Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan
Girton 1984 mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantaranya:
1.1 Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam
observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien
yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan; Sigit, 2010.
1.2 Karakteristik Nyeri Metode P,Q,R,S,T
1.2.1
Faktor Pencetus P: Provocate
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dpat melakukan observasi bagian-
bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien
dan menanyakan peerasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri; Sigit, 2010.
1.2.2
Kualitas Q: Quality
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan
kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin
berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan; Sigit, 2010.
1.2.3
Lokasi R: Region
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagiandaerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri,
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus menyebar; Sigit, 2010.
Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang lokasi nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istilah yang
deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “Nyeri terdapat dikuadran abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibandingkan “klien
menyatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen”; Sigit, 2010. 1.2.4
Keparahan S: Severe
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah berbeda
bagi perawat dan klien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang, dan berat; Sigit, 2010.
Skala numerik Numerical Rating Scale, NRS digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri
dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi nyeri klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang
dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intentitas contoh: pada hari pertama post operasi yang ia rasakan pada angka 8,
kemudian hari kedua post operasi saat dilakukan pengkajian klien melaporkan adanya penurunan nyeri yang ia rasakan pada angka 4; Sigit,
2010.
1.2.5 Durasi T: Time
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “kapan nyeri
mulai dirasakan?”, “Sudah Berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri
Universitas Sumatera Utara
yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama, setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang semakna; Sigit,
2010. 1.2.6
Faktor yang memperberat memperingan nyeri Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat
nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya, sehingga dengan demikian perawat dapat memberikan
tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien. Demikian halnya perawat perlu untuk mengetahui apakah klien
mempunyai cara-cara sendiri yang efektif untuk menghilangkan atau menurunkan nyerinya, seperti megubah posisi, melakukan tindakan ritual,
menggosokmassage bagian tubuh yang sakit, meditasi, atau mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan kompres dingin atau hangat; Sigit, 2010.
1.3 Respon fisiologis