Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Malaria

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG INFEKSI MALARIA

Oleh:

KARYN LIN WERN IM 070100236

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG INFEKSI MALARIA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

KARYN LIN WERN IM 070100236

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG INFEKSI MALARIA

NAMA: KARYN LIN WERN IM

NIM: 070100236

__________________________________________________________________

Pembimbing Penguji

(dr. Yunilda Andriyani, MKT) (dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp. GK) NIP: 197906032003122001 NIP: 197312212003122001

(dr. Kristo A. Nababan, Sp. KK) NIP: 196302081989031004


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang Malaria merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat menyebabkan komplikasi dan kematian jika tidak diobati dengan tepat dan cepat, padahal risiko tertular penyakit ini dapat dikurangkan dengan langkah-langkah pencegahan tertentu. Komplikasi dan kematian juga dapat dielakkan dengan diagnosa dini. Menurut World Malaria Report (2008), Indonesia menempati urutan kedua dengan mortalitas yang paling tinggi di Asia Tenggara. Ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan tempat endemis malaria.

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria. Metode Suatu penelitian deskriptif dilakukan secara cross-sectional terhadap mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dari bulan Augustus 2010 sehingga bulan November 2010. Sampel diambil secara accidental sampling dan tingkat pengetahuan mahasiswa diuji dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS.

Hasil Dari 83 orang mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, didapati 77.1% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 22.9% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, dan tiada yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.

Kesimpulan dan Saran Masih terdapat responden yang belum mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang infeksi malaria. Upaya edukasi dan penyuluhan harus ditingkatkan supaya dapat menambah pengetahuan masyarakat mahasiswa tentang infeksi malaria.


(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan, karena berkat dan karunianya, laporan penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang Infeksi Malaria akhirnya selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ribuan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan, baik secara moral maupun materi, dalam rangka penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Penulis juga hendak memberikan penghargaan kepada dr. Yunilda Andriyani, selaku dosen pembimbing penulis, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari awal sampai selesainya penelitian ini yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran. Penghargaan turut diberikan kepada teman-teman penulis seperti saudari Goh Swee Luo, saudari Chin Ching Peng, saudari Simranjeet Kaur, saudari Ng Jo Ye, dan semua yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam penghasilan laporan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan dilaksanakan dengan menggunakan metode cross-sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria, dengan mengingat negara Indonesia merupakan negara yang bersifat endemis untuk penyakit malaria ini.

Penulis meyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki kekurangan karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi dinas kesehatan maupun masyarakat. Sekian, terima kasih.

Penulis,

Karyn Lin Wern Im NIM: 070100236


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……….. i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

DAFTAR SINGKATAN………. x

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 3

1.3 Tujuan Penelitian………. 3

1.3.1 Tujuan umum……….. 3

1.3.2 Tujuan khusus………. 4

1.4 Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 5

2.1 Malaria………. 5

2.1.1 Definisi………... 5

2.1.2 Epidemiologi……….. 5

2.1.3 Siklus Hidup Plasmodium……….. 6

2.1.4 Patogenesis………. 6

2.1.5 Gejala Klinis………... 8

2.1.6 Diagnosa………. 10

2.1.7 Penatalaksanaan……….. 11

2.1.8 Pencegahan………. 13

2.1.9 Prognosis……… 13

2.2 Pengetahuan……… 14

2.2.1 Definisi………... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 16 3.1 Kerangka Konsep……… 16


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 18

4.1 Jenis Penelitian……….... 18

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………. 18

4.2.1 Waktu Penelitian………... 18

4.2.2 Tempat Penelitian……….. 18

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 18

4.3.1 Populasi Penelitian………... 18

4.3.2 Sampel Penelitian………... 19

4.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 20

4.5 Pengolahan dan Analisis Data………... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 22

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 22

5.2 Deskripsi Karakteristik Individu ………. 22

5.3 Hasil Analisa Data……… 22

5.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Infeksi Malaria………. 23

5.3.2 Tingkat Pengetahuan Responden menurut Pertanyaan……… 23

5.3.3 Tingkat Pengetahuan menurut Jenis Kelamin Responden……… 25

5.3.4 Tingkat Pengetahuan menurut Usia Responden.. 25

5.4 Pembahasan………... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 28

6.1 Kesimpulan……… 28

6.2 Saran……….. 28

DAFTAR PUSTAKA………... 30 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Penilaian Skor Kuesioner 21 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Individu 22 Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang

Infeksi Malaria

23

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden menurut Pertanyaan

24

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan menurut Jenis Kelamin Responden

25

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan menurut Usia Responden


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka konsep tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Riwayat Hidup Peneliti LAMPIRAN II Kuesioner Penelitian LAMPIRAN III Lembar Penjelasan

LAMPIRAN IV Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed Consent LAMPIRAN V Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN VI Ethical Clearance LAMPIRAN VII Master Data


(12)

DAFTAR SINGKATAN

FS - Fakultas Sastra

PCR - Polymerase chain reaction

Pf EMP 1 - Plasmodium falciparum erythrocyte membrane 1 QBC - Quantitative buffy coat

RDT - Rapid diagnostic tests SEA - Southeast Asia

SEAR - Southeast Asia region

SPSS - Statistical Package for Social Sciences USU - Universitas Sumatera Utara


(13)

ABSTRAK

Latar Belakang Malaria merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat menyebabkan komplikasi dan kematian jika tidak diobati dengan tepat dan cepat, padahal risiko tertular penyakit ini dapat dikurangkan dengan langkah-langkah pencegahan tertentu. Komplikasi dan kematian juga dapat dielakkan dengan diagnosa dini. Menurut World Malaria Report (2008), Indonesia menempati urutan kedua dengan mortalitas yang paling tinggi di Asia Tenggara. Ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan tempat endemis malaria.

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria. Metode Suatu penelitian deskriptif dilakukan secara cross-sectional terhadap mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dari bulan Augustus 2010 sehingga bulan November 2010. Sampel diambil secara accidental sampling dan tingkat pengetahuan mahasiswa diuji dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS.

Hasil Dari 83 orang mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, didapati 77.1% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 22.9% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, dan tiada yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.

Kesimpulan dan Saran Masih terdapat responden yang belum mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang infeksi malaria. Upaya edukasi dan penyuluhan harus ditingkatkan supaya dapat menambah pengetahuan masyarakat mahasiswa tentang infeksi malaria.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejak 460 SM - 370 SM, Hippocrates yang dikenal sebagai ‘Father of Medicine’, merupakan orang yang pertama di dunia untuk mendeskripsikan manifestasi klinis infeksi malaria serta menghubungkan penyakit tersebut dengan musim dan tempat tinggal orang terinfeksi (Chunha & Chunha, 2008). Pada tahun 1884, ahli fisik Perancis Alphonse Laveran telah menemukan penyebab malaria dan mengemukakan hipotesanya bahwa infeksi malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk (CDC, 2004). Sangat jelas bahwa infeksi malaria telah terjadi di dunia ini sejak ribuan tahun yang lalu dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengenali penyakit ini dengan lebih baik. Kebanyakan negara maju telah mengambil langkah-langkah tertentu untuk memberantas infeksi malaria, namun potensi untuk penularan malaria masih ada di banyak daerah. Sebanyak 50.000.000 orang terinfeksi malaria setiap tahun, dan lebih dari satu juta orang yang akan meninggal akibat infeksi malaria setiap tahun (Finch, R.G. et al, 2005). World Malaria Report (2008) yang merupakan publikasi statistik terbaru tentang beban infeksi malaria 2006 memperkirakan separuh dari populasi penduduk seluruh dunia (3,3 milyar) hidup di wilayah yang memiliki risiko penularan malaria, satu per lima (1,2 milyar) tinggal di daerah yang berisiko tinggi (lebih dari 1 kasus per 1000 penduduk per tahun dilaporkan) dan 2,1 milyar yang lain hidup di daerah yang berisiko rendah. Populasi terbesar yang terpapar terhadap risiko infeksi malaria ditemukan di Asia Tenggara dan daerah Pasifik Barat. Afrika merupakan daerah terbesar yang berisiko tinggi, kemudian diikuti oleh Asia Tenggara.

Malaria merupakan suatu masalah kesehatan besar di daerah Asia Tenggara. Sepuluh dari sebelas negara South East Asia Region (SEAR) merupakan daerah endemis malaria. Hanya di Maldives, tidak terdapat transmisi


(15)

sejak tahun 1984. Kira-kira 40% dari populasi global tinggal di daerah Asia Tenggara dan 4,1% dari mortalitas global berasal dari Asia Tenggara (WHO SEAR, 2010). The Global burden of disease (2004) mengatakan bahwa infeksi malaria menyebabkan 2.414 kematian setiap hari, dan 90% daripada kematian ini berlaku di Afrika Sub-Sahara. Malaria adalah penyakit yang sering menginfeksi kelompok ekonomi rendah, dan penyakit ini juga menyebabkan kemiskinan dengan memperlambatkan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1,3% di daerah endemis tertentu.

WHO mengestimasi bahwa secara global, kira-kira 33,96 juta DALYs (disability adjusted life years) hilang akibat infeksi malaria dan 1,34 juta dari jumlahnya berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 2000-2008, di daerah SEAR, insidensi malaria tetap berada di antara jangkauan 2,19 – 2,83 juta orang. Negara-negara yang menunjukkan penurunan insidensi malaria yang signifikan hanya empat, yaitu Bhutan, Democratic People’s Republic of Korea (DPRK), Sri Lanka dan Thailand, akan tetapi tidak terdapat perubahan yang signifikan pada negara yang lain (WHO SEAR, 2010). Pada tahun 2008, sebanyak 2,5 juta kasus malaria dikonfirmasi dari laboratorium dan 3088 kematian diakibatkan malaria dilaporkan sedangkan estimasi kasus malaria dan kematian masing-masing merupakan 21 juta kasus dan 29 juta kasus (World Malaria Report, 2008). Jumlah tertinggi kasus malaria yang dikonfirmasi dari laboratorium terdapat di India (1.500.192), diikuti Indonesia (411.979) dan Myanmar (411.494) sedangkan jumlah kasus yang terendah adalah Bhutan (329), Sri Lanka (670) dan Nepal (3.888). Jumlah kasus kematian malaria yang paling tinggi pula dilaporkan di Myanmar (1.088), diikuti India (925), dan Indonesia (788). Berdasarkan data yang telah dijabarkan di atas, maka Asia Tenggara masih merupakan daerah endemis infeksi malaria dan jumlah mortalitas yang disebabkan infeksi parasit ini sangat tinggi, terutama di Indonesia.

Malaria merupakan salah satu infeksi dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Walaupun begitu, malaria di Indonesia lebih terkonsentrasi di pulau-pulau terpencil seperti, Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Nias, dan Sumatera. Indonesia menempati urutan kedua dengan


(16)

mortalitas malaria yang paling tinggi di Asia Tenggara (World Malaria Report, 2008). WHO SEAR (2010) mengatakan bahwa pada tahun 2008, sebanyak 107,78 juta orang dari populasi total yang berjumlah 214,39 juta orang hidup di daerah endemis malaria. Ini menunjukkan bahwa 50% dari seluruh populasi Indonesia berisiko untuk terkena infeksi malaria.

Rita Kusriastuti, direktur penyakit vektor pelayanan kesehatan Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan masih mempunyai banyak daerah di negara yang tidak terjangkau oleh sistem perawatan kesehatan. Mereka yang hidup di pulau yang terpencil sulit untuk mendapat akses ke hal-hal dasar seperti perawatan kesehatan dan ini memungkinkan malaria untuk merenggut lebih banyak nyawa (Global Post, 2009). Oleh karena itu, adalah penting untuk masyarakat Indonesia mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang infeksi malaria. Ini adalah supaya mereka mengetahui tentang cara pencegahan malaria dan dapat mengenal gejala klinis yang timbul pada penyakit tersebut agar dapat pertolongan medis dengan secepat mungkin. Hal ini merupakan hal yang terpenting di Indonesia, mengingat Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dianggap perlu untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang infeksi malaria.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria.


(17)

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang cara penularan infeksi malaria.

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang gejala klinis infeksi malaria.

3. Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang pemeriksaan infeksi malaria.

4. Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang pengobatan dan pencegahan infeksi malaria.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Dinas Kesehatan:

Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan meningkatkan upaya edukasi dan pencegahan infeksi malaria di kalangan masyarakat.

2. Mahasiswa/responden:

Mahasiswa dapat menguji pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan sekiranya mendapati pengetahuan mereka tentang infeksi malaria tidak memadai.

3. Peneliti:

Peneliti dapat menambahkan pengetahuan serta mendapatkan informasi yang lebih tentang infeksi malaria di samping menilai tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria

2.1.1 Definisi

Malaria merupakan suatu penyakit berpotensial fatal yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium. Plasmodium ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. betina yang telah terinfeksi dengan parasit tersebut (Parmet S. et al, 2007). Sedangkan, Finch, R.G. et al (2005) mengatakan bahwa malaria merupakan suatu infeksi yang menyerang pada sistem darah manusia. Berdasarkan Chew S.K. (1992), terdapat empat spesies plasmodium yang bisa menginfeksi manusia yaitu, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium falciparum. Walaupun begitu, studi terbaru telah menemukan suatu spesies Plasmodium baru yang bisa menginfeksi manusia. Spesies Plasmodium yang kelima ini dikenali sebagai Plasmodium knowlesi (Marano & Freedman, 2009).

2.1.2 Epidemiologi

Di daerah mana saja yang terdapat suhu yang sesuai, yaitu melebihi isotherm 16°C, serta terdapat koeksistensi manusia dan nyamuk Anopheles sp, maka terdapat faktor risiko untuk penularan malaria. Kelima-lima parasit Plasmodium yang bisa menginfeksi manusia terdistribusi di tempat geografis yang berbeda. Plasmodium falciparum paling sering ditemui di Afrika Sub-Sahara dan Melanesia; Plasmodium vivax pula ditemui di Amerika Sentral, Amerika Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, dan subkontinen India; Plasmodium Ovale ditemui hampir secara eksklusif di Afrika Barat; Plasmodium malariae bisa ditemui di seluruh dunia walaupun terkonsentrasi di Afrika dan Plasmodium knowlesi yang sejak kebelakangan ini didokumentasikan di beberapa kepulauan Bornea serta di beberapa daerah Asia Tenggara (Roe & Pasvol, 2009).


(19)

2.1.3 Siklus hidup Plasmodium

Siklus hidup Plasmodium terjadi pada tubuh nyamuk dan manusia.

Siklus seksual parasit malaria berkembang di darah manusia yang telah terinfeksi. Nyamuk Anopheles sp. betina akan terinfeksi setelah menggigit orang yang darahnya mengandung gametosit. Siklus perkembangan Plasmodium dalam nyamuk berkisar 7-20 hari, dan akhirnya berkembang menjadi sporozoit yang bersifat infektif. Sporozoit ini yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan kemudian akan ditransmisi kepada manusia lainnya apabila digigit oleh nyamuk yang terinfeksi ini. Nyamuk Anopheles yang terinfeksi ini akan bersifat infektif sepanjang hidupnya.

Sporozoit yang telah diinokulasi pada manusia akan bermigrasi kepada hati dan bermultiplikasi dalam hepatosit sebagai merozoit. Setelah beberapa hari, hepatosit yang terinfeksi akan ruptur dan melepaskan merozoit ke dalam darah di mana mereka akan menginfeksi eritrosit. Parasit akan multiplikasi dalam eritrosit sekali lagi dan berubah dari merozoit kepada trofozoit, skizont, dan akhirnya muncul sebagai 8-24 merozoit yang baru. Eritrosit akan pecah, dan melepaskan merozoit untuk menginfeksi sel-sel yang lain. Setiap siklus dari proses ini, yang dikenali sebagai skizogoni eritrositik, akan berlangsung selama 48 jam pada Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum dan 72 jam pada Plasmodium malariae. Dengan setiap siklus ini, parasit akan bertambah secara logaritmik dan setiap kali sel-sel ruptur akan terjadi serangan klasik demam yang intermiten. (Finch, R.G. et al, 2005; Bradley, 1998)

2.1.4 Patogenesis

Gejala klinis yang muncul pada infeksi malaria disebabkan secara tunggal oleh bentuk aseksual Plasmodium yang bersirkulasi di dalam darah. Parasit ini menginvasi serta menghancurkan sel darah merah, menetap di organ penting dan jaringan tubuh, menghambat sirkulasi mikro, serta melepaskan toksin yang akan menginduksi pelepasan sitokin yang bersifat proinflammatory sehingga terjadi rigor malaria yang klasik (Roe & Pasvol, 2009). Patologi malaria berhubungan dengan anemia, pelepasan sitokin, dan pada kasus Plasmodium falciparum,


(20)

kerusakan organ multipel yang disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi. Parasitemia Plasmodium falciparum adalah lebih parah berbanding yang lain karena ia akan memparasitisasi eritrosit berbagai usia. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi retikulosit dan eritrosit muda sedangkan Plasmodium malariae hanya menyerang pada eritrosit yang lebih tua. Oleh karena seleksi ini, infeksi Plasmodium falciparum menimbulkan gejala klinis yang hebat sekali (Finch, R.G. et al, 2005). Kakkilaya (2006) mengatakan malaria Plasmodium falciparum ditandai oleh pembentukan sticky knob pada permukaan sel darah merah, adhesi sel darah merah pada sel endotelial di venul post kapiler, dan pembentukan rosette dengan sel yang belum terinfeksi. Ini akan menyebabkan adhesi pada kapilar otak, ginjal, usus, hati dan organ lain. Selain daripada menyebabkan obstruksi mekanik, skizont yang telah ruptur ini akan merangsang pelepasan toksin dan menstimulasi pelepasan sitokin yang lebih.

Menurut Rosenthal (2008), suatu karakteristik khas Plasmodium falciparum adalah cytoadherence, di mana eritrosit yang terinfeksi dengan parasit matang akan melekat pada sel endotel mikrovaskular. Proses ini dikatakan sebagai suatu kelebihan untuk parasit karena ini bisa menghambat jalur masuknya eritrosit abnormal ke dalam limpa untuk dihancurkan. Konsentrasi tinggi eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium falciparum dalam sirkulasi darah serta interplay antara faktor penjamu dan parasit ini yang akan menyebabkan manifestasi infeksi malaria berat seperti malaria serebral, non-cardiogenic pulmonary edema, dan gagal ginjal.

Chotivanich, K. et al (2002) dalam suatu studinya tentang peran limpa dalam malaria parasite clearance mengatakan bahwa sel darah merah yang telah terinfeksi oleh malaria mengandung parasit yang semakin membesar dan bersifat kaku. Dimulai kira-kira dari 13 – 16 jam pertama sehingga pertengahan siklus aseksual, sel darah merah yang terinfeksi akan melekat pada endotelial vaskular sehingga dapat mencegah parasit masuk ke dalam limpa yang bersifat untuk membersihkan darah. Parasit pada tahap awal berukuran kecil dan fleksibel, sehingga tidak mengganggu konfigurasi membran sel darah merah ataupun mengekspresikan antigen parasitnya secara eksternal. Tetapi, parasit pada tahap


(21)

lanjut, yaitu trofozoit dan skizont matang, berukuran lebih besar sehingga mengubah bentuk diskoid sel darah merah yang terinfeksi serta memasukkan neoantigen seperti ring-infected erythrocyte surface antigen (RESA) dan Plasmodium falciparum erythrocyte membrane 1 (Pf EMP 1) pada membran sel darah merah penjamu. Adhesin antigenik parasit Pf EMP 1 tersebut diekspresikan di permukaan luar sel darah merah, dan perubahan ini yang menyebabkan deformitas pada sel darah merah sehingga terjadi peningkatan antigenicity.

Setelah infeksi yang berulang, akan terjadi pembentukan imunitas parsial. Ini akan membantu penjamu untuk bertoleransi dengan parasitemia dengan penyakit minimal. Walaupun begitu, imunitas ini akan hilang jika penjamu tidak terinfeksi lagi dalam beberapa tahun. Terdapat beberapa faktor genetik yang memberi imunitas terhadap malaria. Orang yang tidak mempunyai antigen Duffy pada membran sel darah merah (sering pada Afrika Barat) tidak rentan terhadap infeksi Plasmodium vivax. Beberapa hemoglobinopati termasuk sickle cell trait juga memberi proteksi terhadap efek parah malaria. Defisiensi besi juga bisa mengurangi keparahan infeksi malaria. Selain itu, limpa juga mempunyai peranan yang penting dalam mengontrol infeksi dan orang yang telah menjalani operasi splenektomi mempunyai risiko yang tinggi untuk infeksi malaria yang luar biasa (Finch, R.G. et al, 2005).

2.1.5 Gejala Klinis

Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae bisa menyebabkan demam tinggi yang intermiten pada manusia, tetapi jarang mengakibatkan kematian, sedangkan Plasmodium falciparum merupakan malignant tertian dan bersifat fatal jika tidak diobati segera, terutama pada serangan pertama (Bradley, 1998).

Menurut Parmet S. et al (2007), gejala klinis malaria pada umumnya muncul 9-14 hari setelah gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Gejala yang dapat muncul termasuk menggigil yang tiba-tiba, demam yang bersifat intermiten, keringat, kelelahan, sakit kepala, kejang, dan delirium. Roe & Pasvol (2009) pula mengatakan bahwa waktu inkubasi malaria tergantung pada lingkungan. Kondisi


(22)

yang optimal dapat menyebabkan manifestasi gejala klinis dalam 7 hari saja. Walaupun begitu, terdapat beberapa kasus tertentu yang gejala klinis hanya muncul setelah 20 tahun, dan ini berlaku terutama pada infeksi Plasmodium malariae.

Gejala klinis yang paling sering ditemui pada malaria adalah demam. Pada infeksi awal, malaria bisa bermanifestasi sebagai malaise, sakit kepala, muntah, atau diare. Demam pada awalnya mungkin berkesinambungan atau erratic, dan classical tertian atau quartan fever hanya muncul setelah beberapa hari. Suhu tubuh selalu mencapai 41°C dan diikuti oleh menggigil dan keringat dingin. (Finch, R.G. et al, 2005).

Infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale menyebabkan penyakit yang relatif ringan. Anemia terjadi dengan perlahan, dan mungkin terdapat hepatosplenomegali yang nyeri. Penyembuhan adalah spontan dan terjadi dalam 2-6 minggu. Walaupun begitu, hipnozoit dalam hati dapat menyebabkan relaps yang sering berulang sehingga terjadi penyakit kronis karena anemia dan splenomegali hiperaktif. Infeksi Plasmodium malariae juga relatif ringan, tetapi lebih cenderung kronis. Parasitemia mungkin menetap bertahun-tahun, dan ini bisa menunjukkan gejala atau sama sekali tidak bergejala. Infeksi Plasmodium malariae pada anak-anak berhubungan dengan glomerulonefritis dan sindroma nefrotik. Infeksi Plasmodium falciparum juga menyebabkan self-limiting illness yang mirip plasmodium yang lain. Walaupun begitu, ia juga bisa menyebabkan komplikasi serius dan sebagian besar kematian malaria adalah disebabkan Plasmodium falciparum. (Finch, R.G. et al, 2005)

Menurut Rosenthal (2008), World Health Organization (2000) telah mengklasifikasikan beberapa kondisi tertentu sebagai tanda-tanda infeksi malaria berat. Kondisi tersebut termasuk malaria serebral, masalah pernapasan, hipoglikemia, sirkulasi kolaps atau shok, perdarahan spontan atau disseminated intravascular coagulation (DIC), keterlibatan ginjal atau blackwater fever, anemia berat, kejang berulang, penurunan kesadaran, prostration, jaundis, muntah tidak henti, dan parasitemia yang melebihi 2%. Blackwater fever merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh hemolisis intravaskular yang luas dan berlaku baik


(23)

pada sel yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi, sehingga menyebabkan urin berwarna hitam (Finch, R.G. et al, 2005). Sarkar et al (2010) mengatakan sebanyak 10% dengan infeksi malaria berat akan meninggal oleh karena disfungsi multiorgan.

2.1.5 Diagnosa

Menurut Hanscheid T. (1999), Pewarnaan Giemsa pada sediaan tebal dan tipis merupakan standar untuk diagnosa malaria. National Institute of Malaria Research (2009) juga mengatakan bahwa sediaan tebal dan tipis merupakan gold standard untuk menegakkan suatu diagnosa malaria. Keuntungan dari perwarnaan adalah ia mempunyai sensitivitas yang tinggi. Ini menunjukkan pewarnaan Giemsa mampu mendeteksi parasit malaria walaupun pada densitas yang rendah. Selain itu, pewarnaan Giemsa juga dapat menghitung beban parasit dan membedakan spesies malaria dan stadiumnya.

Pemeriksaan diagnostik yang lain termasuk analisa quantitative buffy coat (QBC) dan rapid diagnostic tests (RDT). QBC merupakan suatu metode mikroskopik alternatif di mana buffy coat yang telah disentrifuge diwarnai dengan flurokrom sehingga parasit malaria kelihatan terang apabila diperiksa di bawah mikroskop (Finch, R.G. et al, 2005). WHO (2005) menjelaskan bahwa RDT, yang juga disebut sebagai dip stick atau malaria rapid diagnostic devices (MRRDs), membantu menegakkan diagnosa malaria dengan membuktikan kehadiran parasit malaria dalam darah manusia. RDT merupakan alternatif terhadap diagnosa yang ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, terutama pada tempat yang tidak mempunyai sarana mikroskopis yang berkualitas. Walaupun terdapat berbagai jenis RDT, tetapi prinsip kerjanya sama, yaitu dengan mendeteksi antigen spesifik (protein) yang dihasilkan oleh parasit malaria dan berada dalam sirkulasi darah orang yang terinfeksi. Beberapa RDT hanya mampu mendeteksi satu spesies Plasmodium sedangkan yang lain bisa mendeteksi beberapa spesies Plasmodium. Darah untuk pemeriksaan RDT biasanya diambil melalui finger prick. Menurut Roe & Pasvol (2009), keuntungan RDT adalah


(24)

pemeriksaan ini tidak memerlukan kepakaran yang tinggi untuk pelaksanaannya. Walaupun begitu, biaya RDT mahal dan pemeriksaan tidak bersifat kuantitatif.

Polymerase chain reaction (PCR) sangat berguna untuk menegakkan diagnosa malaria berdasarkan spesiesnya dan mendeteksi infeksi walaupun pada kadar parasitemia yang rendah. Namun, biaya yang mahal, waktu lama yang diperlukan serta peralatan khas yang diperlukan menyebabkan pemeriksaan malaria dengan menggunankan tidak praktis (Roe & Pasvol, 2009). Marano & Freedman (2009) mengatakan bahwa PCR diperlukan untuk mengidentifikasikan infeksi Plasmodium knowlesi. Ini karena pemeriksaan dengan mikroskopi sediaan tebal dan tipis sering menimbulkan kekeliruan dengan spesies Plasmodium malariae yang infeksinya bersifat lebih jinak berbanding Plasmodium knowlesi.

Tes serologi seperti indirect fluorescent antibody technique dan enzyme-linked-immunosorbent assays (ELISA) tidak mempunyai nilai diagnostik untuk diagnosis malaria. Walaupun begitu, metode serologis sangat berguna untuk skrinning pendonor darah asimptomatis (Chew S.K., 1992).

2.1.6 Penatalaksanaan

Malaria diobati dengan obat yang mengganggu siklus hidup ataupun metabolisme Plasmodium (Parmet S. et al, 2007). Roe dan Pasvol (2009) membagikan pengobatan malaria kepada dua kategori yaitu, pengobatan malaria non-falsiparum dan pengobatan malaria falsiparum.

Pada malaria non falsiparum, yaitu malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae atau Plasmodium knowlesi, infeksi bisa diobati dengan obat standar yaitu klorokuin (Roe & Pasvol, 2009). Harga murah dan ketersediaan klorokuin menyebabkannya sebagai antimalarial yang paling sering digunakan. Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae hampir selalu sensitif terhadap obat ini dan hanya beberapa strain Plasmodium vivax dari daerah Oceania yang resistan (Finch, R.G. et al, 2005). Roe & Pasvol (2009) mengatakan bahwa vaquone dan proguanil, atau meflokuin, ataupun kuinin tambah tetrasiklin dapat diberi pada kasus Plasmodium vivax yang resistan. Primakuin digunakan untuk


(25)

mengeradikasi hipnozoit yang menyebabkan relaps. Menurut Marano & Freedman (2009), Plasmodium knowlesi sensitif terhadap semua obat antimalarial yang biasa digunakan dan tidak memerlukan regimen pengobatan yang khas.

Terdapat peningkatan resistensi terhadap klorokuin dan sulfadoksin pada infeksi malaria falciparum sehingga obat-obatan tersebut tidak bisa digunakan sebagai pengobatan infeksi tersebut. Infeksi malaria falsiparum ringan sering diobati dengan kombinasi obat atovaquone dan proguanil, artemether dan lumefantrin yang bisa ditoleransi lebih baik daripada penggunaan kuinin. Meflokuin juga bisa digunakan sebagai pengobatan infeksi malaria ringan. (Roe & Pasvol, 2009).

Infeksi malaria falciparum berat merupakan suatu kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan yang segera. Rosenthal (2008) mengatakan bahwa sampai tahun 2007, kuinidin secara intravena merupakan terapi pilihan. Namun sekarang sudah terdapat sediaan artesunate secara intravena dan ini merupakan terapi pilihan terbaru oleh karena obat ini mempunyai efektivitas yang lebih tinggi serta efek samping yang kurang berbanding dengan kuinidin. Menurut Rosenthal (2008), WHO (2006) merekomendasikan artesunate secara intravena sebagai pilihan pengobatan untuk orang dewasa dan kanak-kanak yang terinfeksi dengan malaria berat di kawasan dengan kadar penularan yang rendah. Pada daerah dengan kadar penularan yang tinggi, WHO merekomendasikan pengobatan dengan artesunate, artemether atau kuinin.

Malaria berat ataupun hitung parasit yang melebihi 1% pada pasien non-imun merupakan suatu keadaan gawat darurat. Kuinin harus diberikan secara intravena dengan segera. Fasilitas perawatan intensif seperti ventilasi mekanik dan dialisis mungkin diperlukan. Anemia berat mungkin akan memerlukan transfusi darah. Pemantauan yang teliti terhadap keseimbangan cairan merupakan hal yang penting oleh karena edema paru dan gagal ginjal pre-renal sering berlaku pada keadaan seperti ini (Finch, R.G. et al, 2005).


(26)

2.1.7 Pencegahan

Seperti kebanyakan penyakit vektor, pengontrolan malaria bergantung pada kombinasi pengobatan penyakit, eradikasi vektor, dan perlindungan terhadap gigitan nyamuk yang berupa vektor malaria. Eradikasi vektor biasanya dicapai dengan penggunaan insektisida, menyemprot rumah-rumah dengan DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) yang merupakan pestisida sintetik, ataupun dengan pengontrolan habitat seperti drainase rawa (Finch, R.G. et al, 2005).

Menurut Chen L.H. et al (2006), pentingnya dan efektivitas upaya proteksi pribadi harus ditegaskan terutama pada orang yang sering berpergian. Upaya ini termasuk perilaku untuk mengurangi paparan terhadap nyamuk, misalnya tinggal di dalam pada senja sampai fajar, menggunakan barrier clothing, penggunaan kelambu yang telah disemprot dengan insektida, dan penggunaan mosquito repellent yang efektif. Freedman (2008) mengatakan bahwa mosquito repellent yang digunakan harus mengandung 30%-50% DEET (N,N-diethyl-3-methylbenzamide) dan dioleskan pada kulit setiap 4-6 jam.

Sampai saat ini, tidak terdapat vaksin yang efektif untuk malaria (Finch, R.G. et al, 2005). Menurut Chen L.H. et al (2006), kebanyakan chemoprophylaxis regimen memberi proteksi sebanyak 75% - 95%. Tidak terdapat chemoprophylactic regimen yang 100% efektif, walaupun obat tersebut dikonsumsi dengan teratur dan baik. Walaupun begitu, chemoprophylaxis antimalarial dapat mengurangkan keparahan infeksi jika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi. Berdasarkan itu, profilaksis malaria dianjurkan untuk orang yang berpergian ke tempat endemis malaria. Freedman (2008) mengatakan bahwa sesiapa yang baru pulang dari tempat endemis malaria dan menderita demam harus segera berjumpa dengan dokter untuk pemeriksaan.

2.1.8 Prognosis

Prognosis malaria tergantung kepada jenis malaria yang menginfeksi. Malaria tanpa komplikasi biasanya akan membaik dengan pengobatan yang tepat. Tanpa pengobatan, infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat


(27)

berlanjut dan menyebabkan relaps sampai 5 tahun. Infeksi Plasmodium malariae bisa bertahan lebih lama daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale.

Infeksi Plasmodium falciparum dapat menyebabkan malaria serebral yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebingungan mental, kejang dan koma. Prognosis untuk infeksi Plasmodium falciparum lebih buruk dan dapat berakhir dengan kematian dalam 24 jam sekiranya tidak ditangani dengan cepat dan tepat. (Medical Disability Guidelines, 2009)

2.2 Pengetahuan 2.2.1 Definisi

Pengetahuan berarti secara luas sebagai segala sesuatu yang diketahui (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Notoatmodjo (2003) menjelaskan pengetahuan sebagai suatu hasil ‘tahu’, dan hasil ‘tahu’ ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ini termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(28)

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjalarkan materi atau suatu suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu, dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka konsep tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria.

3.2 Definisi Operasional

1. Mahasiswa: Mahasiswa Fakultas Sastra merupakan semua mahasiswa laki-laki dan perempuan dari stambuk 2007 pada tahun akademik 2010 di Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

2. Pengetahuan: Pengetahuan adalah segala informasi tentang malaria yang telah dipelajari dan diinterpretasi, serta pemahaman yang muncul daripada gabungan data, informasi, pengalaman dan intepretasi pribadi.

3. Malaria: Malaria merupakan suatu infeksi tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles sp.

4. Cara Ukur: Angket

5. Alat Ukur: Kuesioner, diajukan pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban (MCQ). Pengetahuan infeksi

malaria Mahasiswa FS USU


(30)

6. Hasil Ukur: Pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

• Pengetahuan baik apabila jawaban responden yang benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

• Pengetahuan sedang apabila jawaban responden yang benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.

• Pengetahuan kurang apabila jawaban responden yang benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring adalah:

• Skor 8 hingga 10 : Baik

• Skor 4 hingga 7 : Sedang

• Skor 0 hingga 3 : Kurang


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross-sectional, yaitu pengamatan terhadap sekumpulan objek dalam jangka waktu tertentu.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Augustus 2010 serta diakhiri pada bulan November 2010.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Jalan Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara, Padang Bulan, Medan 20155 – Indonesia.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang merupakan mahasiswa laki-laki dan perempuan stambuk 2007, yaitu seramai 466 orang. Kriteria inklusi pada penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Sastra yang tidak merupakan mahasiswa medis, aktif mengikuti perkuliahan, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi merupakan mahasiswa yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.


(32)

Sampel dikumpul dengan melakukan accidental sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia. Sampel dihitung dengan menggunakan rumus di bawah (Notoatmodjo, 2005):

N n =

1 + N (d2) Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan

Dengan menggunakan rumus tersebut, perhitungan sampel untuk mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara adalah seperti berikut:

466 n =

1 + 466 (0.102)

466 n =

1 + 466 (0.01)

466 n =

5.66

n = 82.33 n ≈ 83 orang


(33)

Dari perhitungan, sampel yang paling kecil yang diperlukan adalah 83 orang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang belum pernah dikumpul dan diperoleh langsung daripada sumbernya sendiri. Instrumen yang digunakan untuk mendapat data primer pada penelitian ini adalah kuesioner. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpul oleh sumber yang lain. Pada penelitian ini, data sekunder merupakan jumlah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan dikumpul terlebih dahulu untuk menentukan jumlah populasi dalam penelitian ini.

Kuesioner yang diberikan terdiri dari 10 multiple choice questions (MCQ). Kuesioner ini akan diberi bersama lembar penjelasan dan lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) untuk menjelaskan tujuan penelitian tersebut dilakukan serta mendapatkan persetujuan tertulis daripada responden. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan diperhatikan oleh peneliti supaya tidak terjadi kecurangan karena hal tersebut dapat menimbulkan bias lalu mempengaruhi hasil. Selain itu, responden juga akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan seperti usia dan jenis kelamin supaya karakteristik responden dapat diketahui.

Kedua-dua uji validitas dan uji reliabilitas telah dilakukan untuk kuesioner ini. Uji validitas digunakan untuk menilai kemampuan kuesioner mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam kata lain, fungsi uji validitas adalah untuk menentukan jika suatu kuesioner dapat dipercayai atau tidak. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan secara validity of construct. Uji validitas of construct dilakukan dengan memberi kuesioner kepada suatu populasi yang mirip dengan populasi yang akan diuji dalam penelitian yang sebenar. Hasilnya dinilai dengan menggunakan Pearson’s Correlation. Jika r hitung melebihi r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Jika pertanyaan tersebut tidak valid, maka pertanyaan harus dikeluarkan dari kuesioner. Pada penelitian ini, uji validitas telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas Hukum USU. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 15


(34)

soalan. Setelah dilakukan uji validitas, didapati hanya 10 soalan yang valid, maka 5 soalan yang tidak valid telah dikeluarkan dari kuesioner.

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas dan digunakan untuk menilai konsistensi hasil pengukuran kuesioner. Uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka kuesioner bisa dikatakan sebagai reliabel. Pada penelitian ini, didapati semua 10 soalan yang valid mempunyai hubungan yang cukup erat dengan nilai alpha melebihi 0.6.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan scoring method. Responden akan mendapat skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan skor 0 untuk setiap jawaban yang salah. Skor tertinggi yang dapat diperoleh oleh responden adalah 10 dan skor terendah adalah 0.

Tabel 4.1 Penilaian skor kuesioner NO.

PERTANYAAN

SKOR

A B C D

1. 1 0 0 0

2. 0 1 0 0

3. 0 0 1 0

4. 0 1 0 0

5. 0 1 0 0

6. 0 0 1 0

7. 0 0 0 1

8. 0 1 0 0

9. 0 1 0 0

10. 0 0 1 0

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS).


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jalan Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara, Padang Bulan, Medan 20155 – Indonesia. Penelitian ini dijalankan pada mahasiswa stambuk 2007 yang berjumlah 466 orang dimana sampel diambil secara acak.

5.2 Deskripsi Karakteristik Individu

Responden merupakan mahasiswa Fakultas Sastra USU dan sampel penelitian berjumlah sebanyak 83 orang. Mereka dipilih karena dianggap sebagai orang awam yang tidak pernah mendapat pendidikan medis, dan mereka juga merupakan angkatan yang tidak lama lagi akan diwisuda sehingga dianggap sudah lebih matang dan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang malaria.

Dari jumlah responden, 44.6% (n =37) merupakan laki-laki dan 55.4% (n=46) merupakan perempuan. Mengikut usia, terdapat 3 orang (3.6%) yang berumur 20 tahun, 50 orang (60.2%) yang berumur 21 tahun, 28 orang (33.7%) yang berumur 22 tahun, dan 2 orang (2.4%) yang berusia 23 tahun. Sampel yang paling muda adalah 20 tahun, sedangkan yang paling tua berumur 23 tahun. Rata-rata usia adalah 21.35 tahun (SD=0.593).

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Individu

Karakteristik Jumlah %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

37 46

44.6 55.4


(36)

Usia 20 21 22 23 3 50 28 2 3.6 60.2 33.7 2.4

5.3 Hasil Analisa Data

Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah, didapat data yang disajikan dalam bentuk distribusi tabel yang menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

5.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Infeksi Malaria

Responden dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik apabila mendapat skor 8-10, sedang apabila skor 4-7, dan kurang apabila skor 0-3. Dari hasil penelitian, didapati 77.1% (n=64) dari jumlah responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 22.9% (n=19) mempunyai tingkat pengetahuan sedang, dan tiada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Infeksi Malaria

Tingkat Pengetahuan Jumlah %

Baik Sedang Kurang 64 19 0 77.1 22.9 0

5.3.2 Tingkat Pengetahuan Responden menurut Pertanyaan

Berdasarkan data yang telah dianalisa, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor satu, yaitu pertanyaan tentang jenis penyakit malaria sebagai suatu penyakit infeksi. 100% (n=83) dari jumlah responden yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Ini diikuti dengan pertanyaan nomor dua mengenai cara penularan malaria, di mana 98.8% (n=82) menjawab soalan itu dengan benar. Walaupun begitu, hanya 95.2% (n=79) menjawab pertanyaan nomor tiga dengan benar, sedangkan kedua pertanyaan


(37)

nomor dua dan tiga tersebut menanyakan tentang cara penularan malaria. Ini menunjukkan bahwa terdapat tiga orang responden yang menjawab pertanyaan nomor dua dengan benar masih menjawab pertanyaan nomor tiga dengan salah karena menganggap malaria dapat ditularkan jika terkena darah orang yang terinfeksi.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor enam yang mengenai langkah pencegahan yang dapat diambil oleh orang yang akan berkunjung ke daerah endemis. Hanya 44.6% (n=37) daripada jumlah responden yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan 55.4% (n=46) dari jumlah responden menjawab pertanyaan tersebut dengan salah karena tidak menganggap profilaksis dengan antimalaria merupakan langkah pencegahan untuk orang yang akan berkunjung ke daerah endemis. Pertanyaan yang kedua banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor sepuluh, di mana 67.5% (n= 56) menjawab pertanyaan dengan benar dan 32.5% (n=27) menjawab dengan salah tidak menganggap Indonesia sebagai negara dengan kematian malaria yang paling tinggi di Asia Tenggara.

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden menurut Pertanyaan

Pertanyaan

Jawaban

Salah Benar

Jumlah % Jumlah %

1. Jenis penyakit

2. Cara penularan penyakit malaria 3. Cara penularan penyakit malaria 4. Pemeriksaan untuk menegakkan

diagnosa malaria

5. Karakterikstik demam malaria 6. Langkah pencegahan apabila

berkunjung ke daerah endemis 7. Keperluan ke dokter apabila

terinfeksi malaria 8. Pencegahan malaria 9. Gejala klinis malaria 10.Epidemiologi malaria

0 1 4 11 14 46 13 2 23 27 0 1.2 4.8 13.3 16.9 55.4 15.7 2.4 27.7 32.5 83 82 79 72 69 37 70 81 60 56 100 98.8 95.2 86.7 83.1 44.6 84.3 97.6 72.3 67.5


(38)

5.3.3 Tingkat Pengetahuan menurut Jenis Kelamin Responden

Menurut hasil analisa data, didapati bahwa lebih banyak perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dari yang sedang, yaitu sebanyak 38 orang (82.6%) perempuan dengan tingkat pengetahuan baik dan 8 orang (17.4%) dengan tingkat pengetahuan yang sedang. Begitu juga dengan laki-laki, di mana terdapat 26 orang (70.3%) laki-laki dengan tingkat pengetahuan yang baik dan 11 orang (29.7%) laki-laki dengan tingkat pengetahuan yang sedang. Walaupun begitu, persentase perempuan dengan tingkat pengetahuan yang baik melebihi laki-laki sebanyak 12.3%.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan menurut Jenis Kelamin Responden

Pengetahuan Jenis Kelamin Responden

Laki-laki Perempuan

Baik Sedang Kurang 26 (70.3%) 11 (29.7%) 0 (0%) 38 (82.6%) 8 (17.4) 0 (0%)

Jumlah 37 (100%) 46 (100%)

5.3.4 Tingkat Pengetahuan menurut Usia Responden

Dari data yang diperolehi, didapati bahwa semua responden yang berusia 20 tahun dan 23 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Sebanyak 78% daripada jumlah responden yang berusia 21 tahun dan 71.4% daripada jumlah responden yang berusia 22 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Hanya terdapat perbedaan 6.6% antara responden berusia 21 tahun dan 22 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan menurut Usia Responden

Pengetahuan Usia Responden

20 21 22 23

Baik Sedang Kurang 3 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 39 (78.0%) 11 (22.0%) 0 (0%) 20 (71.4%) 8 (28.6%) 0 (0%) 2 (100%) 0 (0%) 0 (0%) Jumlah 3 (100%) 50 (100%) 28 (100%) 83 (100%)


(39)

5.4 Pembahasan

Didapati bahwa 77.1% dari jumlah responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang infeksi malaria, dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang infeksi malaria. Ini mungkin karena populasi penelitian merupakan mahasiswa yang telah menerima pendidikan pada tingkat universitas sehingga mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih luas, termasuk infeksi malaria. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmed, S.A., et al (2009) di Bangladesh yang telah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat yang menerima pendidikan lebih baik daripada yang tidak mendapat pendidikan.

Dari hasil penelitian juga telah didapati bahwa 100% dari jumlah responden mengetahui bahwa penyakit malaria merupakan suatu penyakit infeksi dan 98.8% mengetahui bahwa infeksi malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ini mungkin disebabkan oleh usaha pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan malaria melalui pemberantasan nyamuk.

Masih terdapat sebanyak 55.4% dari jumlah responden yang menganggap bahwa penggunaan kelambu, insektida dan profilaksis antimalaria tidak merupakan langkah pencegahan infeksi malaria bagi orang yang ingin berkunjung ke daerah endemis malaria. Kurangnya pengetahuan tentang profilaksis antimalaria mungkin disebabkan oleh kurangnya upaya promosi profilaksis kepada orang yang akan berkunjung ke daerah endemis malaria. Selain itu, ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan untuk berkunjung ke dokter keluarga sebelum berpergian kurang pada masyarakat Indonesia. Terdapat 32.5% dari jumlah responden yang juga tidak menganggap negara Indonesia sebagai negara yang mempunyai tingkat kematian malaria yang paling tinggi di daerah Asia Tenggara. Ini mungkin adalah karena Medan bukan merupakan daerah endemis malaria, sehingga pengetahuan tentang Indonesia sebagai daerah yang endemis malaria kurang.

Tingkat pengetahuan perempuan tentang infeksi malaria sedikit lebih tinggi daripada laki-laki. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kigodi, K.N. (2006) di Tanzania yang mengatakan tingkat pengetahuan


(40)

perempuan lebih baik daripada laki-laki karena mempunyai pengetahuan umum bahwa wanita hamil lebih rentan terkena infeksi malaria sehingga mereka lebih aktif mencari informasi tentang infeksi malaria.

Didapati bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat pengetahuan pada penelitian ini. Walaupun 100% dari responden yang berusia 20 tahun dan 23 tahun mendapat tingkat pengetahuan yang baik, ini mungkin disebabkan oleh bias yang terjadi karena hanya terdapat 3 orang yang berusia 20 tahun dan 2 orang yang berusia 23 tahun dibandingkan dengan yang berusia 21 tahun (39 orang) dan 22 tahun (20 orang).


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria menunjukkan:

1. 77.1% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, 22.9% mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, dan tiada orang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang.

2. Perempuan mempunyai persentase tingkat pengetahuan baik yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

3. Responden yang berusia 20 tahun dan 23 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling tinggi dengan persentase 100%.

6.2 Saran

Demi melanjutkan penelitian, terdapat beberapa tindakan yang dapat diambil oleh peneliti:

1. Penelitian ini boleh dilakukan dalam bentuk eksperimen. Eksperimen boleh dijalankan dengan memberi pre-test, lalu memberi intervensi dalam bentuk edukasi dan penyuluhan, dan kemudian diuji kembali dengan post-test. Dengan melakukan ini, peneliti dapat melihat apakah terdapat peningkatan dari tingkat pengetahuan responden.

2. Sampel juga dapat diambil secara total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden. Ini akan memberikan gambaran tingkat pengetahuan yang lebih akurat.

Selain itu, diharapkan Dinas Kesehatan setempat akan meningkatkan upaya edukasi dan penyuluhan di kalangan mahasiswa supaya dapat meningkatkan lagi tingkat pengetahuan mereka menjadi lebih baik. Ini adalah karena mereka akan


(42)

menjadi lulusan universitas dan seharusnya mempunyai pengetahuan yang memadai tentang infeksi malaria yang merupakan penyakit yang endemis di negara Indonesia.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S.L. et al., 2009. Knowledge on the transmission, prevention, and treatment of malaria among two endemic populations of Bangladesh and their health-seeking behavior. Malaria Journal 2009, 8:173

Bradley, D.J., 1992. Malaria: Old Infections, Changing Epidemiology. Health Transition Review 1992, 2: 137-52

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2010. Malaria: History. Available from: [Accessed: 10 March 2010].

Chen, L.H., Wilson, M.E., Schlagenhauf, P., 2006. Prevention of Malaria in Long-term Travelers. The Journal of the American Medical Association 2006, 296 (18): 2234-44

Chew, S.K., 1992. Malaria: Smear or Buffy Coats? Singapore Medical Journal 1992, 33: 449-50

Chotivanich, K. et al., 2002. Central Role of the Spleen in Malaria Parasite Clearance. The Journal of Infectious Disease 2002, 185: 1538-41

Chunha, C.B., Chunha, B.A., 2008. Brief History of the Clinical Diagnosis of Malaria: From Hippocrates to Osler. J Vector Borne Dis 2008, 45: 194-99

Finch, R.G., Moss, P., 2005. Infectious Diseases, Tropical Medicine and Sexually Transmitted Diseases. In: Kumar, P., Clark, M., 2005. Clinical Medicine. 6th ed. UK: Elsevier Saunders, 95-100

Freedman, D.O., 2008. Malaria Prevention in Short-term Travelers. The New England Journal of Medicine 2008. 359: 603-12


(44)

Global Post, 2009. Malaria: The view from Indonesia. Available

from:

Hanscheid, T., 1999. Diagnosis of Malaria: A review of Alternatives to Conventional Microscopy. Available from: March 2010].

Kakkilaya, B.S., 2006. Malaria Site: Evolution of Disease. Available from: March 2010].

Kigodi, K.N., 2006. Malaria and Antimalarial Drugs Utilization Among Adults in a Rural Coastal Community in Tanzania: Knowledge, Attitude and Practice Study. Dar es Salaam Medical Students Journal 2006. 14:1

Marano, C., Freedman, D.O., 2009. Global Health Surveillance and Traveler’s Health. Lippincott Williams & Wilkins 2009: 1-7

Medical Disability Guidelines, 2010. Malaria Prognosis. Available from: April 2010].

National Institute of Malaria Research, 2009. Guidelines for Diagnosis and Treatment of Malaria in India, 2009. New Delhi: 1-26

Notoatmodjo, S., 2003. Domain Perilaku Kesehatan. In: Notoatmodjo, S., Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 126-33.

Notoatmodjo, S., 2005. Teknik Pengambilan Sampel. In: Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 92

Parmet, S., Lynm, C., Glass, R.M., 2007. Malaria. The Journal of the American Medical Association 2007, 297 (20): 2310


(45)

Roe, J.K., Pasvol, G., 2009. New Developments in the Management of Malaria in Adults. Q J Med 2009, 102: 685-93

Rosenthal, P.J., 2008. Artesunate for the Treatment of Severe Falciparum Malaria. The New England Journal of Medicine 2008, 358 (17): 1829-36

Sarkar, P.K. et al., 2010. Critical Care Aspects of Malaria. Journal of Intensive Care Medicine. 25(2): 93-103

The Global Burden of Disease, 2004 update. Available from:

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka dan Depdiknas, 2005

WHO Regional Office for South-East Asia (WHO SEAR), 2010. Available from:

World Health Organization Regional Office for the Western Pacific, 2005.

Malaria Rapid Diagnostic Tests. Available

from:

[Accessed 19 March 2010].

World Malaria Report, 2008. Global Malaria Burden. Available from:


(46)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Karyn Lin Wern Im

Tempat/ tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia/ 09 Oktober 1987 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Rumah Horniman, No 26, Gang Sehat, Jalan Dr. Mansyur, 20155 – Medan Sumatera Utara, Indonesia.

Nomor Telepon : +6281933286172 Orang Tua : Lin Luck Kee

Riwayat Pendidikan : SJK (C) Yu Hua Kajang (1994 – 1999) SMK Convent Kajang (2000 – 2004) SMK Taman S.E.A. (2005 – 2006)

Universitas Sumatera Utara (2007 – sekarang) Kegiatan : Sekretaris Kelab Kebudayaan Cina Malaysia, USU


(47)

KUESIONER PENELITIAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara tentang Infeksi Malaria NIM:

Usia:

Jenis Kelamin:

Silakan lingkari jawaban yang benar: 1. Apakah penyakit malaria?

A. Penyakit infeksi

B. Penyakit menular seksual C. Penyakit kanker

D. Penyakit kongenital (lahir)

2. Bagaimanakah seorang dapat terkena penyakit malaria? A.Melalui hubungan seksual

B. Digigit nyamuk terinfeksi C. Melalui makanan yang kotor D. Tidak dapat dielakkan

3. Bagaimanakah malaria ditularkan pada manusia? A. Terkena darah orang yang terinfeksi.

B. Hidup bersama orang yang menghidapi malaria, C. Digigit oleh nyamuk yang terinfeksi.

D. Pembagian makanan dengan orang yang terinfeksi

4. Pemeriksaan apakah yang dilakukan untuk menegakkan penyakit malaria? A. Pemeriksaan urin

B. Pemeriksaan darah

C. Pemeriksaan sekret hidung atau tenggorok

D. Tidak perlu pemeriksaan, cukup berdasarkan gejala klinis.

5. Demam yang muncul pada infeksi malaria mempunyai karakteristik khas, yaitu __________.

A. tidak begitu tinggi


(48)

C. cepat menghilang D. demam biasa

6. Yang tidak termasuk sebagai pencegahan infeksi malaria bagi seseorang yang sering berkunjung ke daerah endemis malaria adalah _____ .

A. penggunaan kelambu B. penggunaan insektida

C. mengkonsumsi vitamin B1 (thiamin)

D. profilaksis antimalaria

7. Apakah seorang yang terkena malaria harus ke dokter untuk mendapatkan pengobatan?

A. Tidak perlu, dapat sembuh sendiri B. Tergantung kondisi penyakit

C. Boleh berobat sendiri dengan ramuan tradisional/jamu D. Harus karena dapat menyebabkan kematian tanpa pengobatan

8. Kebiasaan tersebut dapat mencegah penularan penyakit malaria, kecuali _________.

A. Penggunaan kelambu

B. Mengamalkan diet yang baik C. Menjaga rumah selalu bersih

D. Memastikan takungan air ditutup dengan baik

9. Berikut merupakan gejala klinis malaria, kecuali ________. A. Demam menggigil

B. Batuk berterusan C. Sakit kepala D. Kelelahan otot

10. Antara berikut, negara manakah yang mempunyai kematian malaria yang paling tinggi?

A. Malaysia B. Thailand C. Indonesia D. Brunei

SEKIAN, TERIMA KASIH!


(49)

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera,

Dengan hormat,

Saya, Karyn Lin Wern Im, mahasiswa semester VII dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul ‘Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara tentang Infeksi Malaria”.

Sebagaimana kita tahu bahwa penyakit malaria masih banyak terjadi di negara Indonesia dan ini diduga karena kurangnya pengetahuan yang benar dan menyeluruh tentang penyakit ini. Penyakit malaria dapat dicegah jika masyarakat mengetahui cara penularan dan pencegahan infeksi tersebut. Komplikasi penyakit malaria dapat dicegah jika masyarakat dapat mengenali gejala klinis yang timbul pada infeksi malaria supaya dapat mendapatkan pertolongan medis secepat mungkin. Penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan meningkatkan upaya edukasi dan pencegahan infeksi malaria di kalangan masyarakat, dan responden dapat menguji pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan sekiranya mendapati pengetahuan mereka tentang infeksi malaria tidak memadai.

Untuk mendukung penelitian ini, saya akan menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan saya memohon kesediaan setiap orang mahasiswa yang berpartisipasi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik dan benar sesuai pengetahuan sendiri. Data-data yang dikumpul hanya akan digunakan untuk penelitian ini dan tidak akan disebar ataupun digunakan untuk tujuan yang lain. Kuesioner ini terdiri dari 15 soalan multiple


(50)

choice questions (MCQ) yang masing-masing mempunyai empat pilihan jawaban yaitu A, B, C dan D. Silakan pilih salah satu daripada empat pilihan jawaban yang telah diberikan.

Tidak ada biaya apapun yang akan dikenakan pada penelitian ini. Bila ada sesuatu yang membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya di:

No HP : +6281933286172

Alamat : Rumah Horniman, No 26, Gang Sehat, Jl. Dr. Mansyur, 20155 – Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Partisipasi penelitian ini bersifat bebas dan tanpa ada paksaan dan Anda berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Keikutsertaan Anda dalam penelitian sangat diharapkan dan saya mengucapkan terima kasih terlebih dahulu karena telah sudi membaca lembar penjelasan ini.

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Anda mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan. Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2010 Peneliti,


(51)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

____________________________________________________________________

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Jenis Kelamin : No HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastera tentang Infeksi Malaria”, maka dengan ini saya mengatakan bahwa saya memahami penjelasan secara lengkap dan secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……… 2010 Yang membuat pernyataan,(……….)


(52)

MASTER DATA

NIM Usia JK Jum K 70707007 21 1 10 1 70705006 21 2 10 1 70705051 22 2 7 2 70705050 21 2 9 1 70705013 21 1 9 1 70705011 22 2 7 2 70705015 21 2 9 1 70705060 20 2 9 1 70705027 21 2 7 2 70705062 21 2 10 1 70708020 21 2 8 1 70701018 21 2 9 1 70701028 21 1 9 1 70701038 21 1 8 1 70707009 22 2 8 1 70701025 21 2 8 1 70706002 22 2 8 1 70701022 21 2 9 1 70701031 22 1 7 2 70707005 21 1 9 1 70707022 22 1 10 1 70702004 21 1 9 1 70706016 22 1 7 2 70706008 21 1 9 1 70707026 21 1 10 1 70707011 21 1 9 1 70706027 22 2 9 1 70706013 21 1 6 2

NIM Usia JK Jum K 70706020 22 1 9 1 70706001 21 1 6 2 70708030 23 2 9 1 70708023 22 2 7 2 70708037 20 2 8 1 70708017 22 2 7 2 70708022 21 2 8 1 70708002 21 2 8 1 70708013 21 1 9 1 70708046 21 2 8 1 70708043 21 2 7 2 70708044 22 2 9 1 70708006 21 2 8 1 70708021 20 2 8 1 70708005 22 2 9 1 70708040 22 2 8 1 70708048 22 1 8 1 70708019 21 2 6 2 70708036 21 2 9 1 70708018 21 2 9 1 70708039 22 2 9 1 70708003 21 2 8 1 70708004 21 1 9 1 70708020 21 2 7 2 70708032 22 1 9 1 70708026 21 2 8 1 70708034 22 1 8 1 70708010 21 2 8 1


(53)

70708035 21 2 9 1 70708024 21 1 7 2 70708045 22 1 8 1 70708015 22 1 8 1 70708033 21 2 8 1 70708029 21 2 9 1 70708031 23 1 8 1 70708022 21 1 9 1 70701021 21 2 10 1 70701004 21 2 10 1 70705043 22 2 10 1 70703005 21 1 6 2 70707025 22 1 9 1 70702003 22 1 8 1

70707021 22 1 6 2 70701010 21 1 7 2 70706012 21 1 10 1 70704005 21 1 5 2 70708008 21 2 10 1 70704009 21 2 9 1 70704007 22 1 8 1 70704006 21 1 7 2 70704013 22 1 8 1 70704019 21 2 9 1 70704022 22 2 9 1 70707017 22 1 7 2 70707012 21 1 10 1

NB: JK - Jenis kelamin dengan 1=laki-laki dan 2=perempuan Jum - Jumlah


(1)

C. cepat menghilang D. demam biasa

6. Yang tidak termasuk sebagai pencegahan infeksi malaria bagi seseorang yang sering berkunjung ke daerah endemis malaria adalah _____ .

A. penggunaan kelambu B. penggunaan insektida

C. mengkonsumsi vitamin B1 (thiamin)

D. profilaksis antimalaria

7. Apakah seorang yang terkena malaria harus ke dokter untuk mendapatkan pengobatan?

A. Tidak perlu, dapat sembuh sendiri B. Tergantung kondisi penyakit

C. Boleh berobat sendiri dengan ramuan tradisional/jamu D. Harus karena dapat menyebabkan kematian tanpa pengobatan

8. Kebiasaan tersebut dapat mencegah penularan penyakit malaria, kecuali _________.

A. Penggunaan kelambu

B. Mengamalkan diet yang baik C. Menjaga rumah selalu bersih

D. Memastikan takungan air ditutup dengan baik

9. Berikut merupakan gejala klinis malaria, kecuali ________. A. Demam menggigil

B. Batuk berterusan C. Sakit kepala D. Kelelahan otot

10. Antara berikut, negara manakah yang mempunyai kematian malaria yang paling tinggi?

A. Malaysia B. Thailand C. Indonesia D. Brunei

SEKIAN, TERIMA KASIH!


(2)

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera,

Dengan hormat,

Saya, Karyn Lin Wern Im, mahasiswa semester VII dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul ‘Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara tentang Infeksi Malaria”.

Sebagaimana kita tahu bahwa penyakit malaria masih banyak terjadi di negara Indonesia dan ini diduga karena kurangnya pengetahuan yang benar dan menyeluruh tentang penyakit ini. Penyakit malaria dapat dicegah jika masyarakat mengetahui cara penularan dan pencegahan infeksi tersebut. Komplikasi penyakit malaria dapat dicegah jika masyarakat dapat mengenali gejala klinis yang timbul pada infeksi malaria supaya dapat mendapatkan pertolongan medis secepat mungkin. Penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastera Universitas Sumatera Utara tentang infeksi malaria.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan meningkatkan upaya edukasi dan pencegahan infeksi malaria di kalangan masyarakat, dan responden dapat menguji pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan sekiranya mendapati pengetahuan mereka tentang infeksi malaria tidak memadai.

Untuk mendukung penelitian ini, saya akan menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan saya memohon kesediaan setiap orang mahasiswa yang berpartisipasi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik dan benar sesuai pengetahuan sendiri. Data-data yang dikumpul hanya akan digunakan untuk penelitian ini dan tidak akan disebar ataupun


(3)

choice questions (MCQ) yang masing-masing mempunyai empat pilihan jawaban yaitu A, B, C dan D. Silakan pilih salah satu daripada empat pilihan jawaban yang telah diberikan.

Tidak ada biaya apapun yang akan dikenakan pada penelitian ini. Bila ada sesuatu yang membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya di:

No HP : +6281933286172

Alamat : Rumah Horniman, No 26, Gang Sehat, Jl. Dr. Mansyur, 20155 – Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Partisipasi penelitian ini bersifat bebas dan tanpa ada paksaan dan Anda berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Keikutsertaan Anda dalam penelitian sangat diharapkan dan saya mengucapkan terima kasih terlebih dahulu karena telah sudi membaca lembar penjelasan ini.

Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Anda mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan. Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2010 Peneliti,


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

____________________________________________________________________

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

No HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastera tentang Infeksi Malaria”, maka dengan ini saya mengatakan bahwa saya memahami penjelasan secara lengkap dan secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……… 2010 Yang membuat pernyataan,(……….)


(5)

MASTER DATA

NIM Usia JK Jum K

70707007 21 1 10 1

70705006 21 2 10 1

70705051 22 2 7 2

70705050 21 2 9 1

70705013 21 1 9 1

70705011 22 2 7 2

70705015 21 2 9 1

70705060 20 2 9 1

70705027 21 2 7 2

70705062 21 2 10 1

70708020 21 2 8 1

70701018 21 2 9 1

70701028 21 1 9 1

70701038 21 1 8 1

70707009 22 2 8 1

70701025 21 2 8 1

70706002 22 2 8 1

70701022 21 2 9 1

70701031 22 1 7 2

70707005 21 1 9 1

70707022 22 1 10 1

70702004 21 1 9 1

70706016 22 1 7 2

70706008 21 1 9 1

70707026 21 1 10 1

70707011 21 1 9 1

70706027 22 2 9 1

70706013 21 1 6 2

NIM Usia JK Jum K

70706020 22 1 9 1

70706001 21 1 6 2

70708030 23 2 9 1

70708023 22 2 7 2

70708037 20 2 8 1

70708017 22 2 7 2

70708022 21 2 8 1

70708002 21 2 8 1

70708013 21 1 9 1

70708046 21 2 8 1

70708043 21 2 7 2

70708044 22 2 9 1

70708006 21 2 8 1

70708021 20 2 8 1

70708005 22 2 9 1

70708040 22 2 8 1

70708048 22 1 8 1

70708019 21 2 6 2

70708036 21 2 9 1

70708018 21 2 9 1

70708039 22 2 9 1

70708003 21 2 8 1

70708004 21 1 9 1

70708020 21 2 7 2

70708032 22 1 9 1

70708026 21 2 8 1

70708034 22 1 8 1


(6)

70708035 21 2 9 1

70708024 21 1 7 2

70708045 22 1 8 1

70708015 22 1 8 1

70708033 21 2 8 1

70708029 21 2 9 1

70708031 23 1 8 1

70708022 21 1 9 1

70701021 21 2 10 1

70701004 21 2 10 1

70705043 22 2 10 1

70703005 21 1 6 2

70707025 22 1 9 1

70702003 22 1 8 1

70707021 22 1 6 2

70701010 21 1 7 2

70706012 21 1 10 1

70704005 21 1 5 2

70708008 21 2 10 1

70704009 21 2 9 1

70704007 22 1 8 1

70704006 21 1 7 2

70704013 22 1 8 1

70704019 21 2 9 1

70704022 22 2 9 1

70707017 22 1 7 2

70707012 21 1 10 1

NB: JK - Jenis kelamin dengan 1=laki-laki dan 2=perempuan Jum - Jumlah


Dokumen yang terkait

Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support

7 67 65

Efektivitas dance/movement therapy Terhadap penurunan tingkat stres Mahasiswa matrikulasi penerimaan mahasiswa baru Fakultas kedokteran universitas sumatera utara 2012 Berdasarkan depression, anxiety and stress scale

14 116 72

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 29 60

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 Tentang Trikomoniasis Sebagai Penyakit Menular Seksual

1 35 82

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 11

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 4

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 1 7

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 3

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 22