Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Responden dan Curahan Waktu Kerja

5.5. Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Responden dan Curahan Waktu Kerja

5.5.1 Hubungan Antara Umur dan Curahan Waktu Kerja

Responden memiliki rentang umur yang berbeda, sehingga perlu dibagi berdasarkan kelas umur pada masing-masing strata penguasaan lahan. Tabel 8 menggambarkan distribusi berdasarkan kelas umur dan penguasaan lahan. Tabel 8 Distribusi berdasarkan kelas umur dan penguasaan lahan Kelas Umur tahun Responden Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P 20-31 3 2 2 3 1 1 6 6 32-42 2 6 1 1 3 7 43-53 7 7 1 2 1 8 10 54-64 7 6 3 1 1 11 7 65-75 1 1 76 1 1 Jumlah 21 21 7 7 2 2 30 30 Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa usia responden menyebar ke dalam beberapa kelompok umur. Rata-rata responden laki-laki terbanyak antara selang umur 54-64 begitupun dengan responden perempuan pada rentang umur 43-53 sebanyak. Jumlah umur produktif pada laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan dimana, laki-laki hanya 58,1, perempuan mencapai 87,1. Pada rentang umur 65 tahun lebih rata-rata responden laki-laki maupun perempuan sangat sedikit hal ini dikarenakan pada umur 65 tahun keatas bukan lagi usia produktif. Seperti yang dikatakan Papalia dan Olda 1966, diacu dalam Idolasari 2011, bahwa usia produktif bekerja yaitu 19-55 tahun. Pada Tabel 9 curahan waktu kerja laki-laki paling banyak mengeluarkan waktu pada kisaran umur 32-42 tahun sebesar 47,8 HOKbulan. Berdasarkan pengamatan dilapangan pada rentang umur 32-42 tahun petani memiliki anak yang memerlukan banyak pengeluaran untuk biaya sekolah, sehingga memaksa petani untuk bekerja lebih banyak, untuk menghasilkan hasil panen yang lebih maksimal. Pada perempuan yang paling besar terdapat pada kelas umur 20-31 tahun sebesar 28,1 HOKbulan. Pada curahan waktu perempuan di kisaran umur 54-64 tahun memiliki nilai paling kecil, hal ini senada dengan yang dituliskan Soetrisno 1997 yang menyebutkan bahwa Di desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, pada pagi hari sulit bagi kita untuk menemukan perempuan yang berada di rumah, kecuali mereka yang berusia tua atau istri dari pegawai negeri Tabel 9 Curahan waktu kerja pengelolaan agroforestri berdasarkan umur dan penguasaan lahan Selain memiliki curahan waktu dalam pengelolaan agroforestri, para petanipun mempunyai curahan waktu di luar pengelolaan agroforestri. Seperti yang terlihat di dalam tabel 10 curahan waktu kerja dalam kegiatan di luar pengelolaan agroforestri paling besar untuk laki-laki terdapat di kelas umur 54 –64 tahun, sebesar 13,5 HOKbulan. Sedangkan untuk perempuan berkisar di umur 43-53 tahun sebesar 11,5 HOKbulan. Hal ini dapat terjadi karena pada kisaran umur yang sudah tidak produktif petani tidak mempunyai tenaga yang cukup banyak untuk mengeluarkan tenaga yang banyak untuk mengolah lahan agroforestri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari mencari pekerjaan sampingan. Kelas Umur tahun Curahan waktu kerja dalam pengelolaan agroforestri HOKbulan Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P 20-31 19,4 14,1 15,9 8,4 5,6 5,6 40,9 28,1 32-42 17,8 12,2 30,0 11,3 0,0 0,0 47,8 23,4 43-53 17,4 10,2 11,3 5,6 0,0 3,8 28,7 19,6 54-64 12,1 6,3 7,5 3,8 3,8 0,0 23,3 10,0 65-75 15,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15,0 0,0 76 15,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15,0 0,0 Jumlah 96,7 42,7 64,7 29,1 9,4 9,4 170,7 81,1 Tabel 10 Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri berdasarkan umur dan penguasaan lahan Kelas Umur tahun Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri HOKbulan Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P 20-31 6,0 2,3 4,5 0,5 2,3 0,0 12,8 2,8 32-42 8,3 2,9 4,1 0,8 0,0 0,0 12,4 3,6 43-53 2,7 3,3 7,5 2,3 0,0 6,0 10,2 11,5 54-64 3,2 3,4 5,8 3,8 4,5 0,0 13,5 7,2 65-75 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 76 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 20,2 11,8 21,9 7,3 6,8 6,0 48,8 25,1 Berdasarkan Tabel 9 dan Tabel 10, responden lebih fokus terhadap pekerjaannya dalam pengelolaan hutan. Hal ini ditunjukan dengan curahan waktu kerja non agroforestri lebih kecil dibandingkan dengan di dalam agroforestri, pada setiap kelas umur. Tabel 11 Curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif berdasarkan umur dan penguasaan lahan Kelas Umur tahun Curahan waktu pada kegiatan reproduktif HOKbulan Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P 20-31 3,4 8,7 6,6 14,3 5,2 20,9 15,1 43,8 32-42 1,2 14 1,4 4,7 0,0 2,6 18,2 43-53 2,9 7,2 11,7 4,2 2,9 23,1 54-64 3,4 6,6 1,9 6,6 0,0 5,3 13,2 65-75 0,5 0,0 0,5 0,0 76 2,8 2,8 0,0 Jumlah 14,2 36,0 9,9 37,3 5,2 25,1 29,2 98,3 Dalam kegiatan reproduktif, perempuan memegang banyak peranannya. Curahan waktu terbesar pada perempuan adalah 43,8 HOKbulan dan curahan waktu kedua terbesar adalah 23,1 HOKbulan. Nilai HOK tersebut dimiliki pada kelas umur 20-31 tahun dan 43-53 tahun. Karena pada kisaran umur 20-31 tahun mereka lebih banyak meluangkan waktunya pada bermain, mendidik serta mengasuh anak mereka. Pada rentang umur 43-53 tahun umumnya kaum perempuan lebih banyak meluangkan waktu dalam mengasuh cucu-cucu mereka, dalam mengisi waktunya. Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa semakin tua dari umur petani maka semakin sedikit juga waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan. Bila berdasarkan pengamatan dilapangan, petani yang sudah berumur sudah jarang melakukan kegiatan produktif, karena biasanya lahan yang dimiliki akan diberikan kepada anak mereka. Sehingga waktu mereka lebih banyak untuk bersantai. 42 Tabel 12 Rata-rata curahan waktu kerja total berdasarkan kelas umur laki-laki dan perempuan Kelas umur tahun Curahan Waktu Kerja Pengelolaan Agroforestri Total Produktif Reproduktif Agroforestri Non Agroforestri L P L P L P L P HOKb ulan HOKb ulan HOKb ulan HOKb ulan HOK bulan HOK bulan HOKb ulan HOKb ulan 20-31 40,9 59,5 28,1 37,6 12,8 18,5 2,8 3,7 15,1 22,0 43,8 58,7 68,8 100 74,7 100 32-42 47,8 76,1 23,4 51,8 12,4 19,7 3,6 8,0 2,6 4,2 18,2 40,2 62,8 100 45,3 100 43-53 28,7 68,6 19,6 36,1 10,2 24,5 11,5 21,3 2,9 6,9 23,1 42,6 41,8 100 54,2 100 54-64 23,3 55,4 10,0 32,9 13,5 32,0 7,2 23,7 5,3 12,6 13,2 43,4 42,1 100 30,4 100 65-75 15,0 97,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5 3,0 0,0 0,0 15,5 100 0,0 100 76 15,0 84,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,8 15,8 0,0 0,0 17,8 100 0,0 100 Rata-rata 28,5 73,5 13,5 26,4 8,1 15,8 4,2 9,4 4,9 10,7 16,4 30,8 41,5 100 34,1 100

5.5.2. Hubungan Antara Pendidikan dan Curahan Waktu Kerja

Pendidikan adalah jenjang tertinggi sekolah terakhir yang ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan merupakan salah satu yang menentukan tinggi rendahnya status seseorang di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dalam suatu masyarakat maka status sosialnya akan semakin tingggi. Tingkat pendidikan juga berkolerasi dengan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang pengetahuan dan wawasannya semakin luas, yang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam masyarakat. Mereka yang pendidikannya lebih tinggi cenderung lebih terbuka dalam menerima inovasi dan masukan dari pihak luar. Jenjang pendidikan responden dapat dilihat di dalam Tabel 13. Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Responden N Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P Tidak tamat SD 3 4 1 1 4 5 Tamat SD 14 14 5 6 19 20 Tamat SMP 3 3 1 1 4 4 Tamat SMA 1 2 1 3 1 Tamat Perguruan Tinggi Jumlah 21 21 7 7 2 2 30 30 Pada umumnya masyarakat pedesaan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini juga dapat dilihat pada tingkat pendidikan di lima Desa yang dijadikan tempat penelitian. Seluruh responden sudah memiliki kemampuan baca tulis, namun tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan pada responden perempuan lebih rendah daripada tingkat pendidikan laki-laki dengan jumlah 19 orang laki-laki hanya menamatkan sekolahnya sampai SD sedangkan pada perempuan mencapai 20 orang. Responden yang menamatkan sekolah sampai jenjang SMP hanya ada 4 orang baik pada responden laki-laki maupun perempuan. Hanya 1 responden perempuan yang menamatkan sekolahnya ke jenjang SMA. Data tersebut berbanding lurus dengan yang diungkapkan oleh Simatauw et al. 2001. Tekanan akibat ekonomi berdampak pada pendidikan anak perempuan. Pilihan untuk melanjutkan pendidikan biasanya dijatuhkan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa perempuan akan menikah dan ikut dengan suami, tidak akan memberikan sumbangan apaun pada keluarga. Sehingga pilihan untuk pendidikan lebih pada pilihan gender daripada kemampuan. Tabel 14 Curahan waktu kerja pengelolaan agroforestri berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Curahan waktu kerja dalam pengelolaan agroforestri HOKbulan Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P Tidak tamat SD 15,0 9,4 20,6 3,8 0,0 0,0 35,6 13,1 Tamat SD 15,5 9,5 12,8 9,2 0,0 0,0 28,3 18,7 Tamat SMP 16,9 13,1 11,3 0,0 0,0 5,6 28,1 18,8 Tamat SMA 20,6 0,0 0,0 0,0 4,7 3,8 25,3 3,8 Tamat Perguruan Tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 68,0 32,0 44,6 13,0 4,7 9,4 117,4 54,3 Dari Tabel 14, terlihat bahwa responden laki-laki yang tidak tamat SD memiliki curahan waktu tertinggi yaitu sebesar 35,6 HOKbulan. Sedangkan pada wanita curahan waktu terbanyak berada pada pendidikan SMP sebesar 18,8 HOKbulan. Pada kegiatan di luar pengelolaan agroforestri, curahan waktu kerja laki-laki terbanyak ada pada tingkat pendidikan SD, sedangkan perempuan terbanyak pada tingkat pendidikan tamat SMA dengan nilai berturut-turut 10,2 HOKbulan dan 6 HOKbulan. Curahan waktu kerja diluar pengelolaan agroforestri dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri HOKbulan Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P Tidak tamat SD 1,5 1,3 2,5 3,8 0,0 0,0 4,0 5,1 Tamat SD 4,8 3,8 5,4 1,8 0,0 0,0 10,2 5,5 Tamat SMP 2,0 5,1 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 5,1 Tamat SMA 0,0 0,0 0,0 0,0 1,3 6,0 1,3 6,0 Tamat Perguruan Tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 8,3 10,2 7,9 5,5 1,3 6,0 17,4 21,7 Berdasarkan Tabel 16, curahan waktu kerja perempuan dalam pekerjaan bersifat reproduktif paling banyak dicurahkan pada tingkat pendidikan SD, sebesar 26,3 HOKbulan. Hal ini dikarenakan rata-rata tingkat pendidikan petani perempuan di lahan PLN Kecamatan Pangalengan adalah Sekolah Dasar SD. Selisih curahan waktu kerja kegiatan reproduktif antara laki-laki dan perempuan dari masing-masing nilai terbanyak, sebesar 51,7 HOKbulan, ini menunjukan bahwa kaum lelaki tidak banyak berperan dalam kegiatan reproduktif. Tabel 16 Curahan waktu kerja terhadap kegiatan reproduktif berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Curahan waktu kerja dalam kegiatan reproduktif HOKbulan Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P Tidak tamat SD 4,5 7,4 0,1 6,6 0,0 0,0 4,6 14,0 Tamat SD 3,0 9,6 3,0 10,3 0,0 0,0 6,0 19,9 Tamat SMP 1,7 5,5 1,4 0,0 0,0 20,9 3,1 26,3 Tamat SMA 0,0 3,3 0,0 0,0 2,0 4,2 2,3 7,5 Tamat Perguruan Tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 9,2 25,7 4,5 16,9 2,3 25,1 16,0 67,7 Berdasarkan Tabel 17 yang menunjukan total curahan waktu berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa jumlah curahan waktu terendah ada pada tingkat pendidikan Tamat SMA, dengan nilai HOK 37,6 dan 17,3 perbulannya. Sedangkan pada curahan waktu terbesar pada petani laki-laki adalah tingkat Tamat SD sebesar 72,9 HOKbulan, dan 50,2 HOKbulan untuk tamat SMP pada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Eliana dan Ratina 2007, bahwa pendidikan tidak mempengaruhi curahan waktu tenaga kerja dalam bekerja, karena pada umumnya pendidikan formal tidak berdampak pada peluang kerja pada pekerjaan lapangan. Waktu yang dicurahkan wanita dalam pekerjaan lapangan hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan dalam bekerja. Hal yang senadapun dinyatakan pada oleh Purwaningsih dan Murtiningsih 2006, pendidikan tidak berpengaruh terhadap jam kerja, artinya semakin tinggi pendidikan pekerja, maka mereka bekerja dengan jam kerja yang sama dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah. 47 Tabel 17 Rata-rata curahan waktu kerja total berdasarkan tingkat pendidikan laki-laki dan perempuan Tingkat Pendidikan Curahan Waktu Kerja Pengelolaan Agroforestri Total Produktif Reproduktif Agroforestri Non Agroforestri L P L P L P L P HOKb ulan HOKb ulan HOKb ulan HOKb ulan HOK bulan HOK bulan HOKb ulan HOKb ulan Tidak tamat SD 35,6 57,6 13,1 40,9 4,0 6,5 5,1 15,8 22,2 35,9 14,0 43,4 61,8 100 32,1 100 Tamat SD 28,3 38,8 18,7 42,4 10,2 14,0 5,5 12,5 34,4 47,2 19,9 45,1 72,9 100 44,2 100 Tamat SMP 28,1 50,3 18,8 37,4 2,0 3,6 5,1 10,1 25,8 46,2 26,3 52,5 56,0 100 50,2 100 Tamat SMA 25,3 67,4 3,8 21,7 1,3 3,3 6,0 34,8 11,0 29,3 7,5 43,5 37,6 100 17,3 100 Tamat Perguruan tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 100 0,0 100 Rata-rata 23,5 42,8 10,9 28,5 3,5 5,5 4,3 14,6 18,7 31,7 13,5 36,9 45,6 100 28,7 100 5.6. Pengambilan Keputusan 5.6.1. Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Agroforestri