2. Ciri – ciri pajak daerah Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik
pengertian secara ekonomis pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah atau pengertian secara
yuridis pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak
antara lain sebagai berikut: a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik konraprestasi perseorangan yang dapat ditunjukkan secara langsung.
Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan
orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor. c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan
umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan
apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag- undangan.
e. Selain fungsi budgeter anggaran yaitu fungsi mengisi Kas NegaraAnggaran Negara yang diperlukan untuk menutup
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial fungsi mengatur regulatif.
3. Penggolongan Pajak Daerah Pajak daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001, daerah Kabupaten atau Kota diberi kewenangan
untuk menetapkan jenis pajak sebagai sumber keuangan. Jenis-jenis pajak daerah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pajak Kendaraan Bermotor b. Pajak Kendaraan Diatas Air
c. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor e. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan
Air Permukaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
f. Pajak Hotel g. Pajak Restoran
h. Pajak Hiburan i. Pajak Reklame
j. Pajak Penerangan Jalan k. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
l. Pajak Parkir m. Pajak Lain-Lain.
Jenis-jenis pajak di atas merupakan salah satu penambahan jumlah pendapatan asli daerah yang nantinya digunakan untuk
pembayaran dan pembangunan daerah. Setiap jenis pajak dapat dipungut oleh pemerintah daerah kepada tiap pribadi atau badan
tanpa adanya imbalan langsung yang seimbang. 4. Syarat pemungutan pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan
membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai maswalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:
a. Pemungutan pajak harus adil Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan
untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya: a Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
b Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak
c Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran
b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: Pajak
dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu: 1. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang
berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya 2. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak
diperlakukan secara umum 3. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para
wajib pajak c. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan
produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak,
terutama masyarakat kecil dan menengah. d. Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang
diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus
sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan
keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban
pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran
dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan
membayar pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Contoh: 1. Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif
menjadi 2 macam tarif 2. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya
satu tarif, yaitu 10 3. Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan
untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan PPh yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan pribadi Dari hasil pemungutan pajak tersebut maka menjadi
kewenangan bagi daerah untuk mengelolanya karena hal tersebut merupakan keleluasaan pemerintah daerah, jadi dari perpajakan
ini pemerintah daerah dapat menetapkan dan mengendalikan tarif pajak yang ada di daerahnya.
b Retribusi Daerah Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan
salah satu Pendapatan Asli Daerah yang diharapakan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Daerah kabupaten kota diberi peluang
dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
1. Pengertian Retribusi Daerah Menurut UU No. 66 Tahun 2001, Retribusi Daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Panitia Nasrun, merumuskan pengertian Retribusi Daerah
sebagai berikut: Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena
jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung Riwu Kaho,2003:171.
Semakin besar nilai retribusi daerah berarti semakin besar pula tingkat kontribusi retribusi terhadap PAD. Dimana bila
kontribusi retribusi daerah semakin tinggi maka PAD akan meningkat dan sebaliknya. Apabila terjadi hal sebaliknya dimana
kontribusi retribusi daerah turun maka perlu usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan daerah melalui retribusi daerah.
J. Suprapto, 1994 : 267 . 2. Tujuan Retribusi Daerah
Tujuan Retribusi daerah pada dasarnya memiliki persamaan pokok dengan tujuan pemungutan pajak yang dilakukan oleh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
negara atau pemerintah daerah. Adapun tujuan pemungutan tersebut adalah:
a. Tujuan utama adalah untuk mengisi kas negara atau kas daerah guna memenuhi kebutuhan rutinnya.
b. Tujuan tambahan adalah untuk mengatur kemakmuran masyarakat melalui jasa yang diberikan secara langsung
kepada masayarakat. 3. Sifat Retribusi Daerah
Retribusi daerah dalam pelaksanaannya mempunyai dua sifat, sifat tersebut adalah:
a. Retribusi yang sifatnya umum Maksudnya bahwa pungutan tersebut mempunyai sifat
berlaku secara umum bagi mereka yang ingin menikmati kegunaan dari suatu jasa yang diberikan oleh pemerintah
daerah. Misalnya bagi mereka yang masuk ke dalam pasar untuk berjualan, walaupun hanya sehari tetap dikenakan
pungutan retribusi. b. Retribusi yang pungutannya bertujuan
Maksudnya adalah retribusi yang dilihat dari segi pemakaiannya,
pungutan tersebut bertujuan untuk memperoleh jasa, manfaat dan kegunaan dari fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah daerah. Misalnya kewajiban
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
retribusi yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan akte kelahiran.
4. Objek Retribusi Daerah Dalam ketentuan Pasal 18 undang-undang Nomor 18 Tahun
1997 Jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 ayat 1 satu diatur tentang Objek Retribusi. Bahwa Objek Retribusi
adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah. Tidak semua yang diberikan pemerintah
daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis - jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak
dijadikan sebagai objek retribusi Liberti Pandiangan, 2002 : 417 .
5. Penggolongan Retibusi Daerah Untuk menetapkan kebijaksanaan umum tentang prinsip
dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi, maka retribusi dibagi menjadi tiga golongan, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha dan retribusi perizinan tertentu. Kesit Bambang Prakoso, 2003 : 129 .
a. Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa
umum yang bersangkutan. Subjek Retribusi jasa umum ini dapat merupakan wajib retribusi jasa umum.
Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis-jenis dari retribusi jasa umum dapat disebutkan sebagai berikut, antara lain:
1. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte
2. catatan sipil 3. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
4. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum 5. Retribusi pelayanan pasar
6. Retribusi pengujian kendaraan bermotor 7. Retribusi pemisahan alat pemadam kebakaran
8. Retribusi penggantian biaya cetak peta 9. Retribusi pengujian kapal perikanan
10. Retribusi pelayanan kesehatan 11. Retribusi pelayanan persampahan kebersihan
12. Retribusi air bersih.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
b. Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah menganut prinsip komersil karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sektor swasta. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau
badan usaha yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa usaha. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial. Pelayanan yang disediakan pemerintah daerah
menganut prinsip komersial meliputi: 1. Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan
kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
2. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum memadai disediakan oleh pihak swasta.
Adapun jenis-jenis dari retribusi jasa usaha dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah 2. Retribusi pasar grosir danatau pertokoan
3. Retribusi tempat pelelangan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
4. Retribusi terminal 5. Retribusi khusus tempat parkir
6. Retribusi tempat penginapan pesanggarahan villla 7. Retribusi penyedotan kakus
8. Retribusi rumah pemotongan hewan 9. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal
10. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga 11. Retribusi penyebrangan di atas air
12. Retribusi pengolahan limbah cair 13. Retribusi penjualan produksi usaha daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas
kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang, sarana prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi
atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa
perizinan tertentu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Objek retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Adapun jenis-jenis dari retribusi perizinan tertentu
dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Retribusi izin mendirikan bangunan
2. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 3. Retribusi izin gangguan
4. Retribusi izin trayek. 6. Tarif Retribusi Daerah
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum
didasarkan pada kebijakasanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat dan aspek keadilan, dan didasarkan juga dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi
pada harga pasar. Dimana prinsip dan sasaran dalam penetapan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
tarif diatur dalam Pasal 21 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya pemberian izin yang bersangkutan. Biaya penyelenggaraan izin ini meliputi penerbitan dokumen
izin, pengawasan dilapangan, penengahan hukum, penata usahaan dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.
Tarif Retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan memperhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif. Daerah
memiliki kewenangan untuk meninjau kembali tarif secara berkala dan berjangka waktu, hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi perkembangan perekonomian daerah dari objek retribusi yang bersangkutan. Hal ini diatur dalam Pasal 23
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. 7. Tata Cara Pemungutan dan Sanksi Retribusi Daerah
Pasal 26 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 berbunyi “Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan”. Artinya,
seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak diserahakan pada pihak ke tiga. Namun bukan berarti bahwa Pemerintah
Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah
Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-badan tertentu yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
karena prodesionalismenya layak dipercaya untuk melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien.
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan, antara
lain berupa karcis masuk, kupon, kartu langganan. Diatur dalam Pasal 27 ayat 1 satu Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000.
Kemudian dalam Pasal 27 ayat 2 dua Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 berbunyi :
“Bila wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
ditagih dengan menggunakan surat tagihan retribusi daerah.”
d Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ini terdiri dari
bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD dan bagian laba atas penyertaan modal pada BUMN.
Perusahaan milik daerah adalah badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah dimana pembentukan, penggabungan,
pelepasan kepemilikan, dan atau pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Sedangkan BUMN adalah badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah.
Otonomi daerah memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi peran Badan Usaha Milik Daerah BUMD dalam menopang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Pendapatan Asli Daerah PAD. Sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari BUMD telah berjalan sejak
lama sebelum UU tentang otonomi daerah disahkan. Dasar hukum pembentukan BUMD adalah berdasarkan UU No
5 tahun 1962 tetang perusahaan daerah. UU ini kemudian diperkuat oleh UU No 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah
Nota Keuangan RAPBN, 19971998 . Tujuan dibentuknya BUMD adalah untuk melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan
jasa kepada masyarakat, penyelenggara kemanfaatan umum, dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah.
Undang-undang mengizinkan pemerintah daerah untuk mendirikan Badan Usaha Milik Daerah BUMD. BUMD ini
bersama sektor swasta atau Asosiasi Pengusaha Daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi daerah sehingga dapat menunjang
kemandirian daerah dalam pembangunan perekonomian daerah. e Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Dalam pasal 6 ayat 2 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang dimaksud meliputi:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5.
Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah.
2.3 Kerangka Berpikir