Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastroenteritis di Ruang Melati I Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi Medan

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastroenteritis di Ruang Melati I Rumah Sakit Umum DR.

Pirngadi Medan

Disusun dalam Rangka menyelesaikan

Mata Ajar Pengalamam Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh :

M. Isa Syahputra Yoga, S.Kep

071101121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

(3)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastroenteritis di Ruang Melati I Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi Medan

M. Isa Syahputra Yoga

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan bermutu merupakan keinginan dari setiap individu dan masyarakat, perawat sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan bermutu. Untuk mencapai pelayanan bermutu perawat dituntut untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sebagai individu dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaannya sesuai dengan harapan pasien. Tujuan pelaksanan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, khusunya manajemen pelayanan keperawatan melalui proses perencanaan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan dan menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik individu, keluarga maupun masyarakat. Kegiatan PBLK ini dilakukan dengan melakukan pengkajian dengan melakukan wawancara, pembagian kuesioner dan observasi. Dari hasil pengkajian diperoleh pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal, belum adannya Standar Asuhan Keperawatan khususnya pada kasus Gastroenteritis/ diare dan belum optimalnya penberian pendidikan kesehatan yang dilakukan diruang III Anak. Sehingga berdasarkan masalah tersebut perlu ditingkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan, peningkatan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip

caring dalam memberi perawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan Standar asuhan Keperawatan secara tepat, dan melaksanakan dokumentasi keperawatan.


(4)

Management Service and Nursing Care of Children with Gastrointestinal Disorders: Gastroenteritis in The Melati I Room DR. Pirngadi General Hospital Medan

M. Isa Syahputra Yoga

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU

ABSTRACT:

Quality of nursing services is the desire of every individual and society, nurses as service providers need to know the size of quality service that is said. To achieve quality nursing care is required to provide nursing care to the patient as an individual by using the method of problem-solving approach called the nursing process which includes assessment, diagnosis, planning, implementation in accordance with the expectations of patients. PBLK goal is to enhance the implementation of student ability in synthesizing science, particularly the management of nursing services through the planning process by continuously improving the management of nursing services and implementing comprehensive nursing care process as a form of professional nursing services, whether individuals, families and communities. PBLK activities are carried out through the assessment by conducting interviews, distribution of questionnaires and observation. Assessment of the results obtained documentation of nursing care is not optimal, yet the standard of nursing care, especially in cases of gastroenteritis/ diarrhea and non optimal delivery of health education carried out in the room III children. So based on the problem needs to be improved nursing care provided, increase in nursing care by applying the principle of caring in giving care, nursing care activities in accordance with appropriate standards of nursing care, and implement the nursing documentation.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Gastroenteritis di Ruang III Anak Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan”.

Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini merupakan suatu tugas akhir bagi setiap mahasiswa jurusan keperawatan dan menjadi syarat utama untuk memperoleh gelar Ners di Fakultas Keperawatan USU. Laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Artadinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing laporan praktek belajar lapangan komprehensif saya dalam Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini. 3. Ibu Nelly Bangun, S.Kep, Ns, selaku kepala ruangan dan CI di ruang III Anak

RSUPM dan Ibu Tetty Berutu, S.Kep, Ns selaku wakil kepala ruangan dan CI di ruang III Anak RSUPM yang telah memberikan izin praktek, arahan dan bimbingan kepada penulis selama praktek lapangan.


(6)

4. Kepada seluruh staf pengawai ruangan di ruang III Anak RSUPM yang telah banyak membantu pelaksaanan praktek lapangan ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Program S1 Keperawatan USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan.

6. Terima kasih sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada orang tua tercinta Ayahanda Daudsyah dan Ibunda Sumarni yang telah mendidik ku arti hidup, terima kasih atas limpahan kasih sayang dan perhatian kepada penulis, yang senantiasa berdoa, memberikan dorongan moril dan semangat yang tidak ternilai serta Saudara kandungku : kakanda Irsyad Hakim dan Adinda Intan Tri Agustina , dalam menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.

7. Teman-teman sejawat di FAKULTAS KEPERAWATAN USU jalur-A 2007 dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.

Akhir kata penulis berharap laporan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juni 2012 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Lampiran... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat ... 4

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep dasar ... 6

B. Analisis Ruang Rawat ... 27

1. Pengkajian ... 27

2. Analisa Situasi ... 38

3. Rumusan Masalah ... 42

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 43

5. Implementasi ... 44

6. Evaluasi ... 45

C. Pembahasan ... 46

BAB 3 PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 49

B. Tinjauan Kasus ... 60

a) Pada An. M ... 60

1. Pengkajian ... 60

2. Diagnosa Keperawatan ... 70

3. Intervensi Keperawatan ... 71

4. Implementasi dan Evaluasi ... 72

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 76

b) Asuhan Keperawatan pada An. B ... 77

1. Pengkajian ... 77

2. Diagnosa Keperawatan ... 87

3. Intervensi Keperawatan ... 88

4. Implementasi dan Evaluasi ... 89

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 93

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 95

B. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perencanaan PBLK di Ruang III / Melati I RSUD DR.Pirngadi 2. Rencana Penyelesaian Masalah

3. Instrumen Sistem Manajemen Keperawatan

4. Instrumen Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

5. Instrumen Pengaruh Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSUD DR. Pirngadi Medan

6. Instrumen Kepuasan Perawat

7. Persentase Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

8. Persentase Pengaruh Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSUD DR. Pirngadi Medan

9. Persentase Kepuasan Perawat

10. Kumpulan Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul dan Rencana Keperawatan pada 10 Besar Penyakit Anak di Ruang III / Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan

11. Satuan Acara Penyuluhan “Diare” 12. Evaluasi Penyuluhan “Diare” 13. Leaflet “Diare”


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan

Pasien ... 29

2. Analisa situasi ... 38

3. Rencana Pnyelesaian Masalah ... 43


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema Hal

1. Struktur organisasi Ruang III/ Melati I Anak ... 35 2. Skema patofisiologi ... 52


(11)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastroenteritis di Ruang Melati I Rumah Sakit Umum DR. Pirngadi Medan

M. Isa Syahputra Yoga

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan bermutu merupakan keinginan dari setiap individu dan masyarakat, perawat sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan bermutu. Untuk mencapai pelayanan bermutu perawat dituntut untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sebagai individu dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaannya sesuai dengan harapan pasien. Tujuan pelaksanan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, khusunya manajemen pelayanan keperawatan melalui proses perencanaan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan dan menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik individu, keluarga maupun masyarakat. Kegiatan PBLK ini dilakukan dengan melakukan pengkajian dengan melakukan wawancara, pembagian kuesioner dan observasi. Dari hasil pengkajian diperoleh pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal, belum adannya Standar Asuhan Keperawatan khususnya pada kasus Gastroenteritis/ diare dan belum optimalnya penberian pendidikan kesehatan yang dilakukan diruang III Anak. Sehingga berdasarkan masalah tersebut perlu ditingkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan, peningkatan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip

caring dalam memberi perawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan Standar asuhan Keperawatan secara tepat, dan melaksanakan dokumentasi keperawatan.


(12)

Management Service and Nursing Care of Children with Gastrointestinal Disorders: Gastroenteritis in The Melati I Room DR. Pirngadi General Hospital Medan

M. Isa Syahputra Yoga

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU

ABSTRACT:

Quality of nursing services is the desire of every individual and society, nurses as service providers need to know the size of quality service that is said. To achieve quality nursing care is required to provide nursing care to the patient as an individual by using the method of problem-solving approach called the nursing process which includes assessment, diagnosis, planning, implementation in accordance with the expectations of patients. PBLK goal is to enhance the implementation of student ability in synthesizing science, particularly the management of nursing services through the planning process by continuously improving the management of nursing services and implementing comprehensive nursing care process as a form of professional nursing services, whether individuals, families and communities. PBLK activities are carried out through the assessment by conducting interviews, distribution of questionnaires and observation. Assessment of the results obtained documentation of nursing care is not optimal, yet the standard of nursing care, especially in cases of gastroenteritis/ diarrhea and non optimal delivery of health education carried out in the room III children. So based on the problem needs to be improved nursing care provided, increase in nursing care by applying the principle of caring in giving care, nursing care activities in accordance with appropriate standards of nursing care, and implement the nursing documentation.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.

Perkembangan teknologi dan pengetahuan dimasa globalisasi memberikan dampak positif dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan. Pengetahuan tersebut membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanaan kesehatan yang bermutu akan tercapai kepada pasien bila perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan teori keperawatan. Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien, peran perawat sangat penting, diantaranya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti, advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif.

Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif


(14)

serta ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya Keperawatan Nasional 1986). Praktek keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasikan strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (National Councilnof State Board of Nursing/ NCSBN). Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (Elis, Harley, 1980). Peran perawat adalah menjaga pasien, mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap maslah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam

What it is and What it is not).

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang memegang peranan dalam menentukan mutu pelayanan rumah sakit dan dasar dalam mencapi tujuan pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini karena pelayanan kesehatan diberikan secara berkesinambungan selama 24 jam dan berada dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, keperawatan mempunyai kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan program-program yang telah ditetapkan oleh Menteri kesehatan diantaranya Program Upaya Kesehatan Perorangan (UPK) yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan.


(15)

Pelayanan keperawatan bermutu merupakan keinginan dari setiap individu dan masyarakat yang menerima palayanan kesehatan, perawat sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting yang dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel meliputi input, proses, dan out put/ out come.

Untuk pencapaian pelayanan bermutu perawat dituntut untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sebagai individu dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan diharapkan dalam pelaksanaannya sesuai dengan harapan pasien.

Pencapaian kesehatan yang bermutu akan tercapai kepada pasien bila perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan teori keperawatan. Kegiatan Praktek Belajar lapangan Komprehensif (PBLK) di RSUD DR. Pirngadi Medan dilakukan selama 4 minggu pada ruang III Anak (Ruang Melati 1) mulai tangggal 11 juni 2012 secara lengkap yang termuat dalam kontrak praktek belajar lapangan komprehensif (PBLK) yang telah disepakati bersama antara mahasiswa, pembimbing akademik, dan pembimbing klinik serta pihak RSUD DR. Pirngadi Medan, meliputi pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan lansung pada klien dan keluarga.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis, didapatkan data bahwa 10 penyakit terbesar di ruangan III Anak RSUPM yaitu : Gastroentritis,


(16)

Demam Berdarah Dongue/DBD (Dongue Hemoragic Fever/DHF), Bronchopneumonia, Kejang Demam Kompleks, Hemophilia, Leukemia/Thalasemia, Nefrotik Sindrom, Meningitis, Tetanus, dan Gagal Jantung Bawaan (Congestive Heart Failure/CHF). Maka penulis tertarik mengambil kasus yang paling sering terjadi pada anak yaitu Gastroentritis.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK yaitu:

1. Mampu mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan professional kepada individu dan keluarga

2. Mampu mengelola manajemen asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan

C. Manfaat

1. Praktek Keperawatan

Manfaat untuk praktek keperawatan adalah sebagai umpan balik tentang pelayanan asuhan dan manajemen keperawatan dan dapat dijadikan bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan, pelayanan keperawatan yang bermutu dan meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan Gastroenteritis yang dirawat di ruang III Anak RSUD DR. Pirngadi Medan.


(17)

2. Pendidikan Keperawatan

Hasil PBLK ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama pendidikan.

3. Penelitian Keperawatan

Bagi penelitian keperawatan dapat menjadi sumber data bagi pengembangan penelitian berikutnya.


(18)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar

1. Konsep kepemimpinan dan Manajemen keperawatan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara produktif dan dalam kondisi yang menyenangkan (Tappen, 1995). Sejalan menurut Robbins (1993) kepemimpinan berfokus pada manusia. Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju kepda pencapaian tujuan kelompok.

Manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan (Huber, 1996). Kegiatan manajemen berfokus pada struktur.

2. Teory Kepemimpinan

a. Teori kepribadian/bakat

Menurut teori ini pemimpin dilahirkan, tidak dibentuk. Artinya seseorang dilahirkan memang sudah mempunyai kepribadian menjadi pemimpin.

b. Teori Perilaku (Behavioral theory)

Terdapat tiga gaya kepemimpinan menurut White & lippit dalam Tappen,


(19)

1) Otokrasi : pemimpin memutuskan, orientasi lebih pada tugas, berdasarkan perintah, kurang inisiatif.

2) Demokrasi: melibatkan bawahan, orientasi lebih pada tugas, mengutamakan kerja tim, produktivitasnya tinggi.

3) Laisse-faire: gaya kepemimpinan santai, acuh tak acuh, pengarahannya kurang, kebebasan individu, sering menimbulkan frustasi.

c. Situasional Theory

Situasi yang menjadi penentu dalam kepemimpinan. Berfokus pada perilaku pemimpin yang diperlihatkan dan bagaimana gaya kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi.

3. Fungsi Manajemen

Manajemen keperawatan memiliki beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pergerakan), dan controling (pengendalian/ evaluasi).

1) Planning (Perencanaan)

Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelunya, dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swansburg, 1999)


(20)

Tujuan Perencanaan:

a) Upaya koordinasi: bagaimana memberikan arahan. Semua personel paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan (mandiri/ tim) melalui pengorganisasian.

b) Mengurangi dampak perubahan, misalnya: konflik peran.

c) Meminimalkan hasil yang sia-sia, efektif dan efisien dan menghindari pengulangan kegagalan.

d) Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan. e) Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan

kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.

Langkah-langkah dalam Perencanaan

a) Pengumpulan data

b) Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities, treaths)

c) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukungdan data yang menghambat

d) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.


(21)

2) Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pemimpin kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Munijaya, 2004). Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Andrian).

Manfaat

Didalam proses manajemen pengorganisasian bermanfaat untuk:

1) Penjabaran terinci semua kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

2) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau kelompok

3) Mengatur mekanisme kerja dan komunikasi antar masing-masing anggota kelompok

` Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi:

1) Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif

2) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi

3) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga


(22)

yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat

Prinsip- prinsip Pengorganisasian

1) Pembagian kerja 2) Pendelegasian tugas 3) Koordinasi

4) Manajemen waktu 5) Kesatuan komando


(23)

3) Actuating (Pergerakan)

Actuating (pergerakan) adalah melakukan kegiatan untuk

mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini diusahakan agar orang lain yang diperintah tidak hanya semata-mata menerima lisan dari atasan, tetapi bergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan keadaan sendirinya.

Ada tiga tipe pergerakan yang dapat dijadikan acuan, yaitu: 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat ditinjau dari empat sisi: a. Pola dasar kepemimpinan

b. Komponen peristiwa kepemimpinan c. Tipe kepemimpinan

d. Figure kepemimpinan 2. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mampu melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi kerja terbagi tiga jenis yaitu motivasi, factor motivator, dan factor demotivator.

3. KISS dan Komunikasi

KISS adalah akronim yang berarti koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi, sedangkan komunikasi merupakan penambahan.


(24)

4) Controlling (Pengendalian/ evaluasi)

Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol, 1949 dikutip Swanburg, 2002).

Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:

a) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.

b) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

c) Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.

d) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

Tedapat 10 karakteristik suatu sistem control yang baik: a) Harus menunjukkan sifat dari aktifitas

b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera c) Harus memandang kedepan


(25)

e) Harus objektif f) Harus fleksibel

g) Harus menunjukkan pola organisasi h) Harus ekonomis

i) Harus sudah ekonomis j) Harus mudah dimengerti

k) Harus menunjukkan tindakan perbaikan

Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:

1. Analisa data

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

2. Kontrol Kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Manfaat pengawasan

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan diperoleh manfaat:

a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja

b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya


(26)

c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar

d) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan kerja

4. Standar Asuhan keperawatan

Standar praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (dikutip Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

Standar 1: Pengkajian Keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.

Kriteria pengkajian meliputi:

1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang

2) Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

Data yang dikumpulkan di fokuskan untuk mengidentifikasi: a) Status kesehatan pasien masa lalu

b) Status kesehatan pasien saat ini

c) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual d) Respon terhadap terapi


(27)

f) Risiko tinggi masalah

Standar 2: Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun kriteria proses:

1) Proses diagnosa terdiri dari analisis interpretasi data identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tabda/ gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

3) Bekerja sama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

Standar 3: Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

Kriteria proses, meliput i:

1) Perencanaan terdiri dari penetapan proritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan

2) Bekerja sama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien


(28)

Standar 4: Impementasi

Perawat megimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses asuhan keperawatan.

Kriteria proses meliput i:

1) Bekerja sama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien 4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien

Standar 5: Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya:

1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus

2) Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan

3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

4) Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan


(29)

Melalui aplikasi standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

5. Pendokumentasian Asuhan keperawatan a. Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi adalah tulisan, data penting dari semua intervensi yang tepat bagi klien dari pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Taylor, 1993).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang respon klien dan perubhan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medik klien.

b. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

1)Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan

2)Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etik

c. Standart Dokumentasi

Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan.

Dalam standar dokumentasi terdapat beberapa karakteristik, diantaranya:

1) Perawat. Karakteristik ini memberikan panduan dalam pertanggungjawaban professional. Selain itu dapat meningkatkan kepuasan perawat dengan adanya protocol dalam praktek keperawatan. Karakteristik ini juga


(30)

memberikan criteria hasil yang dapat mengevaluasi asuhan keperawatan, serta memberikan kerangka kerja bagi pendekatan sistematis untuk pengambilan keputusan dan praktek keperawatan.

2) Klien . Karakteristik ini dapat memberitahu klien ide-ide mengenai: tanggung jawab kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan kepuasan klien dan merefleksikan hak klien. Juga mmeberikan batasan pada klien tentang suatu model pelayanan keperawatan, penetapan kebutuhan pelayanan keperawatan dan keuntungan bagi klien.

d. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian. Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk membandingkan perubahan kesehatan klien

2) Perencanaan. Sesuai dengan standar perencanaan; identifikasi masalah, merumuskan diagnose, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan

3) Implementasi. Adalah tindakan yang dilakukan terhadap klien, baik tindakan keperawatan secara mandiri maupun tindakan kolaborasi

4) Evaluasi. Dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan; pengkajian, perencanaan, dan implementasi

5) Catatan perkembangan. Format bervariasi dan dapat disesuiakan dengan system yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehatan klien, apakah sesuia dengan tujuan dan hasil yang diharapkan


(31)

6) Informasi kesehatan klien. Berbentuk dalam tabel dan grafik selam 24 jam antara lain kurva tanda-tanda vital, daftar pemberian obat, intake-output cairan

7) Ringkasan perpindahan klien. Ringkasan tentang legalitas perpindahan klien antar instotusi rumah sakit, ringkasan format pelaporan meliputi lembaran data dasar demografi, orientasi ruangan dan laporan klinis

8) Perencanaan pulang. Format mencakup personal data klien, dan data kesehatan secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi klien, penyuluhan kesehatan

9) Perawatan dirumah. Format pendokumentasian yang akan melanjutkan perawatan dirumah klien bertujuan untuk memberikan ringkasan/ informasi perkembangan kesehatan klien selama di RS, agar dokter/ perawat/ tim professional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobatan/ perawatan klien dirumah.

6. Model Asuhan Keperawatan

Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan system manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip Priharjo R, 1995).

a. Metode Kasus

Disebut juga sebagai perawatan total yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan


(32)

dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

b. Metode Fungsional

Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas, prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

c. Metode Tim

Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Tujuan dari keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien.

Walaupaun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

d. Keperawatan Primer

Metode ini merupakan system dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.


(33)

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran professional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manajer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

e. Sistem Manajemen Kasus

Ini meupakan system pelayanan keperawatan yang lebih baru dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selam dirawat. Para manajer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:

a) Dengan dokter dan pasien tertentu

b) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit c) Dengan mengadakan diagnose

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untum mengimplementasikan praktek keperawatan debgab budget yang tinggi.

f. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang


(34)

independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud.

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

Pada model metode praktek keperawatan professional harus mampu memberikan asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan penataan pada beberapa komponen yaitu :

MAN

1) Perawat

Struktur organisasi, pendiddikan, struktur organisasi, beban kerja, pendidikan, pembagian tugas, jumlah tenaga, serifikasi, dan komunikasi

2) Pasien

Tingkat ketergantungan, alur pasien dan gambaran kasus

METODE

1) Penerapan MAKP

2) Dokumentasi keperawatan 3) Timbang terima

4) Ronde keperawatan 5) Sentralisasi obat 6) Discharge planning


(35)

7) Supervise

8) Dokumentasi keperawatan

MATERIAL

1) Sarana dan prasarana petugas kesehatan 2) Sarana dan prasarana untuk pasien 3) Sarana dan prasarana peralatan kesehatan 4) Ruang penunjang

5) Buku SOP dan SAK 6) Intervensi alat tenun 7) Jumlah tempat tidur

Dasar Pertimbangan Pemilhan

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

a. Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya Proses Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

c. Efisien dan Efektif Penggunaan Biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.


(36)

d. Terpenuhinya Kepuasan Klien, Keluarga, dan Masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan klien.

e. Kepuasan Kinerja Perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menanbah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.

f. Terlaksananya Komunikasi yang Adekuat antara Perawat dan Tim Kesehatan Lainnya

Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model Asuhan Keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatatan lainnya.

g. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) a. Pengertian MPKP

Suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai professional yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart and Woods, 1996).

b. Lima Komponen dalam MPKP

1) Nilai-nilai professional yamg merupakan inti dari MPKP 2) Hubungan antar professional


(37)

4) Pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan

5) Sistem kompensasi dan penghargaan

c. Nilai-nilai Profesional MPKP

1) Nilai-nilai tentang penghargaan atas otonomi pasien

2) Penghargaan atas harkat dan martabat klien sebagai manusia 3) Melakukan yang baik bagi klien

4) Tidak merugikan klien

5) Komitmen pada pendidikan belajar secara berkelanjutan

Nilai-nilai harus terus ditingkatkan, diperlukan pemahaman dan komitmen perawat yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Sikap perawat untuk terus belajar sehingga selalu dapat memberikan asuhan kepewatan sesuai perkembangan IPTEK.

d. Jenis MPKP

Menurut Ratna Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan MPKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu MPKP yang disebut MPKP Pemula (PKPP).

Ada beberapa jenis MPKP, yaitu: 1. MPKP Tingkat Pemula

Merupakan tahap awal untuk menuju MPKP:

a) Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat pemula


(38)

b) Pada model ini terdapat tiga komponen utama yaitu ketenagan keperawatan, metode pemberia asuhan keperwatan dan dokumen asuhan keperawatan.

2. MPKP Tingkat 1

a) Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat 1

b) Diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan

c) Metode pemberian asuhan keperawatan adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

3. MPKP Tingkat II

a) Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat II

b) Pada ketenagaan terdapat perawat kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu

c) Perawat spesialis berfungsi memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialinya

d) Melakukan dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan auhan keperawatan

e) Jumlah perawat spesialis direncanakan 1:10 4. MPKP Tingkat III

a) Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat III


(39)

b) Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik

c) Berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

B. Analisis Ruang Rawat

Dalam bagian ini akan dibahas aspek manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen pelayanan keperawatan ruangan di Ruang III/ Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan yaitu pengkajian fungsi manajemen yang meliputi elemen man, method, money, dan material. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Mei - 15 Juni 2012 melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, observasi dilakukan mahasiswa pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner kepada beberapa pasien pada tanggal 14 Juni 2012 tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan penyebaran kuesioner kepada seluruh perawat tentang kepemimpinan dan kepuasan perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan pada tanggal 15 Juni 2012.

1. Pengkajian

a. Man

Di Ruang III/ Melati I terdapat 20 orang perawat yang terdiri dari terdiri dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 1 orang wakil kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 3 orang ketua tim dengan pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 1 orang (yang merangkap sebagai wakil kepala ruangan), 1 orang sebagai kepala ruangan,


(40)

perawat pelaksana yang terdiri dari 4 orang berpendidikan D3 Kebidanan, 8 orang berpendidikan D3 Keperawatan, dan 3 orang tenaga non keperawatan dengan rincian yaitu 1 orang bagian keuangan, 1 orang bagian PRT, dan 1 orang bagian gizi. Proses perekrutan tenaga perawat dilakukan melalui seleksi ujian penerimaan PNS oleh Pemko Medan. Pegawai yang diterima, diorientasikan selama 2 bulan yang kinerjanya dinilai oleh kepala ruangan disampaikan kepada Kepala kelompok kerja (Kapokja) Instalasi diteruskan ke Kepala Bidang (Kabid) Keperawatan, setelah ditempatkan di ruangan, pegawai baru diorientasikan selama 3 bulan di bagian tersebut. Perekrutan tenaga honor dilakukan langsung oleh Direktur Rumah Sakit yang kemudian ditempatkan di ruangan tertentu dan diorientasikan terlebih dahulu selama 3 bulan.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat untuk meningkatkan pendidikannya, dengan persyaratan yaitu mengambil pendidikan yang berhubungan dengan pelayanan rumah sakit dan meningkatkan pelayanan rumah sakit namun tidak meninggalkan pelayanan di rumah sakit. Kesempatan ini berupa kelonggaran jadwal dinas yang disesuaikan kepala ruangan dengan jadwal kuliah tenaga perawat yang meningkatkan jenjang pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Ruang III/ Melati I terdapat mahasiswa praktik belajar dari berbagai institusi baik yang ada di daerah Medan maupun di luar Medan.

Kepala ruangan juga selalu melakukan pertemuan dengan staf perawat setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan dari pasien ke pasien, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Perawat akan mendampingi pasien pada saat visite dokter.


(41)

Jumlah pasien saat pengkajian yaitu pada tanggal 11 Juni 2012 sebanyak 22 orang dengan tingkat ketergantungan perawatan minimal 16 orang , perawatan parsial 5 dan 1 orang dengan perawatan total. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di Ruang III/Melati I berdasarkan Douglas adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III/Melati I

Tingkat ketergantungan

pasien

Pagi Sore Malam

Minimal Care Partial Care Total Care

16 x 0.17 = 2.72 5 x 0.27 = 1.35 1 x 0.36 = 0.36

16 x 0.14 = 2.24 5 x 0.15 = 0.75 1 x 0.30 = 0.30

16 x 0.10 = 1.6 5 x 0.07 = 0.35 1 x 0.20 = 0.20 Jumlah 4.43 (5 orang) 3.29 (3 orang) 2.15 (2 orang)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah tenaga perawat/ bidan yang dibutuhkan untuk dinas pagi, sore dan malam adalah 4.43 + 3.29 + 2.15 = 9.87 (10 orang). Faktor libur dan cuti = 25% x 10 orang = 2.5 (3 orang). Maka jumlah perawat untuk satu ruangan akan didapat dari perhitungan dinas pagi + dinas sore + dinas malam + faktor libur/ cuti + 1 kepala ruangan = 10 orang + 3 orang + 1 orang kepala ruangan = 14 orang. Berdasarkan perhitungan di atas dapat di simpulkan menurut rumus Douglass, perawat/ bidan yang dibutuhkan dengan jumlah pasien seperti diatas (22 orang) adalah sebanyak 14 orang, dalam hal ini tenaga perawat/ bidan berlebih 6 orang.

Hasil penyebaran kuesioner mengenai kepuasan pasien, kepuasan perawat dan gaya kepemimpinan, diperoleh data mengenai kepuasan pasien yakni 33,33% menyatakan puas terhadap pelayanan perawat, 66,67% menyatakan kurang puas dengan pelayanan, prosedur tindakan, dan komunikasi perawat di Ruang III / Melati I dalam hal memperkenalkan diri


(42)

kepada pasien dan penjelasan prosedur sebelum dilakukan tindakan keperawatan. Sedangkan untuk kuesioner kepuasan perawat diperoleh data sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya kepemimpinan kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di Ruang III / Melati I. Dari hasil kuesioner mengenai gaya kepemimpinan kepala ruangan di ruangan, didapatkan kesimpulan bahwa Kepala ruangan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis (91,67%).

b. Method

RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit Umum Daerah Tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat dan merupakan rumah sakit rujukan terbesar kedua di Sumatera Utara juga sebagai rumah sakit pendidikan.

Adapun visi dan misi RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah: 1. Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan

“Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Mantap tahun 2010 ( Mandiri, Tanggap dan Profesional)”.

Mandiri: Dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat Tanggap: Terhadap tuntutan Masyarakat , perubahan pola penyakit dan

kemajuan (IPTEK, di bidang tertentu).

Profesional: Dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika 2. Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Meningkatkan Upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat secara merata dan terjangkau sesuai dengan tugas pokok, fungsi, serta peraturan yang berlaku


(43)

b) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat yang bersifat spesialistik dan subspesialistik yang bermutu

c) Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar timbul kepercayaan dan harapan serta aman dan kenyamanan bagi penderita

d) Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan.

3. Falsafah RSUD Dr. Pirngadi Medan

”Badan pelayanan kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna yang bermutu, terpadu dan berkesinambungan dengan mengindahkan kebutuhan bio-sosial, spritual dan hak penderita dengan dilandasi oleh nilai, norma, dan moral Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945”

4. Motto RSUD Dr. Pirngadi Medan

Aegroti Salus Lex Suprema” (Kepentingan Penderita adalah yang Utama) 5. Fungsi RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Menyelenggarakan Pelayanan Medis b) Menyelenggarakan Pelayanan Non Medis

c) Menyelenggarakan Pelayanann Asuhan Keperawatan d) Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan

e) Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan f) Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan


(44)

6. Tujuan RSUD Dr. Pirngadi Medan a) Tujuan Umum:

1) Terwujudnya peningkatan penyelenggaraan upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat, terjangkau sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan yang berlaku

2) Terciptanya peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan subspesialistik, bermutu, profesional dan etis. b) Tujuan Khusus:

Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan, pengembangan IPTEK di bidang Kesehatan.

7. Norma RSUD Dr. Pirngadi Medan

Sebagai Pedoman dan batasan berperilaku dan bertindak dalam bertugas dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kami seluruh staf dan karyawan RSUD Dr. Pirngadi Medan akan melaksanakannya sesuai dengan norma: Iman dan taqwa, kemanusiaan dan kepedulian, ramah dan berbudi luhur, disiplin dan bertanggung jawab, bersih dan sehat, setia dan taat, terampil dan berprestasi, kebersamaan dan persaudaraan.

Ruang III/Melati I memiliki visi dan misi yang mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr. Pirngadi tetapi belum memiliki visi misi ruangan tersendiri. Ruang III/Melati I belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang menjadi dasar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan


(45)

keperawatan di Ruang III belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).

Ruang III/Melati I memiliki metode penugasan dalam bentuk metode tim terdiri dari kepala tim I, II, III dan perawat pelaksana. Kepala tim I bertanggungjawab terhadap pasien gastroenteritis, hematologi, dan neurologi; kepala tim II bertanggungjawab terhadap pasien pulmo (paru), kardiologi (jantung, dan gizi buruk; dan kepala tim III bertanggungjawab terhadap pasien infeksi, DHF, dan nefrotik syndrome. Jika kepala ruangan berhalangan hadir maka kepala ruangan mendelegasikan tugasnya kepada wakil kepala ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan Wakil kepala ruangan bahwa seluruh perawat pelaksana termasuk kepala ruangan dan wakil kepala ruangan belum pernah mengikuti pelatihan / workshop tentang keperawatan anak guna mendukung pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan, jam dinas pegawai di Ruang III/Melati I disusun oleh kepala ruangan. Jumlah jam kerja perawat pelaksana sekitar 56 jam per minggu (shift pagi 2 hari, shift sore 2 hari, shift malam 2 hari, libur 1 hari). Pembagian jadwal dinas dilakukan secara adil oleh Kepala ruangan. Jumlah pegawai yang dinas pagi 11 orang, 3 orang dinas sore, 3 orang dinas malam. Gaya kepemimpinan kepala Ruang III/Melati I bersifat demokratis dan telah dijalankan dengan baik. Kebijakan maupun hasil rapat yang harus disosialisasikan kepada perawat pelaksana akan disosialisasikan oleh kepala ruangan secara lisan kepada perawat pada saat operan.


(46)

Supervisi dilakukan oleh bidang keperawatan, kepala instalasi dan kepala ruangan. Supervisi yang dilakukan oleh bidang keperawatan tidak ditentukan waktunya secara teratur, meliputi kepuasan pasien terhadap pelayanan ruangan seperti penyebaran angket pada pasien, pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan, pemantauan peralatan yang ada. Kepala ruangan 3/Melati I menerapkan sistem operan dengan pegawainya setiap pergantian shift. Operan pagi yang dilakukan kepala ruangan biasanya dengan mengumpulkan pegawai setiap paginya untuk membaca buku rawatan lalu melakukan operan dari pasien ke pasien. Operan shift sore dan malam biasanya pegawai yang akan bertugas terlebih dahulu membaca buku rawatan kemudian operan dari pasien ke pasien

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga belum dilakukan secara terstruktur oleh perawat ruangan. Selama ini perawat hanya memberikan pendidikan kesehatan secara lisan dan langsung tanpa terlebih dahulu ada preplanning dan catatan dokumentasi pada akhir pendidikan kesehatan.

Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit dan hak/kewajiban pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai dengan jam besuk.


(47)

Skema 1. Struktur organisasi Ruang III/Melati I

c. Money

Ruang III/Melati I memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Ruang III/Melati I hanya memiliki pendanaan dari institusi untuk renovasi ruangan, Perbaikan dan kelengkapan alat dengan cara membuat surat permintaan kepada institusi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau jasa medik sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing.

Kepala Ruangan (Ns. Nelly Bangun, S.Kep)

Wakil Kepala Ruangan (Ns. Tetty Berutu, S. Kep)

KaTim I Tiurlan Munthe

Anggota: 1. Dewani, S.Kep 2. Eliza, AmK 3. Supinda, AmK 4. Ratna Dewi, AmKeb 5. Indah Lestari, AmKeb 6. Dewi Maya, AmKeb 7. Rukiah Zendrato, AmK

Keuangan : Nita PRT : Mariani

Ahli Gizi : Mannaria, AmG

KaTim II Magdalena

KaTim III Ns. Tetty Berutu,

S.Kep

Anggota: 1. Sartika

2. Rumintan, AmK 3. Rukiah, AmK

Anggota: 1. Hermina

2. Sri Amah, AmK 3. B.Idalimi Purba, AmK 4. Desy A. Purba, AmKeb 5. Sondang Sinambela 6. Listeria, S.Kep


(48)

d. Machine/Material

Pengelolaan logistik di ruangan dikelola secara sentralisasi, yaitu kepala ruangan membuat daftar obat yang ingin diajukan kepada sarana medis (di bawah wakil direktur). Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan ini dilakukan secara periodik misalnya pertahun sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis pakai seperti plester, alkohol, bethadine dan sebagainya dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan machine dan material di Ruang III/Melati I sebagai berikut :

1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh rumah sakit. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap hari pada shift pagi/ dikondisikan. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi di ruang loundry, ruangan hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik, yaitu disimpan dalam lemari.

2) Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan.

3) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang.

4) Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat


(49)

dan operan oksigen, jadwal dinas dan status pasien telah dikelola dengan baik.

5) Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah infeksi nosokomial.

6) Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi pasien anak

7) Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi. 8) Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang

menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung dalam satu ruangan.


(50)

2. Analisis Situasi

a. Man

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. Perawat diberi izin oleh pihak RS

untuk belajar dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi

b. Rekrutmen perawat melalui ujian penerimaan PNS dan dari

kebijakan pihak rumah sakit serta seleksi dari Pemko dan tenaga honorer.

c. Orientasi pegawai baru dilakukan satu bulan pada dinas pagi agar dapat dinilai langsung oleh kepala ruangan

d. Kepala ruangan melakukan operan dari pasien ke pasien dengan perawat pada saat shift pagi e. Pegawai mendampingi pasien

pada saat visite dokter

f. Berdasarkan hasil perhitungan ketenagaan menurut Douglas diperoleh bahwa jumlah

perawat/bidan di ruangan berlebih sebanyak 6 orang.

a. Perawat belum melakukan penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan secara optimal

b. Perawat tidak pernah mendapat pelatihan/seminar tentang keeperawatan anak guna meningkatkan pengetahuan terbaru tentang perawatan anak. c. Berdasarkan kuesioner kepuasan

perawat diperoleh data sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya kepemimpinan Kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di Ruang III / Melati I.

a. Adanya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Stikes, Akbid dan Akper yang praktek di ruangan. b. Rekruitmen pegawai

melalui ujian pegawai negeri sesuai dengan usulan rumah sakit dan perekrutan tenaga honorer dan magang melalui direktur rumah sakit yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing ruangan

a. Anggapan masyarakat bahwa rumah sakit Dr.Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktik. b. Adanya asumsi

masyarakat bahwa rumah sakit swasta jauh lebih baik bila dibandingkan dengan rumah sakit


(51)

b. Method Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (ancaman) a. Ruangan memiliki

struktur organisasi yang jelas

b. Ruangan memiliki alur pendelegasian tugas dengan metode tim. c. Jadwal dinas pegawai

disusun langsung oleh kepala ruangan

d. Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap

shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift. e. Kepala ruangan

melakukan supervisi terhadap pegawai dan pasien setiap hari f. Adanya kolaborasi dan

koordinasi yang baik dengan tim kesehatan lain.

a. Belum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga secara rutin dan terstruktur

b. Belum ada jobdesc secara tertulis

c. Ruangan belum memiliki visi misi tersendiri, masih mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr.Pirngadi. d. Ruangan belum memiliki SAK (Standar Asuhan

Keperawatan) yang baku yang dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan implementasi keperawatan anak. e. Ruangan belum memiliki SOP (Standar Operasional

Prosedur) yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan tindakan keperawatan.

f. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit belum

dilaksanakan secara optimal.Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan

kunjungan keluarga yang tidak sesuai dengan jam besuk.

Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendelegasian tugas Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan profesional.


(52)

c. Money

Strenght (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan)

Opportunity (Kesempatan)

Threatened (Ancaman) a. Ruang III/Melati I memiliki sistem

budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit setiap bulan dan diberikan kepada perawat

- Adanya bantuan/jaminan

pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS (jaminan kesehatan msyarakat), bantuan dari PEMPROVSU dan ASKES sosial.


(53)

d. Material/ Machine Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. Kepala ruangan mengadakan

supervisi terhadap keadaan logistik di ruangan Ruang III/Melati I.

b. Ruangan sudah memiliki pembuangan sampah medis dan non medis.

c. Ruangan memiliki sarana komunikasi tidak langsung seperti papan pengumuman yang dapat dimanfaatkan.

a. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan.

b. Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah infeksi nosokomial.

c. Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi pasien anak

d. Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi.

e. Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung dalam satu ruangan.

1.Adanya kebutuhan dana/ anggaran dari pemerintah

bekerjasama dengan perusahaan dari luar yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit. 2.Rumah sakit RSU

Dr.Pirngadi Medan memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap dan canggih

Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit terkait dengan kelengkapan logistik


(54)

3. Perumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi/kondisi yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan. Masalah juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja, dan kendala yang dihadapi staf dalam pelaksanaan kegiatan program (Muninjaya,2004). Berdasarkan analisa situasi (SWOT) maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Seluruh perawat ruangan belum pernah mengikuti pelatihan/

workshop tentang keperawatan anak dan rendahnya tingkat pendidikan tenaga perawat di ruangan

b. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

c. Perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

d. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit, hak dan kewajiban pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal.

e. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan serta tidak memiliki wastafel untuk mencuci tangan. f. Ruang III belum memiliki fasilitas khusus sebagai ruang rawat inap

anak seperti ruang terapi bermain anak dan belum ada pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi.


(55)

4. Rencana Penyeselaian Masalah

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggug

jawab

1.

2.

3.

4.

Kurangnya upaya promosi kesehatan kepada pasien dan keluarga

Ruang III/Melati I belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang baku yang dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan implementasi keperawatan pada pasien di ruangan Papan struktur organisasi di ruang III/ Melati I belum diperbaharui

Belum tersedianya bunga di ruang III/ Melati I untuk menambah keindahan ruang anak

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit anak sehingga

pasien/keluarga pasien mampu melakukan perawatan yang tepat selama masa sakit.

Tersedianya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di ruang III/ Melati I

Tersedianya struktur organisasi di ruang III/ Melati I yang ter-up date Tersedianya bunga di ruang III/ Melati I

-Memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai kebutuhan pasien secara terjadwal

-Menyusun dan menyediakan format Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 10 penyakit terbesar di ruang III/ Melati I

-Mengganti nama-nama perawat di papan struktur organisasi di ruang III/ Melati I

-Menyediakan bunga bunga di ruang III/ Melati I

20 Juni 2012- 22 Juni 2012

28 Juni 2012

23 Juni 2012

5 Juli 2012

Betty, Waslifour, Delima, Yoga Betty, Delima, Waslifour, Yoga Betty, Delima, Waslifour, Yoga Betty,Delima, Waslifour,Yoga


(56)

5. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi masalah yang ditemukan di Ruang III/Melati I maka praktikan melakukan:

a. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima.

b. Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25 Juni 2012

c. Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang III/Melati I pada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification)

dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.

d. Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan dan membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli 2012.


(57)

6. Evaluasi

Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan pada akhir penyuluhan. Kepala ruangan mengatakan setuju dengan jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan optimal di ruangan.

Kepala ruangan juga setuju dengan adanya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) berdasarkan NIC/NOC yang telah disusun oleh praktikan dan akan menggunakannya di ruangan sebagai pedoman dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Perawat ruangan dan pasien serta keluarga menyatakan senang dengan adanya bunga yang diletakkan di tengah ruangan sehingga ruangan tampak indah.


(58)

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di Ruang III/Melati I pada tanggal 11 Juni – 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai diantaranya: pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) , perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kelompok menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan kelompok. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dbandingkan dengan teori yang ada.

1) Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan karena memiliki aspek legalitas dan menjadi aspek hukum untuk melindungi setiap tindakan keperawatan, bila sesuatu hal tidak diinginkan terjadi. Pendokumentasian asuhan keperawatan juga sebagai bukti otentik telah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien (Capernito, 1999). Dalam kasus hukum, dokumentasi keperawatan menjadi landasan berbagai kasus gugatan atau sebagai alat pembela diri perawat, dokter atau fasilitas (Iyer & Camp, 2004). Dokumentasi keperawatan juga bermanfaat dalam penentuan akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat


(59)

sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada pasien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.

Untuk mengatasi masalah pendokumentasian tersebut, kelompok membantu membuat rancangan format asuhan keperawatan dan Standar Asuhan Keperawatan berdasarkan 10 penyakit terbesar di ruangan anak dengan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) /

(Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.

2) Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga kurang optimal

Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, memperthankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Menurut Mach Foed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.


(60)

Untuk membantu perawat dalam melakukan penyuluhan maka praktikan memberikan penyuluhan kesehatan secara terjadwal tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh M. Isa Syahputra Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012 oleh Waslifour Glorya Daeli, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty Manurung, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima Siahaan.

3) Suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak

Menurut Supartini (2004) bahwa ruangan anak idealnya dimodifikasi bernuansa anak sehingga dapat meningkatkan keceriaan, perasaaan aman, dan nyaman bagi pasien anak. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan memiliki dekorasi bernuansa anak dengan adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna ceria, dan dinding ruangan yang berwarna-warni.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok menyediakan sebuah bunga yang indah di tengah ruangan untuk mendukung suasana ruangan anak yang nyaman dan asri.


(61)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori

1. Pengertian

Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer, dapat disertai atau tanpa darah dan lendir sebagai akibat terjadinya proses inflamasi pada lambung dan usus yang terjadi selama 2 hari atau lebih.

2. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare, yaitu: a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare, seperti: virus (rotavirus, adenovirus, dll), bakteri

(E.coli, shigella sp, v.cholerae, dll) dan parasit (E. histolytica, giardia lamblia, dll).

2) Infeksi parenteral

Infeksi di luar saluran pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsititis, tonsilopharingitis, bronchopneumonia, ensefalitis, dll.

3) Faktor Malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat

- Disakarida: intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa - Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa


(62)

2. Malabsorbsi lemak 3. Malabsorbsi protein 4) Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan 5) Faktor Lain

a. Imunodefisiensi: AIDS b. Kurang kalori protein (KKP) c. Psikologis

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala terjadinya diare, antara lain:

1) Sering BAB dengan konsitensi tinja lembek atau encer

2) Bayi/ anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang

3) Warna tinja berubah kehijauan kerena bercampur empedu

4) Anus dan sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja menjadi lebih asam

5) Terdapat tanda gejala dehidrasi, yaitu: BB menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung, mukosa mulut, lidah dan kulit kering

6) Terjadi perubahan tanda-tanda vital, yaitu: nadi dan respirasi cepat, tekanan darah menurun, denyut jantung meningkat, anak tampak lemas, kesadaran menurun


(63)

4. Patofisiologi

a. Faktor Infeksi

Adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang di dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam proses absorbs cairan dan elektrolit. Sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat sebagai akibat iritasi mukosa sel usus.

b. Faktor Malabsorbsi

Kegagalan dalam proses absorbsi akan mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik sehingga terjadi perpindahan air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume rongga usus sehingga terjadi diare.

c. Faktor Makanan

Faktor makanan ini dapat menyebabkna diare apabila toksisn yang ada tidak mampu diserap dengan baik sehingga peningkatan pristaltik usus yang mengakibatkan penurunan proses absorbsi makanan.

d. Faktor Psikologis

Keadaan psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses absorbsi makanan.


(64)

Skema Patofisiologi

Faktor Psikologi Faktor Infeksi Faktor Makanan Faktor Malabsorbsi

Kuman masuk dan berkembang dalam usus

Adanya toksin dalam dinding usus tekanan osmotik Toksisn tidak dapat diabsorbsi

Hiperperistaltik Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus Penurunan kemampuan absorbsi makanan Hipersekresi air dan eletrolit

Diare

Peningkatan frekuensi BAB

Skema 2, Patofisiologi

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Gangguan pemenuhan nutrisi

Gangguan eliminasi bowel


(65)

5. Komplikasi

Diare yang tidak segera diatasi dan berlansung dalam waktu yang lama menyebabkan:

a. Dehidrasi b. Hipovolemik

c. Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia, perubahan pada EKG

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa

f. Kejang pada dehidrasi hipertonik

g. Malnutri energy protein akibat mual dan muntah dalam waktu yang lama

6. Klasifikasi

Diare diklasifikasikan berdasarkan tingkat dehidrasi, yaitu: a. Diare dengan dehidrasi ringan, cirri-ciri:

1) Berat badan (BB) turun 2-5 % 2) Turgor kulit kembali dalam 1 detik 3) Keadaan umum sehat

4) Keadaan kulit kenyal

5) Keadaan mata, ubun-ubun, dan mulut normal 6) Denyut nadi 120 x/ menit


(66)

b. Diare dengan dehidrasi sedang, ciri-ciri: 1) Berat badan (BB) turun 5-10 % 2) Turgor kulit kembali dalam 1-2 detik

3) Keadaan umum gelisah, cengeng, apatis, mengantuk 4) Keadaan kulit dan mulut kering

5) Keadaan mata dan ubun-ubun cekung 6) Denyut nadi 120-140 x/ menit

c. Diare dengan dehidrasi berat, cirri-ciri: 1) Berat badan (BB) turun > 10 %

2) Turgor kulit kembali lambat dalam waktu > 2 detik 3) Keadaan umum mengigau, koma, shock

4) Keadaan kulit dan mulut sangat kering 5) Keadaan mata dan ubun-ubun sangat cekung 6) Denyut nadi >140 x/ menit


(67)

Tabel 2. Penilaian Derajat Dehidrasi Menurut MTBS

No. Penilaian A B C

1. Lihat:

Keadaan Umum Mata Air mata

Mulut dan lidah Rasa haus Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa tidak haus *Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering *Haus, ingin banyak minum *Lesu, lunglai atau tidak sadar Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat kering *Malas minum atau tidak bisa minum 2. Periksa: turgor kulit Kembali cepat *Kembali

lambat

*Kembali sangat lambat

3. Hasil pemeriksaan: Tanpa dehirasi Dehidrasi ringan/ sedang (bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis 2) pH dan kadar gula dalam tinja 3) uji bakteri

b. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dan menentukan pH dan analisa gas darah

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faaal ginjal d. Pemeriksaan elektrolit, terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan


(68)

8. Penatalaksanaan

a. Terapi Cairan

1) Dehidrasi ringan dapat diberikan cairan rumah tangga (CRT), seperti kuah sup, kuah sayur bening, air tajin, air kelapa, larutan gula garam, atau sediaan yang sudah ada seperti oralit, renalit, pedialit.

2) Dehidrasi sedang diberikan cairan melalui IV, jumlah cairan yang diberikan sbb:

- Bila BB tidak diketahui: (harus dihabiskan dalam 4 jam) Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa Jumlah 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

- Bila BB diketahui: BB (kg) x 75 ml (habis diberikan dalam 4 jam)

3) Dehidrasi berat

Umur Pemberian 1 Pemberian

berikutnya

< 12 bulan 30 ml/ kg BB (1 jam) 70 ml/ kg BB (5 jam) > 12 bulan 30 ml/ kg BB

(1/2 jam)

70 ml/ kg BB (2 ½ jam)

b. Terapi Diet

1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung rendah laktosa dan lemak tak jenuh)

2) Makanan bubur, setengah padat, nasi tim c. Terapi obat-obatan


(1)

5. Ringkasan Keperawatan Anak Pulang

An.B selama di rawat di RSUPM sudah menunjukkan tanda-tanda peningkatan kesehatan yang salah satunya ditandai dengan terjadinya peningkatan berat badan pada AN.B, tanda-tanda dehidrasi hilang (turgor kulit kembali cepat), dan BAB sudah ada ampas. Selama dirawat di RSUPM, keluarga disarankan untuk selalu menjaga hygiene dan diet.

Hari jumat, tanggal 22 Juni 2012, anak sudah dibolehkan pulang oleh dokter yang menangani. Rencana pemulangan yang saya lakukan kepada orangtua dan keluarga anak meliputi:

1) Mengajarkan orangtua untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat, pemenuhan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi dan hygiene. 2) Menganjurkan kepad orangtua untuk melakukan kontrol ulang

3) Mengajarkan orangtua bagaimana pertolongan pertama bila anak mengalami diare.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan PBLK manajemen di ruangan III Anak Penyakit Dalam dimulai pada tanggal 11 Juni sampai 07 Juli 2012. Mahasiswa melakukan pengkajian selama 3 hari dari tanggal 13 Juni sampai 22 Juni 2012 kemudian diperoleh pengelolaan manajemen asuhan keperawatan :

1. Pengelolaan manajemen asuhan keperawatan

a. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh praktikan secara berkelompok/individu kepada seluruh pasien

- Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012 oleh Waslifour, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima.

- Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan dan membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli 2012.

b. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara individu kepada klien kelolaan


(3)

- Memberikan implementasi asuhan keperawatan pada An.M dan An.B sesuai dengan intervensi keperawatan untuk pasien Diare/Gastroentritis.

- Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan kesehatan para pasien kelolaan setiap harinya hingga pasien pulang dari rumah sakit.

- Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai Diare kepada pasien kelolaan dan keluarganya.

2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan yang dilakukan praktikan (secara berkelompok/individu) dengan perawat ruangan/petugas kesehatan di Ruang III / Melati I

− Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25 Juni 2012

− Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang III/Melati I pada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.


(4)

B. Saran

a. Institusi Pendidkan

Bagi institusi pendidikan diharapakan kepada mahasiswa agar lebih dapat melakukan manajemen ruangan dan meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dalam memberikan asuhan keperawatan

b. Lahan Praktek

Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, para perawat seharusnya sudah mengetahui Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang benar sesuai diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien tersebut. Penyuluhan kesehatan penting dilakukan untuk meningkatan pengetahuan pasien dan keluarga pasien. Oleh karena itu sebaiknya pegawai / perawat ruangan melakukan penyuluhan kesehatan secara teratur. Sebaiknya juga, mahasiswa yang melakukan praktik belajar melakukan penyuluhan kesehatan secara teratur. Dan dalam hal menjaga agar tidak terjadi infeksi nosokomial, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: cairan antiseptik ataupun wastafel untuk mencuci tangan haruslah tersedia di ruangan; alat-alat yang diperlukan dan dipergunakan haruslah lengkap dan bersih/steril ketika digunakan untuk melakukan tindakan; dan harus adanya pemisahan pasien infeksi dan non-infeksi secara jelas.

Di ruang III Anak juga belum memiliki ruang khusus untuk terapi bermain, oleh sebab itu penulis menyarankan kepada ruangan supaya memiliki ruang terapi bermain untuk mengurangi dampak hospitalisasi pada anak dan meningkatkan rasa kenyamanan bagi pasien.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L.C. & Sowden, A.L. (2002). Keperawatan Pediatric: alih bahasa, Yan Tambayong; editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnia Ningsih. Monica Este, Jakarta: EGC

Carpenito, L.J (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2 Bahasa Indonesia), Jakarta: EGC

Depkes, (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1, Direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

Depkes. (1999). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI

Gillies, D.A. (1998). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem, Edisi ke-2, Chichago, Illionis: W.B Saunders Company

Hansen, R.I & Wasburn M.J, (2001). Kecakapan Pendelegasian Klinis: Pedoman Untuk Perawat, Jakarta: EGC

Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan anak. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A (2001), Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Monica, L. (1998). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Pendekatan Berdasarkan Pengalaman, Edisi ke-1. Jakarta: EGC

Muninjaya, A.A.G. (1999). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Nursalam (2001). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan professional, Edisi Ke-1. Jakarta: EGC

Priharjo, R (1995). Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta: EGC


(6)

Sitorus, R. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: Panduan Implementasi. Jakarta: EGC

Speer, Kathleen Morgan. (2007). Rencana asuhan keperawatan pediatric dengan Clinical Pathway. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. C. (2002). Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Ed 8. Volume 1 & 2. Jakarta. EGC

Swanburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Klinis, Jakarta: EGC

Taylor, C (1993). Fundamental Of Nursing Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincont-Raven publisher

Wong, D.L. Waley, L.F. (1999). Nursing Care of Infant and children. St.Louis Missouri: Mosby Company

Wong, Donna.L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan pediatric edisi 4. Jakarta: EGC

Widoyono. (2008). Penyakit Tropis “ Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan pemberantasannya”. Jakarta: Erlangga