21 b.
Sosial Politik adalah Yang pada dasarnya berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dan wewenang dalam pelaksaaan kegiatan sistem politik,yang
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial budaya. c.
Perekonomian Daerah adalah Ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro daerah yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital,
tingkat konsumsi, kinerna sektoral perekonomian serta tingkat biaya hidup. d.
Tenaga Kerja, menurut UU No.13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.Sedangkan Produktivitas adalah
Kemampuan menghasilkan sesuatu.
e. Infrastruktur Fisik adalah Sumber daya seperti modal fisik,geografis,dan
sumber daya alam yang dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah.
3.5. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun Penduduk usia produktif dan bermukim di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Berdasarkan data Sakernas BPS 2012, jumlah angkatan kerja di Labuhanbatu Selatan sebanyak 119.260 jiwa.
Menurut Roscoe 1982:253 dalam buku Taniredja dan Mustafidah 2011:38 memberikan saran-saran untuk penelitian bahwa: Ukuran sampel yang layak
dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
22
3.6. Metode Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yakni menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat
mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh atau merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah dan sampel bertujuan
dilakukan dengan cara subjek bukan di dasarkan atas strata,random atau daerah tetapi atas adanya tujuan tertentu. Maka, dalam penelitian ini ditetapkan jumlah
sampel yang sudah cukup representatif yaitu 30 responden yang mewakili seluruh komponen masyarakat yang terdapat di 5 kabupaten di Labuhanbatu Selatan dan
pengambilan sampel ini di dukung oleh penelitian sosial menurut Roscoe 1982:253 seperti uraian di atas. Adapun jumlah sampel berdasarkan kelompok
masyarakat adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat
No Kelompok Masyarakat Responden
1 MahasiswaPelajar
3 2
Staf PengajarDosenGuru 3
3 Masyarakat Umum
4 4
Birokrasi 4
5 Perbankan
3 6
Non Perbankan 3
7 Pengusaha
10
Jumlah 30
3.7. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah :
23
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang dijadikan sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara
resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuisioner
Para penduduk yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini diberikan lembaran kuisioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi
dari kelompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi sampel adalah untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai
saran atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten Labuhanbatu Selatan.
24
3.8. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis persepsi masyarakat terhadap daya saing ekonomi di kabupaten Labuhanbatu Selatan
meliputi analisis deskriptif dan Analytical Hierarchy Process AHP. Secara jelasnya, metode yang digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan
gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi di kabupaten Labuhanbatu Selatan. Analisis data disajikan dalam
bentuk tabulasi, gambar chart dan diagram.
2. Analytical Hierarchy Process AHP
Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Proses pemberian bobot indikator dan sub-indikator variabel dilakukan dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process AHP
melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.
Metoda Analytical Hierrchy Process AHP awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.
Metode ini digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.
25 Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan
yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai
jenjang maupun kepentingan. Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari
ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian- bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana
yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytical Hierarchy Process AHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta
menjadikan variabel dalam suatu hirarki tingkatan. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak
multikriteria, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari
26 pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.
Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Selain
itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya. Analytical Hierarchy Process AHP mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari : 1.
Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A
adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1k kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam
hal berat.
27 3.
Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan complete hierarchy walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna incomplete
hierarchy. 4.
Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data
kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada
langkah-langkah berikut : 1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2.
Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5.
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
28 7.
Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis
pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR 0,15 maka
penilaian harus diulang kembali. Rasio Konsistensi CR merupakan batas ketidakkonsistenan inconsistency
yang ditetapkan Saaty. Rasio Konsistensi CR dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi RI. Angka pembanding pada perbandingan berpasangan
adalah skala 1 sampai 9, dimana :
Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya
Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya
Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya
Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan
lainnya. Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan
rangking yang dicari dalam Analytical Hierarchy Process AHP ini. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process AHP ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
a. Decomposition
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut
29 disusun secara hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses
pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan
karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.
Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari
tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa
elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen- elemen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat
suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus
bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil. Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan
tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :
1 Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis. 2
Independen Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan
pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.
30 3
Lengkap Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4 Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
b. Comparative Judgment