Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

bawah 89.8, dan gejala dismenorea terjadi dalam 6-12 bulan setelah menarche 55.1. Pada mahasiswi dengan tingkat kecemasan sedang memiliki gejala terbanyak berupa nyeri perut bawah 93.7, nyeri pinggang bawah 81.2 dan gejala dismenorea terjadi dalam 6-12 bulan setelah menarche 81.2. Sedangkan Pada mahasiswi dengan tingkat kecemasan berat memiliki gejala terbanyak berupa nyeri perut 80, nyeri pinggang bawah 80, sakit kepala 80, dan mual muntah 80. Menurut Saputri 2011 pengaruh kecemasan terhadap dismenorea dapat terjadi karena kecemasan melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita. Nyeri menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus- hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi atau pelepasan hormon corticotropic releasing hormone CRH menstimulasi sekresi adrenocorticotropic hormone ACTH yang akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi FSH dan LH terhambat sehingga sintesis dan pelepasan progesterone terganggu. Kadar progesterone yang rendah meningkatkan sintesis prostaglandin sehingga terjadi peningkatan aktivasi PGF yang menyebabkan dismenore. Menurut Martini 2014 dismenore primer disebut juga sebagai dismenore idiopatik, esensial, intrinsik. Dismenore adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan ginekologik. Rasa sakit ini wajar dan biasa terjadi, disebabkan karena tingginya kadar prostaglandin, zat ini yang membuat otot-otot rahim berkontraksi dan pada waktu inilah timbul perasaan nyeri pada perut dan pinggang, badan terasa tidak nyaman dan sebagainya. Pada saat rahim berkontraksi juga terjadi pelepasan dinding rahim sehingga timbulah haid. Dismenore primer terjadi pada hari pertama sampai hari ketiga menstruasi. Dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun. Kondisi ini sesuai karena mayoritas usia mahasiswa dalam penelitian ini adalah 18-22 tahun dengan tingkat stres pada tingkat ringan. Respon tubuh terhadap nyeri akan berbeda pada setiap orang perbedaan ini menurut tergantung pada cara pandang dan reaksi terhadap suatu peristiwa nyeri. Hal ini juga didukung pada kondisi fisik dan psikis perasaan dari setiap individu pada saat berlangsungnya menstruasi. Disisi lain saat cemas, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Dengan berlebihnya hormon estrogen dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan terjadinya ketegangan otot tubuh termasuk otot rahim, kondisi ini dapat menjadikan peningkatan kontraksi secara berlebihan ketika menstruasi sehingga menyebabkan rasa nyeri. Nyeri pada saat mensturasi selain disebabkan faktor hormon juga dipengaruhi oleh faktor psikis atau kecemasan karena pada kondisi cemas, tubuh akan memproduksi hormon- hormon tersebut secara berlebihan sehingga mengakibatkan kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin dan menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin sehingga terjadi iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, kesimpulan yang diperoleh adalah : a. Onset menarce pada mahasiswi FK USU terbanyak adalah pada usia 12 tahun 34 b. Lama siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU terbanyak selama 28 hari 57 c. Tingkat kecemasan mahasiswi FK USU terbanyak adalah tingkat kecemasan ringan 49. d. Gejala dismenorea terbanyak pada mahasiswi tanpa kecemasan adalah nyeri perut bawah atau pelvik 76.6. e. Gejala dismenorea terbanyak pada mahasiswi dengan tingkat kecemasan ringan adalah nyeri pinggang bawah91.8. f. Gejala dismenorea terbanyak pada mahasiswi dengan tingkat kecemasan sedang adalah nyeri perut bawah atau pelvik81.8. g. Gejala dismenorea terbanyak pada mahasiswi dengan tingkat kecemasan berat adalah nyeri perut bawah atau pelvik, nyeri pinggang bawah, dan mual muntah80.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: a. Bagi mahasiswi , diharapkan lebih mengantisipasi dan mewaspadai terjadinya kecemasan dengan cara mendekatkan diri kepada tuhan, olahraga yang teratur dan juga menjaga diri dari hal-hal negatif untuk kemudian berupaya menghindari dan mengatasi kecemasan tersebut agar dapat mengurangi kejadian dismenorea pada mahasiswi. b. Bagi orang tua, tenaga professional seperti tenaga kesehatan, psikolog, maupun tenaga pengajar, juga orang orang di sekitar mahasiswi untuk mengantisipasi dan mewaspadai terjadinya kecemasan pada mahasiswi serta memberi dukungan pada mahasiswi ketika menghadapi kecemasan sehingga dapat mengurangi kejadian dismenorea. c. Bagi tenaga kesehatan, agar memberikan informasi pada mahasiswi berkaitan dengan masalah premenstrual syndrome dismenorea. d. Bagi peneliti lain, agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang terkain dengan kejadian dismenorea dengan jumlah responden yang lebih banyak sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal.