Metode Penelitian Pembagian Daerah Indonesia berdasarkan Curah Hujan

3.1.2.3 Media Tanam Tanah dan Pupuk Kandang

Tanah yang digunakan berasal dari lahan sekitar kandang Fakultas Peternakan IPB Darmaga, Bogor, sedangkan pupuk kandang diperoleh dari Laboratorium Lapang Kandang A, Fakultas Peternakan, IPB. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 192 buah modifikasi pot tabung silinder dengan diameter 20 cm dan tinggi 100 cm, sekop, timbangan, gunting, timbangan digital, penggaris, mulsa plastik, plastik klip, cool box, ice gel, oven, kulkas, kertas saring, sentrifuse, spektrometer, desikator, dan lain-lain.

3.1.3 Metode Penelitian

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial 2 faktor dengan rancangan perlakuan 4x6 dan 4 ulangan. Faktor A adalah perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian FMA, yaitu: W0M0 : disiram tanpa FMA W1M0 : dikeringkan tanpa FMA W0M1 : disiram diberi FMA W1M1 : dikeringkan diberi FMA Faktor B adalah jenis tanaman yang digunakan untuk masing-masing rumput dan legum. Analisa untuk rumput dan legum dilakukan terpisah. Peubah yang diamati antara lain : 1. Parameter Morfologi tanaman meliputi perubahan kadar air tanah, bobot kering tajuk, bobot kering dan panjang akar. 2. Parameter Fisiologis tanaman meliputi potensial air daun, kadar air relatif daun, kadar prolin dan tota gula terlarut. 3.1.3.1 Prosedur Penelitian Persiapan Media Tanam. Media tanam yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 9:1. Pupuk kandang dan tanah sebelumnya dikeringkan dan diayak kemudian dicampur hingga homogen. Media tanam ini dimasukkan ke dalam pot yang berbentuk tabung dari bahan fiber plastik dengan diameter ± 20 cm dan tinggi 100 cm. Media tanam yang telah siap dalam pot disiram dengan air hingga kondisi tanah jenuh. Gambar 3 Diagram Alur Penelitian Persiapan Bibit tanaman, rumah kaca, media tanam, pot, alat, dll Penanaman Perlakuan Kekeringan dan Aplikasi Mikoriza Pengambilan Data per 8 hari kadar air tanah, sampel daun proline, potensial air Panen berat tajuk, tinggi tajuk, panjang akar, berat akar RUMPUT 6 jenis LEGUM 6 jenis Jenis A Analisa data uji t Analisis Data Panen Pengamatan H32 RAL Faktorial → Skoring Jenis B Tahap 1 Analisa Produksi Gas Close Menke 1986, KCBO Menke et al. 1979 dan PK Kjeldahl Tahap 2 Persiapan Tanaman Rumput dan Legum. Beberapa jenis rumput diperoleh dari Bagian Agrostologi BPT Ciawi, koleksi tanaman pakan di Laboratorium Lapang Agrostologi Fakultas Peternakan IPB dan BPTP Naibonat Kupang, Nusa Tenggara Timur. Keenam jenis rumput ditanam dalam polibag kecil di dalam rumah kaca. Bibit tanaman legum secara serentak ditanam dari biji selama kurang lebih 6 minggu dalam wadah plastik, kemudian setelah tumbuh 3 minggu dipindahkan ke polibag kecil. Penanaman. Setiap jenis rumput dan legum pakan yang digunakan ditumbuhkan di media tanam polibag kecil sebelum dipindahkan ke dalam pot perlakuan. Setelah semua tanaman tumbuh dengan baik, masing-masing jenis tanaman diambil sebanyak 2 buah kemudian dipindahkan ke media tanam perlakuan pot tabung fiber yang sudah disiapkan. Perlakuan mikoriza dilakukan pada saat pemindahan tanaman ke tabung pot. Pemangkasan ujung tanaman untuk penyamarataan dilakukan untuk tanaman rumput hingga tinggi ± 30 cm di atas permukaan tanah. Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula FMA. Pemberian FMA hanya untuk pot silinder yang mendapat perlakuan mikoriza berlabel M1. Sebelum pemindahan tanaman ke pot silinder, sebanyak 20 gram Mycofer dimasukkan ke dalam lubang tanam. Perlakuan Cekaman Kekeringan. Perlakuan cekaman kekeringan dilakukan 14 hari setelah tanaman dipangkas ujungnya. Pot dengan label W0 disiram tiap hari, sedangkan pot dengan label W1 tidak disiram hingga tanaman layu permanen dan penelitian ini berakhir hanya mendapatkan penyiraman satu kali pada awal penanaman hingga tanah dalam tabung pot jenuh. Pot dengan label W1 ditutup dengan mulsa plastik dengan rapat untuk menghindari penguapan. Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. 1. Kadar Air Tanah . Kadar air tanah diukur dengan cara mengambil sampel tanah pada kedalaman 20 cm dari permukaan atas tanah menggunakan selongsong pipet. Berat awal tanah ditimbang kemudian dioven suhu 105 Pengukuran parameter morfo-fisiologis tanaman sebagai berikut: o C selama 24 jam. Kadar air tanah adalah hasil pengurangan berat sampel tanah sebelum dan sesudah dioven. Pengambilan sampel tanah dilakukan pagi hari sebelum penyiraman. Pengukuran dilakukan setiap selang 8 hari 0, 8, 16, dan seterusnya. 2. Panjang Akar cm. Panjang akar diukur pada saat panen menggunakan pita meteran. Pengukuran dimulai dari pangkal hingga ujung akar terpanjang. 3. Bobot Kering Tajuk g tajuk tanaman dalam pot. Pengukuran bobot kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat panen, dengan cara menimbang bobot segar, kemudian dikeringkan udara selama 1 hari, selanjutnya dioven 60 o C selama 2 x 24 jam. 4. Bobot Kering Akar g tanaman dalam pot. Pengukuran bobot kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat panen, dengan cara menimbang bobot segar, kemudian dikeringkan udara selama 1 hari, selanjutnya dioven dengan suhu 60 o C selama 2 x 24 jam 5. Potensial Air Daun MPa. Pengukuran potensial air daun dilakukan setiap 8 hari dari awal perlakuan hari ke 0, 8, 16, dst hingga tanaman mencapai titik layu permanen menggunakan alat Potensiometer WP4 dengan prosedur sebagai berikut: a. Cup dan tutup kosong ditimbang berat kosong. Sampel daun segar dimasukkan ke dalam cup lalu ditutup. b. Cup dan sampel ditimbang berat isi. Selisih berat kosong dengan berat isi dihitung sebagai berat daun basah BB. c. Sampel dipotong menjadi tiga bagian kecil-kecil untuk memenuhi cup tetapi tidak tebal. Cup yang sudah terisi tadi ke dalam alat potensimeter lalu ditekan tombol sebelah kanan bawah tunggu sampai dilayar menunjukkan nilai seperti ini: T s – T b d. Tombol diputar ke posisi read. Lampu keseimbangan ditunggu sampai menyala lalu dicatat hasilnya. Diperoleh data potensial air daun. = - 0,58 e. Cup dikeluarkan dari alat WP4 lalu sampel direndam dengan aquades, ditutup kertas saring dan disimpan dalam suhu ruang selama 18-24 jam. Sampel ditiriskan diatas tisu dan ditimbang lagi sebagai berat turgid BT. Sampel yang sudah ditiriskan dimasukan ke dalam amplop kecil lalu dioven pada suhu 60°C selama 3 x 24 jam 3 hari. Sampel tersebut ditimbang kembali sebagai berat kering BK. Data berat daun basah BB, berat turgid BT dan berat kering BK digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air relatif sesuai perhitungan berikut: 6. Kadar Prolin µmolg bobot daun segar. Pengukuran kadar prolin dilakukan untuk sampel daun segar dengan selang 8 hari sampel hari ke 0, 8, 16, 32, dst. Kadar prolin diukur dengan metode ninhydrin menurut Bates 1973 sebagai berikut: a. Persiapan pembuatan asam ninhydrin. Larutan standar sebanyak 50 ml dibuat dengan cara menambahkan 1,25 g ninhydrin dengan 30 ml asam asetat glacial dan 20 ml 6 M asam fosfat. b. Persiapan sampel. Persiapan sampel dikerjakan sebagai berikut : Sampel diberi nitrogen cair secukupnya dan digerus dengan mortar. Serbuk sampel diambil 100 mg maksimal dan dimasukkan ke dalam tabung ependof 1,5 ml sampel dapat disimpan di -20 o Supernatant diambil sebanyak 500 µl dan dimasukkan ke tabung ependof baru. Selanjutnya perlakuan di ruang asam, ditambahkan 200 µl asam ninhydrin dan diaduk dengan vortex. Inkubasi dilakukan di waterbath pada suhu 100 C. Ke dalam ependof tersebut ditambahkan asam sulfosalisilat 3 5-sulfosalicylic acid dehydrate sebanyak 1,3 ml kemudian diaduk dengan vortex. Ependof tersebut disentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 12.000 rpm. C selama 1 jam menggunakan flooting rack. Segera setelah inkubasi selesai, ependof diletakkan di es untuk menghilangkan reaksi. Sekitar 2 menit kemudian ditambahkan 400 µl tolune ke dalam ependof tersebut dan divortex kembali. Kondisi ependof ditunggu sampai mencapai suhu ruangan tidak dingin kemudian diambil cairan berwarna merah 100 µl, ditambah 900 µl toluen dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. 7. Total Gula Terlarut mgg bobot daun kering. Kadar total gula terlarut diukur menurut metode Dubois et al. 1956 dengan modifikasi oleh Bussye dan Merckx 1993. Adapun teknis pengukuran total gula terlarut adalah sebagai berikut; sebanyak 20–30 mg daun kering atau akar kering di ekstrak 4 kali selama 15 menit dalam 10 ml air mendidih. Setelah itu disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit, supernatant dikoleksi dan dikumpulkan dan volume akhir diukur sampai 50 ml. Sebanyak 1 ml supernatant di letakkan pada tabung lalu ditambah 1 ml 18 larutan phenol dan tambahkan 5 ml konsentrat asam sulfur. Campuran tersebut divortex dan dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 490 nm. 3.1.3.2 Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL pola faktorial 4x6 dengan 4 ulangan untuk masing-masing tanaman rumput dan legum. Adapun model matematik rancangan tersebut adalah: Y ijk = µ + α i + β j + αβ ij + ε Y ijk ijk adalah nilai pengamatan pada faktor A perlakuan kombinasi mikoriza dan cekaman kekeringan taraf ke i, faktor B jenis tanaman rumputlegum taraf ke-j dan ulangan ke k. µ, α i , β j adalah komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor A dan pengaruh utama faktor B. αβ ij merupakan komponen interaksi dari faktor A dan faktor B dan ε ij adalah pengaruh acak yang menyebar normal 0,σ ε 2 Pemilihan jenis rumput atau legum yang terbaik toleran terhadap cekaman kekeringan dan aplikasi mikoriza dilakukan dengan cara skoring berdasarkan superskrip yang mengikuti tiap jenis tanaman untuk masing-masing parameter. . Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam ANOVA, apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan Steel Torrie 1995. 3.2 Kajian in vitro kualitas bahan organik dari jenis tanaman terbaik untuk masing-masing rumput dan legum Kajian kualitas bahan organik untuk rumput dan legum terbaik dari tahap 1 diuji lanjut untuk parameter produksi total gas, kecernaan bahan organik dan kadar protein kasar. 3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei 2011. 3.2.2 Materi Penelitian 3.2.2.1 Sampel pakan