63
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR GADAI DALAM
PERJANJIAN GADAI
A. Tanggung Jawab Kreditur terhadap Barang yang Digadaikan
Pasal 1150 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata KUH Perdata mendefinisikan gadai sebagai suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu
kebendaan yang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitor atau oleh orang lain atas nama debitor, dan yang memberikan kekuasaan kepada
kreditor untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari para kreditur lainnya.
112
Penerima gadai pandnemer orang atau badan hukum yang menerima jaminan untuk pinjaman uang yang diserahkan oleh debitur pandgever. Dari
adanya perjanjian gadai yang didasarkan pada penyerahan benda bergerak kepada penerima gadai kreditur, maka berdasarkan Pasal 1154 KUH Perdata kreditur
mempunyai kewajiban tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya walaupun pemberi gadai wanprestasi dan mempunyai
kewajiban menjaga barang yang digadaikan. Selain itu berdasarkan Pasal 1156 KUH Perdata, penerima gadai memberitahukan kepada pemberi gadai kreditur
tentang pemindahan barang gadai.
113
112
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op Cit, hal 93.
113
H. Salim, Op Cit, hal 45.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya kewajiban kreditur tersebut, maka kreditur wajib bertanggung jawab terhadap benda gadai yang hilang. Hal ini dapat dilihat dari
Pasal 1157 ayat 1 KUH Perdata bahwa “ Si berpiutang adalah bertanggung jawab untuk hilangnya atau kemerosotan barangnya sekedar itu telah terjadi
kelalaiannya”. Antara kreditur dan debitur yang melakukan perjanjian utang piutang
dengan gadai dimana kedua pihak menandatangani surat bukti kredit maka diserahkannya barang yang digadaikan oleh debitur kepada kreditur sebagai
barang jaminan. Barang yang digadaikan berada dibawah penguasaan kreditur maka kreditur harus bertanggung jawab terhadap barang yang digadaikan
kepadanya. Pada umumnya tanggung jawab terdiri atas ; 1.
Tanggung Jawab berdasarkan KelalaianKesalahan Negligence Tanggung jawab berdasarkan kelalaian Negligence adalah prinsip
tanggung jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab yang ditentukan oleh perbuatan kreditur.
114
a. Suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian.
Negligence dapat dijadikan dasar gugatan, manakala memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
b. Harus dibuktikan bahwa tergugat lalai dalam kewajiban berhati – hati
terhadap penggugat. c.
Kelakuan tersebut merupakan penyebab nyata proximate cause dari kerugian yang timbul.
2. Tanggung Jawab berdasarkan Wanprestasi.
114
Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab, Jakarta : Universitas Indonesia,2004, hal 46
Universitas Sumatera Utara
Tanggung Jawab kreditur berdasarkan wanprestasi juga merupakan bagian dari tanggung jawab berdasarkan kontrak contractual liability dengan demikian,
suatu produk yang rusak dalam hal ini barang yang digadaikan dan mengakibatkan kerugian, maka debitur melihat isi perjanjian.
115
a. Kreditur Menjaga Barang yang digadaikan
Kewajiban membayar ganti rugi dalam tanggung jawab berdasarkan wanprestasi merupakan akibat dari penerapan klausula dalam perjanjian, yang
merupakan ketentuan hukum bagi para pihak debitur dan kreditur, yang secara sukarela mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut. Maka debitur dan kreditur
harus melaksanakan kewajiban masing - masing sehingga terjadinya wanprestasi. Berdasarkan hasil penelitian pada salah satu pegawai di PT. Perioritas
Rakyat Sejahtera Multifinance, tanggung jawab kreditur terhadap barang yang digadaikan :
Dalam hal menjaga barang yang digadaikan bahwa pegadaian menugaskan secara khusus pegawainya untuk menjaga barang yang digadaikan. Pegawai yang
ditugaskan bukanlah satuan pengaman melainkan pegawai yang secara khusus ditugaskan untuk menjaga barang gadaian. Dikarenakan banyaknya masyarakat
yang melakukan gadai maka diperlukan menjaga barang gadaian.
115
Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Daud, Hari Sabtu, Tanggal 7, Bulan Mei, Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
Akibat banyaknya masyarakat yang melakukan gadai pada kenderaan roda empat maka diperlukan menjaga barang gadaian agar tidak rusak dan terawat
kualitasnya. b.
Kreditur merawat barang yang digadaikan Kreditur bertanggung jawab untuk merawat barang yang digadaikan. Hal
ini dilakukan untuk menjaga ben tuk dan warna dari barang yang digadaikan sesuai data pada surat bukti kredit. Kreditur yang lalai tidak merawat barang yang
digadaikan sesuai data yang digadaikan serta menyebabkan bentuk atau warna dari barang yang digadaikan berbeda dengan data pada surat bukti kredit maka
kreditur harus mengganti barang yang digadaikan.
116
Hal ini sesuai dengan ketentuan pada alinea 1 Pasal 1157 KUH Perdata yang menyatakan si berpiutang adalah bertanggung jawab untuk hilangnya atau
kemerosotan barangnya akibat kelalaian. Pengertian dari kemerosotan barangnya ialah bentuk atau warna yang tidak sesuai dengan surat bukti kredit.
117
1. Tanggung Jawab Perdata
Dalam Pasal 1152 KUH Perdata, bahwa kenderaan roda empat dalam hal gadai haruslah berada pada kekuasaan penerimaan gadai. Apabila kenderaan roda
empat berada pada kekuasaan debitur maka gadai tersebut tidak sah. Hak gadai pun akan menjadi hapus apabila mobil tersebut sudah tidak berada dalam
kekuasaan kreditur lagi.
116
Hasil wawancara dengan M. Daud, Hari Sabtu, Tanggal 7, Bulan Mei, Tahun 2016.
117
Lihat dalam Pasal 1157 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
2. Tanggung Jawab Pidana
Kalimat yang khusus menggambarkan tanggung jawab pidana adalah barang yang digadaikan haruslah bukan berasal dari hasil kejahatan, definisi
“kejahatan” menurut R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan menjadi dua sudut pandang yakni sudut pandang secara yuridis dan sudut pandang secara
sosiologis.
118
Dilihat dari sudut pandang yuridis, kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan Undang - Undang. Dilihat dari sudut
pandang sosiologis, pengertian kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa
hilangnya ketentraman dan ketertiban.
119
B. Aspek Hukum dalam Perjanjian Hutang Piutang dengan Gadai