PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF

DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Siska Silvia Sari

Latar belakang penelitian ini, didasarkan oleh adanya pengamatan dan wawancara terhadap guru di kelas IV SDN 08 Metro Selatan. Dari hasil pengamatan dan wawancara, pada pembelajaran PKn guru belum menggunakan model induktif dan kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran. Pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dan kurang berani dalam bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya aktivitas siswa dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau lazim disebut dengan Classroom Action Research.Prosedur penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan setiap siklusnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Alat pengumpulan data menggunakan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat proses pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar serta menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I persentase aktivitas siswa sebesar 53,70% dengan peningkatan 7,77%, pada siklus II sebesar 64,07% dengan peningkatan 3,7% dan pada siklus III sebesar 82,96% dengan peningkatan 5,92%. Begitu pula dengan hasil belajar siswa meningkat tiap siklusnya, nilai rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 59,67 menjadi 63,67, sehingga terjadi peningkatan sebesar 4 dan nilai rata-rata siklus III menjadi 80,17, dengan peningkatan sebesar 16,5. Selain itu ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa (43,33%) disiklus I, menjadi 19 siswa (63,33%) disiklus II dan pada siklus III meningkat menjadi 26 siswa (86,67%).


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Ihsan, 2008: 3-4).

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006, tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kelulusan (SKL) merumuskan bahwa pendidikan Nasional didasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis.

Untuk membentuk manusia seutuhnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat berperan didalamnya. PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan


(3)

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (KTSP, 2006: 2). Fajar (2009: 143) menyatakan mata pelajaran PKn memiliki ciri khas, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi siswa untuk meningkatkan kecerdasan multidimensional yang memadai untuk menjadi warga negara yang baik.

Adapun tujuan PKn adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi (Winataputra, dkk., 2010: 1.21). Berdasarkan tujuan PKn selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Selain itu untuk menunjang tercapainya tujuan PKn guru harus menciptakan iklim pembelajaran dan suasana kelas yang kondusif, agar siswa nyaman dan mudah menerima materi yang disampaikan. Suasana pembelajaran yang kondusif juga didukung oleh peran serta guru dalam ketepatannya memilih dan menggunakan model, metode dan media dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru di kelas IV SDN 08 Metro Selatan pada pembelajaran PKn, kondisi pembelajaran menggunakan pendekatan yang menekankan pada metode pembelajaran yang kurang menarik dan kurang mampu merangsang siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah yang apabila terlalu lama membuat pembelajaran menjadi membosankan. Guru belum menggunakan model induktif dalam pembelajaran, kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, serta rendahnya partisipasi siswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu, proses pembelajaran lebih kepada pola pembelajaran guru-sentris (teacher centered).


(4)

Guru ceramah siswa tidak mendengarkan, guru memberi tugas siswa tidak mengerjakan, siswa kurang aktif dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya dan mengajukan pertanyaan. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton, sehingga siswa merasa jenuh dan tidak berkembangnya potensi dan kreatifitas siswa.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimun (KKM) hanya 12 siswa atau 40% dari jumlah keseluruhan ada 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 08 Metro Selatan belum berhasil karena hanya 40% siswa yang telah mencapai KKM dan nilai rata-rata siswa yaitu 58,33 dengan nilai terendah 50, dan nilai tertinggi 80. Sedangkan KKM yang ditentukan adalah 65 (data nilai ulangan harian tahun ajaran 2011/2012). Hal ini diduga karena kurangnya motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang diperoleh sangat rendah. Iklim seperti ini semakin jauh dari peran Pendidikan Kewarganegaraan yang ingin mengembangkan siswa untuk menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan intelektual yang memadai untuk berpartisipasi dengan penuh tanggung jawab dalam kehidupan demokrasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukannya suatu model pembelajaran yang mampu membangkitkan semangat siswa agar lebih aktif, tidak malu untuk bertanya, memberikan pendapat, berminat, kreatif dan mendorong pengembangan potensi yang dimilikinya, serta mengkonstruksi ilmu pengetahuan dari apa yang telah dipelajarinya. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model induktif. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Mahuri, http://mahurianaslablogspot.com).


(5)

Peaget (dalam Syarifudin & Nur’aini, 2006: 83) mengemukakan tingkat perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar (SD) masih pada tahap operasi konkret. Dalam proses pembelajaran, untuk memahami suatu konsep, siswa SD perlu diperkenalkan pada contoh-contoh yang bersifat nyata. Berdasarkan contoh-contoh tersebut siswa dibimbing untuk menyusun suatu kesimpulan. Cara pembelajaran yang demikian merupakan wujud pembelajaran berkarakteristik induktif (Ruminiati, 2007: 4.6). Menurut Faiq (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com) model pembelajaran induktif sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar.

Model pembelajaran induktif bertujuan untuk memudahkan cara belajar siswa usia SD, oleh karena itu memerlukan beberapa contoh dan media yang akan semakin mendukung terjadinya proses pembelajaran. Sehingga untuk memahami suatu konsep dapat diberikan melalui contoh-contoh yang berupa gambar, cerita, video, atau apa saja, yang pada prinsipnya dapat dipahami dengan baik oleh siswa (Ruminiati, 2007: 4.4). Oleh karena itu, peneliti memilih media gambar untuk memudahkan cara belajar siswa dalam pembelajaran model induktif.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN 08 Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012, sehingga diharapkan melalui model pembelajaran induktif dengan media gambar ini, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan meningkat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:


(6)

1. Guru belum menggunakan model pembelajaran induktif pada proses pembelajaran. 2. Dalam proses pembelajaran guru kurang optimal memanfaatkan media pembelajaran. 3. Siswa kurang berpartisipasi terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru.

4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). 5. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

6. Siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

7. Siswa kurang aktif dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya dan mengajukan pertanyaan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya, adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran induktif dengan media gambar dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran induktif dengan media gambar dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran induktif dengan media gambar dalam pembelajaran PKn.


(7)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran induktif dengan media gambar dalam pembelajaran PKn.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan.

2. Bagi Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah Dasar mengenai penggunaan model pembelajaran induktif dengan media gambardalam pembelajaran PKn sehingga dapat meningkatkan atau mengembangkan profesionalitas guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

Merupakan kontribusi bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, melalui penerapan model pembelajaran induktif dengan media gambar sebagai inovasi model pembelajaran dalam pembelajaran PKn.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada pembelajaran PKn.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Aktivitas

Aktivitas diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, sebab tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) menyatakan aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan (Poewadarminto, http://id.shvoong.com). Rohani (2004: 6), menyatakan belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya dan jiwanya bekerja sebanyaknya atau banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, aktivitas memegang peranan paling penting, sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan tidak mungkin seorang belajar (Nasution, 2004: 86).

Dapat peneliti simpulkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi, baik fisik maupun psikis merupakan suatu aktivitas.


(9)

Belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, yaitu perubahan yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar menurut pandangan konstruktivistik, merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh pembelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari (Budiningsih, 2005: 58). Galloway (dalam Suwarjo, 2008: 34) mengungkapkan belajar adalah suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. Hernawan, dkk (2007: 2) menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sendiri dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Gagne (dalam Suprapto, 2002: 5) mengemukakan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kemampuan, yang tingkat kemampuannya untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Sudjana (dalam Al Rasjid, dkk., 2006: 129) mengatakan belajar merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami (Hamalik, 2007: 36). Slameto (dalam Hadis, 2008: 60) menyatakan belajar suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut aliran psikologi gestalt, belajar adalah suatu proses aktif yang dimaksud aktif bukan hanya aktivitas yang tampak seperti gerakan-gerakan badan, tetapi juga aktivitas-aktivitas mental, seperti proses berpikir, mengingat dan sebagainya (Dalyono, 2005: 209).


(10)

Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan, bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku siswa, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh melalui proses berpikir dan pengalaman siswa sendiri, sehingga siswa dapat membentuk pengetahuan dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari.

2.3 Pengertian Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa, baik rohani maupun jasmani di dalam proses pembelajaran. Hamalik (dalam Susanti, 2009: 28) mengemukakan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian guna menunjang proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kusnandar, 2008: 277). Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan yang sifatnya tergantung pada banyak sedikitnya perubahan (http://wawan-junaidi.blogspot.com). Aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan (http://id.shvoong.com)

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut Dierich (dalam Hanafiah & Suhana, 2010: 24-25) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.


(11)

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2.4 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar ini akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai (Woorworth, http://forum.upi.edu). Dimyati & Mudjiono (2006: 3) menyatakan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan hasil belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes (Ahmadi dalam Wawan, http://wawan-junaidi.blogspot.com).


(12)

Hamalik (2001: 33) menyatakan hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat.

Bloom (dalam Woorworth, http://forum.upi.edu) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif hasil belajar, tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan tersebut adalah, (1) pengetahuan atau ingatan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) sintesis, (5) analisis dan, (6) evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1) pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), (2) merespon (aktif berpartisipasi), (3) penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), (4) pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai yang dipercayai) dan, (5) pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

3. Ranah Psikomotor

Terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1) peniruan (menirukan gerak), (2) penggunaan (menggunakan konsep untuk bergerak), (3) ketepatan (melakukan gerak dengan benar), (4) perangkaian (melakukan berbagai gerakan sekaligus dengan benar dan, (5) naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa, hasil belajar adalah suatu hasil atau berupa prestasi siswa baik yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran dan hasil tersebut dapat dilihat melalui evaluasi pada akhir pembelajaran.

2.5 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pembelajaran adalah komunikasi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai target yang telah ditentukan. Trianto (2010: 17) mengungkapkan pembelajaran pada hakikatnya


(13)

adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antar keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Teori konstruktivistik menyatakan bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Al Rasjid, dkk (2006: 197) mengemukakan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Hamzah, 2006: 11). Surya (dalam Hernawan, dkk., 2007: 3) mengemukakan pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hudojo (dalam Trianto, 2010: 19) sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) siswa terlibat aktif dalam belajar, b) siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir dan, c) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan, bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan siswa dengan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.


(14)

2.6 Pengertian Model Pembelajaran Induktif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2010: 22) menyatakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya (Joice & Weil dalam Isjoni, 2007: 50). Eggen & kauchak (dalam Trianto, 2010: 22) menyatakan model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Joyce & Weil (dalam Wahab, 2008: 58) membagi model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu, (1) model interaksi sosial, (2) model pemrosesan informasi, (3) model personal (personal models), dan (4) model modifikasi tingkah laku (behavioral).

Model pembelajaran induktif merupakan bagian dari kelompok model yang berorientasi pada pemrosesan informasi. Model ini menekankan pada cara siswa memproses informasi. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar (Faiq, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com).


(15)

Guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide.

Model induktif dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkret sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan (Susi,

http://susilofy.wordpress.com).

Model ini selanjutnya dikembangkan oleh Hilda Taba dalam eksperimennya. Dalam eksperimennya itu ia berupaya menyediakan strategi mengajar yang memungkinkan siswa menangani informasi. Dengan strategi itu kemampuan siswa untuk menangani informasi merupakan kemampuan yang akan dikembangkan. Untuk mendukung model mengajar yang dikembangkannya, dia mengemukakan tiga anggapan dasar tentang proses berfikir sebagai berikut: (1) berpikir dapat diajarkan, (2) berpikir adalah transaksi aktif antara individu dengan data, (3) dalam proses berpikir mengembangkan dalam susunan urutan-urutan yang teratur dan urutan itu tidak dapat dilakukan secara sebaliknya (Wahab, 2008: 64-65).

Model pembelajaran induktif yaitu model pembelajaran nilai yang dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan (Majid, 2007: 158). Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis, (Fajri, http://vajry27.wordpress.com).

Jadi, peneliti menyimpulkan model pembelajaran induktif adalah model pembelajaran yang menekankan cara siswa memproses informasi dengan mengembangkan proses berpikir dan menarik kesimpulan dari khusus ke umum.


(16)

2.6.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Induktif

Model pembelajaran induktif ditujukan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi. Sama halnya dengan model pembelajaran lain, dalam model pembelajaran induktif terdapat langkah-langkah pelaksanaannya dalam proses belajar. Adapun Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran induktif menurut Abimanyu (2008: 3.4) adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus

Guru mengidentifikasi data/fakta yang relevan dengan permasalahan kemudian meminta siswa untuk mengomentari data-data yang ditujukkan oleh guru.

2) Penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta

Siswa menyusun data atas dasar kesamaan karakteristik dan membuat kategori serta memberi label atau nama pada kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik. Penyusunan konsep ini dilakukan dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan tertentu.

3) Penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep

Setelah siswa menyusun konsep-konsep dari data yang diajukan selanjutnya adalah menyusun peryataan tentang hubungan antara konsep-konsep tersebut. 4) Penarikan kesimpulan

Setelah siswa menyusun generalisasi dari konsep-konsep yang diperoleh selanjutnya diambil suatu kesimpulan.


(17)

Model pembelajaran induktif ini menekankan pada pentingnya mengajarkan kemampuan memecahkan masalah secara umum dan pengaruh pada prosedur mengajarkan proses berfikir secara khusus (Wahab, 2008: 64).

Jadi, sudah cukup jelas bahwa model ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn, karena model induktif adalah model yang memicu keterlibatan siswa yang lebih mendalam dalam proses pembelajaran, siswa merasa bebas dan tidak malu saat memberikan pendapat, dan bertanya (Faiq, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com).

2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Induktif

Model pembelajaran induktif sama dengan model-model pembelajaran lainnya, yang memiliki kelebihan dan kekurangan ketika diimplementasikan pada proses pembelajaran.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran induktif seperti yang diungkapkan Restiana (http://restianarendi.wordpress.com), adalah sebagai berikut:

1) Pada model pembelajaran induktif guru memberikan informasi-informasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa tahu tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai. Misalnya guru menyampaikan kepada siswa bahwa setelah siswa mempelajari materi yang disampaikan, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2) Dengan adanya pertanyaan dari guru membuat siswa lebih memahami materi. Guru dapat memberikan pertanyaan yang dapat membuat siswa lebih berpikir kritis dalam memecahkannya.


(18)

3) Membantu siswa memproses data dengan cara yang lebih kompleks dan meningkatkan kemampuan umumnya dalam memproses data.

4) Membuat siswa lebih aktif pada proses belajar karena proses tanya jawab tersebut.

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif adalah sebagai berikut:

1) Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dan memberikan ilustrasi-ilustrasi kepada siswa. Selain guru terampil dalam bertanya, tetapi guru pula harus pandai dalam mengilustrasikan contoh-contoh yang diberikan.

2) Keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model induktif tergantung dari contoh-contoh yang diberikan oleh guru.

3) Guru harus dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa tidak malu atau takut untuk bertanya dan berpendapat.

Abu (http://www.scribd.com) mengemukakan kelebihan model pembelajaran induktif yaitu:

1) Model pembelajaran induktif lebih mudah digunakan pada materi pembelajaran yang masih bersifat konseptual. Misalnya pada materi mengenai suatu konsep-konsep tertentu.

2) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. 3) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep

secara efisien dan meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu informasi tertentu.

Kelemahan model pembelajaran induktif yaitu:

1) Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran.


(19)

2) Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.

3) Penggunaan waktu yang kurang efisien karena tanya jawab antara guru dan siswa memerlukan waktu yang relatif lama.

Suprawoto (http://slideshare.net) menyatakan model pembelajaran induktif memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Proses pembelajaran melibatkan unsur psikomotorik dari peserta didik. Melalui model ini siswa terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2) Mengkonversi pemahaman konseptual menjadi keterampilan. Pembelajaran

yang hanya bersifat verbalisme, dengan model ini sehingga dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa diantaranya keterampilan mengolah informasi dan berpikir.

3) Model pembelajaran induktif dapat membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep.

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif adalah sebagai berikut:

1) Kemandirian siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Siswa hanya menerima ilustrasi-ilustrasi yang diberikan guru tanpa harus mencarinya sendiri.

2) Pembelajaran berstruktur rendah.

3) Guru mempunyai peran yang vital dalam pembelajaran.

Dapat peneliti simpulkan bahwa model induktif selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan, yaitu walaupun model pembelajaran induktif membuat


(20)

siswa untuk tidak malu bertanya dan mengungkapkan pendapat tetapi kebenaran kesimpulan yang disusun ditentukan tepat tidaknya contoh yang dipilih oleh guru.

2.7 Pengertian Media Gambar

Media merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Asra, dkk (2007: 5.5) menyatakan kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong dalam proses pembelajarannya.

Hanafiah & Suhana (2010: 59) menyatakan media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme. Media pembelajaran secara umum adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2003: 4). Sadiman (2003: 6) mengatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar di kelas bisa terjadi.

Asra, dkk (2007: 5.6) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kegunaan media yaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata tertulis atau tulisan belaka).


(21)

3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Dzamarah & Zain (2006: 145-147) menyatakan ada beberapa faktor pertimbangan yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam memilih media yang akan digunakan, antara lain:

a. Objektivitas. b. Sasaran program.

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dll). d. Situasi dan kondisi, kualitas teknik, keefektifan dan efisiensi penggunaan.

Berdasarkan hal di atas media yang dipilih harus dapat mempermudah dan memperjelas penyampaian materi, artinya guru bukan memilih media atas dasar kesenangan pribadi. Pemilihan media yang cermat dan tepat akan menunjang keefektifan proses pembelajaran.

Remiszewski (dalam Subana & Sunarti, 2009: 289) mengungkapkan bahwa media yaitu pembawa pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan ialah siswa. Melalui indranya, siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indranya sehingga mampu menerima pesan secara lebih lengkap. Dalam pembelajaran, pesan yang disalurkan oleh media ialah isi pelajaran. Dengan kata lain, pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin juga harus dirangsang dengan cermat untuk dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

Gerlach (dalam Hairuddin, dkk., 2007: 7.6) mengklasifikasikan jenis media berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu media tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media tradisional meliputi, (1) media visual diam yang diproyeksikan, contohnya: proyeksi tak tembus pandang, (2) media visual yang tak diproyeksikan, contohnya: gambar, poster, foto, diagram dll, (3) audio, contohnya: radio, piringan hitam, dan tape recorder, (4) multimedia, contonya:


(22)

televisi, dan video, (6) media cetak, contonya: buku teks, modul, workbook, majalah, hand out, (7) permainan, (8) realita, contohnya: model manipulatif seperti boneka dan peta. Media dengan teknologi mutakhir meliputi dua jenis. Pertama, media berbasis telekomunikasi, contohnya teleconference dan kuliah jarak jauh. Kedua, media berbasis mikroprosesor, contohnya: computer-assisted instruction, permainan, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, compact

(video) disc.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Selain itu, media secara mendasar berpotensi memberikan peluang bagi siwa untuk mengembangkan kepribadian.

Di antara media pendidikan yang ada, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Media ini berfungsi menyalurkan pesan dari sumber informasi ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan, dan pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol tersebut perlu dipahami secara tepat agar proses penyampaian pesan dapat efektif dan efisien. Namun secara khusus media gambar berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau memberi variasi pada fakta yang kemungkinan akan dilupakan atau diabaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaan termasuk media yang murah harganya. Media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan, diagram, grafik, poster, kartu dan komik. Di antara media grafis, gambar adalah media yang paling umum dipakai.

Rivai & Sudjana (dalam Angkowo & Kosasih 2007: 26) mengungkapkan media gambar adalah media yang mengombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar


(23)

adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat dan sebagainya.

Media gambar adalah merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan (Soelarko, http://tpcommunity05.blogspot). Mahmud (http://mahmudsapsalbrg.wordpress.com) menyatakan bahwa, media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan, curahan pikiran atau ide-ide yang di visualisasikan kedalam bentuk dua dimensi. Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran (Ian, http://ian43.wordpress.com).

Dapat peneliti simpulkan bahwa, media gambar adalah foto atau sejenisnya yang menampakkan sesuatu benda yang sesuai dengan aslinya dan banyak digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mengatasi keterbatasan dalam menampilkan objek atau benda aslinya di dalam kelas sehingga pembelajaran menjadi tidak bersifat verbal.

2.7.1 Fungsi Media Gambar

Pemanfaatan media pembelajaran akan dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam penyampaian pesan. Media dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat verbal dan media berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah, dan sebagai sarana pengembangan diri (Angkowo & Kosasih, 2007: 27).


(24)

Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar seperti yang diungkapkan Hamalik (http://tpcommunity.blogspot.com/)yaitu:

1. Fungsi Edukatif, artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.

2. Fungsi Sosial, artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.

3. Fungsi Ekonomis, artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal.

4. Fungsi Politis, berpengaruh pada politik pembangunan.

5. Fungsi Seni Budaya dan Telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi yang modern.

Fungsi media gambar menurut Basuki & Farida (http://edukasi.komposiana.com) adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemampuan visual. 2. Mengembangkan imajinasi anak.

3. Membantu meningkatkan kemampuan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas.

4. Mengeningkan kreativitas siswa

Ruminiati (2007: 2.23) menyatakan fungsi media gambar adalah:

1) mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak, 2) mendekatkan dengan objek yang sebenarnya, 3) melatih siswa berpikir konkret dan, 4) memperjelas sesuatu masalah. Media gambar sebagai ungkapan perasaan atau pikiran dalam bentuk media dua dimensi yang sesuai dengan benda aslinya, dapat membuat hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret dan tidak bersifat verbal.

Fungsi-fungsi tersebut di atas terkesan masih bersifat konseptual. Fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran yang dinyatakan Rohani (http://tpcommunity.blogspot.com) adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik, misalnya kaset video rekaman kehidupan di luar sangat diperlukan oleh anak yang tinggal di daerah pegunungan.


(25)

2. Mengatasi batas ruang dan kelas, misalnya gambar tokoh pahlawan yang dipasang di ruang kelas.

3. Mengatasi keterbatasan kemampuan indra.

4. Mengatasi peristiwa alam, misalnya rekaman peristiwa letusan gunung berapi untuk menerangkan gejala alam.

5. Menyederhanakan kompleksitas materi.

6. Memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau alam sekitar.

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa, fungsi media gambar dalam pembelajaran adalah sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan materi pembelajaran yang lebih konkret pada siswa sehingga lebih mudah dipahami siswa.

2.7.2 Karakteristik Media Gambar

Rahadi (http://muslich-m.blogspot.com/2010/01) mengemukakan ada beberapa karakteristik media gambar:

1. Harus autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti jika siswa melihat langsung.

2. Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam gambar tersebut.

3. Ukuran gambar proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar.

4. Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Gambar harus message, tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Karakteristik media gambar seperti yang diungkapkan Angkowo & Kosasih (2007: 28) adalah sebagai berikut:

1. Gambar yang bagus, menarik, jelas, dan mudah dimengerti.

2. Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sedang dipelajari.

3. Gambar harus benar dalam arti harus dapat menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.

4. Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit dipahami siswa.

5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya. 6. Ukuran gambar harus sesuai dengan kebutuhan.


(26)

Dapat peneliti simpulkan media gambar yang dapat digunakan dalam pembelajaran selain gambar harus menarik, sesuai dengan keadaan aslinya, tetapi ukuran gambar juga harus sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Gambar yang bagus digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang dibuat sendiri atau mengambil dari media gambar yang telah ada.

2.7.3 Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Media gambar dalam proses pembelajaran dapat mempermudah untuk menyampaikan materi pembelajaran. Berkenaan dengan hal ini Solihatin & Raharjo (2007: 27-28) mengungkapkan kelebihan dan kelemahan media gambar. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:

1. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Hal ini memudahkan guru dalam membawa media pembelajaran yang aslinya ke dalam kelas.

3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Memperjelas masalah bidang apa saja. Media gambar merupakan media yang sering dipakai dalam mata pelajaran dan materi apa saja, tetapi media yang digunakan disesuaikan pula dengan tujuan pembelajaran.

5. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan. Media gambar selain harganya terjangkau juga mudah didapat dan digunakan karena tidak memerlukan peralatan.


(27)

Media gambar selain memiliki kelebihan seperti yang disebutkan di atas, tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu:

1. Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.

2. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subjektif. Gambar yang ditampilkan dapat dimaknai berbeda oleh setiap orang, atau dengan kata lain tergantung dari sudut pandang orang yang menafsirkannya.

3. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran.

Kelebihan media gambar selain yang diungkapkan oleh Solihatin & Raharjo terdapat perbedaan dengan yang dinyatakan oleh Hilman (http://www.hilman.web.id). Adapun kelebihan media gambar yaitu:

1. Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata. 2. Gambar relatif tidak mahal. Karena media gambar mudah didapat sehingga

harganya pula terjangkau.

3. Mendukung atau lebih memperjelas dari teks atau tulisan. Walaupun gambar hanya menampilkan persepsi penglihatan, tetapi gambar lebih efektif dibandingkan dengan tulisan saja sehingga bersifat verbal.

4. Dengan adanya gambar atau foto, pembaca media cetak bisa mengetahui keadaan atau kejadian tersebut meskipun tidak secara menyeluruh.

Kelemahan media gambar yaitu:

1. Gambar atau foto biasanya dimaknai dengan berbeda-beda.

2. Kadang juga bersifat ambigu, dimana maksud dari pemotret atau pengambil gambar berbeda dengan yang melihat foto atau gambar tersebut.


(28)

Mahmud menyatakan kelebihan media gambar yaitu: 1. Gambar sangat mudah di pakai.

2. Gambar biasanya lebih menarik daripada tulisan dan mudah di ingat oleh yang melihatnya.

3. Gambar mudah didapat dan dibuat sendiri. Kelemahannya yaitu:

1. Gambar di intepretasikan secara personal dan subyektif.

2. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran.

3. Ukurannya terbatas hanya dapat terlihat oleh sekelompok siswa (http://mahmudsapsalbrg.wordpress.com)

Sudjana (http://tpcommunity05.blogspot.com) menyatakan tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut : 1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat

ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.

2. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.

3. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.

4. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1 halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas. 5. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar

minat para siswa menjadi efektif.

6. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas media gambar.

Dari beberapa pendapat di atas maka peneliti simpulkan bahwa, media gambar tidak hanya memiliki kelebihan saja tetapi media gambar juga mempunyai kekurangan, yaitu walaupun media gambar sifatnya konkret dan harganya


(29)

murah tetapi gambar hanya dapat disajikan dalam ukuran yang sangat kecil dan hanya dapat diinterpretasikan secara personal dan subjektif.

2.7.4 Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar

Untuk mempermudah penyampaian materi dalam pembelajaran menggunakan media gambar, perlu memperhatikan langkah dalam penggunaanya. Ruminiati (2007: 2.23) mencantumkan langkah-langkah penggunaan media gambar yaitu:

1. Menganalisis materi pokok yang akan dituangkan dalam bentuk media gambar.

2. Menyiapkan bahan-bahan yang digunakan.

3. Menampilkan gambar-gambar sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa.

4. Guru meminta para siswa mengomentari gambar yang telah diperagakan dan siswa yang lain diminta memberikan tanggapan terhadap komentar tersebut.

5. Guru menjelaskan materi pelajaran melalui media yang telah disiapkan sekaligus juga menanamkan nilai moral dan norma yang menjadi target harapannya.

6. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran.

7. Guru menyimpulkan materi pelajaran sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tugas kepada siswa untuk memperkaya penguasaan materi pelajaran PKn dengan model pembelajaran yang digunakan.

Pada prinsipnya langkah dalam pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran adalah sama, yaitu guru menganalisis materi yang akan diajarkan dengan menggunakan media gambar, kemudian guru menjelaskan materi melalui media


(30)

gambar yang telah dibuat dan melibatkan siswa dalam pemanfaatannya. Adapun langkah-langkah penggunaan media gambar adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media gambar. 2. Guru memilih dan memanfaatkan media gambar yang akan dimanfaatkan

guna mencapai tujuan.

3. Siswa mempunyai persiapan dalam menerima pelajaran dengan menggunakan media gambar.

4. Penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran. 5. Siswa belajar dengan memanfaatkan media gambar.

6. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar di evaluasi sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa (Techonly, http:// techonly13.wordpress.com).

Angkowo & Kosasih (2007: 30) menyatakan langkah-langkah penggunaan media gambar yaitu sebagai berikut:

1. Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan pembelajaran dan apersepsi untuk mengetahui kemampuan/pengalaman siswa melalui tanya jawab. 2. Siswa membaca setiap penjelasan guru tentang materi yang ditulis pada

media gambar.

3. Siswa membaca setiap penjelasan pada media gambar, membaca buku pendukung yang telah dipersiapkan.

4. Mengerjakan latihan yang telah disediakan dengan didukung oleh media gambar yang telah tersedia dan mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah dipersiapkan guru.

5. Guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dan mengadakan tes akhir untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.

Dengan demikian media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar.


(31)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan dalam kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran kewarganegaraan (citizenship) (Fajar, 2009: 141).

Pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah KN merupakan terjemahan civics.

Soemantri (dalam Ruminiati, 2007: 1.25) menyatakan Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu untuk berbuat baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara. Sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1949. Undang-Undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status formal warga negara Indonesia yang kemudian diperbarui lagi dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, yang telah diberlakukan mulai 1 Agustus 2006 dan disahkan oleh DPR dalam sidang paripurna tanggal 11 Juli 2006.

Fajar (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 96) menyatakan bahwa PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, pembelajaran PKn perlu dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi, serta model-model pembelajaran yang efektif.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sumarsono, dkk., 2001: 6).


(32)

Tarigan (2006: 7) mengemukakan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara.

Fajar (2009: 143) menyatakan tujuan mata pelajaran PKn adalah supaya siswa memiliki kemampuan yaitu, (1) berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewargenegaraan, (2) berpartispasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia baik secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan informasi.

Berdasarkan tujuan di atas, Mulyasa (dalam Ruminiati, 2007: 1.26) menyatakan ruang lingkup PKn meliputi aspek-aspek: (1) persatuan dan kesatuan, (2) norma hukum dan peraturan, (3) hak asasi manusia, (4) kebutuhan warga Negara, (5) konstitusi Negara, (6) kekuasaan politik, (7) kedudukan pancasila, dan, (8) globalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa, pendidikan kewarganegaraan berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai pancasila serta menerapkannya dalam kehidupan demokrasi, sehingga dapat menjadi warganegara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan dalam pancasila dan UUD 1945.

2.9 HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu “Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model induktif dengan media gambar serta


(33)

memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012”.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research (Asrori, 2009: 4). Dalam setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Menurut Hopkins (dalam Muslich, 2009: 8), mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Siklus penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Pengamatan III Perencanaan I

SIKLUS II SIKLUS I Refleksi I

Pengamatan I

Perencanaan II

Refleksi III

Pengamatan II Perencanaan III

Pelaksanaan III SIKLUS III

Pelaksanaan II Pelaksanaan I


(35)

Gambar 1. Siklus Tindakan dalam Penelitian Modifikasi dari Asrori, 2009: 4

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 1 orang guru dan 30 orang siswa, dengan komposisi 16 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

3.3 Setting Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV SDN 08 Metro Selatan Jl. Gembira No. 47 Kelurahan Sumbersari Bantul Kecamatan Metro Selatan Kota Metro.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dan dilaksanakan selama kurang lebih enam bulan, dimulai dari bulan Desember tahun 2011 sampai bulan Mei tahun 2012.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran PKn


(36)

menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari pre test dan post test.

3.5 Alat Pengumpulan Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar panduan observasi. Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas IV. Lembar panduan observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama berlangsungnya Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model induktif dengan media gambar.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa khususnya materi yang sudah dipelajari dengan menggunakan model induktif dengan media gambar.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

3.6.1 Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data persentase aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Persentase aktivitas siswa dan kinerja guru diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

NP

= x 100


(37)

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Persentase aktivitas belajar siswa dan kinerja guru memiliki kriteria keberhasilan sebagai berikut.

Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa dan Guru dalam (%).

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1 > 80 % Sangat Tinggi

2 60 - 79 % Tinggi

2 40 – 59 % Sedang

4 20 – 39 % Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah

3

(Sumber: Aqib, 2009: 41) 3.6.2 Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

x = Σ� Keterangan:

x = Nilai rata-rata yang dicari x = Jumlah nilai

N = Banyak siswa


(38)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

∑ siswa yang tuntas belajar

p = x 100 %

∑ siswa

Diadopsi Aqib (2009: 41) 3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah apabila adanya peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa setiap siklusnya.

3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas

3.8.1 Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

a) Pada tahap ini, diawali dengan pembuatan rencana perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada materi “Globalisasi” .

b) Persiapan dan pemilihan media gambar yang akan digunakan pada pembelajaran.

c) Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d) Menyusun soal-soal tes (pre test dan post test).

2. Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada materi “Globalisasi” untuk pertemuan pertama dan kedua, dengan menggunakan model induktif dengan media gambar meliputi beberapa tahap antara lain:


(39)

a) Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran.

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa melalui pelemparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan disajikan.

c) Guru mengadakan apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan. B. Kegiatan Inti

Eksplorasi

a) Diawal siklus siswa mengerjakan soal pre test untuk mengukur kemampuan awal belajar siswa.

b) Guru menggali pengetahuan awal dan pengalaman siswa mengenai globalisasi dan bukti globalisasi terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Elaborasi

a) Guru menunjukkan berbagai macam gambar bukti adanya globalisasi. b) Guru bertanya kepada siswa bukti adanya globalisasi berdasarkan

gambar-gambar yang ditunjukkan.

c) Kemudian guru menugaskan siswa untuk berdiskusi secara berkelompok, yang diawali dengan pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

d) Kelompok dibagikan lembar tugas kelompok (LTK) yang telah dirancang oleh guru. Sebelum memulai diskusi, siswa diberi kesempatan bertanya tentang pelaksanaan diskusi (pelaksanaan, pelaporan, penilaian dan lain-lain).

e) Kemudian setiap kelompok diminta untuk memberikan label (nama) pada gambar-gambar yang termasuk bukti adanya globalisasi pada LTK.


(40)

f) Berdasarkan gambar di LTK, kelompok berdiskusi untuk merumuskan bukti adanya globalisasi serta menyusun suatu generalisasi.

g) Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

h) Setelah semua kelompok maju, siswa bersama dengan guru menarik kesimpulan lanjut dari apa yang telah dipelajari.

Konfirmasi

a) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang kurang dipahami.

b) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

C. Kegiatan Penutup

a) Guru memberikan soal post test yang dikerjakan secara individu.

b) Guru melaksanakan tindak lanjut yaitu memberikan tugas rumah untuk menuliskan bukti globalisasi yang terjadi di sekitar lingkungan siswa dan merangkum.

3. Observasi (Observe)

Observer mengobservasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah disiapkan. 4. Refleksi (Reflect)

Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk melihat kembali kelemahan dan kebaikan dalam proses pembelajaran oleh guru dan menganalisis


(41)

aktivitas serta hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

3.8.2 Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh observer dan guru kemudian pada siklus ke II akan dilakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus ke I. Adapun pelaksanaan pada siklus II yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

a) Pada tahap ini, diawali dengan pembuatan rencana perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada materi “Dampak Globalisasi” .

b) Persiapan dan pemilihan media gambar yang akan digunakan pada pembelajaran.

c) Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d) Menyusun soal-soal tes (pre test dan post test). 2. Pelaksanaan (Action)

Pelaksanaan siklus ke II sama dengan siklus I disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat, dan materi pembelajaran adalah “Dampak Globalisasi”.

3. Observasi (Observe)

Observer mengobservasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah disiapkan. 4. Refleksi (reflect)

Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk melihat kembali kelemahan dan kebaikan dalam proses pembelajaran oleh guru dan menganalisis aktivitas serta hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai


(42)

pedoman untuk membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

3.8.3 Siklus III

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh observer dan guru kemudian pada siklus ke III akan dilakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus ke II. Adapun pelaksanaan pada siklus III yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

a) Pada tahap ini, diawali dengan pembuatan rencana perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada materi “Menyikapi Pengaruh Globalisasi”.

b) Persiapan dan pemilihan media gambar yang akan digunakan pada pembelajaran.

c) Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d) Menyusun soal-soal tes (pretest dan post test). 2. Pelaksanaan (Action)

Pelaksanaan siklus ke III sama dengan siklus II disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat, dan materi pembelajaran adalah “Menyikapi Pengaruh Globalisasi”.

3. Observasi (Observe)

Observer mengobservasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah disiapkan. 4. Refleksi (Reflect)

Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk melihat kembali kelemahan dan kebaikan dalam proses pembelajaran oleh guru dan menganalisis


(43)

aktivitas serta hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dan apakah masih perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar di kelas IV SDN 08 Metro Selatan adalah sebagai berikut:

No Jenis Kegiatan

Bulan

Desember Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan X X X X

a. Seminar Proposal b. Perbaikan

X X

2. Pelaksanaan Siklus 1

a. Perencanaan tindakan

X X

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi

X X

c. Analisis dan refleksi X X

3. Pelaksanaan siklus 2

a. Perencanaan tindakan

X X

b. Pelaksanaan tindakan dan


(44)

Keterangan : Tanda (X) adalah waktu yang ditetapkan

observasi

c. Analisis dan refleksi X X

4. Pelaksanaan siklus 3

a. Perencanaan tindakan

X X

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi

X X

c. Analisis dan refleksi X X

5. Penyusunan laporan hasil penelitian

a. Menyusun draf hasil penelitian

X X X

b. Menyelenggarakan seminar daftar hasil penelitian

c. Perbaikan

X

X X

6. Ujian Skripsi

a. Menyelenggarakan ujian skripsi

X

b. Perbaikan X

7. Penggandaan dan Pendistribusian


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan pada mata pelajaran PKn dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai aktivitas siswa, pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I diperoleh persentase aktivitas siswa sebesar 53,70% dengan peningkatan sebesar 7,77%, pada siklus II sebesar 64,07% dengan peningkatan 3,7% dan pada siklus III sebesar 82,96% dengan peningkatan 5,92%.

2. Penggunaan model pembelajaran induktif dengan media gambar pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 08 Metro Selatan. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai hasil belajar siswa, pada setiap siklus terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 59,67 menjadi 63,67, sehingga terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa sebesar 4. Kemudian nilai rata-rata siklus III meningkat dari siklus II yaitu 63,67 menjadi 80,17, sehingga terjadi peningkatan sebesar 16,5. Selain itu ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa (43,33%) disiklus I, menjadi 19 siswa (63,33%) disiklus II dan pada siklus III meningkat menjadi 26 siswa (86,67%) walaupun pada umumnya belum mendapatkan nilai yang sempurna.


(46)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa hal yang perlu disarankan kepada pihak-pihak terkait, antara lain:

1. Kepada siswa, hendaknya membudayakan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Kepada guru, hendaknya dalam pembelajaran PKn guru menggunakan model pembelajaran induktif dengan media gambar, sehingga membuat siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran serta dapat memperoleh hasil yang baik dari pembelajaran tersebut.

3. Kepada sekolah, hendaknya selalu mendukung dan memotivasi guru untuk melakukan PTK, dan memberi kesempatan kepada guru untuk bebas berkreasi dalam melakukan kegiatan profesinya, dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tersebut.

4. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dapat lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru sekolah dasar yang profesional.


(47)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF

DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Siska Silvia Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(48)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF

DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

Siska Silvia Sari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(49)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada tanggal 2 Desember 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Nimbang Adat dan Ibu Lela Wati, S.E.

Riwayat Pendidikan Peneliti

1. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Cindelaras Negara Ratu diselesaikan pada tahun 1996.

2. Sekolah Dasar 01 Negara Ratu diselesaikan pada tahun 2002.

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 03 Sungkai Utara diselesaikan pada tahun 2005.

4. Sekolah Menengah Umum diselesaikan di SMU N 2 Kotabumi pada tahun 2008. 5. Tahun 2008, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan, Program

Studi S-I PGSD melalui jalur PKAB (Penelurusan Kemampuan Akademik dan Bakat) di Universitas Lampung.


(50)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Tindakan dalam Penelitian ... 39

2. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 128

3. Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus ... 130

4. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran ... 133


(51)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas ... 8

2.2 Pengertian Belajar ... 9

2.3 Pengertian Aktivitas Belajar ... 10

2.4 Pengertian Hasil Belajar ... 12

2.5 Pengertian Pembelajaran ... 13

2.6 Pengertian Model Pembelajaran Induktif ... 15

2.6.1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Induktif... 17

2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Induktif ... 19

2.7 Pengertian Media Gambar ... 22

2.7.1 Fungsi Media Gambar ... 26

2.7.2 Karakteristik Media Gambar... 28

2.7.3 Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar ... 29

2.7.4 Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar ... 33

2.8 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 35

2.9 Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian ... 38


(52)

3.2 Subjek Penelitian ... 39

3.3 Setting Penelitian ... 40

3.3.1 Tempat Penelitian ... 40

3.3.2 Waktu Penelitian ... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Alat Pengumpulan Data ... 40

3.6 Teknik Analisis Data ... 41

3.6.1 Kualitatif ... 41

3.6.2 Kuantitatif ... 42

3.7 Indikator Keberhasilan ... 43

3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 43

3.8.1 Siklus I ... 43

1. Perencanaan (Planning) ... 43

2. Pelaksanaan (Action) ... 43

3. Observasi (Observe) ... 46

4. Refleksi (Reflect) ... 46

3.8.2 Siklus II ... 46

1. Perencanaan (Planning) ... 46

2. Pelaksanaan (Action) ... 47

3. Observasi (Observe) ... 47

4. Refleksi (Reflect) ... 47

3.8.3 Siklus III ... 47

1. Perencanaan (Planning) ... 47

2. Pelaksanaan (Action) ... 48

3. Observasi (Observe) ... 48

4. Refleksi (Reflect) ... 48

3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil SDN 08 Metro Selatan ... 51

4.2 Prosedur Penelitian ... 52

4.2.1 Deskripsi Awal ... 52

4.2.2 Refleksi Awal ... 53


(53)

4.3 Hasil Temuan ... 54

4.3.1 Siklus I ... 54

4.3.1.1 Perencanaan ... 54

4.3.1.2 Pelaksanaan ... 55

4.3.1.3 Hasil Observasi pada Siklus I ... 60

4.3.1.4 Refleksi ... 72

4.3.1.5 Saran Perbaikan/Tindakan untuk Siklus II ... 77

4.3.2 Siklus II ... 81

4.3.2.1 Perencanaan ... 81

4.3.2.2 Pelaksanaan ... 82

4.3.2.3 Hasil Observasi pada Siklus II ... 87

4.3.2.4 Refleksi ... 99

4.3.2.5 Saran Perbaikan/Tindakan untuk Siklus III .... 103

4.3.3 Siklus III ... 107

4.3.3.1 Perencanaan ... 107

4.3.3.2 Pelaksanaan ... 107

4.3.3.3 Hasil Observasi pada Siklus III ... 112

4.3.3.4 Refleksi ... 123

4.4 Pembahasan ... 127

4.4.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 127

4.4.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 129

4.4.3 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran... 131

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 136

5.2 Saran ... 137 DAFTAR PUSTAKA


(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian ... 143

2. Surat Izin Penelitian ... 144

3. Surat Penelitian Pendahuluan ... 145

4. Surat Izin Penelitian SD ... 146

5. Surat Pernyataan ... 147

6. Surat Keterangan Penelitian SD ... 148

7. Bahan Ajar ... 149

8. Pemetaan PKn Kelas IV SD ... 153

9. Silabus PKn Kelas IV SD ... 160

10. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 167

11. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 177

12. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ... 186

13. Lembar Tugas Kelompok Siklus I ... 197

14. Lembar Tugas Kelompok Siklus II ... 201

15. Lembar Tugas Kelompok Siklus III ... 205

16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 209

17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ... 211

18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ... 213

19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ... 215

20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan I ... 217

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan II ... 219

22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ... 221

23. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ... 223

24. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ... 225

25. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II ... 227

26. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan I ... 229

27. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan II ... 231


(55)

29. Daftar Nilai Post Test Siklus I ... 234

30. Daftar Nilai Pre Test Siklus II ... 235

31. Daftar Nilai Post Test Siklus II ... 236

32. Daftar Nilai Pre Test Siklus III ... 237

33. Daftar Nilai Post Test Siklus III ... 238

34. Hasil Belajar Siswa (Post test) Siklus I ... 239

35. Hasil Belajar Siswa (Post test) Siklus II ... 240

36. Hasil Belajar Siswa (Post test) Siklus III ... 241

37. Daftar Hadir ... 242

38. Foto Pembelajaran Pada Siklus I ... 243

39. Foto Pembelajaran Pada Siklus II ... 246


(56)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

[[Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Dikti Depdiknas. Jakarta. Abu. Pembelajaran model induktiktif

http://www.scribd.com/doc/46631829/induktif. Di akses tanggal 15-12-2011. @ 17.45

WIB.

Al Rasjid, Djedjen, dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Upi Press. Bandung.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta. Angkowo R. dan Kosasih A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta.


(1)

6. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan petunjuk dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu, mengarahkan, membimbing dan memberikan petunjuk dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Rapani, M.Pd. selaku Dosen Penguji/Pembahas yang telah memberikan banyak masukan yang berarti dalam penulisan skrispsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan PGSD UPP Metro yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Ibu Dra. Dwipatmawati selaku Kepala SDN 08 Metro Selatan atas kerjasamanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

11. Ibu Nurhayati, S.Pd. selaku guru kelas IV SDN 08 Metro Selatan atas kerjasamanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

12. Keluarga dan saudara-saudara peneliti yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material demi keberhasilan studi peneliti.

13. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi PGSD UPP Metro khususnya angkatan 2008, atas kebersamaannya selama ini.

Semoga atas segala petunjuk serta amal baik yang diberikan kepada peneliti mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT. Peneliti menyadari mungkin masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisan dan isinya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu peneliti harapkan.


(2)

Metro, Mei 2012 Peneliti


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. A. Sudirman, M. H. ...

Sekretaris : Drs. Mugiadi, M. Pd. ...

Penguji Utama : Drs. Rapani, M. Pd. ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan

Dr. Hi. Bujang Rahman. M. Si. NIP 19600315 198503 1 003


(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siska Silvia Sari

NPM : 0813053009

Program studi : S- 1 PGSD Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa menggunakan Model Pembelajaran Induktif dengan Media Gambar pada

Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDN 08 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah asli

hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, 29 Mei 2012

Yang membuat pernyataan

Siska Silvia Sari NPM 0813053009


(5)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan karyaku ini untuk:

1. Papa dan Mamaku tercinta yang telah banyak memberikan nasehat, semangat dan doanya demi keberhasilan peneliti.

2. Adik-adikku yang selalu mendoakan serta menantikan keberhasilan peneliti.

3. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali peneliti dengan Ilmu Pengetahuan yang bermanfaat.

4. Teman terdekatku yang selalu memberikan ku semangat. 5. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(6)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF

DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Siska Silvia Sari N P M : 0813053009 Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. A. Sudirman, S. Pd, M.H. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 19540505 198303 1 003 NIP 19520511 197207 1 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd. NIP 19510507 198103 1 002


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 69

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 33 62

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

6 29 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

37 320 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 14 62

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SDN 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SDN 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 3 NEGARARATU KECAMATAN NATAR

0 16 18

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SDN 1 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5 23 53