d. Market Value of Equity Book Value of Debt T4
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban- kewajibandari nilai pasar modal sendiri saham biasa. Nilai pasar ekuitas
sendiridiperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar denganhargapasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan
menjumlahkankewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. e.
Sales Total Assets T5 Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang
tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan.
2.2.6.2 Model Altman Z Score Modifikasi 1995
Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model
prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta
private firm Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni, 2008. Model tersebut mengalami perubahan pada satu variabel yaitu T4 dimana sebelumnya kapitalisasi pasar dirubah
menjadi nilai buku modal. Untuk mengantisipasi kelemahan dari formula asli Altman Z Score, ada
beberapa solusi yang ditawarkan. Untuk perusahaan pribadi, kita tidak bisa
Universitas Sumatera Utara
menghitung market value of equity. Oleh karena itu dilakukan perbaikan formula sebagai berikut:
Z-Score = 0,717T1 + 0,847T2 + 3,107T3 + 0,420T4 + 0,998T5 Keterangan:
T1 = working capital total assets T2 = retained earnings total assets
T3 = earnings before interest and taxes total assets T4 = book value of equity book value of debt
T5 = sales total assets a.
Working Capital Total Assets T1 Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aset lancar dengan
hutang lancar, sedangkan Total Aset adalah merupakan keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Rasio T1
pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut
negatif apabila aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. b.
Retained Earnings Total Assets T2 Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam
bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan
beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin
Universitas Sumatera Utara
lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
c. Earnings Before Interest and Taxes Total Assets T3
Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh
perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang
digunakan. d.
Book Value of Equity Book Value of Debt T4 Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai modal dan saham, sedangkan hutang
mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya
melalui modalnya sendiri. e.
Sales Total Assets T5 Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang
tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan. Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut: a
Z-Score 2,90 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
b 1,23Z-Score 2,90 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai
perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari
keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.
c Z-Score 1,23 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.
Tabel 2.2 Titik Cut-Off Model Altman Modifikasi
Private Firm
Kategori Nilai
Sehat jika Z 2,99
Bangkrut jika Z 1,18
Daerah Rawan Grey area jika Z 1,18 – 2,99
Sumber : Altman 1995 Untuk perusahaan non manufaktur, formulanya dimodifikasi untuk
menghilangkan bias assets turnover, karena sales to total assets pada perusahaan non manufaktur secara normal jauh lebih besar daripada perusahaan manufaktur sehingga
T5 dihilangkan pada formula ini. Formula Z Score untuk non manufaktur adalah: Z-Score = 6,56T1 + 3,26T2 + 6,72T3 + 1,05T4
Keterangan: T1 = working capital total assets
T2 = retained earnings total assets T3 = earnings before interest and taxes total assets
Universitas Sumatera Utara
T4 = book value of equity book value of debt Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut: a
Z-Score 2,60 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
b 1,1Z-Score 2,60 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai
perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari
keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.
c Z-Score 1,1 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.
Tabel 2.3 Titik Cut-Off Model Altman Modifikasi
Perusahaan non manufaktur
Kategori Nilai
Sehat jika Z 2,90
Bangkrut jika Z 1,1
Daerah Rawan Grey area jika Z 1,1 – 2,90
Sumber : Altman 1995 Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dua sampai lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Kebangkrutan biasanya
dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan kelanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan,
semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap
terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut. Menurut BAPEPAM 2005, kelebihan dari hasil Z-Score antara lain:
a Menggabungkan berbagai resiko keuangan secara bersama-sama.
b Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel-variabel
independen. c
Mudah dalam penerapan. Sedangkan kelemahan dari hasil Z-Score antara lain:
a Nilai Z-Score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah
atau rekayasa keuangan lainnya. b
Formula Z-Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya masih rendah atau bahkan masih merugi. Nilai Z-Score biasanya akan rendah.
c Perhitungan Z-Score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat memberikan
hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang diakhir tahun secara sekaligus.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penelitian Terdahulu