Pengertian Kebijakan Redaksional LANDASAN TEORI

penampilan dan penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut. 3 Secara garis besar keredaksian dibagi menjadi empat jenjang, yaitu: 1. Pemimpin Redaksi Pemimpin redaksi bertanggung jawab pada pekerjaan yang terkait dengan perencanaan dalam laporan berita. Selain itu, ikut memimpin rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat, peristiwa mana yang ditangguhkan. Dengan kata lain, tugas dari pemimpin redaksi adalah menentukan kebijakan isu media. 2. Redaktur Pelaksana Merupakan penanggung jawab utama seluruh pelaksanaan pencarian berita. Redaktur pelaksana atau biasa disingkat menjadi redpel ini, berkemampuan untuk memutuskan berbagai berita utama harus ditempatkan di halaman mana. Selain itu, ia juga dapat membuat kebijakan redaksi yang tentunya sudah melalui proses diskusi dengan pemimpin redaksi. Kerja dari redpel biasanya dibantu oleh beberapa asisten, yang bertanggung jawab dalam bidang redaksional tertentu atau redaktur. 3. Redaktur Dalam perusahaan media biasanya terdapat berbagai macam redaktur yang disesuaikan dengan bahasannya yang ada pada media tersebut. Semisal redaktur opini, yang membidangi halaman opini. 3 Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, h. 125. Redaktur opini bertugas dalam mengerjakan Tajuk Rencana, memilah- milah kiriman artikel para penulis lepas, mengontak para kolumnis yang dipilihnya atau yang direncanakan redaksi untuk menulis soal kemasyarakatan. Ia adalah penjaga gawang perbedaan antara tulisan, fakta dan opini. Ada lagi, redaktur berita, bertanggung jawab untuk mengontrol copy desk, bagian naskah sebelum dicetak, dimana editing akhir berita dikerjakan serta halaman di disain dan headline ditulis. Kerja dari redaktur berita dibantu oleh redaktur naskah. Sedangkan redaktur kota, mewadahi pemberitaan yang bersifat lokal. Redaktur kota biasanya selalu ada setiap susunan organisasi media. Karena desk kota merupakan pusat dari ruang pemberitaan koran. Kedudukan redaktur kota paralel dengan para redaktur yang membidangi pemberitaan tertentu, seperti redaktur nasional, redaktur internasional, redaktur ekonomi, redaktur feature, redaktur olah raga, redaktur bisnis, redaktur minggu dan lainnnya. Masing-masing redaktur itu membawahi tugas-tugas peliputan, pemolesan dan pengeditan berita-berita yang ditulis wartawan yang dibawahinya. 4. Wartawan atau Reporter Dalam susunan organisasi keredaksian, wartawan menempati posisi paling bawah. Tugas dari wartawan itu sendiri adalah untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah serta membuat berita. 4 Jika digambarkan dalam bentuk skema struktur organisasi media yang sederhana, akan seperti ini: 5 Gambar: Struktur Sederhana Bidang Redaksi Berdasarkan pengertian diatas, maka jika digabungkan pengertian kebijakan redaksional adalah dasar pertimbangan suatu lembaga media massa 4 Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 191-194. 5 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, h. 25. Pemimpin Redaksi Sekretaris Redaksi Redaktur Pelaksana Redaktur Redaktur Redaktur Redaktur Redaktur WartawanReporter untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga dapat ditunjukan berupa sikap redaksi suatu lembaga media massa dalam Tajuk Rencana atau Editorial. Kebijakan redaksi itu penting karena digunakan untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. 6 Pendapat lain mengatakan bahwa kebijakan redaksional adalah ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media. Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawan atau penyiar. 7 Dalam buku bahasa jurnalistik dinyatakan bahwa kebijakan redaksional lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam. 8 Kebijakan redaksional adalah sesuatu yang penting dalam kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembela antara media satu dengan media lainnya. Selain itu, jika sebuah media tidak 6 Sudirman Tebba, Junalistik Baru Ciputat: Kalam Indonesia, 2005, h. 150. 7 Den Oleh, “Kebijakan Redaksional Editorial Policy, “ artikel diakses pada 12 november 2011 dari http:oleh07.wordpress.com20081112kebijakan-redaksional-editorial- policy 8 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006, h. 23. memiliki kebijakan redaksi, maka media tersebut dalam penyajian berita-beritanya tidak akan konsisten. Hal ini ditandai dengan penyampaian berita yang selalu berubah-ubah. Hari ini menyuarakan dukungan terhadap keijakan pemerintah, dan keesokan harinya menyuarakan menentang terhadap kebijakan pemerintah. Sikap media yang seperti ini dapat melunturkan kepercayaan khalayak pada media tersebut. 9 Hal ini bisa terjadi karena media massa merupakan media diskusi publik tentang suatu masalah yang akan melibatkan tiga pihak, yaitu wartawan, sumber berita dan khalayak. 10 Lahirnya suatu kebijakan dalam perusahaan media massa memiliki dasar pertimbangan sendiri, sebagaimana dikutip dalam buku Jurnalistik Baru yakni: Dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan peristiwa pertama-tama ditentukan oleh sifat media massa yang bersangkutan. Sifat media ada yang khusus dan ada yang umum. Selain itu, dasar pertimbangan lainnya bersifat ideologis, politis dan bisnis. Dasar pertimbangan ideologis ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Kedua, adalah masalah politis, karena kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik, sebab kehidupan pers merupakan indikator demokrasi. Ketiga, dasar pertimbangan untuk menyiarkan suatu peristiwa adalah bisnis. 11 9 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 150. 10 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi Yogyakarta: GITANYALI, 2004, h. 167. 11 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 151-154. Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations, menjelaskan mengenai kebijakan redaksional ini meliputi sikap ”politik” media dan aturan keredaksian kewartawanan. Politik disini dapat diartikan secara arti sesungguhnya atau juga bukan dalam arti yang sesungguhnya. Berkaitan dengan kebijakan redaksional; setiap media massa memiliki sikap yang berbeda dalam melihat satu permasalahan, sehingga antara media satu dengan media lainnya pasti memiliki sikap yang berbeda. Begitu pun dalan pengertian politik yang sesungguhnya, karena adakalanya setiap media memiliki kepentingan untuk golongan politik tertentu. Sikap ”politik” media ini pun bukan hanya pada partai politik, akan tetapi terhadap berbagai kepentingan lain yang berhubungan dengan kepemilikan media, sejarah media, alasan ekonomis, misi media serta kepentingan lainnya. Kepemilikan media bisa perorangan atau individu, perusahaan, organisasi, profesi, orsospol, ormas, BUMN, yayasan atau lembaga lainnya. Berkaitan dengan nilai yang diemban maka sebuah media akan membedakan sekap dan warna pemberitaannya. Misalnya media yang memiliki misi tertentu baik dari sisi kesukuan, keagamaan, maupun golongan pada kelompok tertentu, pasti memiliki sikap dan warna yang lain. Selain sikap ”politik” yang berbeda, antara media massa pun memiliki aturan keredaksian dan aturan kewartawanan yang berbeda pula. Ini bergantung pada misi dan sifat media yang bersangkutan. Misalnya, karena misinya, sebuah majalah khusus tentang Islam tentunya tidak akan memuat pemberitaan atau press release dari agama yang lain dengan alasan sasaran pembacanya tidak tepat. Juga kita pun harus mengetahui bahwa karena sifat media tertentu, sebuah media tidak menerima siaran pers untuk dimuat utuh. Media-media yang terbit mingguan, baik majalah maupun tabloid tidak akan memuat siaran pers utuh karena surat kabar harian sudah memuatnya. Kecuali jika itu eksklusif. Karena sifat media pula, mengharuskan aturan keredaksian yang diterapkan menjadi berbeda. Misalnya, media yang terbit mingguan, dwimingguan, atau bulanan tidak akan memuat berita yang diperuntukkan bagi media harian. Selain itu, kita harus tahu aturan kewartawanan masing-masing berita. Apakah media yang kita undang itu memperbolehkan wartawannnya untuk menerima amplop atau tidak. 12

B. Teori

Dalam hal ini penulis menggunakan Teori Hirarki Pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan eksternal. 13 Shoemaker dan Reese membagi kepada lima level pengaruh isi media, dari kelima pengaruh ini diantaranya: 1. Pengaruh dari individu pekerja media individual level - Tingkat pengetahuan dan pengalaman penulis 12 Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 20-22. 13 Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message New York ,Longman Publisher : 1996 h. 60 2. Pengaruh dari rutinitas media media routines level - Standar kegiatan 3. Pengaruh dari organisasi media organizational level - Tujuan media 4. Pengaruh dari luar media outside media level - Lingkungan politik 5. Pengaruh ideologi ideology level - Jenis bermusik Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada konten media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah masyarakat dan faktor eksternal lainnya. Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media. 14 Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya. 15 Dari teori ini kita dapat melihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah 14 Stephen D. Reese , Setting the media’s Agenda: A power balance perspective Beverly Hills: Sage, 1991, h. 324 15 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,8 th ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005 h. 281