sarana dan prasarananya. Dalam periode tersebut, seluruh biaya yang dikeluarkan diperhitungkan sebagai investasi.
Total biaya proyek yang dikeluarkan Rp. 372,789,807,828, terdiri dari biaya proyek Rp. 242,931,881,497 dan bunga selama pembangun-
an Interest During Construction atau IDC Rp. 129,857,926,331 Proyeksi biaya total produksi tedapat dalam Lampiran 2.
b. Rencana Pendanaan
Pembangunan kebun dan pabrik secara keseluruhan termasuk kapitalisasi bunga dalam masa pembangunan IDC dan membutuhkan
dana Rp. 372,789,807,828. Pendanaan pembangunan pabrik dan kebun direncanakan diperoleh dari pinjaman 65 dari total biaya proyek dan
sisanya 35 diperoleh dari modal sendiri.
c. Biaya Modal Kerja
Modal kerja diperlukan untuk modal kerja kebun dan modal kerja pabrik. Modal kerja kebun digunakan untuk pemeliharaan tanaman
produktif, panen dan transportasi. Biaya modal kerja pabrik digunakan untuk membeli sebagian bahan baku dari plasma, bahan penunjang,
biaya tenaga kerja pabrik dan overhead.
d. Harga Pokok Penjualan
Berdasarkan biaya modal kerja kebun dan modal kerja pabrik, kemudian disusun harga pokok produksi dan penjualan. Harga pokok
produksi merupakan akumulasi biaya kebun dan pabrik per tahun. Harga pokok mempertimbangkan produksi yang diestimasi terjual.
Penjualan TBS diestimasi akan menyisakan persediaan TBS untuk satu hari, sedangkan penjualan minyak sawit mentah CPO dan inti sawit
PKO akan menyisakan persediaan satu bulan. Harga pokok penjualan diperhitungkan sejak tanaman menghasilkan dan diperoleh penjualan.
e. Proyeksi Harga, Produksi, Pendapatan dan Pengembalian
Pinjaman
Penerimaan perusahaan setelah pabrik dioperasikan, akan berasal dari penjualan minyak sawit mentah crude palm oil, CPO dan inti
sawit PKO. Produksi TBS dari kebun menjadi bahan baku bagi
produksi CPO dan PK di pabrik. Proyeksi harga, produksi TPS serta nilai penjualan CPO dan PK disajikan dalam Lampiran 3, sedangkan
proyeksi produksi, penjualan, pendapatan dan cicilan pinjaman disajikan dalam Lampiran 4.
f. NPV
NPV merupakan ukuran nilai tambah bersih dalam nilai kini bagi investasi yang akan dilakukan. NPV juga mencerminkan keuntungan
murni di atas biaya yang diinvestasikan. Nilai NPV untuk pengusahaan perusahaan inti adalah Rp. 446.039.000.000. Hal ini berarti bahwa
pengusahaan kebun inti layak untuk dilaksanakan.
g. PBP
PBP digunakan untuk mengetahui risiko-waktu dana investasi akan tertanam dan kemudian dapat dipulihkan. Nilai PBP sebesar 9,87
berarti bahwa investasi total pengusahaan kebun kelapa sawit akan terpulihkan dalam waktu
9,87
tahun.
h. IRR
IRR merupakan indikator imbangan terhadap tingkat imbalan yang disyaratkan oleh investor yang berpatokan pada suku bunga.
Nilai NPV di atas setara dengan tingkat imbalan internal 34,15
sebelum pajak atau 31,34 setelah pajak. Perbandingan terhadap
tingkat suku bunga SBI, sebagai alternatif investasi lain, yakni rata-rata sebesar 8,04 periode November 2007-Mei 2008 sumber : Bank
Indonesia, 2008, menunjukkan bahwa dengan tingkat IRR 31,34 setelah pajak proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.
i. Net BC
Net BC adalah perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan datang. Pengusahaan perusahaan inti
memiliki nilai net BC sebesar 2,47, yang artinya layak untuk dilaksanakan, karena 1.
j. BEP
BEP atau titik pulang pokok menunjukkan sejumlah pendapatan atau unit dimana penerimaan pendapatan pengusahaan perusahaan inti
sama dengan biaya yang ditanggungnya. BEP dapat ditentukan dengan satuan unit atau rupiah.
BEP unit pengusahaan perusahaan inti menunjukkan nilai 69.303 ton, yang artinya pada saat perusahaan inti menghasilkan 69.303 ton
CPO, maka perusahaan akan mencapai kondisi BEP. Kondisi BEP tersebut juga akan dicapai pada saat pendapatan perusahaan mencapai
Rp. 606.258.214.419.
k. Analisis Sensitivitas