Teknik Analisis Data Influences of work values on environment at the airport: a case study in five airports in Indonesia

57 persepsi responden Istijanto, 2005. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima pilihan sikap alternatif, sebagaimana tertera dalam Tabel 4. Tabel 4. Skala Likert Pendapat Responden Pendapat Responden Skor Skala Likert Sangat Tidak Setuju STS 1 Tidak Setuju TS 2 Netral N 3 Setuju S 4 Sangat Setuju SS 5 Penggunaan skala Likert sebanyak lima pilihan alternatif atau berjumlah ganjil dimaksudkan agar dapat menampung kategori yang netral. Sedangkan alasan menggunakan lima pilihan alternatif bukan tujuh, sembilan, atau seterusnya dikarenakan penggunaan kategori yang terlalu banyak sering membingungkan responden, sebab perbedaan tiap kategori menjadi sedemikian tipis, sehingga membingungkan responden dalam menentukan pilihan Istijanto, 2005. Analisis rataan skor digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkatan persepsi responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan peneliti kepada responden. Persepsi merupakan proses di mana seseorang memberikan arti pada lingkungan. Hal tersebut melibatkan pengorganisasian dan penerjemahan berbagai stimulus menjadi suatu pengalaman psikologis Ivancevich et al. 2006. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis rataan skor adalah sebagai berikut Umar, 2005: a. MengelompokkanMemberi Bobot Jawaban Kuesioner yang terkumpul dikelompokkan sesuai pilihan jawaban dan kemudian diberi bobot nilai, yakni : Bobot 1 = STS Sangat Tidak Setuju Bobot 2 = TS Tidak Setuju Bobot 3 = CS Cukup Setuju Bobot 4 = S Setuju Bobot 5 = SS Sangat Setuju 58 b. Menghitung Skor Setelah jawaban dikelompokkan, selanjutnya setiap skor komponen variabel dihitung dengan mengalikan jumlah frekuensi dari masing-masing komponen variabel dengan bobot tersebut di atas. c. Menentukan Rataan Skor Hasil perhitungan skor tersebut kemudian masing-masing dibagi dengan jumlah responden. d. Memberi Penilaian. Langkah berikutnya adalah memberi penilaian terhadap tiap kriteria yang dinilai dalam kuesioner sehingga dapat diperoleh kesimpulan bagaimana tanggapan responden terhadap variabel-variabel yang diteliti. Untuk menentukan nilai dari objek yang diteliti maka digunakan rumus sebagai berikut: …………………………..1 Keterangan : RK = Rentang Kriteria m = Skala jawaban terbesar n = Skala jawaban terkecil K = Jumlah kelas Berdasarkan rumus di atas, maka dapat diperoleh rentang kriteria sebagai berikut: .......................................2 sehingga dapat disusun penilaian persepsi variabel nilai kerja dan kepedulian lingkungan bandara seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Penilaian Persepsi Variabel Nilai Kerja Indeks Penilaian Kriteria Persepsi 1,00 – 1,80 Tidak Baik Kondisi nilai kerja di bandara tidak baik. 1,81 – 2,60 Kurang Baik Kondisi nilai kerja di bandara kurang baik. 2,61 – 3,40 Cukup Baik Kondisi nilai kerja di bandara cukup baik. 3,41 – 4,20 Baik Kondisi nilai kerja di bandara baik. 4,21 – 5,00 Sangat Baik Kondisi nilai kerja di bandara sangat baik. 8 , 5 1 5 = − = RK K n m RK − = 59 Tabel 6. Penilaian Persepsi Variabel Kepedulian Lingkungan Indeks Penilaian Kriteria Persepsi 1,00 – 1,80 Sangat Rendah Kondisi kepedulian lingkungan sangat rendah 1,81 – 2,60 Rendah Kondisi kepedulian lingkungan rendah 2,61 – 3,40 Cukup Tinggi Kondisi kepedulian lingkungan cukup tinggi 3,41 – 4,20 Tinggi Kondisi kepedulian lingkungan tinggi 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi Kondisi kepedulian lingkungan sangat tinggi

3.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh indikator-indikator nilai kerja terhadap kepedulian lingkungan bandara, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar bandara. Analisis regresi merupakan alat statistika untuk mengevaluasi hubungan antara satu peubah dengan peubah lainnya, atau satu peubah dengan beberapa peubah lainnya. Analisis regresi memiliki dua pengertian, yakni merupakan pencarian tempat kedudukan atau lokasi dari rataan Y untuk berbagai nilai X, serta usaha untuk mengepas suatu kurva terhadap sekumpulan data. Dalam analisis regresi terdapat dua jenis peubahvariabel Draper dan Smith, 1992, yaitu: ƒ Peubah peramal predictor variable disebut juga peubah bebas independent variable, yaitu peubah yang tidak dipengaruhi oleh peubah lainnya yang nilainya dapat ditentukan atau diatur dan dinotasikan dengan X. ƒ Peubah respon response variable disebut juga peubah tidak bebas dependent variable, yaitu peubah yang nilainya dipengaruhi oleh peubah lainnya dan dinotasikan dengan Y. Model regresi di mana hubungan antara X dan Y dinyatakan dalam fungsi linierordo 1 dan banyaknya peubah penjelasbebas lebih dari satu disebut regresi linier berganda. Model regresi linier berganda dengan nilai peubah yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + … + β k X k + ε Keterangan : Y = nilai kepedulian lingkungan bandara X i = variabel nilai kerja ke-i yang diamati β = Intercept = constant β k = Slope β 1 sampai dengan β k 60 ε = sisaangalaterror Pengujian parameter regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Uji -t dimaksudkan untuk menguji pengaruh setiap peubah penjelas secara satu per satu terhadap peubah responnya. Hipotesis yang diujikan antara lain : - H : β i = 0 → nilai kerja ke-i x i berpengaruh nyata terhadap kepedulian lingkungan di bandara secara linier H 1 : β i ≠ 0 → nilai kerja ke-i x i tidak berpengaruh nyata terhadap kepedulian lingkungan di bandara secara linier Tolak H0 jika t -t n-2, α2 atau t t n-2, α2 atau jika P-value taraf signifikansi yang ditentukan α. - H : β i ≥ 0 → nilai kerja ke-i x i berpengaruh nyata terhadap kepedulian lingkungan di bandara secara linier dan hubungannya negatif H 1 : β i → nilai kerja ke-i x i tidak berpengaruh negatif terhadap kepedulian lingkungan di bandara secara linier Tolak H0 jika t -t n-2, α2 atau jika P-value taraf signifikansi yang ditentukan α. - H : β i ≤ 0 → nilai kerja ke-i x i berpengaruh nyata terhadap kepedulian lingkungan di bandara secara linier dan hubungannya positif H 1 : β i → nilai kerja ke-i x i tidak berpengaruh positif terhadap kepedulian lingkungan di bandara secara linier Tolak H0 jika t t n-2, α2 , atau jika P-value taraf signifikansi yang ditentukan α. Dimana rumus statistik uji sebagai berikut : , dengan derajat bebas = n-k-1 Selanjutnya dilakukan uji-F. Informasi-informasi yang dapat diperoleh melalui uji-F antara lain : peubah-peubah penjelas yang ada dalam model berpengaruh secara serempak terhadap respon atau tidak, penambahan satu peubah penjelas ke dalam model setelah peubah penjelas lainnya ada dalam model berpengaruh nyata atau tidak terhadap respon, penambahan sekelompok peubah 61 penjelas ke dalam model setelah peubah penjelas lainnya ada dalam model berpengaruh nyata atau tidak terhadap respon. Hipotesis yang diujikan: H : β 1 = β 2 = …= β k = 0 Peubah respon tidak mempunyai hubungan linier dengan peubah penjelas ke- 1 sampai dengan ke- k. H 1 : minimal ada satu β j ≠ 0, j=1,2,…,k Peubah respon mempunyai hubungan linier dengan minimal satu peubah penjelas ke- 1 sampai dengan ke- k. Statistik Uji : Keterangan : KTR : Kuadrat Tengah Regresi KTG : Kuadrat Tengah Sisaan Kaidah Pengambilan Keputusan : Tolak H jika F hit F k,n-k-1, α atau jika P-value taraf signifikansi yang ditentukan α. Selanjutnya menentukan nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi R 2 mengukur proporsi keragaman atau variasi total di sekitar nilai tengah yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Secara grafis, koefisien determinasi mengukur jauhdekatnya titik pengamatan terhadap garis regresi. atau Keterangan : Nilai R 2 berkisar antara 0 sampai 1. R 2 = 1 : menyatakan kecocokan sempurna. R 2 = 0 : menyatakan tidak ada hubungan antara variabel tak bebas Y dengan variabel bebas X.

3.3.3 Analisis Kebutuhan Stakeholders

Kebutuhan stakeholders di masa mendatang dikaji secara mendalam. Kajian dimulai dengan identifikasi untuk menentukan stakeholders yang terkait dengan lingkungan bandara. Teknik identifikasi yang digunakan adalah teknik 62 snowball yakni identifikasi stakeholders oleh stakeholders lainnya. Stakeholders yang diidentifikasi mulai dari tingkat nasional, regional, dan lokal. Masing- masing stakeholders yang terpilih menyatakan kebutuhannya di masa mendatang dalam kaitan dengan kualitas lingkungan bandara. Teknik yang digunakan untuk merumuskan kebutuhan stakeholders adalah wawancara mendalam terhadap semua stakeholders terpilih. Kemudian merumuskan faktor kunci pemenuhan stakeholders melalui wawancara dengan stakeholders kunci dengan teknik FGD. FGD adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto 1988 didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Metode FGD termasuk metode kualitatif. Seperti metode kualitatif lainnya direct observation, indepth interview, dan lain sebagainya FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas untuk metode kuantitatif survei, dan lain sebagainya. FGD dan metode kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan “to generate theories and explanations” Morgan and Kruger, 1993. Dalam analisis kebutuhan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan stakeholders yang terkait dengan kualitas lingkungan bandara. Sistem yang digunakan adalah mengidentifikasi stakeholders berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingan dalam bandara. Identifikasi stakeholders yang terlibat dalam sistem kualitas lingkungan bandara pada dimensi kebijakan publik adalah pemerintah, pengusaha, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat dimana setiap stakeholders mengidentifikasi stakeholders lainnya. Hasil identifikasi stakeholders disajikan pada matriks stakeholders yang memuat kategori stakeholders dengan masing-masing kepentingan. Selanjutnya dilakukan wawancara mendalam kepada stakeholders yang telah teridentifikasi mengenai kebutuhan dalam kaitan dengan kualitas lingkungan bandara. Selain itu dikaji pula pandangan setiap stakeholders tentang kebutuhan stakeholders lainnya sehingga dapat terakomodasi semua kebutuhan stakeholders. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dirumuskan faktor-faktor kunci pemenuhan kebutuhan stakeholders secara partisipatif. Pertanyaan yang diajukan difokuskan 63 pada faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan kebutuhan stakeholders dalam kerangka peningkatan kepedulian terhadap lingkungan bandara secara berkelanjutan.

3.3.4 Analisis Prospektif

Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di masa depan. Dari analisis ini akan diperoleh informasi mengenai faktor kunci yang berperan dalam sistem berdasarkan faktor kunci yang terlibat dalam sistem. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai stakeholders pengembangan PT. Angkasa Pura I. Pendapat tersebut diperoleh melalui bantuan kuesioner dengan wawancara indepth interview di wilayah studi Trayer, 2000. Bourgeois 2004 menjelaskan tahapan analisis prospektif yaitu: 1 mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing- masing faktor ke dalam 4 kuadran utama; 2 menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan 3 mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi cara elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Penentuan faktor kunci kinerja lingkungan PT. Angkasa Pura I dilakukan dengan analisis prospektif. Pada tahap ini dilakukan pada seluruh faktor penting dengan menggunakan faktor kunci berdasarkan hasil analisis sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis prospektif adalah pendapat pakar dan stakeholders yang terlibat dengan peningkatan kinerja lingkungan PT. Angkasa Pura I. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara secara langsung serta melalui diskusi. 64 Analisis prospektif dilaksanakan dengan metode kuesioner melalui tahapan sebagai berikut: menjelaskan tujuan studi; identifikasi faktor-faktor; dan analisis pengaruh dan ketergantungan antar faktor. Analisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor pada empat kuadran utama. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 9. Sumber: Godet et al.,1999 Gambar 9. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Pada tahap pertama analisis prospektif untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem dilakukan menggunakan matriks. Pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor diisi dengan teknik sebagai berikut: 1. Apakah faktor tidak mempunyai pengaruh terhadap faktor lain? Jika jawabannya ya, maka diberi skor 0. 2. Jika jawabannya tidak, maka dilanjutkan ke pertanyaan berikut: Apakah pengaruhnya sangat kuat? Jika jawabannya ya diberi skor 3. 3. Jika jawabannya tidak, maka dilanjutkan dengan pertanyaan apakah pengaruhnya kecil? jika jawabannya ya diberi skor 1, jika jawabannya tidak, diberi skor 2. Hasil analisis tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada semua stakeholders terkait. Hal ini dilakukan untuk memperkuat hasil analisis. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh manajemen PT. Angkasa Pura I dan Kuadran I Faktor penentu INPUT Kuadran II Faktor penghubung STAKES Pen g ar uh Kuadran IV Faktor bebas UNUSED Kuadran III Faktor terikat OUTPUT Ketergantungan 65 pihak manajemen bandara. Tahapan penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Tahapan Penelitian Focus Group Discussion Focus Group Discussion Analisis Prospektif Analisis Regresi dan Korelasi Wawancara dan pustaka Dokumentasi Kondisi Lingkungan Bandara Identifikasi Faktor Kualitas Lingkungan Analisis Kebutuhan Stakeholders Faktor Penentu Kualitas Lingkungan Faktor Kunci Peningkatan Kinerja Lingkungan Strategi Implementasi Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Focus Group Discussion IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. PT. Angkasa Pura I

PT. Angkasa Pura I merupakan BUMN Badan Usaha Milik Negara di sektor perhubungan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kebandarudaraan sebagai pelopor perusahaan pelayanan jasa keselamatan penerbangan dan jasa kebandarudaraan yang bersifat komersial di Indonesia. PT. Angkasa Pura I yang berdiri pada tanggal 20 Februari 1964, awalnya mempunyai tugas pokok sebagai pengelola dan pengusahaan Bandar Udara Internasional Kemayoran, Jakarta, yang sejak 1985 kegiatan operasinya telah sepenuhnya dialihkan ke Bandar Udara Soekarno Hatta dan Halim Perdana Kusuma. Saat ini PT. Angkasa Pura I mengelola 13 bandar udara utama di kawasan tengah dan kawasan timur Indonesia yaitu : Ngurah Rai di Bali, Juanda di Surabaya, Hasanudin di Makassar, Sepinggan di Balikpapan, Frans Kaisiepo di Biak, Sam Ratulangi di Manado, Adisumarmo di Surakarta, Adisutjipto di Yogyakarta, Syamsudin Noor di Banjarmasin, Ahmad Yani di Semarang, Pattimura di Ambon, Selaparang di Lombok, dan El Tari di Kupang. Kawasan tengah dan timur Indonesia merupakan kawasan yang memiliki prospek untuk berbagai ragam kegiatan bisnis karena keindahan alam, keanekaragaman budaya, serta kekayaan sumber daya alamnya yang berlimpah. Industri pertambangan dan pengolahan sumber daya alam lainnya serta daerah tujuan wisata utama andalan Indonesia terletak di kawasan tersebut, seperti Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Toraja, Bunaken, Bandaneira, Dieng dan Yogyakarta. Bagi wilayah kepulauan yang besar dan luas seperti Kawasan Tengah dan Timur Indonesia dimana transportasi darat dan air masih relatif terbatas, transportasi udara dengan bandar udaranya memegang peranan teramat penting dalam mendukung mobilitas penumpang, barang dan jasa. Hal ini dapat diartikan sebagai peluang bagi bisnis jasa kebandarudaraan.

4.1.1. Kondisi PT. Angkasa Pura I

Visi PT. Angkasa Pura I adalah menjadi perusahaan jasa kebandarudaraan yang dapat diandalkan di Kawasan Asia Pasifik. Untuk mencapai visi perusahaan di atas, maka ditetapkan misi perusahaan sebagai berikut: 1 penyediaan jasa kebandarudaraan dan jasa navigasi penerbangan beserta pendukungnya; 2 penyediaan jasa konsultasi dan diklat yang berkaitan dengan bidang jasa kebandarudaraan; dan 3 pengusahaan jasa tersebut di atas adalah dalam rangka memupuk keuntungan agar kesinambungan perusahaan terus berlanjut. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perusahaan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1 Penyediaan pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan penyimpanan pesawat udara. 2 Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos. 3 Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, navigasi, listrik, air dan instalasi limbah buangan. 4 Penyediaan jasa pelayanan penerbangan. 5 Penyediaan penyewaan lahan untuk bangunan, lapangan dan industri serta gedungbangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara. 6 Penyediaan jasa pelayanan yang secara langsung menunjang kegiatan penerbangan yang meliputi penyediaan hanggar pesawat udara, perbengkelan pesawat udara, jasa pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat, jasa pelayanan penumpang dan bagasi, jasa penanganan kargo, dan jasa penunjang lainnya yang secara langsung menunjang kegiatan penerbangan. 7 Penyediaan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kebandarudaraan. 8 Penyediaan jasa pelayanan yang secara langsung atau tidak langsung menunjang kegiatan bandara meliputi jasa penyediaan penginapanhotel, jasa penyediaan toko dan restoran, jasa penempatan kendaraan bermotor, jasa perawatan pada umumnya dan jasa lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak langsung pada kegiatan bandar udara. Disamping mengembangkan bisnis kebandarudaraan dan jasa navigasi penerbangan, PT. Angkasa Pura I juga memiliki kewajiban memberikan manfaat