PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIKSISWA KELAS I C SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA

PEMBELAJARAN TEMATIKSISWA KELAS I C SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN

2011/2012

Oleh F. Sri Wardani

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa hal ini terbukti dari jumlah siswa yang mampu mencapai KKM hanya 11 orang dengan nilai rata-rata 83, sedangkan 15 0rang (55%) belum mampu mencukupi nilai KKM.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas I C SD Xaverius Metro dengan menggunakan media realia.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus di mana setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif.

Hasil pembelajaran dengan menggunakan media realia pada mata pembelajaran matematika menunjukkan peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I dan II berturut-turut sebesar 71,92 % (cukup aktif) dan 83,65 % (aktif), yang berarti terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada tiap siklusnya. Hasil belajar siswa pada siklus I dan II berturut-turut sebesar 85,96 dan 87,50. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan II berturut-turut sebesar 88,46% dan 99,15%, yang berarti terjadi peningkatan hasil belajar tiap siklusnya dengan KKM sebesar 71.

Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 dijelaskan, tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas, dibelajarkan berbagai mata pelajaran di semua jenjang pendidikan dengan mengacu pada kurikulum sebagai pedomannya. Seperti halnya pada pembelajaran di kelas rendah acuan nya menggunakan pendekatan tematik. Pada kerangka dasar kurikulum KTSP disebutkan bahwa proses pembelajaran kelas 1 sampai kelas 3 menggunakan pendekatan tematik.

Pembelajaran tematik sangat membantu siswa yang tidak berasal dari pendidikan prasekolah untuk mulai belajar di bangku formal. Pelajaran yang disajikan tanpa adanya pemilahan mata pelajaran, membuat siswa belajar dengan berbagai hal dalam satu kali pembelajaran. Hal ini sangat menguntungkan bagi


(3)

siswa, yaitu belajar tanpa beban, anak belajar sambil bermain (learning by playing). Bermain adalah kegiatan yang paling disukai oleh anak-anak.

Pembelajaran tematik menekankan pada pemberian pengalaman langsung (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa usia SD kelas 1-3 yang masih sangat bergantung pada respon indra. Artinya apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan sangat melekat dengan apa yang dipahami. Pemahaman anak akan lebih melekat karena implikasi pembelajaran di kelas yang menggunakan metode dan bahan belajar yang mendukung respon siswa melalui penerimaan sensorik panca indranya.

Matematika sebagai suatu mata pelajaran telah dikenalkan pada siswa mulai dari kelas rendah. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak (Diyah, 2007: 2).Sifat abstrak menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika, terlebih lagi pada siswa kelas rendah. Pada tahap ini siswa memandang ”dunia” secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.

Menurut Piaget dalam (Syah, 2007: 73) anak pada tahap perkembangan operasional konkret (7-11 tahun) baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Pada tahap ini anak membangun sendiri skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai


(4)

fasilitator, bukan hanya pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswanya. Djamarah dan Zain (2006: 77) mengemukakan bahwa guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.

Keberhasilan suatu pendidikan tidak hanya dilihat dari hasil, namun juga proses pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bersifat menyeluruh yang pelaksanaannya mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dilihat dari segi kualitasnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa aktif, komprehensif baik fisik, mental, maupun emosional.

Untuk memenuhi kemampuan tersebut, guru sebaiknya mampu menilai kinerjanya sebagai guru dalam mengajar di kelas, di mana kinerja tersebut berkaitan erat dengan kualitas instruksional yang dimiliki guru dalam mengajar. Kemampuan ini dapat dinilai melalui penelitian yang dilaksanakan dalam lingkup kelasnya sendiri atau disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya di kelas. Selain itu, dengan melakukan penelitian tindakan kelas, guru juga dapat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran dari pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih baik.

Berdasarkan observasi di kelas IC SD Xaverius Metro, menunjukkan aktivitas dan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika sebagai berikut:


(5)

(1) siswa tidak memberikan respon/tanggapan ketika guru memberi kesempatan bertanya, mengajukan pendapat/gagasan; (2) siswa masih takut dan kurang percaya diri untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan guru; (3) pada saat mengerjakan latihan di papan tulis, hanya beberapa siswa yang berani mengerjakannya; (4) tidak ada alat peraga/media yang digunakan dalam proses pembelajaran; (5) pembelajaran tidak mengaitkan materi dengan kehidupan nyata (kontekstual).

Selain hal di atas, dapat dijelaskan juga bahwa guru cenderung hanya menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu penggunaan metode ceramah dan tanya jawab, jarang menggunakan media sebagai alat untuk menyampaikan materi pembelajaran agar mudah dimengerti oleh siswa. Pada hal media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran dari system pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus diperhatikan guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kenyataannya penggunaan media sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan klasik yang sering muncul antara lain terbatasnya waktu, dalam pembelajaran guru terbiasa dengan system konvensional, guru malas menggunakan media karena hanya ingin mencari kepraktisan dalam mengajarnya. Hal semacam itu sebenarnya tidak akan terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan kompetensi dalam dirinya.

Dari berbagai hal di atas, berakibat pada kondisi pembelajaran tematik di kelas I cenderung kurang diminati siswa dan kelas menjadi gaduh. Aktivitas belajar siswa menjadi rendah dan kurang termotivasi. Hasil belajar siswa juga menjadi rendah, dari berbagai mata pelajaran yang ditematikkan, matematika


(6)

selalu memperoleh nilai yang rendah. Nilai tersebut belum mencapai Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 71. Pencapaian tersebut masih rendah yaitu 16 siswa mendapatkan nilai rata-rata 63 di bawah KKM, sedangkan hanya 13 siswa yang telah mencapai nilai di atas KKM dengan perolehan rata-rata 83.

Sehubungan dengan masalah yang telah dipaparkan, seorang guru perlu menerapkan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan di atas, salah satu materi pembelajaran yang mengaitkan secara langsung dengan dunia nyata. Alternatif sebagai solusi yang dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan media realia dalam pembelajaran yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ditujukan kepada pengembangan pola pikir kritis, logis, praktis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah secara kontekstual.

Berdasarkan uraian di atas untuk mengatasi/meminimalisasi masalah, penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas I C SD Xaverius Metro tahun pelajaran 2011/2012”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diindetifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut :

a. Siswa tidak memberikan respon/tanggapan ketika guru memberi kesempatan bertanya, mengajukan pendapat/gagasan.


(7)

b. Siswa masih takut dan kurang percaya diri untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan guru.

c. Pada saat mengerjakan latihan di papan tulis, hanya beberapa siswa yang berani mengerjakannya.

d. Dalam pembelajaran guru tidak mengaitkan materi dengan kehidupan nyata (kontekstual) dan tidak menggunakan media realia sehingga membuat aktivitas siswa menjadi rendah dan kurang termotivasi.

e. Kurangnya keprofesional anguru dalam menggunakan media pembelajaran membawa dampak rendahnya hasil belajar matematika, yaitu 16 siswa mendapatkan nilai rata-rata 63 di bawah KKM, yaitu 71.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian, yaitu "Apakah penggunaan media realia pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas I C SD Xaverius Metro?"

1.4Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IC SD Xaverius Metro dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan media realia.

b. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IC SD Xaverius Metro dalam pembelajaran matematika menggunakan media realia.


(8)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian yang dilaksanakan di kelas I C SD Xaverius Metro memiliki manfaat bagi:

a. Siswa

Mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika serta mempermudah siswa mencari alat bantu pembelajaran dengan benda-benda kongkret di sekitar sekolah.

b. Guru

Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan guru serta meningkatkan profesionalisme dalam bidang pendidikan, khususnya dalam menggunkan alat peraga. Selain itu, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan menambah wawasan dan pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas sehingga menjadi guru yang lebih profesional.

c. Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan media realia.

d. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang media pembelajaran, sehingga kelak dapat menjadi guru yang profesional.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Belajar

2.1.1 Penegertian Belajar

Belajar adalah proses di mana seseorang mengubah pandangan tentang dirinya dan lingkungannya. Teori Gestalt menyatakan, belajar adalah rekonstruksi mental atau melihat ulang segala sesuatu dengan konfigurasi yang berbeda. Seseorang dapat bertahan hidup dan menyesuaikan dengan lingkungan akibat dari pertumbuhan fisik, mental dan belajar terhadap interaksi pengaruh lingkungan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Dilihat dari segi pendidikan, apabila seseorang telah belajar sesuatu, maka dia akan berubah kesiapannya dalam menghadapi lingkungannya. Belajar adalah aktivitas dan merupakan fungsi dari situasi di sekitar individu yang belajar, serta diarahkan oleh tujuan yang terdiri atas tingkah laku, yang menimbulkan adanya pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu.

Belajar adalah suatu proses psikologis, yaitu perubahan perilaku peserta didik, baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan.


(10)

Belajar pada abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Kurnia, 2007: 1.3) didasarkan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran, yaitu: (1) learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar untuk menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) learning to live together (balajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik/majamuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan pengertian tentang belajar yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa untuk memperoleh perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.


(11)

2.1.2 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan perubahan dalam hal pengetahuan, nilai sikap, dan keterampilan sehingga menjadi manusia yang mandiri dalam arti mampu menghadapi berbagai aspek dalam kehidupan untuk sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran, guru perlu memberi stimulus terhadap aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan pembelajaran kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (2007: 197), belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan bisa melaksanakan pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya pada orang lain.


(12)

Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta memperoleh perubahan tingkah laku yang baru yang melibatkan kerja pikiran dan badan terutama dalam hal kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pengetahuan kepandaian, keterampilan, sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha dalam memperoleh ilmu pengetahuan (Qodratillah, 2008: 24). Hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar merupakan akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas belajar, dan kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Sudjana (2004: 22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian;


(13)

dan (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

2.2Media Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata, yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2006: 6). Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Comunication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Media atau bahan lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut (Sadiman, 2006: 19).


(14)

Gagne dalam Sadiman (2006: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.Sementara itu, Briggs dalam Sadiman (2006: 6) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku,film, video dan sebagainya.

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki olehsiswa. Pengalaman tiap siswa berbeda-beda, bergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman siswa, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke hadapan siswa. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

2.2.2 Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Sadiman (2006: 16), media pembelajaran mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.

c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk (1) menimbulkan kegairahan belajar; (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; dan (3) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan


(15)

dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaanserta membantu siswa di dalam memahami dan memperoleh informasi sehingga pembelajaran dapat berhasil.

2.2.3 Peranan Media Pembelajaran

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang emudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience).

Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.


(16)

Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pembelajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sanjaya, 2008:165).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berperan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,serta membantu siswa di dalam memahami dan memperoleh informasi sehingga pembelajaran dapat berhasil.

2.2.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran

MenurutHafiz (dalam http://edu-articles.com/berbagai-jenis-media-pembelajaran/html), media pembelajaran terdiri atas:

a. Media Visual

1) Media yang tidak diproyeksikan  Media realia adalah benda nyata.

 Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia.


(17)

 Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian..

2) Media proyeksi

 Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa).

 Film bingkai/slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci.

b. Media Audio

1) Radio, radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita dan dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa penting masalah kehidupan. 2) Kaset-audio yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering

digunakan di sekolah. c. Media Audio-Visual

1) Media video merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.

2) Media komputer media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah.


(18)

2.2.5 Pengertian Media Realia

Materi matematika diawali dari bentuk yang konkret mengarah pada bentuk yang abstrak, hal ini berdampak pada implementasi pembelajaran dengan penalaran deduktif. Apabila hal ini diterapkan di SD, maka tahap perkembangan mental siswa tidak mampu mengikuti secara baik. Oleh karena itu, diperlukan strategi, metode, dan pendekatan yang lebih konkret sehingga mampu mengikutinya.

Media yang sesuai dan cocok akan memberikan daya tarik bagi siswa dalam belajar. Media yang digunakan akan merangsang keingintahuan siswa dan membuat siswa bersemangat dalam pelajaran yang diberikan. Guru dan siswa menggunakan media yang sesuai dengan materi. Media yang digunakanmedia realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek.

Pitadjeng (2006:1) mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku kelas SD/MI, karena anggapan matematika sulit dipelajari, gurunya tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, killer, dan sebagainya. Oleh sebab itu diperlukan suatu model pembelajaran yang akan membuat siswa akrab dan menyenangkan belajar matematika. Orang yang belajar akan merasa senang jika memahami apa yang dipelajarinya. Hal ini juga berlaku bagi anak yang belajar matematika, dan media realia adalah salah satu media yang akan membuat siswa akrab dan menyenangi matematika.


(19)

Pembelajaran di atas menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Gravemeijer dalam (Tarigan, 2006: 3), masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa dengan memperhatikan konteks itu berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang media realia yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa media realia merupakan suatu media yangmenekankan pada hal-hal yang kontekstual dan nyata yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempermudah siswa memahami materi dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi siswa.

2.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Media Realia

Setiap media yang digunakan dalam pembelajaran sudah pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Benny A. (dalam http://widodo.staff.uns.ac.id/2009/10/20/ringkasan-modul-7-media-tiga-demensi/html), kelebihan media realia, yaitu dianggap medium yang paling mudah diakses dan lebih menarik perhatian, mampu merangsang imajinasi, memberikan pengalaman belajar langsung (dengan menyentuh dan mengamati bagian-bagiannya), dan pengalaman tentang keindahan.Media realia ini juga dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa.


(20)

Sedangkan kelemahan media realia, yaitu ukurannya terlalu besar, maka untuk dibawa ke ruangan sangat sulit (lokomotif, buaya, gajah), atau terlalu kecil (kuman), kadang juga bisa membahayakan (ular, buaya), tidak bisa memberikan hasil belajar yang sama, dan informasi yang akan disampaikan terkadang tidak sampai kepada audience.

2.3Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan bagi siswa kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, karakteristik cara siswa belajar, konsep belajar, dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi siswa kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.

Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Yunanto (2004: 4), pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Depdiknas, 2007:226). Menurut Kunandar (2007:311), tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa siswa dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,


(21)

dan aspek pembelajaran. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.

Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau biasa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

2.3.1 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas. Muslich (2008: 166) mengemukakan beberapa karakteristik pembelajaran tematik, yaitu:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.


(22)

c. Kegiatan belajar lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lama.

d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

e. Menyajikan kegiatan belajar sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula.Dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Dalam merancang pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema yang dipilih. Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu (Rusman, 2010: 260).

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.


(23)

Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menghubungkan atau mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam suatu tema tertentu dengan melibatkan pengalaman belajar bermakna pada siswa kelas awal.

2.3.2 Landasan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan pelaksanaan pembelajaran ini didasari pada landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis. Menurut Ichsan (dalam http://www.sekolah-dasar.net/2011/3/pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar/html), landasan filosofis dari implementasi pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,


(24)

pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.

Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial.

2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Tematik a. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh dari semua standar kompetensi dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan. Dalam merancang pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan kemudian dilanjutkan dengan


(25)

mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema yang dipilih. Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu (Rusman, 2010: 260)

Dari kedua cara pemetaan yang dilakukan, terdapat kegiatan yang harus dilakukan yaitu menentukan tema sebagai alat/wahana pemersatu dari standar kompetensi dari setiap mata pelajaran yang dipadukan. b. Menetapkan Jaringan Tema

Setelah melakukan pemetaan dapat membuat jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih.

c. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

Silabus dikembangan dari jaringan tema. Silabus dapat dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, bergantung pada keluasan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. .

2.4Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik siswa kelas I menggunakan media realia dengan tepat, maka akan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas I C SD Xaverius Metro tahun pelajaran 2011/2012”.


(26)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas ini secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yakni (1) perencaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah (Arikunto, 2006: 12).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Wardhani, dkk. (2007: 13) bahwa prosedur yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas berbentuk siklus. Siklus ini tidak berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran di kelas.


(27)

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas diadopsi dari Arikunto (2006: 74)

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Xaverius Kota Metro Jl. Tulang Bawang No. 9 Metro Pusat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 selama kurang lebih empat bulan (Februari-Mei).

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan

Pengamatan / observasi Refleksi

Permasalahan baru

hasil refleksi Perencanaan Pelaksanaan

Pengamatan / observasi Refleksi

Apabila permasalahan belum

terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya


(28)

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I C SD Xaverius semester genap tahun 2011/2012 yang berjumlah 26 siswa, dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

3.3 Sumber Data

Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas belajar siswa dan observasi kinerja guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes tertulis yang dievaluasi dengan skor (angka).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap, ini penulis mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian, yaitu dengan menggunakan teknik observasi dan juga test tertulis. Pengumpulan data dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan:

a. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangssung.

b. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus, guna mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik.

3.5 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu berupa lembar observasi, test tertulis, dan kamera.

3.5.1 Lembar observasi, digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung.


(29)

3.5.2 Instrumen berupa test tertulis untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dalam penjumlahan dan pengurangan.

3.5.3 Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar siswa dan juga kinerja guru selama proses pembelajaran, dengan menggunakan kamera.

3.6 Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Data penelitian akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan guru, selanjutnya proses memaknai secara kontekstual serta mendalami sesuai dengan permasalahan penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa.

3.6.1 Analisis Aktivitas Belajar Siswa

Analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Persentase aktivitas belajar setiap siswa diperoleh dengan rumus : x

SM R

NP 100 Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan

Diadopsi dari Purwanto (2009: 102)

b. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

 = n


(30)

Keterangan:

 = nilai rata-rata aktivitas siswa

x= jumlah nilai

n = jumlah aspek yang dinilai Adaptasi dari Aqib (2009: 40) 3.6.2 Analisis Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif setiap siklus dengan KKM 71. Hasil belajar siswa diklasifikasikan sesuai dengan tabel di bawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi hasil belajar siswa menurut tingkat kecakapan

No Rentang nilai Tingkat hasil belajar siswa

1 >91 Baik sekali

2 81 – 90 Baik

3 71 – 80 Cukup

4 61 – 70 Kurang

5 <61 Gagal

Sumber : Arikunto dalam Suherman (2008: 30)

3.7 Tahap-tahap Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus diawali dengan perencanaan, tindakan, dan observasi, serta diakhiri dengan refleksi. Tahap-tahap penelitian dirinci sebagai berikut:

Siklus I

a. Perencanaan

1) Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) dan materi pelajaran kelas I semester 2 sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SD Xaverius Metro, yaitu


(31)

pelajarn matematika “melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”. Sedangkan Kompetensi Dasar pada materi IPA “mengidentifikasi penyebabab benda bergerak (baterai, per/pegas, dorongan

dan magnet)”. Kemudian menyusun rencana perbaikan pembelajaran

yang mengacu pada silabus dan kurikulum sesuai dengan pembelajaran dengan menggunakan media realia.

2) Menyusun perangkat pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS), memilih dan membuat media yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

3) Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Menyusun alat tes dan pedoman penskoran, yaitu bentuk tes esai untuk setiap siklus.

b. Tindakan siklus I

1. Kegiatan Awal (± 15 menit)

1) Pengondisian kelas (menertibkan siswa, menata tempat duduk, berdoa, dan presensi).

2) Apersepsi (sebagai penjajakan kesiapan belajar). Guru menyampaikan

apersepsi dengan mengajak siswa untuk bernyanyi lagu ”layang

-layang” dan tanya jawab mengenai benda-benda yang ada di kelas.

2. Kegiatan Inti (± 60 menit)

1) Setelah pendahuluan guru melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran.


(32)

2) Guru melalui metode, teknik, dan strategi membahas materi dengan

tema “Energi” dan sehingga siswa ikut berperan aktif dalam

pembelajaran.

3) Sebelum siswa bekerja dengan lembar kerja, guru melakukan serangkaian peragaan dengan menggunakan media realia, yaitu batu baterai dan magnet.

4) Siswa diminta untuk menyelesaikan soal yang ada dalam LKS. Selama pembelajaran berlangsung, guru mengawasi pekerjaan siswa dan memberikan bimbingan atau arahan untuk meluruskan hal-hal yang masih salah dipahami oleh siswa.

5) Secara acak siswa diminta menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis sedangkan siswa yang lain memberi tanggapan.

6) Mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas pekerjaan siswa untuk menyamakan persepsi.

7) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dimengerti.

3. Kegiatan Penutup (± 15 menit)

1) Guru bersama-sama siswa, membuat kesimpulan materi pembelajaran. 2) Memberikan umpan balik beserta penguatan.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan alat bantu berupa lembar


(33)

observasi. Lembar observasi yang disiapkan adalah lembar instrumen observasi tentang aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil observasi dianalisis untuk dijadikan bahan refleksi yang digunakan sebagai acuan untuk perbandingan atau penyempurnaan pembelajaran dengan menggunakan media realia.

Siklus II

Pada akhir siklus I guru dan observer melakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru sebagai acuan dalam merencanakan pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

a. Perencanaan

Secara umum perencanaan pada siklus II hampir sama dengan perencanaan siklus I. Namun pada siklus II, peneliti merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. Kompetensi Dasar (KD) dan materi pelajaran yang akan disampaikan, yaitu matematika dan bahasa Indonesia dengan tema “Peristiwa Alam” kelas I semester 2 sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SD Xaverius Metro. Kompetensi Dasar pada mata pelajaran matematika “menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan dan

pengurangan bilangan dua angka”. Sedangkan Kompetensi Dasar pada mata

pelajaran bahasa Indonesia “membaca nyaring kalimat sederhana dengan intonasi

yang tepat”. Kemudian menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang

mengacu pada silabus dan kurikulum sesuai dengan pembelajaran dengan menggunakan media realia.


(34)

b. Tindakan siklus II

1. Kegiatan Pendahuluan (± 15 menit)

1) Pengondisian kelas (menertibkan siswa, menata tempat duduk, berdoa, dan presensi).

2) Guru melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum materi diberikan.

3) Guru menyampaikan apersepsi dengan tujuan sebagai penjajakan kesiapan belajar yaitu dengan mengajak siswa untuk mengingat kembali materi sebelumnya dan menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari.

4) Motivasi : pemberian informasi tentang pentingnya materi ini sebagai prasyarat untuk memahami materi lanjutan dan sebagai pemahaman untuk mengerjakan soal.

2. Kegiatan Inti (± 60 menit)

1) Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media realia mengenai dengan tema ”Peristiwa Alam” sehingga siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Sebelum siswa bekerja dengan lembar kerja, guru melakukan serangkaian peragaan dengan menggunakan media, seperti kelereng, batuan, lidi, dan lain sebagainya.

3) Siswa diminta untuk menyelesaikan soal yang ada dalam LKS. Selama pembelajaran berlangsung, guru mengawasi pekerjaan siswa dan memberikan bimbingan atau arahan untuk meluruskan hal-hal yang masih salah dipahami oleh siswa.


(35)

4) Secara acak siswa diminta menuliskan hasil pekerjaanya di papan tulis dan siswa yang lain memberi tanggapan.

5) Mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas pekerjaan siswa untuk menyamakan persepsi.

6) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dimengerti.

3. Kegiatan Penutup (± 15 menit)

1) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi kegiatan pembelajaran.

2) Memberikan umpan balik beserta penguatan untuk menghadapi tugas-tugas berikutnya.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi untuk melihat peningkatan aktivitas dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas serta melihat kinerja guru.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil observasi kemudian dianalisis untuk dijadikan bahan refleksi yang digunakan sebagai acuan untuk membuat perencanaan/pertemuan pembelajaran pada siklus berikutnya.


(36)

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan bilangann dua angka pada pembelajaran Tematik di setiap siklusnya. Penelitian menargetkan aktivitas siswa berhasil jika telah mencapai nilai persentase rata-rata > 91% dari kriteria keberhasilan yang digunakan (Aqib, 2009: 41). Sedangkan untuk peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari ketercapaian KKM (nilai ≥ 71) baik secara klasikal maupun individual serta peningkatan nilai rata-rata siswa di setiap siklusnya. Peneliti menargetkan dalam penelitian dinyatakan tuntas apabila > 75% dari jumlah siswa telah lulus KKM.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan tema energi dan peristiwa alam dengan menggunakan media realia dan media LKS sebagai berikut.

1. Pembelajaran menggunakan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SD Xaverius Metro. Secara berurutan persentase rata-rata tiap siklusnya mencapai 71,92 % (cukup aktif) pada siklus I dan pada siklus II 83,65% (aktif) sehingga terjadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.

2. Pembelajaran menggunakan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Secara berurutan rata-rata hasil belajar siswa tiap siklusnya mencapai 85,96 pada siklus I, dan siklus II mencapai 87,50 sehingga terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklua II.

3. Benda-benda di lingkungan sekolah dapat menjadi alat peraga atau media yang baik dan mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran serta menumbuhkan minat belajar siswa.

4. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media realia, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, guru berkomunikasi dengan siswa


(38)

secara terbuka, demokratis, dan obyektif. Guru berperan sebagai fasilitator belajar siswa, yang dapat menumbuhkan minat, rasa ingin tahu, motivasi belajar yang tinggi bagi siswa serta pendorong bagi upaya terjalinnya kerjasama antar siswa.

5. Penggunaan media realia yang dilakukan secara tepat, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas IC SD Xaverius Metro, maka hipotesis dapat diterima.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menggunakan media realia, yaitu:

1. Siswa

a. Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

b. Siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.

2. Peneliti/Guru

a. Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

b. Guru sebaiknya lebih kreatif dalam memanfaatkan benda-benda di sekitar sekolah untuk dijadikan media pembelajaran yang bermanfaat.


(39)

c. Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia (tidak hanya tergantung kepada salah satu sumber belajarnya) dalam menggunakan media LKS.

d. Penggunaan media realia dan LKS, harus didukung dengan kemampuan pelaksananya yang tidak dapat sekaligus dikuasai.

e. Peneliti sebaiknya memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang karakter siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian awal penelitian. Sehingga pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti telah memiliki rencana yang tepat untuk diterapkan.

3. Sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penggunaan media Realia dan LKS, untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran materi tentang tema energi dan peristiwa alam.

b. Agar memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatknya mutu pendidikan di sekolah.


(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 13 November 1965, sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Fx Noto Siswoyo (alm) dan Ibu Fr Sri Suwartini (alm).

Pendidikan penulis diawali di Sekolah Dasar (SD) Negeri Ngestirahayu kecamatan Punggur pada tahun 1977. Kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Berbantuan Punggur dari tahun 1977 sampai tahun 1980/1981. Setelah itu, tahun 1981 penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Xaverius Pringsewu sampai tahun 1984.

Tahun 1998 penulis menempuh pendidikan D2 PGSD Universitas Lampung sampai tahun 2001. Dan pada tahun 2010 penulis melanjutkan kembali pendidikan S1 Pendidikan Sekolah Dasar Guru (PGSD) dalam jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pengalaman bekerja penulis, mengajar di SD Xaverius Metro Pusat dari tahun 1984 sampai sekarang.


(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan

(KTSP). Jakarta.

Diyah. 2007. Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik pada Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan. PT Rinieka Cipta. Jakarta.

Pitadjeng. 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Dirjen Dikti. Jakarta.

Pribadi, Benny A. dan Katrin, Yuni (2008) Buku Materi Pokok Media Teknologi. Jakarta: Universitas Terbuka. Modul 7. 25 Maret 2012 http://widodo.staff.uns.ac.id/2009/10/20/ringkasan-modul-7-media-tiga-demensi/

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Qodratillah, Meity Taqdir, dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta.


(48)

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 419 hlm.

Sadiman, Arief. 2006. Media Pendidikan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. PT. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Yang Berdampak

Pada Hasil Belajar Menggunakan Metode Master Learning-Discovery Berbasis Komik Maematika. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya. Rienika Cipta. Jakarta.

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Depdiknas Dirjen

Dikti. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006. Pembelajaran Tematik, Kelas Awal Sekolah Dasar. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. KBBI Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Wardani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Grasindo. Jakarta.

---, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.


(49)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : F. Sri Wardani NPM : 0913099008 jurusan : Ilmu Pendidikan

program studi : S1 PGSD dalam jabatan fakultas : Keguruan dan Ilmu Penidikan

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas I C SD Xaverius Metro Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah hasil pekerjaan sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi hasil penelitian yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas Lampung atau pada universitas/institut lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

F. Sri Wardani NPM 0913099008


(50)

(51)

(52)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ayahku Fx. Noto Siswoyao (Alm) dan Ibuku Fr. Sri Suwartini (Alm) sebagai penyemangat secara moril,

Anak-anakku, Stephani Titian Arnet, Egidia Rana Karuni MA Laras Really

yang menjadi motivasiku,

Sudarto seseorang suami yang selalu setia mendampingiku, dan


(53)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Tuhan atas segala rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan

Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas I C SD Xaverius Metro Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat tersusun atas bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Penidikan FKIP Unila;

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung;

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd. selaku Ketua PS PGSD UPP Metro sekaligus sebagai pembahas;

5. Drs. Muncarno, M.Pd selaku Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(54)

7. Bapak Sriyono, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Xaverius Metro;

8. Ibu Maria Ponijah, S.Pd, selaku teman sejawat yang telah berkenan untuk bekerja sama dan memberikan bimbingan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar;

9. Siswa-siswi kelas IC SD Xaverius Metro yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

10.Bapak Fx. Noto Siswoyo Alm dan FR. Sri Suwartini Alm selaku orang tua penulis yang telah memberikan semangat;

11.Sudarto, selaku suami penulis yang selalu dan tidak perah bosan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai;

12.Stephani Titia Arnet, Egidia Rana Karuni, dan MA Laras Really selaku anak kandung penulis yang menjadi motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi; 13.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD

angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini; dan

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro, Agustus 2012 Penulis


(1)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : F. Sri Wardani

NPM : 0913099008

jurusan : Ilmu Pendidikan

program studi : S1 PGSD dalam jabatan fakultas : Keguruan dan Ilmu Penidikan

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas I C SD Xaverius Metro Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah hasil pekerjaan sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi hasil penelitian yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas Lampung atau pada universitas/institut lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

F. Sri Wardani NPM 0913099008


(2)

(3)

(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ayahku Fx. Noto Siswoyao (Alm) dan Ibuku Fr. Sri Suwartini (Alm) sebagai penyemangat secara moril,

Anak-anakku, Stephani Titian Arnet, Egidia Rana Karuni MA Laras Really yang menjadi motivasiku,

Sudarto seseorang suami yang selalu setia mendampingiku, dan


(5)

i

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Tuhan atas segala rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan

Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas I C SD Xaverius Metro Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat tersusun atas bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Penidikan FKIP Unila;

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung;

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd. selaku Ketua PS PGSD UPP Metro sekaligus sebagai pembahas;

5. Drs. Muncarno, M.Pd selaku Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(6)

ii

7. Bapak Sriyono, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Xaverius Metro;

8. Ibu Maria Ponijah, S.Pd, selaku teman sejawat yang telah berkenan untuk bekerja sama dan memberikan bimbingan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar;

9. Siswa-siswi kelas IC SD Xaverius Metro yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

10.Bapak Fx. Noto Siswoyo Alm dan FR. Sri Suwartini Alm selaku orang tua penulis yang telah memberikan semangat;

11.Sudarto, selaku suami penulis yang selalu dan tidak perah bosan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai;

12.Stephani Titia Arnet, Egidia Rana Karuni, dan MA Laras Really selaku anak kandung penulis yang menjadi motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi; 13.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD

angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini; dan

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro, Agustus 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 69

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 33 62

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

6 29 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

37 320 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIKSISWA KELAS I C SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 54

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI I WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DENGAN MEDIA REALIA SISWA KELAS IV SD KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 33 58

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KELUARGA MELALUAI MEDIA REALIA SISWA KELAS IA SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 17 56