Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Metode Penulisan Pendampingan Iman

5 dengan judul: PENDAMPINGAN IMAN ORANG MUDA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK PAROKI KRISTUS RAJA BARONG TONGKOK. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran hidup menggereja orang muda Katolik pada zaman sekarang? 2. Seberapa jauh orang muda Katolik Paroki Kristus Raja terlibat dalam hidup menggereja? 3. Pendampingan iman orang muda macam apa yang dapat membantu meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik paroki Kristus Raja Barong Tongkok dalam hidup menggereja.

C. Tujuan Penulisan

1. Menguraikan gambaran hidup menggereja orang muda Katolik di zaman sekarang. 2. Mengungkapkan permasalahan yang dihadapi orang muda Katolik di paroki Kristus raja, Barong Tongkok. 3. Memberi sumbangan pemikiran melalui pendampingan iman yang relevan bagi orang muda Katolik Paroki Kristus Raja, Barong Tongkok untuk meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini juga diharapkan akan memberi sumbangan pemikiran untuk membantu meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda katolik. Adapun harapan tersebut antara lain: 6 1. Bagi orang muda Katolik dapat menambah wawasan dalam menghayati tugas sebagai anggota Gereja dan mampu terlibat aktif dalam hidup menggereja sebagai wujud iman katolik. 2. Bagi Gereja, skripsi ini sebagai masukan khususnya bagi para pemimpin Gereja untuk memberi pendampingan iman yang relevan bagi orang muda dalam usaha meningkatkan keterlibatan hidup menggereja. 3. Bagi penulis sendiri agar lebih memahami dan menghayati tugas sebagai calon pewarta Sabda Allah kepada umat, khususnya orang muda Katolik, sehingga mampu membuka wawasan baru dan juga semakin mampu terlibat aktif dalam hidup menggereja.

E. Metode Penulisan

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskripsi analisis yang bertujuan untuk memaparkan menggambarkan hidup menggereja orang muda Katolik di zaman sekarang. Penulis juga akan mengumpulkan data untuk mengetahui tingkat kedalaman hidup menggereja orang muda Katolik. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan memberikan sumbangan pemikiran mengenai pendampingan iman yang dapat membantu orang muda guna meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja mereka.

F. Sistematika Penulisan

Bab I berupa latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode dan sistematika penulisan. Bab II membahas pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik. Bab ini berisi 7 tentang pemahaman pendampingan, gambaran orang muda Katolik dan hidup menggereja. Bab III berisi mengenai keterlibatan orang muda Katolik dalam hidup menggereja, paroki Kristus Raja, Barong Tongkok yang meliputi sejarah paroki dan situasi umat di paroki Kristus Raja, penelitian pendampingan orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda katolik paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur. Bab IV membahas upaya meningkatkan katerlibatan hidup menggereja orang muda Katolik paroki Kristus Raja Barong Tongkok yang dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama mendalami pentingnya keterlibatan dalam hidup menggereja. Bagian kedua menguraikan upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja melalui pendampingan iman orang muda. Bagian ketiga berisi usulan program pendampingan iman orang muda model Weekend orang muda Katolik untuk meningkatkan keterlibatan dalam hidup menggereja orang muda Katolik paroki Kristus Raja Barong Tongkok, yang di dalamnya latar belakang program, tema dan tujuan program dan gambaran satuan pendampingan Weekend orang muda Katolik. Bab V berisi penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada pihak paroki Kristus Raja Barong Tongkok.

BAB II PENDAMPINGAN IMAN ORANG MUDA DAN HIDUP MENGGEREJA

ORANG MUDA KATOLIK Dalam bab II penulis membahas tentang pendampingan iman orang muda dan hidup menggereja orang muda Katolik. Dalam pembahasan penulis membaginya menjadi tiga bagian. Bagian pertama menguraikan mengenai pendampingan iman, yang di dalamnya mencakup pemahaman tentang pendampingan dan pemahaman tentang iman. Bagian kedua membahas mengenai orang muda Katolik, yang mencakup pengertian orang muda Katolik, gambaran situasi orang muda Katolik zaman sekarang, ciri-ciri orang muda, dan gambaran perkembangan orang muda. Bagian ketiga mengemukakan mengenai hidup menggereja yang meliputi situasi hidup menggereja orang muda Katolik dan relevansi pendampingan iman orang muda Katolik dalam meningkatkan keterlibatan hidup menggereja.

A. Pendampingan Iman

1. Pemahaman tentang Pendampingan

a. Pengertian Pendampingan

Secara umum pendampingan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dapat dilakukan seseorang untuk membantu orang muda mempersiapkan dirinya menuju kedewasaan dan masa depannya. Membantu dalam hal ini berarti menemani orang muda yang didampingi beserta segala kemampuan yang ada dalam dirinya untuk 9 mencapai suatu tujuan hidup. Dengan demikian orang muda yang didampingi menjadi semakin berkembang Manguhardjana, 1986: 21-22. Secara tegas Tangdilintin 1984: 13 mengatakan jika usaha pendampingan untuk “menggiring dan ‘menjinakkan’ orang muda, maka akan mengurangi potensi yang merek a miliki”, jika pendampingan iman orang muda mengarah pada kata ‘penjinak’ berarti peranan seorang pendamping hanya menjadi “pemimpin” tetapi pada akhirnya mendikte seluruh hidup orang muda. Istilah yang tepat dalam mempersiapkan diri orang muda menuju masa depannya adalah usaha pendampingan. Magunhardjana juga sependapat dengan hal ini, meskipun dalam pendampingan tidak lepas dari seorang pemimpin namun pemimpin juga perlu memiliki unsur “pelayanan” Mangunhardjana, 1985: 398. Unsur pelayanan yang mendalam menjadikan peserta diterima dan disapa, dicintai sebagai pribadi orang muda, memiliki potensi yang besar bagi masa depan bangsa dan Gereja.

b. Tujuan Pendampingan

Hakikat dari pendampingan adalah untuk menolong orang muda dalam menghadapi permasalahan hidupnya sehingga orang muda dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai cita-cita dan harapannya. Pendampingan memiliki tujuan untuk membantu orang muda yang haus akan informasi, kecakapan, sikap, dan perilaku hidup baik hidup pribadi, keluarga, Gereja, maupun masyarakat Magunhardjana, 1986: 26-28, sehingga nantinya mereka mampu berperan demi kemajuan Gereja dan masyarakat. Artinya pendampingan dilaksanakan untuk membantu orang muda menumbuhkan sikap 10 yang peka, penuh perhatian, serta mempunyai kerelaan untuk meluangkan waktu, menyumbangkan tenaga, pikiran, pengetahuan, dan ilmu, serta kecakapan untuk meningkatkan kesejahteraan Gereja dan masyarakat. Komisi Kepemudaan KWI 2014: 65 menegaskan bahwa tujuan pendampingan harus mengingat pada perutusan Yesus Kristus. Pendampingan orang muda juga perlu memusatkan diri pada peserta yang didampingi dengan memperhatikan tiga hal berikut: 1 Membangun dan menguatkan hubungan orang muda Katolik dengan Yesus Kristus. 2 Memusatkan pada pertumbuhan pribadi orang muda Katolik yang mengacu pada relasi dengan diri sendiri, orang lain dan Tuhan. 3 Menyadarkan orang muda akan pentingnya keterlibatan mereka dalam komunitas-komunitas Gerejawi dan juga komunitas masyarakat umum.

2. Pemahaman tentang Iman

Iman dalam bahasa Yunani disebut pistis atau bahasa Latin fides dan bahasa Inggris faith diartikan sebagai keyakinan dan penerimaan akan wahyu Allah. Dalam bahasa Indonesia “beriman” lebih dimaksudkan dalam hubungan pribadi manusia dengan Allah Madya Utama, 2002: 47. Iman adalah tanggapan atas panggilan dan tawaran penyertaan diri dari Allah. Pengertian iman sebaiknya dimulai dari pemahaman kita atas wahyu Allah Madya Utama, 2002: 47. Iman yang diyakini seseorang diharapkan mengarah pada suatu tindakan konkret dalam setiap perjalanan hidupnya, apakah ia mengandalkan Allah ataukah mengandalkan dirinya sendiri. Maka iman merupakan 11 keputusan manusia itu sendiri. Iman memerlukan keterlibatan secara konkret dalam setiap perjalanan hidup manusia. Iman adalah keputusan dari pihak manusia. Iman berdasarkan pada pemahaman. Dalam beriman manusia menyadari keadaan diri dan memahami Tuhan sebagai satu-satunya jalan yang dapat diandalkan untuk mendatangkan kebaikan pada-Nya Hardjana, 1993: 58-59. Iman adalah keterlibatan. Orang beriman sejati menyerahkan diri kepada Tuhan. Kepada Tuhan orang beriman mempercayakan hidup dan masa depannya. Karena itu, iman memerlukan keterlibatan. Dia bersedia melakukan apa saja yang harus ia lakukan agar hidup dan masa depannya mencapai kepenuhan. Ia mengikuti dan melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan yang bermaksud membawanya kepada kepenuhan hidup. Orang beriman membiarkan dirinya di bawah bimbingan Tuhan. Dengan demikian, ketaatan kepada Tuhan bukan hanya pada saat-saat tertentu atau pada hal-hal tertentu saja, seperti saat berdoa dan beribadah, tetapi dalam seluruh proses kehidupannya. Oleh karena itu, iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi seluruh diri manusia Harjana, 1993: 59. Sedangkan inti dari hidup beriman bukan terletak pada orang yang rajin ke Gereja, doa lingkungan, pengakuan dosa, dan hidupnya baik, melainkan juga orang yang berkata “Amin” berarti “Ya” kepada Tuhan, yang menyatakan Tuhan adalah penyelamat. Iman perlu diwujudkan dalam tindakan nyata dan kesetiaan kepada Tuhan secara nyata pula dalam kehidupan sehari-hari yang kita alami Hardjana, 1993: 60-61. 12

3. Pendampingan Iman Orang Muda

Pengertian pendampingan orang muda tidak beda jauh dari pengertiaan pendampingan pada umumnya. Pada prinsipnya, pendampingan iman orang muda sama dengan pendampingan pada umumnya dilihat dari segi teknik dan bentuk pendampingan. Namun, pendampingan orang muda mempunyai ciri khasnya sendiri, yaitu soal iman yang menjadi materi pendampingannya. Karena materi pendampingan orang muda adalah soal iman, maka teknik dan bentuk pendampingan perlu disesuaikan dengan cara-cara yang berkaitan dengan iman dan situasi khas orang muda Mangunhardjana: 1986: 21. Pendampingan iman orang muda merupakan wujud nyata dari keprihatinan Gereja, yakni untuk mengarahkan pribadi orang muda menuju kedewasaan Kristiani. Menurut Tangdilintin ada dua dimensi untuk mengembangkan pribadi orang muda: dimensi vertikal hubungan orang muda dengan Ilahi atau Tuhan dan dimensi horizontal hubungan orang muda dengan sesama dan alam pada umumnya” Tangdilintin 1984: 12. Pendampingan iman orang muda diartikan sebagai usaha untuk membimbing dan mengarahkan iman orang muda serta sebagai usaha pewartaan Gereja kepada orang muda. Pendampingan iman orang muda bertujuan membantu orang muda agar imannya semakin mendalam dan mau terlibat dalam dinamika hidup menggereja. Iman adalah tanggapan manusia terhadap Wahyu Allah. Oleh karena itu, pendampingan iman mengandaikan kebebasan dan kesediaan pribadi untuk menanggapi rahmat Tuhan. Perkembangan iman orang muda tidak pernah terlepas dari perkembangan manusiawinya dan kedewasaan Kristiani. Oleh karena 13 itu, pendampingan iman orang muda mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam pendampingan orang muda diusahakan bertitik tolak dari situasi kehidupan orang muda. Karena orang muda berada pada taraf pencarian arti hidup dan pencariaan identitas diri. Masa pencariaan ini dapat digunakan sebagai titik tolak mengisi hidup mereka supaya lebih berarti bukan hanya dengan teori-teori saja, tetapi dengan perwujudannya. Dalam pendampingan iman orang muda diharapkan bersifat aktif dan dinamis dan yang menjadi dasar ialah Yesus Kristus dalam Yesus, Allah telah menjadi manusia dan dalam diri Yesus itu pula, Allah telah menjadi seorang pemuda. Dengan kehidupan manusiawinya Yesus merencanakan Kerajaan Allah dalam kepenuhan kehendak Bapa KKKWI, 2014: 51. Demikian pula, orang muda diharapkan mencapai kepenuhan diri yaitu untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.

B. Orang Muda Katolik