komplemendari antibakterial. Selain itu, gingipain juga berperan dalam pelepasan mediator inflamasi seperti IL-
1α, IL-1β, dan IL-18.
40
Outer membrane vesicle OMVmerupakan struktur kecil yang terbentuk dari
permukaan membran luar yang dilepaskan pada saat pertumbuhan bakteri. OMV mampu mengatur interaksi dengan sel tetangga ko-ageragasi dan menangkap lytic-
enzymes untuk menghancurkan molekul besar dan impermeable agar dapat masuk ke
dalam sel bakteri serta menangkap enzim yang menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotik. Lipoprotein biasanyaterlihat pada dinding sel bakteri gram
negatif dan bertanggungjawab untuk menjangkarkan membran luar bakteri ke lapisan peptidoglikan. Lipoprotein terlibat dalam pelepasan IL-
1β, IL-6, IL-12 dan TNF-α oleh makrofag.
16
2.6 Penggunaan Bahan Alami dalam Bidang Endodonti
Produk herbal telah sejak jaman dahulu sebagai obat tradisional pada masyarakat barat dan timur. Banyak tanaman dengan sifat biologis dan antimikroba
telah diteliti sejak adanya insidensi penggunaan antibiotik yang berlebihan dan disalahgunakan. Di bidang kedokteran gigi, obat herbal banyak digunakan sebagai
antiinflamasi, antibiotik, analgesik, dan sedatif. Dalam bidang endodonti penggunaan bahan herbal sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar saat ini banyak
dikembangkan karena meningkatnya kasus resistensi, reaksi sitotoksik, dan efek samping yang berbahaya terhadap bahan antimikroba yang ada saat ini.
41
Beberapa penelitian telah dikembangkan mengenai penggunaan bahan alami dalam bidang
endodonti. Penelitian yang dilakukan oleh Vivi L 2014 menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak mempunyai daya antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dengan
diperolehnya nilai KBM pada konsentrasi 25.
25
Selain itu, penelitian yang dilakukan Asri D 2014 menunjukkan ekstrak etanol biji alpukat mempunyai daya
antibakteri terhadap Enterococcus faecalismenunjukkan masih adanya daya antibakteri pada konsentrasi 10 dengan zona hambat 2,32 ± 012.
31
Universitas Sumatera Utara
2.7 Biji Buah Alpukat Persea americana Mill.
Berdasarkan taksonominya Persea americana Mill. diklasifikasikan sebagai berikut:
42
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
Gambar 5. Biji dan buah alpukat Persea americana Mill.
42
Persea americana Mill.merupakan salah satu spesies dari 150 varietas buah pir
yang berasal dari Amerika Tengah Mexico, Guatemala, Antilles. Pohon alpukat juga dapat tumbuh diberbagai wilayah tropis dan subtropis lainnya dengan tinggi
yang mencapai 60-80 kaki. Persea americana Mill.memiliki buah berbentuk seperti telur berwarna hijau kekuningan yang ditutupi kulit keras berwarna hijau hingga
kehitaman dan biji yang besar dengan lebar 5-6 cm. Buah alpukat memiliki daun
Universitas Sumatera Utara
berwarna hijau dan bunga berjenis kelamin tunggal.
23,27
Daun alpukat Persea americana
Mill. memiliki panjang 7-41 cm dengan bentuk yang bervariasi mulai dari bentuk elips hingga oval. Bunga dari buah alpukat Persea americana Mill.
memiliki warna hijau kekuningan dengan diameter 1-1,3 cm. Satu buah alpukat Persea americanaMill. bisa memiliki berat hingga 2,3 kg.Persea americana
Mill.Memiliki sebutan yang berbeda-beda pada setiap negara. Di Indonesia disebut dengan alpukat atau avokad, di Inggris disebut avocado, di Filipina disebut avocado,
di Malaysia disebut apukado atau avocado, di Spanyol disebut pagua, di Thailand disebut awokado, di Khmer disebut avôkaa, di Vietnam disebut bo ataulê dâù dan di
Jerman disebut Alligatorbirne atau Avocadobirne.
43
Buah alpukat Persea americana Mill. dapat tumbuh subur di Indonesia dan merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat karena selain rasanya
yang enak juga memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.
28
Semua bagian dari buah alpukat Persea americana Mill.mulai dari buah, daun, dan biji memiliki
berbagai manfaat medis. Pada pengobatan tradisional daun alpukat Persea americana
Mill. biasanya digunakan unruk mengobati nyeri saraf, nyeri lambung, menurunkan tekanan darah dan mengobati batu ginjal. Penelitian yang dilakukan
Adayemi et al 2002 melaporkan daun alpukat Persea americanaMill. memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik. Penelitian in vitro menunjukkan buah alpukat
Persea americana Mill. mampu menghambat pertumbuhan sel penyebab terjadinya kanker prostat.
28,30
Gambar 6. Pohon buah alpukat Persea americana
Mill.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Senyawa Fitokimia Biji Alpukat Persea americana Mill.
Biji alpukat Persea americana Mill. diketahui memiliki senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, tanin, dan steroid yang berperan sebagai
antibakteri dengan mekanisme yang berbeda sebagai berikut:
31,32,44,45
a. Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang diproduksi oleh
tumbuhan ketika terjadi infeksi mikroba. Mekanisme flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu menghambat sintesis asam nukleat, menghambat
fungsi membran sel, dan menghambat metabolisme energi. Mekanisme antibakteri flavonoid dalam menghambat sinstesis asam nukleat adalah cincin A dan B yang
memegang peranan penting dalam proses interkalasi atau ikatan hydrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang menghambat pembentukan DNA dan RNA.
Dalam menghambat fungsi membran sel flavonoid dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga merusak membran sel
bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Flavonoid dalam menghambat metabolisme energi adalah dengan cara menghambat penggunaan
oksigen oleh bakteri yang dibutuhkan untuk biosintesis makromolekul. b.
Saponin merupakan zat yang mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat
menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Saponin dapat menjadi antibakteri karena zat aktif permukaannya mirip detergen, akibatnya saponin akan
menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri dan merusak permbeabilitas membran sehingga sitoplasma keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel.
Selain itu, karena sifatnya seperti deterjen saponin juga mampu melarutkan debris organik dan anorganik smear layer pada dentin.
c. Tanin merupakan senyawa fenolik polimer yang memiliki sifat sebagai
antibakteri dan astringent bersifat menciutkan. Mekanisme kerja antibakteri tannin adalah menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel
bakteri tidak terbentuk. Efek antibakteri tanin berhubungan dengan kemampuannya
Universitas Sumatera Utara
untuk menginaktifkan adhesion sel mikroba, menginaktifkan enzim, dan mengganggu transport protein pada lapisan dalam sel.
d. Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran
lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada lisosom. Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat
permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan sel
rapuh dan lisis.
2.7.2 Nilai Farmakologi Biji Alpukat Persea americana Mill.
Biji alpukat Persea americana Mill. awalnya banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti obat penyakit diare, disentri, ulser, sakit gigi, asma,
rematik, menurunkan kolesterol, mencegah penyakit kardiovaskular, dan digunakan untuk kecantikan kulit. Berdasarkan dari laporan tersebut, banyak peneliti yang
melakukan penelitian tentang manfaat medis dari senyawa metabolik sekunder dari biji alpukat. Biji alpukat memiliki aktivitas biologis yaitu sebagai antibakteri,
antifungi, antilarva, antidiabetes, antihipertensi, antikarsinogenik, antiinflamasi, antialergi, dan sebagai obat penenang. Selain itu, biji alpukat juga mampu
menghambat pertumbuhan sel penyebab kanker payudara.
23,27,28
2.7.3 Aktivitas Antibakteri Biji Alpukat Persea americana Mill.
Ekstrak kloroform dari biji alpukat Persea americana Mill. mampu menghambat pertumbuhan bakteri M. tuberculosis penyebab penyakit tuberkulosis
yang resisten terhadap antibiotik.
28
Selain itu, ekstrak etilasetat dari biji alpukat juga menunjukkan aktivitas antibakteri pada S. aureus, E. coli, dan S. typhi dengan zona
hambat 30 mm, 15 mm, dan 14 mm.
23
Penelitan yang dilakukan oleh Dewi S dan Sulistyawati 2013 menunjukkan bahwa pada konsentrasi 90 ekstrak biji alpukat
dapat menurunkan jumlah bakteri P. miaribilis dan A. aerogenes masing-masing sebesar 0,7 log cfuml dan 0,42 log cfuml.
27
Selain itu, Idris S dkk 2009 melakukan
Universitas Sumatera Utara
penelitian ekstrak etilasetat biji alpukat terhadap menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, S. pyogenes, C. ulcerans dan C. albicans.
30
2.8Metode Penentuan KHM dan KBM Bahan Coba
Efek antibakteri dari suatu bahan coba dapat diketahui dengan menentukan Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum. Kadar Hambat Minimum
KHM merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar
atau kekeruhan pada pembiakan cair, sedangkan Kadar Bunuh Minimum KBM adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat membunuh 99,9 pada biakan
selama waktu yang ditentukan. Penentuan KHM bahan coba dapat dilakukan dengan teknik dilusi yang bertujuan untuk penentuan akitivitas antimikroba secara kuantitatif
dan kualitatif antimikroba dilarutkan ke dalam media agar atau kaldu yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi selama satu malam, konsentrasi
terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah yang dinamakan dengan KHM.
46
Teknik dilusi yang akan dilakukan adalah teknik perbenihan cair dimana untuk menentukan KHM dilakukan pengenceran bahan coba dengan penurunan konsentrasi
setengah dari konsentrasi sebelumnya. Konsentrasi terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dengan jelas baik dilihat secara visual atau alat semiotomatis
dan otomatis disebut dengan KHM. Penentuan nilai KBM dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk menentukan KHM ke
dalam agar yang kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhuh 37
○
C. Nilai KBM didapat ketika tidak terjadi pertumbuhan bakteri pada agar tersebut.
46
Universitas Sumatera Utara
2.9 Kerangka Teori