strategi yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada pengembangan di pulau-pulau kecil yang memiliki karakteristik yang mirip dengan Pulau Bunaken.
B. Perumusan Masalah
Potensi pasar regional dan global, untuk industri wisata bahari marine tourism ternyata tumbuh dan berkembang pesat dengan volume permintaan
demand yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sisi lain menunjukkan terjadinya persaingan di sisi penawaran supply yang semakin ketat sehingga
pengembangan wisata bahari membutuhkan perhatian yang serius dari pemerintah.
Pengembangan UMKM dalam pengembangan usaha wisata bahari harus dianalisis dampaknya pada triple bottom line benefit cost Munandar, 2007.
Secara ekonomi dampak tersebut meliputi pertumbuhan perekonomian, pertumbuhan usaha, income atau kesejahteraan masyarakat sebagai dampak
dari usaha berbasis wisata. Dari sisi kualitas lingkungan adalah integritas lanskap, kerusakan obyek atau ekosistem khas, serta berkurangnya spesies
langka. Secara secara sosial budaya adalah keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari.
Permasalahan yang timbul bagi pengembangan usaha kecil sektor wisata bahari di pulau kecil antara lain sebagai berikut.
1. Permodalan. Umumnya usaha-usaha yang dilakukan berskala rumahtangga yang dimiliki oleh masyarakat, yang notabene adalah para
pemodal kecil. 2.
Aksesibilitas. Usaha yang dilakukan di pulau kecil membutuhkan pasar yang sangat tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sisi lain
kunjungan wisatawan sangat tergantung pada aksesibilitas yang relatif lebih mahal dan minim ketersediannya untuk mencapai pulau kecil.
3. Ketergantungan terhadap alam. Usaha sektor wisata bahari di pulau kecil
yang dilakukan sangat tergantung pada kelestarian sumberdaya alam yang ada. Sementara di sisi lain pemahaman akan arti penting lingkungan belum
menjadi prioritas masyarakat pulau kecil dan Pemerintah Daerah, sehingga degradasi lingkungan pulau kecil tetap berjalan.
Berbagai faktor umum penghambat pengembangan usaha wisata bahari, khususnya di pulau-pulau kecil antara lain adalah sebagai berikut.
1 Belum tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung. Terbatasnya sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil, khususnya sarana seperti
transportasi, cenderung menyebabkan pulau-pulau kecil relatif terisolir dan sulit untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Tanggung jawab
pemerintah untuk melakukan investasi berupa sarana dan prasarana dasar di pulau-pulau kecil adalah mutlak.
2 Kualitas sumber daya manusia, serta kesadaran masyakarakat dan Pemerintah Daerah yang relatif masih rendah. Kurangnya pelibatan
masyarakat dalam pengembangan wisata bahari di pulau kecil merupakan salah satu kendala yang perlu diperhatikan. Undang-undang No.9 Tahun
1990 tentang kepariwisataan menyatakan, bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperanserta dalam
penyelenggaraan pariwisata. Salahsatu pelibatan masyarakat lokal dalam mendukung pengembangan wisata bahari adalah melalui pembinaan dan
pelatihan dari pemerintah atau lembaga atau LSM dalam peningkatan kemampuan skill untuk pengembangan UMKM.
3 Kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang tidak konsisten baik di tingkat Pusat maupun daerah. Adanya euforia otonomi daerah
menciptakan koordinasi dan sosialisasi yang belum optimal sehingga saat kebijakan diimplementasikan di lapangan cenderung menimbulkan
ketidakkonsistenan. 4 Minimnya anggaran pembiayaan yang ada. Pemerintah dengan anggaran
yang terbatas sesungguhnya hanya bertindak sebagai fasilitator dan promotor. Keterlibatan pihak swasta, baik sebagai pemodal maupun
sebagai operator diharapkan dapat ditingkatkan untuk membangun salahsatu mesin penghasil devisa negara di bidang pariwisata bahari.
Mengingat volume investasi yang dibutuhkan dan resiko finansial yang cukup besar, diperlukan pendekatan yang cermat prudent dan sistematis
untuk meningkatkan gairah swasta dalam berinvestasi dan mengelola bisnis wisata bahari.
5 Dalam rangka investasi maka peraturan, hukum dan kemudahan perbankan dan fiskal yang menarik sejalan dengan sistem reward and
punishment bagi para investor dan pelaku usaha perlu dikembangkan di bidang pariwisata bahari. Hal ini seiring pula dengan peningkatan
pembangunan sarana transportasi, jaminan keamanan, perijinan, keimigrasian dan bea cukai, baik untuk wisatawan maupun investor.
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, agar pengembangan wisata bahari dapat tercapai maka faktor-faktor penghambat tersebut harus
ditangani dengan serius, sistematis dan menyeluruh berdasarkan skala prioritas. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat dirumuskan permasahan penelitian
untuk mendapatkan penanganan pengembangan UMKM di pulau kecil sebagai berikut.
1. Usaha mikro dan kecil apa sajakah yang telah berkembang? 2. Bagaimana mekanisme pengelolaan usaha mikro dan kecil sektor wisata
bahari sehingga dapat menunjang pemberdayaan masyarakat lokal? 3. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat berdasarkan skala prioritas?
C.
Tujuan
1.
Mengidentifikasi usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil.
2.
Menganalisis mekanisme pengelolaan usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil dalam rangka pemberdayaan masyarakat
guna mencapai pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal yang lebih baik.
3.
Menyusun strategi pengembangan usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil yang tepat.
D. Kegunaan