Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian .1 Pembuatan Contoh Uji

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kayu Mahoni dan Jati. Sedangkan bahan finishing yang digunakan antara lain, Impra aqua Wood Filler AWF-911, Impra Aqua Wood stain AWS-921, Impra Aqua Sanding Sealer ASS-941, Impra Aqua Lacquer AL-961, SH-113, PU PUSS 740-2K, dan PU PUL 745-2K. Alat-alat yang digunakan antara lain Circular saw dan band saw untuk membuat contoh uji, 30 lembar kertas ampelas nomor 180, 15 lembar kertas ampelas nomor 240, 15 lembar kertas ampelas nomor 400, spray gun, kompresor, alat tulis, caliper, penggaris, kalkulator, ember, dan kain bersih. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pembuatan Contoh Uji Pembuatan contoh uji berasal dari dua jenis kayu yaitu kayu Mahoni dan Jati. Masing-masing jenis kayu digergaji untuk dibuat contoh uji dengan ukuran 2 cm x 10 cm x 20 cm pada arah tangensial. Contoh uji diberi perlakuan finishing pada keadaan kering udara. Setelah diberi perlakuan finishing, selanjutnya dilakukan pengujian pada daya tahan lapisan terhadap bahan kimia rumah tangga dan rayap. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, tiap perlakuan contoh uji diberi 2 kali ulangan. Setiap contoh uji yang akan difinishing diberi kode : Ma : Kayu Mahoni Ja : Kayu Jati A1 : difinishing menggunakan waterbased lacquer dengan penambahan air pada sealer 10dan top coat 30 A2 : difinishing menggunakan waterbased lacquer dengan penambahan air pada sealer 5 dan top coat 15 A3 : difinishing menggunakan waterbased lacquer dengan penambahan air pada sealer 20 dan top coat 60 M : difinishing menggunakan polyurethane Permukaan contoh uji yang difinishing diberi tampilan sebagai berikut : a b Gambar 1 a Tampilan contoh uji yang difinishing menggunakan Waterbased Lacquer dan b Tampilan contoh uji yang difinishing menggunakan Polyurethane

3.3.2 Proses Finishing dengan Water Based Lacquer

1. Persiapan Permukaan Kayu Sebagai persiapan permukaan contoh uji, permukaan kayu diamplas menggunakan kertas amplas nomor 180 searah dengan serat kayu. Pengamplasan secara manual menggunakan sebatang kayu yang dilapisi dengan bahan lebih lunak dengan ukuran sekitar 80 x 40 x 20 mm sebagai klos amplas. Klos ini akan membantu membuat alur pengamplasan lebih rata dan datar. Pengampelasan Permukaan awal Filler Filler + Stain Filler + Stain + Sealer Permukaan awal Filler Filler + Sealer Filler + Stain + Sealer + Top coat Filler + Sealer + Top coat bertujuan meratakan serta menghaluskan permukaan contoh uji dan membersihkan permukaan kayu dari segala kotoran yang menempel seperti debu. 2. Pemberian Filler atau Pengisian Pori-Pori Filler yang digunakan pada proses finishing ini adalah Impra Aqua Wood Filler AWF-911 yang berpelarut air. Setelah filler dicampur dengan pelarut, filler diaplikasikan dengan menggunakan spray gun. Bahan filler dipastikan telah mengisi dan menutup seluruh permukaan kayu yang efektif dan dibiarkan kering. Setelah kering, contoh uji diamplas menggunakan kertas amplas nomor 240 hingga permukaan kayu terlihat lagi. 3. Pewarnaan Staining Proses pewarnaan menggunakan Impra Aqua Wood stain AWS-921 dengan cara dispray dan dibiarkan hingga stain kering. 4. Pemberian Sealer Sealer diberikan dengan tujuan untuk membatasi antara stain dengan bahan pelapis akhir top coat sehingga dapat mencegah perpindahan bahan lapisan akhir ke dalam kayu atau sebaliknya. Impra Aqua Sanding Sealer ASS- 941 diaplikasikan dalam tiga variasi penambahan campuran air yaitu 5, 10, dan 20. Contoh uji dibiarkan kering dan kemudian diamplas menggunakan kertas amplas nomor 400 agar permukaan contoh uji lebih rata. Pemberian sealer dilakukan dengan 2 kali ulangan. 5. Pengecatan Akhir Top coating Pada sistem Aqua, pengecatan akhir menggunakan Impra Aqua Lacquer AL-961 clear gloss dengan tiga variasi penambahan air, yaitu 15, 30, dan 60. Standar penambahan air yang dianjurkan sebesar 30. Jika permukaan telah kering, permukaan contoh uji diamplas menggunakan kertas amplas nomor 400 dan pengecatan dilakukan sekali lagi agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

3.3.3 Proses Finishing dengan Polyurethane

1. Persiapan Permukaan Kayu Contoh uji yang akan difinishing dengan Polyurethane diamplas dengan kertas amplas no 180 searah serat kayu. Permukaan contoh uji dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel. Selain itu, pengampelasan permukaan contoh uji bertujuan untuk memotong serat besar, marking mesin, dan ujung-ujung kasar lainnya. 2. Pemberian Sanding Sealer Pemberian sealer pada contoh uji menggunakan PU PUSS 740-2K dengan menggunakan spraygun. PU PUSS 740-2K dicampur dengan thinner dan hardener terlebih dahulu dengan perbandingan 2:1:1. Pemberian sealer dilakukan 2 kali ulangan. Setelah sealing, permukaan contoh uji diampelas dengan kertas amplas nomor 400 searah dengan serat kayu. 3. Pengecatan Akhir Top coating Pemberian top coat menggunakan bahan PU PUL 745-2K dengan bantuan spray gun. PU PUL 745-2K dicampur dengan thinner dan hardener dengan perbandingan 2:1:1. Setelah mengering, contoh uji diampelas dengan kertas ampelas nomor 400 dan proses ini dilakukan dua kali untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

3.3.4 Uji Ketahanan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga

Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan kimia rumah tangga seperti kecap, minyak sayur, dan saos. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji dikeringudarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Waktu pengeringan yang cukup lama bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan dari bahan cat yang memungkinkan kecerahan dan kekerasan menjadi berubah. Tahapan pengujian yang dilakukan yaitu: a. Setiap bagian dilebur dengan bahan kimia rumah tangga dengan menggunakan pipet sebanyak 2 tetes, lalu didiamkan selama 5-10 menit. b. Contoh uji dibersihkan dengan menggunakan kain lap yang bersih, kemudian diamati perubahan fisik cat yang terjadi dengan interval 1 jam dan 24 jam. c. Perubahan fisik cacat yang terjadi pada permukaan kayu dapat dikalsifikasikan berdasarkan Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi kondisi cacat permukaan berdasarkan ASTM D 1654-92 2000. Persentase Permukaan Bercacat Kelas Tidak bercacat 10 0-1 9 2-3 8 4-7 7 7-10 6 11-20 5 21-30 4 31-40 3 41-55 2 56-75 1 75

3.3.5 Uji Ketahanan terhadap Panas dan Dingin

Dalam pengujian ketahanan terhadap bahan rumah tangga, material pengotor reagents hanya menyentuh permukaan saja. Sementara itu pada penggunaannya nanti seringkali perabot rumah tangga mendapat kontak dengan bahan panas atau dingin. Panas dan dingin ini dapat merambat melalui lapisan bahan finishing sehingga dapat mempengaruhi ikatan antar material finishing dan kayu mengembang atau menyusut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ini. Pengujian panas dilakukan dengan cara meletakkan gelas kecil berisi air panas mendidih yang didiamkan sampai air dalam gelas menjadi dingin. Pengujian dingin dilakukan dengan meletakkan batu es dalam gelas di atas permukaan uji, kemudian tunggu sampai seluruh es mencair. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap permukaan contoh uji dan diklasifikasikan dalam 10 kelas seperti yang ditampilkan padaTabel 1.

3.3.6 Uji Ketahanan terhadap Rayap Kayu Kering

Tahap-tahap pengujian terhadap rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light mengacu pada Andiasri 2010. Contoh uji berukuran 5 cm x 2,5 cm x 1,5 cm yang telah difinishing menggunakan bahan larut air waterbased lacquer dan bahan larut minyak polyurethane dimasukkan ke dalam botol kaca. Pada uji ini contoh uji difinishing sesuai anjuran. Ke dalam masing-masing botol kaca dimasukkan 50 ekor rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light dan ditutup menggunakan kain kasa berwarna hitam. Kemudian contoh uji disimpan di ruangan gelap selama 100 hari. Setelah 100 hari, contoh uji dikeluarkan dari botol kaca dan dibersihkan. Penilaian tingkat keawetan kayu terhadap rayap kayu kering dapat dilihat dari penurunan berat contoh uji selama pengumpanan. Berdasarkan nilai kehilangan berat maka ketahanan kayu yang telah difinishing dari rayap kayu kering dapat diklasifikasikan berdasarkan SNI 01.7207-2006 Tabel 2. Persen pengurangan berat dihitung dengan rumus: KB dengan : KB = persentase kehilangan berat W1 = berat sebelum pengumpanan dalam keadaan kering udara g W2 = berat setelah pengumpanan g Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering. Kelas Ketahanan Penurunan berat I Sangat tahan 2.0 II Tahan 2.0 - 4.4 III Sedang 4.4 - 8.2 IV Tidak tahan 8.2 - 28.1 V Sangat tidak tahan 28.1 Sumber : SNI 01. 7207-2006

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN