Bahasa dan Proses Metamorphosis Self Concept Masyarakat Aceh
Melalui Karya Sastra Hikayat “Perang Sabi”
Oleh:
Umaimah Wahid Faculty of Communication Scince
Budi Luhur University
Abstract
Hikayat merupakan salah satu karya sastra masyarakat Aceh yang terkenal yang mempunyai kekuatan tutur masyarakat dalam kesehariannya ataupun dalam fase-
fase krusial seperti perang Aceh, masa konflik dan reformasi bahkan pasca tsunami. Walau hikayat tidak dipublikasikan secara resmi, namun hikayat menyebarkan secara
turun temurun dari mulut ke mulut dan mengakar dalam sendi sendi kehidupan masyarakat melalui beragam proses rekonstruksi yang memiliki pengaruh dalam
proses metamorphosis karakter masyarakat yang membentuk self concept. Salah satu hikayat yang sangat terkenal dan mengakar dalam sejarah masyarakat Aceh
adalah hikayat Perang Sabi karya Tengku Chik Pante Kulu. Hikayat ini merupakan hikayat yang diciptakan untuk membangkitkan semangat masyarakat Aceh dalam
perang Aceh.
Keyword : bahasa, metamorphosis, self- concept, hikayat-aceh
A. Landasan pemikiran
Bahasa dan budaya adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan dalam pengembangan dan perubahan yang dialami setiap individu dan masyarakat. Setiap masyarakat
mempunyai bahasa dan budaya yang menjadi alat komunikasi dan sekaligus menjadi sarana pembentukan budaya. Artinya kontruksi manusia sebagaii individu dan anggota masyarakat
terikat dengan budaya yang melandasi proses interaksi individu sebagai anggota masyarakat. Bahasalah yang menjelaskan banyak realitas social sebuah masyarakat. Peran bahasa dalam
engembanangan social adalah fundamental karena bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk penyamaian pesan semata, melainkan lebih dari itu bahasa merupakan
identitsa budaya sebuah masyarakat.
Jadi diri seseorang dapat dengan mudah diketahui dari makna bahasa yang diergunakan dalam menjelaskan dan memahmi realitas social mereka. Perangai seseorang juga mudah
dikenali dari cirri khas kebahasaan yang dimilikinya. Karena seseorang mengalami proses Page | 1
konstruksi dalam proses interaksi social budaya setiap hari di tengah masyarakat. Setiap orang adalah anggota masyarakat yang didalamnya integral nilai-nilai budaya termasuk bahasa di
dalamnya. Artinya Bahasa tidak tidak mungkin lepas dari konstruksi social seseorang.,
Setiap masyarakat berbeda satu dengan lainnya dalam penggunaan bahasa yang berbeda antara satu negara dengan lainnya berbeda, karena sudah dikenal dari pemanfatan
bahasa masing-maisng. Kecuali tidak ada kecintaan terhadap bahasa asal. Disinilah letak pentingnya bahasa, yang memang harus diaplikasikan dan dikembangkan dengan penuh rasa,
cipta dan karsa. Karenanya bahasanya tidak boleh dipermainkan gaming of language karena merepresentasikan identitas. Aceh sebagai salah satu suku bangsa yang mempunyai sejarah
besar dalam literatur Indonesia menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Melayu Jawoe dan bahasa dengan semua karya sastra terutama hikayat sangat penting dalam prose rekonstruksi
orang Aceh.
Hikayat merupakan salah stau karya sastra Aceh yang paling terkenal dan dominan dari masa ke masa. Hikayat mengandung beragam nilai-nilai social budah, agama bahkan politik
yang kesemuanya integral dalam diri orang Aceh. Sebagai seni karya tutur, hikayat dibacakan mellaui meunsah-meunsah sebagai wadah musyawarah masyarakat Aceh. Meunasah meruakan
tempat ibadah, pusat pemerintahan tingkat gampong desa seklaigus sebgaii wadah pendidikan, pengembangan masyarakat dna penyelesaian konflik di tengah masyarakat. Karena
proses yang snagat mendasar hikayat menjadi sangat terkenlkl karena orang Aceh lebih menyukai bahasa tiutur dibandingkan bahasa tulis. Hikayat digunakan sebagai saranba eksresi
masyarakat Aceh mengenai apa yang mereka yakini dan inginkan.
Hikayat kemudian menjadi bagian tridka terpisahkan dalam konstruksi masyarakat Aceh. Hikayat menjadi integral dlaam proses metamorphosis masyarakat Aceh sejak dari zaman
kejayaan Kerajaan Aceh, zaman perang Aceh, zaman orde lama dan Baru hingga zaman operasi militer dan reformasi. Hikayat menjadi sarana pendidikan sekaligus sebagai hiburan
yang dipandang sesuai dengan nilai-nilai Islam, digunakan juga sebagai media penyampaian program-program emerintah, kitik social dan perjuangan serta pengembangan nilai-nilai
kebaikan dna keluarga.
B. Bahasa dan Kekuasaan Komunikasi