1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat enam hal yang akan dibahas oleh peneliti. Enam hal tersebut antara lain: latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. Pendidikan berubah seiring dengan
berkembangnya intelektual seseorang. Dengan berkembangnya seseorang, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan
pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan kemajuan seseorang dalam pemikiran dan ide-ide mengenai pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi
kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan karena ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi
problematika. Untuk mencapai itu semua perlu adanya proses pembelajaran. Menurut Rusman 2012:148 dalam sistem pembelajaran guru dituntut untuk
mampu memilih metode pembelajaran yang tepat, mampu memilih dan menggunakan fasilitas pembelajaran, mampu memilih dan menggunakan alat
evaluasi, mampu mengelola pembelajaran di kelas maupun laboratorium, menguasai materi dan memahami karakter. Proses pembelajaran harus dapat
membuat siswa menyukai dan mau mengikuti pelajaran dengan serius yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 disajikan oleh guru. Dengan kata lain siswa memiliki daya tarik tersendiri dan
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri.
Prawiharjo berpendapat bahwa sebagaimana dimuat dalam tulisan Raka 1984:5, salah satu konsep pendidikan yang banyak diajarkan di lembaga
pendidikan, guru adalah yang menggambarkan pendidikan sebagai bantuan pendidik dan siswa sebagai peserta didik dewasa. Dalam UU NO. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dituliskan bahwa pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dilihat dari kenyataanya yang terjadi di Indonesia adalah pendidikan belum terarah dengan
baik. Pembelajaran di Indonesia masih terpacu dalam tercapainya aspek kognitifnya saja sedangkan aspek lain seperti aspek sikap atau afektif masih belum ditekankan
karena dirasa belum penting oleh kalangan pendidik. Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa saat ini adalah rendahnya mutu
pendidikan PKn di Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan PKn dianggap terlalu banyak menghafal dan banyak membaca. Sehingga, untuk siswa kelas II yang
masih belum dapat lancar membaca akan kesulitan dalam mengikuti pelajaran ini, akibatnya siswa kurang tertarik dengan pelajaran Pendidikan Kewaranegaraan
PKn. PKn belum banyak melahirkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap kegiatan yang ada di lingkungan sekitarnya seperti kegiatan gotong
royong. Selain itu juga belum banyak melahirkan pengalaman sikap dan keterampilan yang baru bagi siswa. Hal ini terjadi karena Pendidikan
3 Kewarganegaraan saat ini cenderung hanya mengajarkan pada nilai-nilai moral
Pancasila. Borgardus dkk dalam Azwar, 2000 mendefinisikan sikap merupakan
semacam kesiapan untuk berinteraksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Oleh sebab itu pendidik perlu menyiapkan strategi-
strategi mengajar agar siswa dapat menangkap segala kegiatan yang dipelajari. Strategi belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Strategi belajar mengajar merupakan rancangan dasar bagi seorang pendidik tentang cara membawakan dirinya dalam pengajaranya. Walgito
2002:83 menyatakan bahwa strategi belajar mengajar adalah rencana dan cara- cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala
tujuan pengajaran dapat tercapai dengan efektif. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu strategi pembelajaran berbasis
masalah dengan menggunakan model Problem Based Learning PBL. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang titik tolak utamanya adalah masalah
dan cara penyelesaiannya. Adapun kelebihan lain dari PBL dibandingkan degan model pembelajaran yang lain aitu dengan PBL siswa akan dilatih berpikir kritis
dalam menghadapi masalah yang disajikan selama proses belajar. Melalui tahapan tersebut maka siswa akan terbiasa menghadapi permasalahan dan menemukan jalan
penyelesaian masalah yang ada di sekitar mereka. Selain itu, dengan model Pembelajaran Problem Based Learning PBL ini akan terjadi pembelajaran yang
4 bermakana karena siswa secara spontan mencari dan mengaplikasikan
pengetahuanya dalam kehidupan sehari-hari. Amir 2009:27 menyatakan bahwa Problem Based Learning PBL memiliki
beberapa manfaat yaitu mendorong siswa untuk berpikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan ketrampilan sosial, dan kecakapan belajar. Sehingga
diharapkan dapat berpengaruh pada persepsi siswa. Persepsi siswa akan mengarah ke persepsi positif seperti siswa akan menganggap jika mata pelajaran PKn itu
adalah mata pelajaran yang penting dan menyenangkan. Persepsi tak lepas dari pemikiran manusia karena sejatinya manusia memiliki persepsi masing-masing.
Persepsi pada hakikatnya adalah proses menuju pemahaman ataupun pemberian makna dari informasi terhadap rangsangan. Dalam hal ini dapat berarti bahwa
persepsi yang muncul berasal dari apa yang dirasakan. Persepsi yang keluar dapat berupa tanggapan, respon, perasaan, maupun pemikiran. Persepsi yang muncul juga
bisa beragam, ada persepsi positif dan ada juga persepsi negatif. Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan di SDN Tlacap peneliti
menemukan permasalahan pada persepsi siswa. Hal tersebut terlihat dari nilai skor maksimal cukup persepsi siswa yaitu 43. Siswa memiliki persepsi cukup tentang
materi, media dan sarana pembelajaran terhadap model pembelajaran. Selanjutnya peneliti menemukan permasalahan pada sikap siswa yang terlihat dari hasil
kuesioner dengan indikator kognitif, afektif, dan konatif. Hal tersebut diperkuat dari hasil skor maksimal cukup yaitu 48. Dengan skor yang diperoleh oleh siswa
menandakan bahwa siswa memiliki sikap cukup sebelum mengikuti pelajaran Pkn, sikap cukup saat mengikuti pelajaran Pkn dan sikap cukup setelah mengikuti
pelajaran Pkn. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Batasan Masalah