B. KERANGKA PEMIKIRAN
Negara Indonesia adalah negara hukum, yang mana mempunyai salah satu tujuan memberikan perlindungan kepada warga masyarakatnya. Dalam
mengimplementasikan salah satu tujuan negara hukum tersebut, pemerintah menyusun peraturan-peraturan yang mengatur dan melindungi segala tindakan
yang dilakukan di negara ini. Salah satunya adalah peraturan yang mengatur tentang perlindungan terhadap anak, pada awalnya peraturan tentang perlindungan
anak tetuang dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Namun dalam perkembangannya, meskipun Undang-Undang nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan
yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Maka itu dibuat Undang- Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pembentukan
undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional,
khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Undang-undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya, hak-hak anak. Rangkaian
kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spritual maupun sosial. Tindakan ini
dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang
dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, pemerintah senantiasa dibantu oleh alat-alat negara, salah satunya adalah pemerintah daerah, pemerintah daerah
dalam menjalankan perannya di bidang perlindungan anak juga dibantu oleh dinas sosial yang salah satu tujuan dibentuknya dinas sosial ini adalah
mengayomi, melindungi dan membina anak terlantar. Seperti yang telah tertuang dalam Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945 , bahwa: ”Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Berdasarkan hal tersebut, perundang-undangan yang telah dibuat serta alat-alat negara yang telah dibentuk ini diharapkan mampu melindungi serta
mengatasi permasalahan anak-anak terlantar di negara indonesia ini. KERANGKA PEMIKIRAN
UU No 39 Tahun 1999 UU NO 23 TAHUN 2002
PEMDA KAB. PACITAN PEMERINTAH DAERAH
DINAS SOSIAL KAB. PACITAN
PERMASALAHAN ANAK TERLANTAR
OUTPUT PENYELESAIAN
BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Profil Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur
Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur merupakan instansi pemerintah yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas pemerintah dalam usaha kesejahteraan
sosial. Secara yuridis formal keberadaan Dinas Sosial diperlukan untuk : a. Memfasilitasikan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh
masyarakat b. Mendinamisasikan dan memperkuat sistem sumber pelayanan dan potensi
kesejahteraan sosial c. Memberdayakan individu atau kelompok penyandang masalah sosial
d. Melaksanakan advokasi
sosial untuk memungkinkan
terjadinya kesempatan yang sama diantara semua warga negara dalam memanfaatkan
sumber-sumber pelayanan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2000 tentang Dinas Sosial
Propinsi Jawa Timur jo Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2000, Dinas Sosial Propinsi
Jawa Timur mempunyai tugas pokok yaitu membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. Pembangunan yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah pembangunan kesejahteraan sosial. Strategi penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial yang dikembangkan oleh
Dinas Sosial adalah: a. Membangun kapasitas individual capacity building
b. Membangun dan mewujudkan kemandirian self reliance
c. Pemberdayaan atas dasar lokalitas empowering
43