Latar Belakang Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengobatan sendiri dengan antibiotika yang semakin luas telah menjadi masalah yang penting di seluruh dunia. Salah satunya adalah terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotika WHO, 2001. Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien dan meningkatnya biaya kesehatan pasien. Dampak tersebut harus ditanggulangi secara efektif sehingga perlu diperhatikan prinsip penggunaan antibiotika harus sesuai indikasi penyakit, dosis, cara pemberian dengan interval waktu, lama pemberian, keefektifan, mutu, keamanan, dan harga. Refdanita, 2004. Pengobatan sendiri dengan antibiotika, tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Selebihnya di negara- negara Eropa seperi Romania, dan Lithuania, juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada pengobatan sendiri dengan antibiotika Al-Azzam, 2007. Tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan antibiotika ditemukan pada orang dewasa 44 dan anak-anak 34 oleh berbagai faktor yang diteliti di Saudi Arabia. Persentase pengobatan sendiri dengan antibiotika yang ditemukan di India 18, Sudan 48, dan Jordan 40 Abasaeed , 2009. Adapun penelitian yang dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa 74 dari 107 apotek yang telah dikunjungi, termasuk 88 apotek, yang didaftar oleh Municipal Health Secretary, menjual antibiotika tanpa resep dokter. Volpato, 2005 Organisasi Kesehatan Dunia WHO sangat mengkhawatirkan tingginya peningkatan jumlah resistensi bakteri di semua wilayah di dunia. Oleh karena itu, untuk menciptakan koordinasi global, WHO mengeluarkan Global Strategy for Containment of Antimicrobial Resistance Strategi global untuk menahan peningkatan resistensi antimikroba, yaitu dokumen yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan agar mendesak pemerintah di berbagai negara untuk Universitas Sumatera Utara melakukan tindakan dan berbagai usaha yang dapat menahan terjadinya resistensi antibiotika WHO, 2001. Di Indonesia, juga telah dilakukan beberapa usaha untuk tujuan ini, salah satu dari usaha tersebut adalah di berlakukannya undang-undang yang mengatur tentang penjualan antibiotika yang diatur dalam undang-undang obat keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1949. Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada penggunaan antibiotika di kalangan masyarakat diperlukan edukasi dan berbagai aspek yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika, agar tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penggunaan antibiotika dapat mencapai tahap yang diinginkan. Sehingga tidak terjadi penyalahgunaan dan pengguna salahan antibiotika di kalangan masyarakat. Hal ini dapat difasilitasi dengan komunikasi yang lebih efektif antara dokter dengan pasien masyarakat pada umumnya, sehingga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dan masyarakat terhadap keuntungan dan kerugian antibiotika Eng, 2003. Mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara adalah salah satu komponen masyarakat yang mungkin mempunyai pengetahuan tinggi tetapi kurang terpapar dengan masalah yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika. Olehkarena itu, perlu diketahui tingkat pengetahuan mahasiswa non medis di Universitas Sumatera Utara USU tentang penggunaan antibiotika, sehingga diketahui kondisi yang sebenarnya untuk kepentingan membuat kebijakan atau anjuran yang benar tentang penggunaan antibiotika di kalangan mahasiswa non medis Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah