Konsep Motivasi sebagai Dasar Perilaku
17 memberikan pelayanan yaitu cermin motivasi yang prima tinggi, karena
merasa tidak puas dengan keadaan yang dihadapinya. Keresahan yang demikian jelas menguntungkan orang lain. Keresahan dapat hilang jika aktivitas motivasi
dapat tersalurkan melalui pemberian pelayanan yang lebih baik kepada orang lain. Bentuk pelayanan yang dapat menciptakan kesenangan bagi para pekerja dapat
digambarkan sebagai suatu bentuk rasa kepuasan. Dengan tidak adanya keresahan ataupun kegelisahan dalam diri seseorang pekerja maupun sekelompok pekerja -
terhadap keadaan yang ada, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang mempunyai motivasi yang rendah Viteles, 1973.
Kepemimpinan dalam situasi demikian dapat memainkan peranan penting untuk memelihara terjaganya motivasi yang tinggi, terutama terhadap jalannya
arah organisasi dalam mencapai tujuan pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan orang lain yang tidak puas. Kepemimpinan dapat membedakan corak
tingkah laku para pelaku antara organisasi satu dengan organisasi yang lain dan dengan bentuk pelayanan yang diberikan.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa motivasi dapat digambarkan sebagai suatu kebutuhan yang selalu tidak pernah terpuaskan bagi yang melayani maupun
yang dilayani. Oleh karena itu, perlu diciptakan suatu keadaan yang menghasilkan keseimbangan antara kepuasan atau kesenangan secara silih berganti. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengembalikan keadaan yang tidak seimbang menjadi seimbang kembali. Para pekerja tetap diminta untuk selalu bergerak sesuai tujuan
untuk mengembalikan keadaan yang tidak senang dan tidak seimbang tersebut agar kebutuhan masyarakat dapat dilayani sepenuhnya. Masyarakat juga harus
mendukung maksud baik dari pimpinan organisasi ini. Oleh karena itu, jelas bahwa motivasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari unsur manusia dalam suatu organisasi. Dalam kegiatan organisasi motivasi seharusnya bersifat ajeg, terutama dalam usaha-usaha yang mengarah
pada pencapaian tujuan organisasi. Adanya suatu ke-ajeg-an mencerminkan motivasi untuk mencapai tujuan yang selalu menjadi usaha kerasnya. Keajegan
adalah cara kerja yang menjadikan kualitas dari nilai kerja itu sendiri. Ke-ajeg-an dalam kerja menghasilkan nilai kerja yang lebih berkualitas dari suatu bentuk
18 kerja. Sementara nilai kualitas juga dapat diperoleh dari bentuk pengawasan di
dalam organisasi. Disinilah peranan kepemimpinan menjadi sangat diperlukan. Para ahli teori perilaku biasanya meletakkan motivasi tidak hanya sebagai
awal dari perilaku, melainkan juga sebagai suatu pemikiran niat perbuatan seseorang. Jadi, motivasi selalu mendahului nilai kerja motivation precedes work
values ataupun tindakan motivation precedes action. Niat seseorang mempunyai berbagai dasar pemikiran seperti kepentingan interest yang biasanya
juga bertaut dengan suatu kemauan atau kehendak yang bertingkat-tingkat dari berbagai ragam kebutuhan needs yang kemudian menjelma menjadi suatu
perilaku yang nyata. Salah satu pandangan yang bertautan antara kepentingan dan kebutuhan adalah teori yang banyak dibicarakan ilmuwan yang dikembangkan
oleh Abraham Maslow. Maslow memulai dengan teorinya yang disederhanakan pada kebutuhan
manusia dari yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis physiological needs seperti kebutuhan makan dan minum dan kebutuhan seks; diikuti oleh kebutuhan
keamanan security or safety needs; kebutuhan akan bermasyarakat dan cinta love and social needs; dan kebutuhan akan pengakuan esteem needs - sampai
pada yang terakhir adalah kebutuhan menampilkan jagad-diri manusia self actualization needs Maslow, 1970.
Abraham Maslow mengembangkan teorinya lebih jauh dalam buku yang selanjutnya menjadi kajian klasik dalam subjek ini Maslow, 1970. Pemikiran
Maslow tersebut mendapat banyak kritikan sehingga melahirkan pemikiran rintisan lain terutama dalam pandangan teori konten content theories di mana
Maslow juga menjadi salah satu perintisnya. Disini dia mengindikasikan bahwa pada akhirnya manusia juga membutuhkan kehidupan spiritual yaitu nilai agama
yang juga memainkan peranan sangat penting bahkan meliputi keseluruhan tangga teori motivasi.
Masih dalam pemikiran teori motivasi, ada juga pemikiran yang dirintis oleh McGregor 1960. Dalam bukunya yang lain, pemikiran ini dikembangkan
lebih jauh dengan membagi motivasi dalam Teori X Theory X dan Teori Y Theory Y secara lebih luas lagi. Dalam teori X, McGregor 1960 mendasarkan
pemikirannya pada suatu anggapan bahwa orang pada dasarnya tidak suka
19 bekerja. Pemikiran dari McGregor ini menganggap bahwa dalam bekerja pada
umumnya manusia malas dan hanya ingin keamanannya terjamin. Dalam bekerja, orang lebih suka berleha-leha dan selalu membutuhkan bimbingan serta
pengawasan dan harus diberi rasa takut agar mereka bekerja dengan baik dan benar.
Oleh karena itu, apabila pemimpin melihat keadaan seperti yang digambarkan di atas, maka pemimpin itu sendiri cenderung menjadi orang yang
menuntut dan memaksa dengan keras pada bawahannya untuk bekerja dengan baik. Seringkali pemimpin menjadi otoriter dalam keadaan yang demikian. Teori
ini mencerminkan gaya dari perilaku yang dilahirkan berbeda, terutama dengan corak kepemimpinan yang lebih egaliter yang digambarkan sebagai teori Y.
Teori Y beranggapan bahwa manusia dalam bekerja cenderung seperti ketika istirahat atau bermain. Anggapan lainnya adalah bahwa para pekerja
mempunyai komitmen pada tujuan organisasinya, mengendalikan diri untuk mencapai tujuan organisasi dan berharap pada pengakuan dan balasan yang baik
pula. Teori Y juga berhasrat agar orang memimpin dirinya sendiri dan orang lain, daripada rasa aman semata. Orang diharapkan agar mempunyai semangat inovatif
dan kreatif, suatu pemikiran yang melahirkan bentuk lain dari kepemimpinan McGregor, 1970.
Dalam teori Y, pemimpin cenderung melahirkan pemikiran yang lebih egaliter kepada sesama para pekerjanya. Pemimpin cenderung bekerja bersama to
work with people orang lain dan bukan hanya melalui and not only through and with other people melainkan menguasai orang lain over-ruling other people’s
thinking yaitu memaksa pemikirannya pada orang lain, maka pemimpin bukan lagi memimpin leading akan tetapi menjadi menguasai ruling. Apabila
pemimpin menjadi asyik dengan posisi kekuasaannya, maka seorang cenderung menjadi penguasa yang memimpin dan bukan pemimpin yang berkewenangan.
Pemikiran tentang motivasi mempunyai ciri adanya usaha yang dikerjakan. Usaha ini tercermin dalam nilai yang melahirkan perilaku. Jadi, perilaku manusia
sangat dipengaruhi lingkungan dalam organisasi dimana dia berada. Kata dipengaruhi menjelaskan adanya hubungan yang erat antara pribadi orang dalam
suatu sistem sosial yang organik dengan lingkungannya.
20 Pribadi seseorang bisa saja meliputi watak maupun temperamen yang
menjadi bawaan dirinya ingrained in the self. Kedua hal tersebut terjelma dalam nilai yang menjadi anutan kerjanya. Pribadi seseorang juga meliputi pengetahuan,
skill, sikap dan beberapa pengaruh yang didapat dari lingkungannya. McGregor menyebutkan hal ini sebagai fungsi I. Semua yang dijelaskan sebagai fungsi I
terjelma dalam nilai yang lebih konkrit yang tidak dijelaskan oleh McGregor sendiri. Sementara lingkungan digambarkan sebagai fungsi E. Oleh karena itu,
dirumuskanlah aksi kerja Work Performance dengan rumusan sebagai berikut: P = f I, E
P = f {I a,b,c,d, …E m,n,o,p…} dimana, P adalah kinerja atau perilaku, I adalah berbagai karakteristik dari para
individu dan E adalah environment atau lingkungannya yang mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh P maupun I. Secara singkat seluruh performance P
atau perilaku seseorang, baik yang didapat dari pendidikan, keahlian atau pengalaman, sikap dan tindakan adalah cermin atau terjemahan dari nilai kerja
seseorang dari dalam organisasi dan tertuju pada lingkungan dalam dan luar organisasi Gregor, 1967.
Motivasi belum menjadi perilaku yang ekspresif selama manusia belum melakukan suatu tindakan aksi dari dirinya dan tidak ada aksi kecuali ada nilai
yang mendasarinya. Motivasi hanya merupakan suatu suasana batin yang tidak kita ketahui, kecuali bagi dirinya sendiri atau kelompoknya sendiri yang
menganggap bahwa ia akan berbuat seperti apa yang dituntut oleh organisasinya. Motivasi bisa memberi warna pada tingkah laku behaviour sehari-hari,
sedangkan perilaku merupakan jelmaan dari nilai kerja dalam bentuk norma yang mengatur kerjanya itu, yaitu: dari apa dan bagaimana yang harus diperbuat; serta
peran atau tugas yang diembankan pada seseorang dalam suatu struktur organisasi yang ada. Jadi, motivasi dalam kenyataannya merupakan penjelmaan dari nilai
dasar seperti agama dan budaya yang dianutnya maupun nilai keseharian yang didapat dari pendidikan maupun pergaulannya dan yang tertuju pada tujuan di
lingkungan dari organisasinya. Pertama, motivasi orang yang bekerja di dalam organisasi jelas akan
dipengaruhi pula oleh lingkungan luar organisasi external organizational
21 environment maupun lingkungan dalam organisasi internal organizational
environment itu sendiri. Keduanya hal tersebut akan menjelma pada suatu bentuk persepsi dan proyeksi dalam bentuk perilaku behaviour dalam melaksanakan
tujuan objective dari mereka yang bekerja di lingkungan dalam organisasi internal organizational environment. Sementara nilai kerja mendahului dan
mendasari perilaku kerja seseorang atau sekelompok orang. Kedua, perilaku itu sendiri ada penyebabnya caused by. Penyebabnya
biasanya dipengaruhi oleh lingkungan luar organisasi yang bisa saja melahirkan motivasi. Perilaku juga mempunyai dampak effect pada lingkungan luar
organisasi Kolasa, 1970. Penelitian ini sebenarnya merupakan kajian dari sebagian aspek budaya kerja dari mereka yang bekerja di bandara yaitu
lingkungan dalam yang berkaitan dengan lingkungan luar organisasi. Oleh karena itu, kurangnya mutu pelayanan dapat diartikan sebagai akibat dari kurangnya
perhatian manusia yang bekerja terhadap nilai-nilai kerjanya sendiri yang membentuk peran dan norma organisasi serta turut mempengaruhi kinerja di
lingkungan luar organisasi. Hal ini berarti bahwa pelayanan yang baik hanya bisa terjadi apabila nilai kerja yang dianut mempunyai pengaruh pada lingkungan
organisasi yang ada secara signifikan. Nilai yang berpengaruh saja tidak akan cukup. Oleh karena itu, penelitian
ini juga perlu mencari nilai apa saja yang ikut mempengaruhi atau yang sebenarnya ikut mendukung nilai utama yang berpengaruh pada lingkungan
luarnya itu. Penelitian ini memfokuskan diri pada perilaku yang merupakan faktor yang berdampak pada organisasi secara keseluruhan. Fokusnya pada perilaku
keseluruhan karena sebagian besar kerusakan yang dihadapi masyarakat sekarang ini berpusat pada perbuatan kolektif manusia yang secara sadar maupun tidak
sadar membantu merusak lingkungan. Sedangkan penyebabnya adalah nilai-nilai yang terkait yang juga ikut mempengaruhi nilai utama yaitu nilai pendukung yang
menyebabkan perilaku tersebut terjadi caused behaviour. Dengan demikian, kerusakan harusnya dapat diperkirakan terlebih dahulu agar tidak terjadi, jika nilai
pendukung utama juga di perhitungkan sebagai nilai yang berpengaruh pada nilai keseluruhan.
22 Dalam motivasi, lingkungan luar dapat menjadi sumber inspirasi bagi
mereka yang bekerja di lingkungan dalam organisasi di manapun mereka berada dan tidak terkecuali di bandara itu sendiri. Padahal perilaku manusia pada
dasarnya berbeda dengan kemauan kerjanya. Ada diantara mereka yang gigih dibanding dengan teman kerja lainnya. Mereka itulah yang lebih berhasil dalam
menjalankan tugas dibandingkan teman lainnya sesama rekan pekerja. Adanya nilai kerja yang lebih dan yang kurang gigih adalah cerminan dari
motivasi kerja yang sesungguhnya. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak melihat perilaku orang per-orang melainkan melihat perilaku secara keseluruhan dari
semua yang bekerja di lingkungan bandara. Namun, hal ini tidak berkaitan dengan suatu diskursive yaitu suatu gagasan yang banyak bergulir tanpa suatu rencana.
Akan tetapi, hal tersebut terkait dalam suatu hubungan dari para individu dengan apa yang sebenarnya terjalin dan yang diketahui oleh masing-masing pekerja.
Dengan demikian, arti nilai meaning sangat terkait dengan konteks dari para individu yang melakukan suatu tindakan. Jadi, ekspresi yaitu membuat informasi
tersedia bagi orang lain bukanlah tindakan akhir melainkan efek sampingan dari tugas yang mau dijalankan dengan nilai kerja yang ada Goffman, 1980.
Motivasi dalam pandangan ini juga merupakan esensi yang terdalam dari manusia inner-self wishes, sedangkan nilai adalah bentuk lahiriah expressive
wishes dari nilai yang terdalam itu yaitu motivasi. Adapun yang dimaksud dengan nilai yang terdalam adalah ajaran baku yang tertanam pada diri seseorang
seperti agama, budaya dan pendidikan yang juga ikut membentuk motivasi dari mereka yang bekerja. Ajaran yang baku ini juga menjadi alat interpretasi dari diri
the objective interpretation of and by the self yang menerjemahkan apa yang dipersepsikannya secara fleksibel dari luar diri.
Motivasi dapat dibentuk melalui proses persepsi dari mereka yang bekerja yang biasanya menangkap dari lingkungan luar dirinya outer-self inwardly
Burger dan Luckmann 1969. Rajin atau malas seseorang juga dibentuk oleh keadaan yang membentuk dirinya sendiri maupun lingkungan luar organisasi yang
berpengaruh membentuk sikap tersebut. Oleh karena itu, terdapat siklus yang saling mempengaruhi antara motivasi yang mendasari nilai kerja, walaupun bukan
23 nilai kerja yang merupakan cermin dari lingkungan dalam yang berpengaruh
kemudian menjelma dalam nilai kerja. Persepsi merupakan daya tangkap manusia yang dipengaruhi oleh
lingkungan luar organisasi termasuk lingkungan sosial, lingkungan buatan dan lingkungan alaminya. Dengan perkataan lain, persepsi merupakan suatu proses
daya tangkap oleh diri yang sekaligus memberi interpretasi terhadap lingkungan luar outer phenomena is perceived as problems by the inner-self through the
interpretation of basic or acquired values. Pengaruh nilai kerja terdapat dalam organisasi di mana mereka yang bekerja. Sedangkan proses persepsi tidak luput
dari pengaruh nilai dasar yang dianut oleh seseorang yang secara bersamaan dengan nilai kerja dalam memberi interpretasi dari fenomena yang diamati atau
yang ditangkap oleh diri the self dari lingkungan luarnya Toch dan Smith 1968. Hal yang ingin dicari dari penelitian ini adalah nilai kerja yang
berpengaruh secara signifikan. Jadi, pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan nilai-nilai dasar yang dapat memelihara lingkungan atau yang
sangat berpengaruh pada lingkungan. Walaupun tidak dipungkiri bahwa ada nilai dasar yang dipengaruhi oleh motivasi sebagai faktor terdalam dari manusia
maupun persepsi yang juga membantu membentuk motivasi orang untuk bekerja dan yang kemudian melahirkan sikap attitude dan perilaku behavior dari
mereka yang bekerja di lingkungan dalam organisasi. Motivasi menurut pandangan Katerberg dan Blau 1983 mempunyai
beberapa ciri yaitu adanya usaha effort yang menggambarkan usaha orang dalam suatu kegiatan yang mencerminkan kekuatan sebagai pendorong motivasi menjadi
tingkah laku kerja work related behaviour. Kerja keras dapat berarti motivasi kerja tinggi, tetapi bisa juga merupakan hasil kerja sehingga kerja yang dilakukan
menjadikan motivasi tinggi. Orang yang bekerja di depan tungku api tidak bisa kerja dengan lengah. Oleh karena itu, kerja harus selalu mempunyai motivasi yang
tinggi. Motivasi merupakan akibat dari bentuk kerjanya itu sendiri. Motivasi diibaratkan sebagai jantungnya manajemen karyawan.
Mangkuprawira 2008 memberikan definisi motivasi sebagai dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan
24 tertentu. Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang Stoner et al., 1996. Menurut Mangkunegara 2000 untuk mempermudah pemahaman
motivasi kerja, maka perlu diketahui pengertian motif, motivasi dan motivasi kerja. Motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu
dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu
mencapai tujuan dari motifnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja
bawahan, agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Perusahaan bukan saja
mengharapkan karyawan yang ”mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja
yang optimal Hasibuan, 2003. Motivasi kerja adalah sesuatu yang permanen dan terus-menerus dan
diusahakan secara berkelanjutan persistence, kecuali orang sudah menjadi lumpuh. Maka motivasi dapat pula menjadi bentuk pengobatan bagi kesembuhan
bukan untuk kerja. Disini motivasi adalah usaha yang selalu mempunyai tujuan goal directed Katerburg dan Blau 1983. Motivasi juga mengenal teori proses
process theory. Teori kebutuhan - yang dalam hal ini masuk dalam teori konten content theory – yaitu berbicara mengenai apa yang menggugah motivasi, maka
teori proses yang mengemuka adalah terjadinya proses motivasi yang sesungguhnya.
Clayton Alerter menghaluskan sekaligus memperluas pandangan dari Maslow. Clayton mengatakan bahwa kebutuhan itu terkait dengan kebutuhan
untuk eksis existence needs yang mencakup safety dan physiological dalam pandangan Maslow. Begitu juga ada kebutuhan untuk keterkaitan relatedness
yang mencakup social dan self esteem needs. Sementara pandangan yang lain adalah pertumbuhan growth yang mencakup self esteem itu sendiri dan self
actualization needs dalam pandangan Maslow sebagaimana dikutip oleh Alerter 1972. Masih banyak lagi teori dari kebutuhan ini seperti yang dikembangkan
oleh McClelland, Herzberg, dan lain-lain.
25 Fredrick Herzberg melihat motivasi sebagai suatu sarana untuk membuat
para pekerja lebih senang karena diberi tanggung jawab. Dengan demikian, terjadi adanya pengakuan terhadap orang yang bekerja. Tanggung jawab menimbulkan
rasa pencapaian akan suatu hasil dan dapat mengetahui bagaimana hasil kerja dari seseorang. Dari segi ini Fredrick Herzberg mempunyai segi yang kurang lebih
sama dengan motivasi orang Yunani dahulu, yaitu adanya tujuan yang menyenangkan. Dari segi kesenangan happiness maka motivasi yang
digambarkannya memberi gambaran yang hedonistics. Teori motivasi Frederick Herzberg dikembangkan oleh Herzberg pada
tahun 1959. Teori ini menyatakan bahwa motivasi kerja ditentukan oleh dua faktor. Pertama, adalah faktor yang membuat karyawan merasa puas bekerja
satisfiers, yaitu faktor-faktor yang membuat karyawan merasa senang atau puas dan mendorong motivasi kerja Motivation Factors. Faktor ini bersifat intrinsik
yang artinya bersumber dari dalam diri seseorang dan selalu dihubungkan dengan isi pekerjaan seperti, pencapaian tujuan, prestasi achievement, berhubungan
dengan keberhasilan melakukan pekerjaan, memecahkan masalah, mempertahankan pendapat dan merasakanmelihat hasil pekerjaan, pengakuan
recognition mendapat perhatian dari orangpihak lain teman, atasan, perusahaan atau organisasi, pekerjaan itu sendiri work it self cara-cara melaksanakan
pekerjaan sehari-hari atau tugas yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan pekerjaan, tanggung jawab responsibility wewenang dan tanggung jawab
pekerjaan, status advancement, perubahan status dari posisi seseorang di dalam organisasi, peningkatan dan pengembangan.
Kedua, yaitu hygiene factor adalah faktor yang dapat menimbulkan rasa tidak puas kepada pegawai de-motivasi atau faktor yang menghambat motivasi
kerja. Faktor-faktor ini bersifat ekstrinsik yaitu berada di luar diri dan selalu dihubungkan dengan pekerjaan, seperti kebijakan perusahaan dan administrasi
company policy and administration meliputi kebijakan organisasi, jalur komunikasi di organisasi dan pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan,
supervisi supervisor pengawasan yang diterima seseorang dalam menjalankan tugasnya, termasuk kemampuan atasan dalam menjalankan tugasnya, termasuk
kemampuan atasan dalam melaksanakan pengawasan; teknis technical,
26 hubungan antar pribadi interpersonal supervisor, kondisi kerja working
condition meliputi kondisi fisik tempat bekerja, jumlah pekerjaan, atau fasilitas yang tersedia untuk melaksanakan pekerjaan; upah wage semua imbalan
material yang diterima seseorang di dalam melaksanakan pekerjaannya, teknis, dan rasa aman.
Selanjutnya, apabila faktor-faktor hygiene ini diperbaiki, maka tidak ada pengaruhnya terhadap sikap kerja yang positif. Sebaliknya jika dibiarkan tidak
sehat, maka pegawai hanya akan merasa kecewa atau tidak puas. Faktor hygiene menggambarkan hubungan kerja dengan konteks atau lingkungan ditempat
pegawai melaksanakan pekerjaannya job contex. Antara teori Maslow, Herzberg dan McClelland hakikatnya adalah sama.
Sebab faktor motivator dari Herzberg sama dengan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri dari Maslow, serta kebutuhan berprestasi dan kebutuhan kekuasaan
dari McClelland. Begitu pula faktor hygiene dari Herzberg, pada dasarnya adalah sama dengan kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan kebutuhan sosial dari
Maslow, serta kebutuhan afiliasi dari McClelland Gibson et al., 2005. Maslow Herzberg McClelland
Gambar 2. Jenis Kebutuhan Menurut Maslow, Herzberg, dan McClelland Dari ketiga teori mengenai motivasi tersebut, model Herzberg merupakan
suatu model yang lebih relevan dibandingkan dua teori lainya. Teori Maslow, mempunyai kelemahan, yaitu karena adanya tingkatan kebutuhan dari individu
sehingga dapat diartikan bahwa individu akan lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang paling tinggi terlebih dahulu, baru kemudian memenuhi
kebutuhan yang kurang penting selanjutnya. Padahal setiap individu selalu
5. Aktualisasi diri 4. Penghargaan
3
.
Rasa sosial 2. Keselamatan dan
keamanan 1. Fisiologis
Motivator’s: 1.Prestasi
2.Pekerjaan sendiri 3.Pengakuan
4.Tanggung jawab 5.Status
Hygiene’s: 1.kebijakan dan adm
2.Supervisi teknis 3.Upah
4.Hub. interpersonal 5.Kondisi kerja
1
. Kebutuhan akan prestasi
2. Kebutuhan akan kekuasaan
3. Kebutuhan akan affiliasi
27 berusaha memenuhi semua kebutuhanya secara sekaligus. Sebagai contoh
individu tidak harus makan dahulu sebelum melakukan interaksi dengan individu lainnya.
Menurut Mangkuprawira dan Vitayala 2007, teori Maslow memiliki kelemahan. Maslow dalam teori piramida motivasinya menempatkan aspek
aktualisasi diri sebagai kebutuhan tertinggi. Padahal, masih ada kebutuhan yang levelnya lebih tinggi lagi yaitu self transcendence, yaitu hidup itu mempunyai
suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya. Teori McClelland membagi motivasi berdasarkan tiga bagian, yaitu
kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan, dan kebutuhan akan afiliasi. Dalam lingkungan kerja, motivasi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga
faktor tersebut saja, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi motivasi individu, seperti dalam aspek rohani dan kenyaman kerja. Selain itu motivasi tidak
hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja seperti keinginan untuk berprestasi saja, atau lebih didominasi oleh keinginan akan kekuasaan saja, tetapi banyak faktor
lain yang lebih luas dan saling mendukung atau jika disimpulkan teori ini menyebutkan bahwa motivasi seseorang didominasi oleh satu kepentingan
tertentu yang dianggap paling penting, padahal motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu sangat beragam dan komplek, atau dengan kata lain teori ini
tidak berbeda jauh dengan teori Maslow. Sementara, teori dua faktor Herzberg menjelaskan bahwa motivasi yang dapat mempengaruhi karyawan dapat berasal
dari dalam internal maupun dari luar eksternal. Teori Herzberg ini mencakup segala hal yang mempengaruhi motivasi individu, karena mencakup sisi internal
dan eksternal tersebut, sehingga tidak hanya ditinjau dari hanya satu sisi saja. Berdasarkan beberapa definisi mengenai motivasi diatas, maka motivasi
dapat disimpulkan sebagai sebuah dorongan dan gairah kerja agar karyawan mau bekerja keras dan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan bersama yaitu tujuan karyawan dan organisasi. Sedangkan karyawan yang tidak memiliki motivasi dicirikan antara lain sering stres, sakit
fisik, malas bekerja, kualitas kerja rendah, komunikasi personal yang kurang, dan masa bodoh dengan tugas pekerjaannya.
28 Motivasi adalah kerja yang mempunai arah dan tujuan goal direction,
yaitu apa yang dibuat sebagai arahan dari organisasi yang menjadi tempat pijakannya. Bentuk motivasi ini ada misalnya dalam organisasi olah raga dalam
organisasi di PT. Angkasa Pura I. Begitu juga arahan pada kegiatan budaya dan sosial di organisasi manapun. Motivasi adalah cermin dari niatan dalam hati dan
sesuatu yang ingin dicapai oleh orang. Segala usaha dikerahkan untuk mencapai apa yang menjadi angan-angannya. Keteguhan dalam mengambil tindakan dari
seseorang menjadi gambaran dari motivasinya secara nyata. Namun, segala bentuk motivasi itu hanya bergerak sejauh hati dan pikiran yang dihayati orang
sejak awalnya. Jadi ada unsur tersembunyi pada diri orang, walaupun sudah ada arahan dari organisasi dimana tempat bekerja.
Gambar 3. Motivasi Kolektif dalam Organisasi Bahkan apabila tindakan sudah dilakukan, motivasi bisa saja tidak
terungkap. Namun, nilai kerjalah yang mengkaitkan dengan perilaku maupun tujuan yang ingin dicapainya. Tidak semua teori motivasi ini akan dibicarakan
disini karena segala teori mengenai motivasi ini akhirnya hanya akan menjelma dalam nilai-nilai kerja yang aktual. Berbagai teori tersebut hanya akan
memberikan anggapan dasar yang hendak dijabarkan dalam penelitian dengan nilai yang akan disusun dalam bentuk pertanyaan. Gambaran ringkas secara garis
Pengaruh Lingkungan Luar
Lingkungan Dalam Persepsi
Motivasi Diri self Proyeksi
Nilai Kerja Norma
Peran P o
e r r g
i a l n
a i k s
u a s
i L
i n
g k
u n
g a
n
S B
A Teknologi
Proses
Struktur
29 besar dari sistem motivasi manusia yang bergerak dalam organisasi disajikan pada
Gambar 3.