permohonan Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan
penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan. Permohonan pengurangan angsuran Pajak Penghasilan 25 ini
juga harus memenuhi ketentuan syarat apabila sesudah 3 tiga bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, ternyata Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75 tujuh puluh lima persen dari Pajak
Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.
4. Penghasilan yang dijadikan dasar penghitungan PPh pasal 25 adalah
penghasilan teratur 5.
Untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sama dengan angsuran bulan
terakhir tahun pajak yang lalu.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan yang dapat kiranya dijadikan bahan pertimbangan dalam Tugas Akhir ini antara lain :
1. Perlu dibuat peraturan yang bisa mengakomodasi segala kondisi ekonomi
yang mungkin terjadi sehingga tidak perlu lagi membuat peraturan khusus yang bersifat temporer dan mencakup kondisi saja, misalnya dalam Per-
Universitas Sumatera Utara
10PJ2009 yang hanya secara khusus mengatur pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun 2009 bagi Wajib Pajak yang
mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha. Dan hanya dalam Per-10 ini baru ditentukan batas maksimal pengurangannya yaitu Wajib
Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai dengan 25 dua puluh lima persen untuk Masa Pajak Januari sampai
dengan Juni 2009. Jadi perlu diatur juga mengenai batas maksimal pengurangan angsuran PPh 25 pada aturan yang di atasnya.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pajak khususnya
tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 dilakukan dengan jalan memberikan penyuluhan, baik secara langsung maupun media
– media yang ada agar Wajib Pajak dapat memahami kewajiban dan hak perpajakannya.
3. Bila dalam proses penelitian, Account Representative menemukan syarat –
syarat maupun lampiran – lampiran yang di sampaikan oleh Wajib Pajak
tidak lengkap, sebaiknya Wajib Pajak disuruh untuk melengkapi permohonan dengan cara mengirim surat dari kepala Kantor Pelayanan
Pajak yang namanya terdaftar dan surat permohonan yang telah disampaikan terlebih dahulu tetap di proses.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEKLOKASI PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Pada tahun 1983 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan
Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya tambahan
kantor inspeksi pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan Negara dari sektor pajak.
Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan keputusan menteri keuangan republik
Indonesia nomor 257KMK.011989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama manjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus di bentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Kemdian pada tanggal 3 Agustus 1993 dikeluarkanlah keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 758KMK.011993 Kantor Pelayanan Pajak Medan
Selatan berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu : 1.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
Universitas Sumatera Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasa Direktorat
Jenderal Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama untuk memudahkan Wajib Pajak,
ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak yang ada, yaitu : Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu instansi vertikal Direktorat Jenderal
Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumut I. Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan
melayani Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, selain itu Kantor Pelayanan Pajak
Pratama juga melakukan Pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak. Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95PJ2008 tangal
27 mei 2008 tentang saat mulai operasi SMO Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumut I, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama ditetapkan mulai beroperasi tangal 27 mei 2008.
B. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 8 seksi, 1 kelompok jabatan Fungsional I dan II, Sub Bagian Umum, yaitu :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Kelompok Jabatan Fungsional I dan II
C. Uraian Tugas dan Fungsi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama