
Tujuan dalam melakukan studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Karena usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.
Menurut (Kasmir & Jakfar, 2007) Secara umum tujuan adanya studi kelayakan agar usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain tidak membuang uang, tenaga, atau pikiran secara percuma serta tidak akan menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan dengan adanya usaha atau proyek akan memberikan berbagai keuntungan serta
(24)
manfaat kepada berbagai pihak. Paling tidak ada lima tujuan dilakukan studi kelayakan sebelum suatu usaha atau proyek dilaksanakan, yaitu :
1. Menghindari risiko kerugian
Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di masa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan, baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan . Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pengembangan usaha, mulai dari usaha dikembangkan sampai waktu tertentu.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilaksanakan secara sistematis, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan.
(25)
4. Memudahkan Pengawasan
Dengan telah dilaksanakan suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.
5. Memudahkan Pengendalian
Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan akan tercapai.
Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Banyaknya sebab yang mengakibatkan suatu usaha ternyata menjadi tidak menguntukan (gagal) antara lain adalah : (1) kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam penaksirkan pasar yang tersedia, (3) kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, (4) kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, dan kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada, serta (5)
(26)
pelaksanaan usaha yang tidak terkendalikan, sehingga biaya pembangunan usaha menjadi membengkak serta penyelesaian usaha menjadi tertunda.
Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika usaha akan dinilai dari perspektif yang lebih luas, maka tujuannya adalah memaksimumkan net present value dari semua social and benefit.
2.2.3 Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan Usaha
Hasil penelitian melalui studi kelayakan ini sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkepentingan terhadap usaha atau proyek yang akan dilaksanakan. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan tersebut, antara lain :
1. Pemilik Usaha
Para pemilik usaha sangat berkepentingan terhadap hasil dari analisis studi kelayakan yang telah dibuat. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang sudah dibuat benar-benar dipelajari oleh para pemilik, apakah akan memberikan keuntungan atau tidak bagi usahanya.
2. Kreditor
Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan lainnya tidak mau sampai kreditnya atau pinjaman yang diberikan akan
(27)
macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum pinjaman dikucurkan kepada pihak peminjam.
3. Pemerintah
Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberikan manfaat baik bagi perekonomian secara umum. Kemudian bisnis juga harus memberikan manfaat kepada masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan. Pemerintah juga berharap bahwa bisnis yang akan dijalankan tidak merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan.
4. Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja, baik bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya. Kemudian manfaat lain adalah terbukanya wilayah tersebut dari ketertutupan (terisolasi). Dengan adanya bisnis juga akan menyediakan srana dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, sarana olahraga, taman dan fasilitas lainnya.
5. Manajemen
Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran kinerja bagi pihak manajemen perusahaan untuk menjalankan apa-apa yang sudah
(28)
ditugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.
2.2.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam mengevaluasi kelayakan suatu usaha, ada beberapa aspek yang perlu dilakukan studi. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Artinya, jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Urutan penilaian aspek mana yang harus didahului tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data yang ada. Tentu saja dalam hal ini dengan pertimbangan proiritas mana yang harus didahulukan dan mana yang berikutnya (Kasmir & Jakfar, 2007).
Menurut (Ibrahim, 2009) aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah : Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis dan Teknologi, Aspek Organisasi dan Manajemen, serta Aspek Ekonomi dan Aspek Keuangan.
a. Aspek Pasar
Peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan usaha merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran.
Aspek pasar sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar dan langkah-langkah yang diperlukan disamping kebijaksanaan yang diperlukan. Dalam aspek pasar juga harus diuraikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran,
(29)
seperti pesaing, kekuatan dan kelemahannya, serta menguraikan keunggulan-keunggulan dari usaha yang direncanakan (Ibrahim, 2009).
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.
Analisis secara teknis berhubungan dengan usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja usaha harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti Aspek-aspek lain dari analisa usaha hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan usaha mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci.
Faktor utama yang harus dimuat dalam aspek teknis adalah lokasi usaha/pabrik yang akan dikembangkan. Faktor lain yang perlu dijelaskan dilihat dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja, transportasi dan fasilitas tenaga listrik, serta penanganan limbah bila diperlukan (Ibrahim, 2009).
(30)
c. Aspek Manajemen
Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam usaha dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan usaha adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar usaha yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya.
Pelaksanaan pembangunan usaha tersebut bisa pihak yang mempunyai ide usaha itu, umumnya diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapapun yang akan melaksanakan usaha tersebut, perusahaan yang mempunyai ide membuat usaha perlu mengetahui kapan usaha itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha operasional.
Dalam aspek manajemen yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha/proyek yang direncanakan secara efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis (jenis pekerjaan yang dilakukan) dan berdasarkan pada struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan pada struktur organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan (Ibrahim, 2009).
d. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan
(31)
perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti.
Didalam aspek sosial yang perlu dievaluasi adalah seberapa jauh respon masyarakat sekitar bisnis terhadap dilaksanakannya usaha. Berapa banyak masyarakat yang setuju, menentang, dan tidak memberikan pendapat atas pelaksanaan bisnis tersebut. Untuk mengatasi masalah sosial yang mungkin timbul dalam masyarakat sehubungan dilaksanakannya proyek, sebaiknya sejak dini masyarakat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara mengajak wakil mereka untuk turut serta dalam perencanaan (Ibrahim, 2009). e. Aspek Keuangan
Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a) kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b) kebijakan modal kerja (c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas (Davis 1999).
Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam rangka mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. Sumber dana dibagi dalam 2 kategori yakni:
a. internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)
b. sumber eksternal yaitu: 1) Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan pembayaran utang, pinjaman jangka pendek sebagai tambahan modal kerja, dan pinjaman jangka panjang (obligasi) sebagai dana investasi. 2) Menerbitkan saham,
(32)
baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public Offer/IPO) maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi perusahaan.
Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah menetapkan struktur modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar dalam memutuskan berapa jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara sehat. Di samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan antara perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi konflik (Saragih dan Manurung, 2005).
Aspek keuangan yang perlu dibahas menyangkut dengan perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, perkiraan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, prhitungan kriteria investasi. Selain perhitungan ini, juga perlu ditampilkan perhitungan break even point beserta pay back period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas dan dampak proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
1. Teori Biaya dan Manfaat
Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan
revenue earning proyek. apakah proyek itu terjamin dengan dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan tersebut dan apakah proyek akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.
Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya
(33)
proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi.
Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.
Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, dengan contoh tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesinmesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya adalah penelitian.
2. Laba Rugi
Laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan pengeluaran-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan yang diperoleh
(34)
dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan netto
timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Pengurangan biaya langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total penerimaan bersih akan menghasilkan pendapatan bruto.
Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.
Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk diinvestasikan kembali.
(35)
Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relavan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan membayar kewajibannya.
3. Analisis Kriteria Investasi
Usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan dalam melakukan studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Investasi yang dilakukan oleh swasta pada umumnya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Sebaliknya investasi yang dilakukan oleh pemerintah kebanyakan bertujuan untuk memaksimalisasi manfaat sosial dan investasi yang telah ditanamkan.
Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value (PV) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha. Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan.
Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis
(36)
proyek. Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak), pelaksanaanya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor uncontrolable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan (Ibrahim, 2009).
Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan.
Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Net Present Value (NPV)
Net present value (NPV) atau nilai selisih sekarang merupakan selisih PV arus beneflit dan biaya dihitung berdasarkan discount rate. Suatu usaha dikatakan layak apbila NPV lebih besar dari nol (NPV > 0). Jika NPV kurang dari nol (NpV < 0), makausaha tersebut tidak layak (Gray, 2005).
2. Internal Rate of Return (IRR)
Tingkat hasil pengembalian intemal (internal rate of return/IRR) didefinisikan sebagai suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang, atau penerimaan kas dengan pcngeluaran investasi awal (Weston dan Copeland, l999). Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, Lalu bandingkan dengan biaya investasi. Jika nilai investasi lebih kecil maka dicoba lagi dengan suku
(37)
bunga yang lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar. Sebaliknya, dengan suku harga yang wajar tadi nilai investasi lebih besar, maka coba lagi digit suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan nilai investasi sama besar dengan nilai sekarang. Oleh karern itu, jika IRR rebih besar atau sama dengan discount rate (IRR >1), maka usaha tersebut layak (Husein,1999)
3. NetBenefit Cost Ratio
Net Benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-). Jika nilai Net B/C > 1, berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan. Untuk Net B/C = 1, berarti berari cash in flows sama dengan cash out flows, dalam prevent value disebut dengan Break Even Point (BEP), yaitu total cost
sama dengan total revenue (Ibrahim, 2009). 4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP), adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali suatu periode investasi dengan menggunakan “prosseds” didapat dari penghasilan sesudah pajak (EAT) ditambah dengan depresiasi. Demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kernbali seluruhnya (Riyanto, 2007).
4. Analisis Sensitivitas
Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh :
(38)
1) Harga
2) Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi) 3) Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run)
4) Hasil produksi.
Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas usaha atau proyek. oleh karena itu, diperlukan analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang sesuai dengan usaha yang dijalankan.
Suatu hasil studi kelayakan bisnis merupakan hasil tindak lanjut dari keputusan manajemen pada fungsi perencanaan berdasarkan informasi internal maupun ekternal. Walaupun studi kelayakan bisnis dikatakan layak, tetapi karena masih merupakan rencana dimana masih mengandung resiko kegagalan, maka diperlukan kelengkapan informasi serta kualitas analisis sebelum mengambil keputusan (Davis, 1999).
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variable-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, nilai besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C.
Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan, karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perlunya perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi
(39)
di waktu yang akan datang. Analisis ini juga merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidakpastian dalam perhitungan biaya atau manfaat.
2.2.5 Perencanaan Investasi
Keputusan tentang pemilihan investasi merupakan keputusan yang paling penting diantara berbagai jenis keputusan yang lain yang harus dibuat oleh seorang manajer keuangan. Keputusan ini tidak saja hanya harus menentukan tingkat keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Investasi aktiva tetap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa pembelian tanah, pembelian peralatan yang diperlukan, dan mendirikan bangunan (rumah dan kolam) sebagai tempat pemeliharaan.
Menurut William F. Sharfe, investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Maksudnya ialah dengan mengorbankan uang/dollar dalam arti menanamkan sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang dengan mengharapkan pengembalian investasi disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (dalam waktu tertentu). Jenis-jenis Investasi:
a. Investasi Nyata (real investment) : ialah investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.
b. Investasi Finansial (financial investment) : ialah investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.
(40)
2.2.6 Usaha Budidaya Kerupuk Mangrove
Mangrove sudah sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal disekitarnya. Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), areal mangrove di kawasan Asia Pasifik juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri minyak, pemukiman dan peternakan (Suryono, 2013).
Dari mangrove yang berada di sekitar Desa Sei Nagalawan, istri-istri nelayan ini mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarganya. Mangrove jenis jeruju diolah menjadi kerupuk. Usaha ini dimulai sekitar 12 tahun lalu. Membuat kerupuk dari mangrove juga tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun setelah adanya pelatihan dan melakukan uji coba berkali-kali, istri-istri nelayan ini mampu membuat kerupuk mangrove.
Pucuk-pucuk daun mangrove jeruju bisa diolah dalam pembuatan kerupuk. Pucuk-pucuknya dipetik, lalu dibersihkan dan dipotong ujung daunnya yang tajam. Daun tersebut diblender, direbus hingga mendidih, kemudian dicampur dengan adonan tepung dan bumbu yang telah dipersiapkan. Adonan tersebut dipipihkan tipis dan dicetak kotak, langsung digoreng dalam wajan dengan minyak panas. Maka terciptalah kerupuk mangrove yang garing dan renyah, serta beraroma sedap dengan warna hijau yang alami. Hasil olahan ini hanya dijual di sekitar Kecamatan Perbaungan saja. Terkadang pesanan itu juga datang dari
(41)
pembeli dari luar daerah baik untuk konsumsi sendiri ataupun menjualnya kembali.
2.2.7 Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Aditya Riezkan Wahdine (2009) dengan judul “Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kerupuk Ikan di Daerah Kuin”. Berdasarkan analisis kelayakan finansial pada tingkat discount rate 17%, diperoleh NPV sebesar Rp.223.409.530,- dan nilai IRR 46,37%. Dan Payback period selama 2 tahun 6 bulan, ini berarti usaha kerupuk ikan layak dan menguntungkan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka analisis dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Keterangan : = menyatakan hubungan
(42)
Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini, antara lain net present value, internal rate of return,net benefit cost ratio. Serta payback period untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang ditanamkan dalam usaha. Tujuan dari perhitungan kreteria investasi adalah untuk mengetahui gagasan usaha/proyek yang direncanakan dapat memberi manfaat (benefit) dilihat dari segi finansial benefit.
2.4 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian adalah : Usaha kerupuk mangrove yang dilaksanakan layak untuk dikembangkan.
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling
atau secara sengaja, yaitu teknik penentuan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan (Sugiyono,2010).
Daerah penelitian yang dipilih adalah desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini ditentukan sebagai daerah penelitian karena berdasarkan prasurvey yang dilakukan, hanya ada dua desa yang mempunyai usaha pengolahan kerupuk mangrove yaitu Kampung Nelayan Kecamatan Medan Belawan dan Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan. Dengan pertimbangan bahwa pengolahan kerupuk mangrove yang berada di Desa Sei Nagalawan selalu berproduksi setiap hari. Serta desa Sei Nagalawan berada di Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan salah satu daerah dengan hutan mangrove terluas. Sehingga ketersediaan bahan baku terpenuhi. Hal ini dapat dilihat pada tabel luas hutan mangrove di Sumatera Utara.
Tabel 1. Luas Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2013
Kabupaten/Kota Luas (Ha)
Asahan Deli Serdang Medan Sibolga Tanjung Balai Labuhan Batu
8287.43 3105.238 1369.461 68.309 74.977 1022.603
(44)
Langkat
Mandailing Natal Nias
Nias Selatan
Serdang Bedagai
Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah
17597.498 861.266 1263.943 7372.433
1101.195
22.058 2223.382
Total 50369.793
Sumber : BPS Sumatera Utara 2014
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Metode Sensus. Menurut Suprapto (2003), metode sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penelitian. Ini dilakukan terhadap populasi yang sedikit.
Populasinya adalah istri-istri nelayan yang merintis usaha tentang kerupuk jeruju yang terdiri dari 40 anggota.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumberkan dari lapangan atau objek penelitian yang diperoleh dengan wawancara langsung kepada istri-istri nelayan yang merintis usaha kerupuk mangrove. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Kantor Kepala Desa.
(45)
3.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Net Present Value (NPV), adalah metode yang digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas di masa yang akan datang, dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
NB = Net Benefit = Benefit – Cost i = suku bunga
n = Tahun (waktu) Kriteria Penilaian :
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima, Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak,
Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak.
2. Metode internal rate of Retrune (IRR)
Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam pengembangan usaha sesungguhnya untuk memberikan tingkat keuntungan, semakin tinggi IRR yang dapat dicapai semakin baik pengembangan usaha pengolahan mangrove untuk direalisasikan, dengan menggunakan rumus :
(46)
Dimana :
- NPV Ir = NPV pada bunga rendah - NPV It = NPV pada bunga tinggi - It = bunga tinggi
- Ir = bunga rendah Kriteria penilaian :
IRR > suku bunga,maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan IRR < suku bunga,maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan
IRR = suku bunga yang ditetapkan, maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak terserah pengambil keputusan.
3. NetBenefit Cost Ratio ( Net B/C)
Metode benefit – cost ratio adalah perbandingan antara proceeds dari tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan dengan biaya bersih dalam tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan, yang dapat dirumuskan yaitu:
Dimana :
NB (+) = Net Benefit yang telah di discount positif NB (-) = Net Benefit yang telah di discount negatif i = Discount factor
n = Tahun (waktu) Kriteria Penilaian :
B/C lebih besar dari 0 (B/C > 0) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan, namun bila BCR sama dengan 0 (B/C = 0)
(47)
maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha tersebut dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan, sedangkan bila B/C kurang dari 0 (B/C < 0) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.
4. Payback Period (PP), adalah metode menutup kembali pengeluaran investasi dengan mengunakan aliran kas, dengan rumus sebagai berikut :
Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode-nya maka usulan investasi dapat diterima. Kelemahan metode ini yaitu tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback (Husein, 1999).
Perhitungan dalam analisis kelayakan suatu bisnis pada umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, dengan asumsi :
1. Harga jual turun 10%. 2. Biaya naik 10%.
3. Harga jual turun 10% dan biaya naik 10%.
Oleh sebab itu diperlukan analisis senstivitas untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi besarnya nilai NPV, IRR dan nilai Net B/C yang berdampak pada hasil kelayakan.Serta juga akan berdampak terhadap pengembalian modal.
(48)
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi
1. Sampel dalam penelitian adalah istri-istri nelayan yang merintis usaha kerupuk mangrove yang berjumlah 40 orang.
2. Kerupuk mangrove adalah kerupuk dari olahan daun mangrove jenis jeruju. 3. Studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan.
4. Investasi adalah penanaman modal untuk suatu usaha dengan tujuan memaksimalkan keuntungan.
5. Net present value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak.
6. IRR atau internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol).
7. Net Benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-)
8. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kernbali seluruhnya.
9. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi.
(49)
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Waktu Penelitian adalah 2014.
3. Sampel dalam penelitian adalah anggota istri-istri nelayan yang sedang merintis usaha kerupuk mangrove berjumlah 40 orang.
(50)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Desa Sei Nagalawan terletak di 7º 50 ́ LU 9º 21 ́ LU dan 97º 18 ́ BT - 98º 42 ́ BT. Daerah penelitian memiliki ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut dan suhu udara rata-rata 33oC. Jarak daerah penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan 16 km, jarak dari ibukota kabupaten 18 km. Desa Sei Nagalawan mempunyai luas wilayah 871 ha, yang terbagi atas 3 dusun yang wilayahnya memiliki batas - batas yakni :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin.
4.1.2 Keadaan Penduduk
a.Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk di Desa Sei Nagalawan berjumlah 3051 jiwa yang terbagi dalam 757 KK yang tersebar di setiap dusun, terdiri dari 1575 jiwa laki-laki dan 1476 jiwa perempuan. Berdasarkan kelompok umur penduduk Desa Sei Nagalawan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
(51)
Tabel 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur 2013
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-14 1164 38,15
2 15-64 1728 56,63
3 >64 159 5,22
Jumlah 3051 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan 2014
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Si Nagalawan sebesar 3051 orang. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Dari tabel 3 diketahui bahwa jumlah usia produktif (15-64 tahun) adalah sebesar 1728 orang (56,63%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa yang efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Sei Nagalawan cukup besar.
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
Mata Pencaharian pokok penduduk di Desa Sei Nagalawan dapat dilihat dari tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Penduduk menurut Pencaharian Pokok 2013
Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
PNS 7 0,66
Karyawan 89 8,34
Wiraswasta 100 9,42
(52)
Buruh tani 119 11,21
Nelayan 166 15,64
Tukang 9 0,85
Buruh lepas 58 5,46
Total 1062 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Nagalawan 2014
Dapat dilihat pada tabel 3 mata pencaharian pokok paling banyak di desa Sei Nagalawan adalah bertani yaitu sebesar 514 (48,41%). Penduduk desa Sei Nagalawan banyak berprofesi sebagai petani karena sejak dari dulu pekerjaan penduduk desa sebagai petani yang sudah menjadi turun menurun.
c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Sei Nagalawan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Sei Nagalawan dapat dilihat di Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4.Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 2013
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 973 41,15 %
2 SMP 694 29,36%
3 SMA 613 25,93%
4 Perguruantinggi 84 3,56%
Jumlah 2364 100%
(53)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sei Nagalawan sebagian besar tingkat pendidikannya tamat Sekolah Dasar yaitu 973 orang. Namun hanya 84 penduduk yang pendidikannya sampai ke perguruan tinggi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Sei Nagalawan sebagian besar tergolong rendah, hal ini akan sedikit menyulitkan dalam hal meningkatan pembangunan di desa ini.
d. Penduduk Menurut Suku 2013
Penduduk Desa Sei Nagalawan menurut suku terdiri dari suku Banjar, Melayu, Jawa, Batak, Mandailing, Minang, Banten, Nias, dan Cina. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai suku penduduk Desa Sei Nagalawan dapat dilihat di Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Penduduk menurut Suku
Suku Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Banjar 1799 58,98
Melayu 739 24,23
Jawa 213 6,99
Batak 143 4,69
Mandailing 119 3,9
Minang 15 0,5
Banten 15 0,5
Nias 5 0,2
Cina 3 0,01
Total 3051 100
(54)
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilhat bahwa penduduk Desa Sei Nagalawan sebagian besar merupakan suku banjar. Ini disebabkan adanya migrasi suku banjar dari Pulau Kalimantan menuju pulau Sumatera pada tahun 1900-an.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai desa ini dapat dengan mudah ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Tetapi infrastruktur jalan menuju ke desa Sei Nagalawan kurang baik karena banyak jalan yang telah rusak dan tidak diperbaiki. Hal ini karena belum ada bantuan dari pemerintah yang masuk ke dalam desa.
Desa Sei Nagalawan memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan tempat beribadah yang mampu menunjang peningkatan sumberdaya yang ada di desa Sei Nagalawan. Pasar tradisional dan sarana kesehatan di Desa SeiNagalawan untuk saat ini belum tersedia. Secara rinci sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sei Nagalawan dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Sarana dan Prasarana 2013
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Sarana Pendidikan
a. Taman Kanak-kanak 1
b. Sekolah Dasar 1
2. Sarana Beribadah
a. Mesjid 3
b. Musolah 3
c. Gereja 3
(55)
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa Desa Sei Nagalawan memiliki 1 Taman Kanak-kanak, 1 Sekolah Dasar, 3 Mesjid, 3 Musolah dan 3 Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa di desa tersebut belum terlalu berkembang. Sarana transportasi di Desa Sei Nagalawan berupa becak mesin dan ojek. Perjalanan menuju Desa Sei Nagalawan ± 45 menit dengan jarak tempuh 8 km dari simpang Sei Buluh. Sementara itu, sarana transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat di Desa Sei Nagalawan adalah berupa sepeda motor karena sebagian masyarakat di desa ini memiliki kendaraan sendiri untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing. Desa Sei Nagalawan memiliki 6 km jalan baik dan 12 km jalan rusak sehingga begitu sulit memasuki desa tersebut.
4.2 Karakteristik Sampel 4.2.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah istri-istri nelayan yang sedang merintis usaha kerupuk mangrove di Desa Sei Nagalawan. Karakteristik meliputi umur, pendidikan, lamanya berwirausaha, jumlah produksi dan hasil jual produksi. Karakteristik sampel di Desa Sei Nagalawan dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Karakteristik Sampel
No Uraian Range Rata-rata
1 Umur (Tahun) 32-62 41
2 Pendidikan (Tahun) 6-15 7
3 Lamanya berwirausaha 1-12 6
(56)
Dari tabel diatas menunjukkan beberapa karakteristik sampel di Desa Sei Nagalawan dalam wirausaha kerupuk mangrove dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Umur
Umur sampel termasuk salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan wirausaha. Biasanya semakin tua petani maka kemampuan kerjanya cenderung semakin menurun, sehingga biasanya sampel akan menggunakan tenaga kerja yang masih dalam usia produktif yang memiliki potensi tenaga kerja yang cukup baik. Rata-rata umur sampel di Desa Sei Nagalawan adalah 41 tahun dengan range 32-62. Kesimpulannya adalah umur sampel di Desa Sei Nagalawan termasuk golongan umur yang masih produktif atau usia bekerja.
2. Pendidikan
Banyak orang berpendapat bahwa tingkat pendidikan biasanya akan mempengaruhi sistem pengolahan atau teknik pengolahan dan cara berfikir seseorang, meskipun pendidikan rendah belum tentu mempengaruhi kinerja sampel dalam berusaha, bahkan diketahui bahwa sampel memiliki rata-rata pendidikan yang tidak tinggi akan tetapi tetapi mampu berwirausaha dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi.
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sampel di Desa Sei Nagalawan rata-rata 7 tahun. Ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan di daerah tersebut adalah SMP (Sekolah Menengah Pertama).
(57)
3. Lamanya Berwirausaha
Lamanya berwirausaha merupakan salah satu faktor yang biasanya lebih berpengaruh daripada pendidikan. Lamanya berwirausaha yang cukup lama dapat menjadi modal awal bagi mereka dalam mengolah usaha kerupuk mangrove. Hal ini dikarenakan mereka sudah memahami teknik-teknik wirausaha dari pengalaman selama bertahun-tahun. Meskipun teknik wirausahanya mungkin berbeda-beda.
Semakin mereka berpengalaman maka semakin bertambah pula pengetahuannya mengenai bidang wirausaha yang ditekuninya. Rata-rata pengalaman wirausaha sampel di Desa Sei Nagalawan adalah 6 tahun.
(58)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyediaan Bahan baku
Penyediaan bahan baku dalam sekali proses pembuatan kerupuk mangrove adalah 100 gram daun mangrove jeruju, 1 kg tepung, 1 Kg minyak goreng, 100 gram bawang putih, 50 gram udang kecil, 20 gram ketumbar, 5 gram jintan, 1 sendok garam dan 2 sendok gula.
Gambar 4. Bumbu pembuatan kerupuk mangrove
(59)
5.2 Proses Pembuatan Kerupuk mangrove
Gambar 6. Perebusan daun mangrove, pengadonan, dan pencetakkan
Gambar 7. Proses penggorengan, pendinginan dan pembungkusan
(60)
Gambar 8. Kerupuk mangrove
5.3 Rencana Keuangan
Data rencana keuangan, baik untuk perkiraan investasi maupun untuk perkiraan biaya disajikan seperti tertera berikut :
5.3.1 Perkiraan Investasi
Investasi atau jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun suatu usaha pengolahan kerupuk mangrove adalah Rp 44.146.000. Kebutuhan investasi itu meliputi biaya pembuatan kerupuk mangrove, pembelian mesin dan peralatan. Kebutuhan dana tersebut berturut-turut adalah seperti disajikan pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Investasi untuk wirausaha kerupuk Mangrove
No Nama Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah (Buah) Total Biaya (Rp)
1 Tanah - - 30.000.000
2 Bangunan Total - - 10.000.000
3 Alat-alat produksi :
a. Gunting 5.000 20 100.000 b. Pisau 5.000 5 25.000 c. Blender 400.000 2 800.000 d. Dandang 100.000 1 100.000 e. Cetakan 5.000 5 25.000 f. Penggorengan 100.000 1 100.000 g. Kompor gas 350.000 1 350.000 h. Sutil 5.000 2 10.000 i. Tupperware 25.000 4 100.000 j. Timbangan 95.000 2 190.000 k. Goni 1.000 4 4.000
l. Standliss 700.000 3 2.100.000
m. Tampa 30.000 1 30.000 n. Mangkuk 5.000 20 100.000 o. Tisu 3.000 24 72.000 p. Gilingan 25.000 1 25.000 q. Serokan
Jumlah
15.000 1 15.000 44.146.000 Sumber : Data Primer (diolah)
(61)
5.3.2 Perkiraan Biaya 5.3.2.1 Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku yang diperlukan untuk membuat 1 Kg adalah Rp 26.000, maka selama satu tahun mencapai Rp 81.120.000. Dengan asumsi setiap hari mampu mengolah 12 Kg, dengan hari kerja 260 hari/tahun. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Biaya Bahan Baku Pembuatan Kerupuk Mangrove
No Nama Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah Total (Rp) 1 Daun Mangrove - 100 gram 1.500
2 Tepung - 1 Kg 13.000
3 Garam - 1 sendok 500
4 Gula - 2 sendok 500
5 Minyak Goreng - 0.5 Kg 6.500
6 Ketumbar - 20 gram 1.000
7 Jintan - 5 gram 500
8 Udang - 50 gram 500
9 Bawang Putih - 100 gram 2.000
Jumlah 26.000
Sumber :Data Primer (diolah)
5.3.2.2 Biaya Modal Kerja
Jumlah dana yang diperlukan untuk berwirausaha kerupuk mangrove (dana modal kerja) diperkirakan Rp 860.000/bulan. Maka dana yang dibutuhkan untuk setahun adalah Rp 10.320.000, seperti yang terdapat pada tabel 10 berikut : Tabel 10. Biaya perbekalan pengolahan kerupuk Mangrove (Modal Kerja)
No Nama Kebutuhan Biaya/bulan (Rp)
1 Gas 200.000
2 Biaya Listrik 150.000
3 Biaya Air 150.000
4 Biaya Pengangkutan 210.000
5 Biaya Pembungkusan 150.000
Total 860.000
(62)
Jumlah keseluruhan kebutuhan dana untuk biaya bahan baku dan biaya modal kerja = Rp 81.120.000 + Rp 10.320.000 = Rp 91.440.000
5.3.2.3 Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam sebulan diperkirakan sebesar Rp 13.120.000. Maka untuk setahun biaya tenaga kerja Rp 157.440.000. Kebutuhan biaya tenaga kerja tersebut berturut-turut adalah seperti disajikan pada tabel 11 berikut :
Tabel 11. Rencana Pengeluaran biaya untuk tenaga kerja
Klasifikasi Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa) Biaya/Bulan (Rp)
Pemetikkan 7 2.160.000
Pengolahan 18 5.200.000
Pembungkusan 5 1.560.000 Pengangkutan 4 1.440.000 Penjualan 5 2.760.000
Jumlah 39 13.120.000
Sumber: Data Primer (diolah)
5.4 Perkiraan Pendapatan dan Biaya 5.4.1 Rencana Pendapatan
Pendapatan direncanakan akan diterima pemilik dari hasil penjualan seluruh produknya. Pada Tahun 2015 diperkirakan permintaan kerupuk mangrove sebanyak 12 Kg dengan jumlah hari kerja 260 hari/tahun (37440 bungkus). Diasumsikan bahwa kenaikan permintaan kerupuk mangrove tiap tahun sebesar 5 Kg (60 Bungkus)/hari. Kenaikan harga jual tiap tahun diasumsikan sebesar Rp 1000. Maka pendapatan usaha kerupuk mangrove tahun 2015 adalah Rp 299.520.000. Berarti penghasilan setiap bulan adalah Rp 24.960.000. seperti yang terdapat pada tabel 12 berikut ini :
(63)
Tabel 12. Rencana penjualan Kerupuk Mangrove Tahun Penjualan Volume /tahun(Bungkus) Harga (Rp) Total Pendapatan(Rp)
2015 37.440 8.000 299.520.000
2016 53.040 9.000 477.360.000
2017 68.600 10.000 686.400.000
2018 84.240 11.000 926.640.000
2019 99.840 12.000 1.198.080.000
Sumber: Data Primer (diolah)
5.4.2 Rencana Pengeluaran Biaya 5.4.2.1 Biaya Bahan Baku
Diasumsikan bahwa kenaikan harga bahan baku kerupuk mangrove dan jumlah produksi setiap tahun sebesar 1,5 % dan akan dibeli oleh pemilik untuk memenuhi kebutuhannya secara tunai yang disediakan pada tabel berikut :
Tabel 13. Rencana Pengeluaran biaya bahan baku
Tahun Harga/Kg (Rp) Produksi (Kg) Total Biaya (Rp)
2015 26.000 3.120 81.120.000
2016 26.390 3.166 83.550.740
2017 26.785 3.190 85.444.150
2018 27.189 3.225 87.684.525
2019 27.596 3.277 90.432.092
Sumber: Data Primer (diolah)
5.4.2.2 Biaya Modal Kerja
Diasumsikan bahwa kenaikan biaya modal kerja kerupuk mangrove setiap tahun juga sebesar 1,5 %. Daftar harga perkiraan untuk modal kerja disediakan di tabel berikut :
Tabel 14. Rencana Pengeluaran biaya untuk Modal kerja
Tahun Biaya (Rp)
2015 10.320.000
2016 10.474.800
2017 10.631.922
2018 10.791.400
(64)
Sumber: Data Primer (diolah)
5.4.2.2 Biaya Tenaga Kerja
Diasumsikan bahwa kenaikan biaya tenaga kerja kerupuk mangrove setiap tahun juga sebesar 1,5 %. Daftar harga perkiraan untuk tenaga kerja disediakan di tabel berikut :
Tabel 15. Rencana Pengeluaran biaya untuk Tenaga Kerja
Tahun Biaya/bulan (Rp) Biaya/tahun (Rp)
2015 13.120.000 157.440.000
2016 13.316.800 159.801.600
2017 13.516.552 162.198.624
2018 13.719.300 164.631.600
2019 13.925.089 167.101.068
Sumber: Data Primer (diolah)
5.5 Analisis Studi Kelayakan Usaha
Tabel 16. Perhitungan Prevent Value
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Pendapatan 299.520.000 477.360.000 686.400.000 926.640.000 1.198.080.000 Biaya 250.266.000 256.213.140 26.060.696 265.493.525 270.872.431 Laba Kotor 48.254.000 221.146.860 425.739.304 661.146.475 927.207.569 Pajak 0,5% 241.270 4.422.936 8.514.786 13.222.928 18.544.150 Benefit 48.012.730 216.723.924 417.224.518 647.923.547 908.663.419 DF 18% 0,8475 0,7182 0,6086 0,5158 0,4371 Present
Value
40.690.788 155.651.122 253.922.841 334.198.965 397.176.780 Sumber : Lampiran
a. Net Present Value (NPV)
Dengan aliran kas tahun 2015-2019 pada usaha pengolahan kerupuk mangrove, maka dapat diketahui pengujian atau penganalisaan terhadap data tersebut dengan menggunakan tingkat bunga (i) yaitu 18 %, seperti yang terdapat pada tabel 17 berikut ini :
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Total penerimaan adalah Rp. 299.520.000-. Dengan keuntungan Rp. 48.254.000-.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa wirausaha pengolahan kerupuk mangrove memiliki pendapatan yang tinggi.
2. Wirausaha pengolahan kerupuk mangrove memiliki nilai NPV sebesar Rp 1.137.494.496, IRR sebesar 67,56 %, Net B/C 26,77. ini membuktikan bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan. Dengan payback periode 1 tahun 1 bulan 5 hari.
3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan usaha kerupuk mangrove tetak layak jika terjadi penurunan pendapatan usaha sebesar 10%, kenaikan biaya operasional sebesar 10%, serta pendapatan usaha sebesar 10% sekaligus dengan kenaikan biaya operasional sebesar 10%.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian dapat diberikan saran kepada pihak-pihak berikut ini : 1. Kepada Perintis Usaha Kerupuk Mangrove
Diharapkan agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung agar kerupuk mangrove yang terjual lebih banyak lagi.
(2)
2. Kepada Pemerintah
Perlunya peran pemerintah untuk memperbaiki dan menjaga kestabilan harga bahan baku pembuatan kerupuk mangrove. Dan perlunya perlunya peran pemerintah untuk memberikan bantuan sarana maupun prasarana guna mendukung perkembangan pengolahan kerupuk mangrove.
3. Peneliti Selanjutnya
Perlunya kepada peneliti selanjutnya agar meneliti mengenai pengolahan kerupuk mangrove di bidang ekonomis maupun non ekonomis karena usaha pengolahan kerupuk mangrove sangat menjanjikan di kemudian hari.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013. Luas Hutan Mnagrove di Sumatera Utara. Bengen D, 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut. Pusat
Kajian Data Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T Pradnya Pramita, Jakarta.
Davis, Gordon. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta
Ghufran, Muhammad. 2011. Marikultur. Lily Publisher. Yogyakarta. Gray Clive, dkk. 2005. Pengantar Evalunsi Proyek. PT. Gramedia. Jakarta.
Husein, Umar. 1999. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode dan Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Ibrahim, Yacob, H.M. 2009. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Jumingan, 2011. Studi Kelayakan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana. Jakarta.
Mangkurat, Bayu. 2008. Prospek Ekosistem Mangrove Terpadu Sebagai Investasi. Kesemat. Semarang
Nitiseminto, Alek. S dan M. Umar Burhan. 2000. Studi Kelayakan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Priyono, Aris, dkk. 2010. Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. Kesemat. Semarang
Riyanto, Bambang. 2007. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rusila Noor, dkk. 2009. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PHKA. Bogor.
Saragih F, Manurung dan A.H, Manurung J. 2005, Dasar-dasar Keuangan Bisnis, Teori dan Aplikasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
(4)
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung. Alfabeta. Suryono, Ahmad. 2013. Sukses Usaha Pembibitan mangrove sang penyelamat pulau.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Suprapto, 2003. Karakteristik Penerapan dan Pengembangan Agroindustri Hasil Pertanian di Indonesia. Universitas Mercu Buana. Jakarta.
Tjakrawiralaksana, A. dan M.C. Soeriaatmadja. 1983. Usaha Tani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
(5)
Lampiran 1. Keragaman responden biaya investasi, biaya operasi per trip, dan biaya tahunan pengolahan kerupuk mangrove
No Respnden
Investasi (Rp)
Biaya per Kg (Rp)
Modal Kerja (Rp)
Biaya Tenaga kerja (Rp)
1 49.721.000 29.000 880.000 13.320.000
2 42.273.000 23.500 855.000 13.650.000
3 44.726.000 22.000 840.000 13.250.000
4 39.826.000 24.000 845.000 13.820.000
5 36.735.000 21.000 835.000 12.750.000
6 38.627.000 23.500 825.000 13.020.000
7 50.024.000 32.000 905.000 13.320.000
8 51.289.000 32.500 910.000 13.120.000
9 48.273.000 32.000 905.000 13.540.000
10 39.489.000 26.000 850.000 11.280.000
11 48.734.000 29.000 885.000 13.750.000
12 50.197.000 28.500 860.000 13.370.000
13 39.728.000 23.000 825.000 12.650.000
14 46.082.000 31.500 805.000 13.430.000
15 50.273.000 30.500 860.000 13.990.000
16 37.289.000 25.000 825.000 12.020.000
17 39.721.000 20.000 800.000 11.520.000
18 39.947.000 25.500 835.000 13.930.000
19 46.027.000 28.500 890.000 12.980.000
20 49.388.000 25.000 845.000 13.320.000
21 48.257.000 26.500 865.000 13.250.000
22 47.608.000 28.500 875.000 13.120.000
23 46.073.000 27.000 840.000 13.670.000
24 40.749.000 25.500 865.000 13.220.000
25 40.792.000 20.500 855.000 13.430.000
26 47.528.000 26.000 860.000 13.820.000
27 45.728.000 25.500 855.000 13.180.000
28 41.302.000 27.500 880.000 11.450.000
29 50.782.000 23.000 855.000 13.620.000
30 45.792.000 25.500 850.000 13.580.000
31 45.087.000 26.000 875.000 13.420.000
32 38.482.000 28.500 870.000 13.210.000
33 39.028.000 24.000 905.000 12.930.000
34 45.282.000 26.500 845.000 13.360.000
35 39.528.000 29.000 885.000 12.670.000
36 37.864.000 24.500 895.000 11.430.000
37 47.282.000 23.500 870.000 13.860.000
38 46.392.000 24.000 865.000 13.650.000
39 45.337.000 24.000 890.000 13.250.000
40 38.578.000 22.500 820.000 12.650.000
Rata 44.146.000 26.000 860.000 13.120.000
(6)
Lampiran 2.Karakteristik Sampel
No Sampel Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Lama berwirausaha
1 34 12 12
2 42 6 8
3 36 9 12
4 40 6 8
5 43 6 6
6 62 6 6
7 38 12 12
8 45 9 4
9 32 9 12
10 61 6 7
11 29 6 3
12 26 6 6
13 37 6 6
14 36 6 3
15 36 6 4
16 45 9 3
17 32 6 12
18 37 12 1
19 50 6 3
20 28 9 3
21 37 9 5
22 42 6 6
23 38 6 3
24 43 6 3
25 40 6 4
26 43 9 6
27 34 9 12
28 55 6 3
29 50 6 6
30 43 9 3
31 42 6 2
32 42 6 4
33 45 9 4
34 43 6 5
35 41 6 6
36 38 6 12
37 54 6 9
38 45 9 8
39 42 12 5
40 51 6 5
Total 1657 297 244