Ketentuan – Ketentuan Dasar Hukum Jaminan

Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak debitur untuk membebani hak – hak yang akan digunakan dalam pemasangan jaminan,apakah yang bersangkutan menggunakan hak tanggungan, fidusia, gadai, hipotek untuk mendapatkan fasilitas kredit pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank. 40 Ketentuan hukum jaminan dapat dijumpai dalam Buku II KUHPerdata, bahwa didalam Buku II KUHPerdata diatur mengenai pengertian, cara membedakan benda dan hak – hak kebendaan baik yang memberikan jaminan. Ketentuan dalam pasal – pasal Buku II KUHPerdata yang mengatur mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari title kesembilan belas sampai title dua puluh satu Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232. Dalam pasal – pasal KUHPerdata tersebut diatur mengenai piutang – piutang yang diistimewakan, gadai dan hipotek.

C. Ketentuan – Ketentuan Dasar Hukum Jaminan

Ketentuan yang secara Khusus atau ketentuan yang berkaitan dengan jaminan dapat ditemukan dalam : 1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata 41 a. Bab XIX: Tentang piutang – piutang yang diistimewakan Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1149; bagian kesatu tentang piutang – piutang yang diistimewakan pada umumnya Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138; Secara rinci materi kandungan ketentuan – ketentuan hukum jaminan yang termuat dalam Buku II KUHPerdata tersebut sebagai berikut : 40 Ibid, hal 28. 41 Rachmadi Usman,Op Cit, hal 4. Universitas Sumatera Utara bagian kedua tentang hak – hak istimewa yang mengenai benda – benda tertentu Pasal 1139 sampai dengan Pasal 1148; bagian ketiga tentang hak – hak istimewa atas semua benda bergerak dan tidak bergerak pada umumnya Pasal 1149; b. Bab XX: Tentang gadai Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160, Pasal 1161 dihapuskan; c. Bab XXI: Tentang hipotek Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232; bagian kesatu tentang ketentuan – ketentuan umum Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1178; bagian kedua tentang pembukuan – pembukuan hipotek serta bentuk caranya pembukuan Pasal 1179 sampai dengan Pasal 1194; bagian ketiga tentang pencoretan pembukuan Pasal 1195 sampai dengan Pasal 1197; bagian keempat tentang akibat – akibat hipotek terhadap orang ketiga yang menguasai benda yang dibebani Pasal 1209 sampai dengan pasal 1220; bagian keenam tentang pegawai – pegawai yang ditugaskan menyimpan hipotek, tanggung jawab pegawai – pegawai yang ditugaskan menyimpan hipotek dan hal diketahuinya register – register oleh masyarakat Pasal 1221 sampai dengan Pasal 1232. 42 Keluarnya Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Beserta Benda - Benda yang berkaitan dengan tanah, maka pembebanan hipotek atas hak atas tanah beserta benda - benda yang berkaitan dengan tanah tidak lagi menggunakan lembaga dan ketentuan hipotek 42 Hemat Salim, Op Cit, hal 5. Universitas Sumatera Utara sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. Sementara itu pembebanan hipotek atas benda - benda yang berkaitan dengan tanah tidak bergerak lainnya selain hak atas tanah beserta benda – benda yang berkaitan dengan tanah, hipotek kapal laut misalnya, tetap menggunakan lembaga dan ketentuan - ketentuan hipotek sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. 43 Selain mengatur jaminan hak bendaan, dalam KUHPerdata juga mengatur mengenai jaminan hak perseorangan yaitu penanggungan utang dan perikatan tanggung menanggung. Jaminan hak perseorangan ini tidak diatur dalam buku II KUHPerdata, melainkan diatur dalam buku III KUHPerdata yaitupada title ketujuh belas dengan judul penanggungan utang yang dimulai dari Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. 44 Secara rinci ketentuan – ketentuan hukum, jaminan yang termuat dalam buku III KUHPerdata sebagai berikut Bab ketujuh belas tentang penanggungan utang: bagian kesatu tentang sifat penanggungan Pasal 1829 sampai dengan Pasal 1830, bagian kedua tentang akibat – akibat penanggungan antara debitur dan penanggung hutang Pasal 1831 sampai dengan Pasal 1838, bagian ketiga tentang akibat – akibat penanggung antara para penanggung hutang sendiri Pasal 1839 sampai dengan Pasal 1844, bagian keempat tentang hapusnya penanggungan hutang Pasal 1845 sampai dengan Pasal 1850. 45 Selain itu dalam buku III KUHPerdata juga diatur mengenai jaminan hak perseorangan yaitu : 43 Ibid, hal 16. 44 Rachmadi Usman, Op Cit, hal 5. 45 Ibid, hal 6. Universitas Sumatera Utara 1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata a. Perjanjian tanggung – menanggung perikatan tanggungan renteng sebagaimana diatur dalam title kesatu bagian kedelapan dari Pasal 1278 sampai dengan Pasal 1295. b. Perjanjian garansi sebagaimana diatur dalam Pasal 1316 KUHPerdata. 2. Kitab Undang – Undang Hukum Dagang. Pasal - pasal yang berkaitan dengan jaminan adalah pasal – pasal yang berkaitan dengan hipotek kapal laut. Pasal – pasal yang mengatur hipotek kapal laut adalah Pasal 314 sampai dengan pasal 316 KUHDagang. 46 3. Undang – undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria. Ketentuan - ketentuan yang berkaitan dengan jaminan adalah Pasal 51 dan Pasal 57 Undang - undang Pokok Agraria. Pasal 51 UUPA berbunyi “ Hak tanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik, hak guna dan hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 25, Pasal 33, dan Pasal 39 diatur dengan undang - undang “. Sedangkan dalam Pasal 57 UUPA berbunyi “Selama undang - undang mengenai hypotheek tersebut dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata Indonesia dan credietverband tersebut dalam Staatsblad 1908 nomor 542 sebagaimana telah diatur dengan Staatblad 1937 nomor 190, sepanjang hal - hal yang belum ada ketentuannya dalam atau berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960. 46 Hemat Salim,Op Cit, hal 16. Universitas Sumatera Utara 4. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda - Benda yang berkaitan dengan Tanah. Setelah 30 tahun sejak mulai berlakunya Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1960, baru terbentuk undang - undang sebagaimana dimaksud oleh Pasal 51 Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda - benda yang berkaitan dengan tanah. Pada penjelasan Pasal 29 Undang - undang Nomor 4 Tahun 1996 menyatakan dengan berlakunya undang - undang ini, ketentuan mengenai credietverband seluruhnya tidak perlu lagi. Sedangkan ketentuan mengenai hypoteek yang tidak berlaku lagi hanya yang menyangkut pembebasan hypoteek atas hak atas tanah beserta benda – benda yang berkaitan dengan tanah. 47 5. Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jamina Fidusia Untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang bersangkutan, oleh pemerintah disusun suatu peraturan mengenai fidusia dalam suatu undang – undang. 48 47 Pasal 29 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda yang Berkaitan dengan Tanah. 48 Rachmadi Usman,Op Cit. Hal 13. Maka dengan adanya Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dalam penggunaan fidusia dan menampung kebutuhan hukum bagi dunia usaha terhadap pendanaan pembangunan ekonomi yang sebagian besar diperolehnya melalui kegiatan Universitas Sumatera Utara pinjam meminjam atau kredit. Sehingga diperlukan peraturan yang jelas, lengkap mengatur fidusia. 49 49 Ibid, hal 14. D. ASAS - ASAS HUKUM JAMINAN Asas - asas yang terdapat dalam hukum jaminan ialah : 1. Asas publicitet Asas ini adalah semua hak baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di kantor Badan Pertanahan Nasional kabupaten kota, pendaftaran fidusia pada kantor departemen kehakiman dan hak asasi manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar yaitu syahbandar. Syahbandar ialah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinnya ketentuan peraturan perundang – undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. 2. Asas specialitet Yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan atas barang – barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu. Universitas Sumatera Utara 3. Asas tidak dapat dibagi – bagi Yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian atau benda yang dijadikan jaminan harus menjadi suatu kesatuan dalam menjamin hutang. 4. Asas inbezittstelling Yaitu barang jaminan gadai harus berada pada penerima gadai pemegang jaminan. 5. Asas horizontal Yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai dapat dijadikan jaminan. 50 Asas - asas hukum jaminan menurut Mariam Darus Badrulzaman tidak memberikan pengertian dan penjelasan yang lengkap, maka Hemat Salim Menurut Mariam Darus Badrulzaman asas – asas hukum jaminan meliputi asas filosofis, asas konstitusional, asas politis, dan asas operasional yang bersifat umum. Asas operasional dibagi menjadi asas sistem tertutup, asas absolut, asas mengikuti benda, asas publisitas, asas spesialitet, asas totalitas, asas asessi perlekatan, asas konsistensi, asas pemisahan horizontal, dan asas perlindungan hukum. 50 Hemat Salim,Op Cit, hal 10. Universitas Sumatera Utara menjelaskan dan mengartikan asas – asas hukum jaminan yang berkaitan dengan asas filosofis, asas konstitusional, asas politis, dan operasional yaitu: 1. Asas filosofis Adalah asas dimana semua peraturan perundang – undangan yang berlaku di Indonesia harus didasarkan pada falsafah yang dianut oleh bangsa Indonesia yaitu Pancasila. 2. Asas konstitusional Adalah asas dimana semua peraturan perundang – undangan dibuat dan disahkan oleh pembentukan undang – undang harus didasarkan pada hukum dasar konstitusi. Hukum dasar yang berlaku di Indonesia yaitu UUD 1945. Apabila undang – undang yang dibuat dan disahkan tersebut bertentangan dengan konstitusi makan undang – undang tersebut harus dicabut. 3. Asas politis Adalah asas di mana segala kebijakan dan teknik di dalam penyusunan peraturan perundang - undangan didasarkan pada TAP MPR. 4. Asas operasional yang bersifat umum Adalah asas yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembebanan jaminan. 51 51 Hemat Salim, Op Cit, hal 11. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang