commit to user
35
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Upaya Penyelesaian Masalah Antara Ali Bin Abi Thalib Dengan Muawiyah Bin Abu Sofyan
1. Keutamaan Ali Bin Abi Thalib
Nama lengkap Ali adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdil Muthalib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusai bin Quraisy. Ali merupakan sepupu
Rasullullahu Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, putra paman Rasulullah yang bernama Abu Thalib. Ali tergolong keturunan Hasyimiyah sama dengan garis keturunan
Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mengasuh Ali sejak kecil kemudian menikahkannya dengan putri beliau, Fatimah binti Muhammad K. Ali, 2003:
202. Sesungguhnya para sahabat Rasullullahu Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
mempunyai kedudukan yang paling tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya serta disisi kaum mukminin. Allah telah memuji mereka dan di dalam Al Qur’anul Karim,
mengabarkan keridhaan-Nya kepada mereka dan keridhaan mereka kepada Allah. Ali termasuk dari kalangan para sahabat tersebut, maka dia memiliki kedudukan
sebagaimana dijelaskan di atas Jordac George, 2000 : 36-52. Ali adalah sosok pemuda yang keberaniannya luar biasa dalam berjuang
membela Islam. Ia mengikuti hampir semua peperangan yang terjadi pada masa Nabi. Dalam perang Badar, ia merupakan benteng pertahanan pasukan Islam. Ali
tampil dengan keberaniaanya dan dengan keterampilan berpedang yang hebat. Pada perang Uhud Ali pernah terpanah punggungnya. Ali juga hadir dalam
perjanjian hudaibiyah sebagai juru tulis Ali Audah, 2003: 194-195. Diantara kehebatan dalam medan pertempuran dibuktikan dengan
peristiwa penaklukan kota Komus, sebuah kota perbatasan dengan wilayah Khaibar. Pada awalnya tugas ini diberikan kepada Abu bakar dan Umar tetapi
mereka gagal. Kemudian tugas ini diberikan kepada Ali dan ia membawa kemenangan atas umat Islam K. Ali, 2003: 203-205.
commit to user
Peperangan Tabuk, Ali tidak ikut serta karena diperintahkan menjaga kota Madinah. Ali sangat kecewa pada saat itu, lalu Nabi bekata kepadanya, ”Tidakkah
engkau rela wahai Ali, supaya kedudukkanmu disisiku sebagaimana kedudukkan Harun disisi Musa” Hamka, 1975: 60.
Saat Rasulullah akan hijrah ke Madinah bersama dengan Abu Bakar, Ali berada di rumah Nabi menjalankan tugas penting. Ali tidur di tempat tidur
Rasulullah menggantikan posisi Rasulullah, padahal dia tahu bahwa kematian telah mengintai tempat tidur itu. Yakni para pemuka Quraisy mengepung rumah
Nabi untuk menghabisinya. Ali adalah orang pertama yang rela menjadi Fida’ tebusan Rasulullah dalam Islam Ahmad Al-Usairy, 2007: 172-173.
Ali adalah sahabat Nabi yang sejati, karena kecerdasannya Nabi menunjuknya sebagai salah seorang pencatat Al Qur’an. Ali sangat luas ilmu
agamanya, sehingga ia diakui sebagai penafsir Al Qur’an dan periwayat hadits. Keleluasaan ilmu agamanya pernah disanjung oleh Nabi dengan menyebutnya
sebagi ”gerbang ilmu”. Seluruh usianya diabdikan untuk Allah dan sesama manusia K. Ali, 2003: 219.
Dalam hadits Riwayat Muslim dikatakan bahwa Rasullullahu Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjanjikan kepada Ali bahwa tidaklah mencintai Ali
kecuali orang mukmin, dan tidaklah membenci Ali kecuali orang munafik Hamka, 1975: 62.
Hadits dari Ahmad dari jalur Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan: “Orang yang pertama masuk Islam bersama Rasullullahu
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Ali bin Abi Thalib” Abuddinata, MA, 2002: 268.
Hadits shahih riwayat Ahmad menjelaskan tentang keutamaan Ali ketika Rasullullahu Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus Ali ke Yaman. Ali berkata:
commit to user
“Ya Rasulullah, engkau utus diriku kepada suatu kaum yan lebih tua dariku supaya aku putuskan perkara diantara mereka”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam berkata: “Pergilah, karena Allah Ta’ala akan meneguhkan lisanmu dan memberi petunjuk kepada hatimu” Hamka, 1975: 60.
Dalam hadits riwayat Bukhari dikatakan bahwa Umar bin Khathab menyebutkan: “Yang terpandai diantara kami dalam memutuskan perkara adalah
Ali” Hamka, 1975: 60.
2. Pembai’atan Ali bin Abi Thalib