Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 melalui metode inkuiri terbimbing.

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN 1 MELALUI

METODE INKUIRI TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Wahyu Setiawan NIM : 091134140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN 1 MELALUI

METODE INKUIRI TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Wahyu Setiawan NIM : 091134140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ayah dan Ibuku yang selalu menyebut namaku dalam setiap doanya

Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat, motivasi serta dukungan moril kepadaku


(6)

v

MOTTO

“Janganlah mau karena bisa, tetapi bisalah karena mau”

“Keberhasilan hanya dapat dicapai dengan kesabaran”

(HR. Tirmidzi)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu

, padahal ia amat baik bagimu,

dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk

bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 02 Mei 2013

Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Wahyu Setiawan

NIM : 091134140

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN 1 MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 16 Juli 2013 Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN 1 MELALUI METODE INKUIRI

TERBIMBING

Wahyu Setiawan NIM: 091134140

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V di SD Negeri Plaosan 1 tahun pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran IPA (2) mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Plaosan 1 tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 1 siklus selama tiga pertemuan. Pembelajaran dalam setiap pertemuan dilaksanakan melalui metode inkuiri terbimbing. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data tentang prestasi belajar siswa diperoleh dari lembar kerja siswa selama penelitian berlangsung dan hasil evaluasi di akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode inkuiri terbimbing mendorong keaktifan siswa dalam bertanya jawab kepada siswa yang lain maupun kepada guru, mengemukakan pendapat ketika berdiskusi dalam kelompok, dan mengerjakan tugas selama proses pembelajaran IPA. Peningkatan keaktifan siswa dibuktikan dengan peningkatan persentase siswa yang bertanya kepada guru dan atau teman meningkat dari 28% pada kondisi awal menjadi 32% pada akhir siklus. Persentase siswa yang mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok meningkat dari 16% pada kondisi awal menjadi 40% pada akhir siklus. Persentase siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam proses pembelajaran meningkat dari 16% pada kondisi awal menjadi 44% pada akhir siklus. Peningkatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan peningkatan persentase siswa yang tuntas KKM dari 50% pada kondisi awal menjadi 80% pada kondisi akhir.


(10)

ix ABSTRACT

IMPROVING THE ACTIVENESS AND ACHIEVEMENT OF THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI PLAOSAN I IN LEARNING SCIENCE

USING GUIDED INQUIRY METHOD

Wahyu Setiawan NIM: 091134140

This research was intended to know (1) use of guided inquiry method to improve the activenessstudents of SD Plaosan I academic year 2012/2013 in learning science (2) to know use of guided inquiry method to improve achievement of the fifth grade students of SD Plaosan I academic year 2012/2013 in learning science. It used action research which was conducted in one cycle during three meetings. The learning process in each meeting was conducted using

guided inquiry method. The students’ activeness data were collected from the

observation sheets filled by the observer during the learning process. In addition,

the students’ learning achievement data were collected from the students’

worksheets during the research and the evaluation result in the end of the research.

The research result showed that the learning process using guided inquiry method could improve the students’ activeness in asking for the answer to the other students or to the teacher, expressing idea in group discussion, and doing

the task during the science learning process. The improvement of the students’

activeness could be proven by the increasing of the percentage of students who asked to the teacher or the other students about the science learning material from 28% to 32% at the end of the research.The percentage of the students expressing their idea during the group discussion increased from 16% to 40% at the end of the research. The percentage of the students doing the task from the teacher increased from 16% to 44% at the end of the research. On the other hand,

the improvement of the students’ learning achievement was proven by the

increasing of the percentage of the students who could achieve the KKM passing grade increased from 50% to 80% at the end of the research.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi pendidikan guru sekolah dasar.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Yang Terhormat:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Kaprodi PGSD.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD sekaligus pembimbing I.

4. Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech., selaku pembimbing II.

5. Orang tuaku Soepardi B. dan Sumarti, yang telah memberikan dukungan moral maupun material.

6. Tri Wuryanti dan Istanti, selaku kakakku yang telah memberikan banyak motivasi dan semangat.

7. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.

8. Sumarjoko, S.Ag., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Plaosan 1, Bapak/Ibu guru dan siswa-siswi kelas V SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2013/2014 yang telah banyak membantu dalam penelitian.

9. Junedi, S.Pd. SD., selaku guru kelas V yang telah memberikan waktu kesempatan untuk melaksanakan penelitian di kelas V.

10. Bapak, Ibu validator yang telah membantu penulis.

11. Semua teman bimbingan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

12. Teman-temanku S1 PGSD angkatan 2009 khususnya kelas B, yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

13. Teman-teman PPL, Lely, Uswa, Galeh, dan Arifin yang telah memberikan bantuan dalam penelitian.


(12)

xi

14. Mbak Wiwin, Helga, Dodo, Eka, Dien, Vivin, Primandani, Desti, yang telah

membantu penulis.

15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memilki banyak kekurangan, meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 16 Juli 2013 Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Batasan Masalah ... 8

1.5 Definisi Operasional ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori ... 10

2.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ... 20

2.3 Teori Konstruktivism ... 21

2.4 Metode Inkuiri ... 22

2.5 Penelitian Tindakan Kelas ... 27


(14)

xiii

2.7 Desain Penelitian yang Relevan ... 33

2.8 Kerangka Berpikir ... 34

2.9 Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 37

3.2.Rencana Tindakan ... 38

3.3.Setting Penelitian ... 43

3.4.Instrumen Penelitian ... 44

3.5.Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.6.Indeks Kesukaran Soal ... 54

3.7.Teknik Pengumpulan Data... 55

3.8.Analisis Data ... 55

3.9.Jadwal Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Penelitian ... 59

4.2.Hasil Penelitian ... 64

4.3.Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN 5.1.Kesimpulan ... 105

5.2.Keterbatasan Penelitian ... 106

5.3.Saran ... 106


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Indikator Keberhasilan ... 42

Tabel III.2 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 45

Tabel III.3 Hasil Validasi Silabus ... 47

Tabel III.4 Hasil Validasi RPP ... 48

Tabel III.5 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 51

Tabel III.6 Indikator Soal Sesudah Validasi ... 52

Tabel III.7 Kualifikasi Reliabilitas ... 53

Tabel III.8 Reliability Statistic ... 53

Tabel III.9 Jadwal Penelitian ... 58

Tabel IV.1 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Pertama ... 65

Tabel IV.2 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Kedua ... 67

Tabel IV.3 Rangkuman Keaktifan Siswa pada Pertemuan Ketiga ... 68

Tabel IV.4 Rangkuman Keaktifan Siswa dari Seluruh Pertemuan ... 70

Tabel IV.5 Prestasi Belajar Pertemuan Pertama ... 72

Tabel IV.6 Prestasi Belajar Pertemuan Kedua ... 73

Tabel IV.7 Prestasi Belajar Pertemuan Ketiga ... 74

Tabel IV.8 Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 75

Tabel IV.9 Keaktifan Siswa pada Indikator Pertama ... 77


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Indikator Keaktifan ... 14

Gambar II.2 Desain Penelitian yang Relevan ... 33

Gambar III.1 Model PTK Kemmis & McTaggart ... 38

Gambar IV.1 Rumusan Masalah dan Hipotesis Siswa ... 79

Gambar IV.2 LKS Kelompok “Einstein” pada Pertemuan Pertama ... 87

Gambar IV.3 LKS Kelompok “Issac Newton” pada Pertemuan Pertama ... 89

Gambar IV.4 LKS Kelompok “Einstein” pada Pertemuan Kedua ... 91

Gambar IV.5 LKS Kelompok “Issac Newton” pada Pertemuan Kedua ... 92

Gambar IV.6 LKS Kelompok “A. Einstein” pada Percobaan I ... 93

Gambar IV.7 Hasil LKS Kelompok “A. Einstein” pada Percobaan II ... 94

Gambar IV.8 Hasil LKS Kelompok “A. Einstein” pada Percobaan III ... 95

Gambar IV.9 Hasil LKS Kelompok “Issac Newton” pada Pecobaan I ... 96

Gambar IV.10 Hasil LKS Kelompok “Issac Newton” pada Pecobaan II ... 97

Gambar IV.11 Hasil LKS Kelompok “Issac Newton” pada Pecobaan III ... 98

Gambar IV.12 Hasil Evaluasi I. Y. ... 100


(17)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Hasil Keaktifan Siswa dalam Satu Siklus ... 71 Grafik 2. Persentase KKM Siswa ... 76


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Penelitian ... 110

Lampiran 2. Silabus Pembelajaran ... 112

Lampiran 3. RPP Pertemuan 1 ... 122

Lampiran 4. RPP Pertemuan 2 ... 127

Lampiran 5. RPP Pertemuan 3 ... 133

Lampiran 6. LKS Pertemuan 1 ... 137

Lampiran 7. LKS Pertemuan 2 ... 140

Lampiran 8. LKS Pertemuan 3 ... 144

Lampiran 9. Validasi Instumen Pembelajaran oleh Dosen ... 150

Lampiran 10. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Kepala Sekolah ... 152

Lampiran 11. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Guru ... 154

Lampiran 12. Soal Evaluasi ... 156

Lampiran 13. Lembar Observasi Keaktifan ... 160

Lampiran 14. Anilisis Butir Soal ... 161

Lampiran 15. PenghitunganSoal menggunakan SPSS 16.0 ... 163

Lampiran 16. Penghitungan Indeks Kesukaran Soal ... 164

Lampiran 17 Foto-Foto Kegiatan ... 165


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini ada tujuh hal yang akan dibahas. Ketujuh hal tersebut adalah latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1

(Mulyasa, 2008: 25) menyebutkan bahwa “proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik". Jadi dalam proses pembelajaran bukan hanya kegiatan penyampaian informasi dari guru kepada siswa, melainkan kegiatan pendidikan yang diajarkan secara utuh dalam membentuk kepribadian dan intelektual anak.

Proses pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian dan intelektual anak secara utuh tidak cukup hanya dengan penjelasan, melainkan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan dan mempelajari sendiri dari materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya memberikan atau mentransfer pengetahuan dari guru sebagai sumber pengetahuan kepada anak didik, melainkananak didiklah yang membangun atau


(20)

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, serta lingkungan mereka. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi pengetahuan dibangun oleh orang yang belajar (Suparno, 1997: 28-29).

Proses pembelajaran di kelas sebaiknya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, maka guru di kelas hendaknya dapat menciptakan berbagai macam inovasi pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau PAKEM sehingga siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran (Djamarah, Syaiful Bahri, Zain, Aswan, 2010: 323). Siswa akan lebih aktif dalam menyampaikan pendapat, bertanya, mengamati, dan menjadikan siswa sebagai pembelajar bukan hanya sebagai gelas kosong yang relatif di isi dengan ilmu pengetahuan. Pada kenyataannya, idealisme proses pembelajaran seperti disebutkan di atas belum sepenuhnya terjadi di lapangan, misalnya di SDN Plaosan 1.

Dari pengamatan langsung di kelas V SD Negeri Plaosan1 tanggal 25 September 2012tampak bahwa para siswaduduk diam dan mendengarkan penjelasan dari guru yang menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan mata pelajaran IPA. Ketika guru menggambar organ pencernaan di papan tulis dan menjelaskannya hanya 20% dari 25 siswa mencatat apa yang diterangkan oleh guru mengenai sistem pencernaan manusia. Ketika guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa, 80% dari 25 siswa diam tidak memberikan jawaban, guru harus menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.Begitu pula ketika guru


(21)

memberikan tugas untuk mengerjakan dipapan tulis, sebanyak 84% siswa diam, sehingga siswapun harus ditunjuk untuk mengerjakannya.

Dilanjutkan dengan hasil observasi pada tanggal 10 Oktober 2012, terlihat bahwa dalam pembelajaran di kelas, guru masih dominan dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa pasif dan tidak memperhatikan dengan serius materi yang disampaikan oleh guru. Ketika guru memberikan soal untuk dikerjakan di papan tulis, siswa masih ditunjuk oleh guru untuk mengerjakan soal yang diberikan. Saat siswa mengerjakan dipapan tulis, siswa tersebut menulis dengan jawaban yang salah. Soal yang diberikan oleh guru adalah “Sebutkan alat-alat

pencernaan manusia secara urut!”(pada saat itu materinya adalah sistem

pencernaan manusia) dua siswa menjawab dengan menuliskan “mulut dan

kerongkongan” sedangkan salah seorang siswa menulis dengan menuliskan jawaban “usus halus”, dimana jawaban yang benar adalah lambung. Namun, 80% siswa di kelas hanya membiarkan dan tidak memberi tanggapan terhadap jawaban siswa tersebut, bahkan siswa yang selanjutnya ditunjuk oleh gurupun diam tidak memberikan pendapat bahwa jawaban “usus halus” adalah salah, ia pun langsung menjawab dengan menuliskan “usus halus” sehingga gurulah yang meminta siswa tersebut untuk membetulkan jawabannya.

Temuan gejala masalah tersebut dikonfirmasioleh guru kelas V

(komunikasi pribadi, 10 Oktober 2012) dalam wawancara

sesudahpelajaran bahwadalam kegiatan pembelajaran siswa di kelas V sangat pasif. Guru juga menjelaskan bahwa ketika dalam diskusi hanya 4


(22)

siswa dari 25 siswa (16%) ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi seperti mengajukan usul dan menyampaikan pendapat, sedangkan siswa yang lain hanya sebagai pelengkap dalam kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya keterlibatan siswa dalam mengemukakan pendapat ketika berdiskusi dalam kelompok. Sedangkan dalam proses pembelajaran di kelas, hanya 7 siswa dari 25 siswa (28%) berani untuk mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tanpa ditunjuk, sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan dan diam. Hal

ini menjelaskan bahwa dalam pembelajaran di kelas masih

menggunakanpembelajaran tradisional, dimana guru masih mendominasi dalam menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

Dari observasi dokumen, daftar nilai siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2012/2013, sebanyak 60% dari 25 siswa mendapat nilai kurang dari 6,00 dengan nilai rata-rata ulangan harian dalam mata pelajaran IPA adalah 5,38 sedangkan KKM ulangan harian pada mata pelajaran IPA adalah 6,00. Sedangkan data dari nilai ulangan harian pada semester II tahun 2011/2012, sebanyak 50% dari 24 siswa mendapat nilai kurang dari 6,00. Rata-rata nilai ulangan harian adalah 5,75 sedangkan KKM ulangan harian dalam mata pelajaran IPA adalah 6,00. Hal ini menandakan bahwa rendahnya prestasi belajar dalam mata pelajaran IPA yang masih berada di bawah KKM.

Dilihat dari hasil pengumpulan data melalui observasi dan wawancara, proses pembelajaran di SD Negeri Plaosan 1 kelas V


(23)

khususnya mata pelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Hakiim (2009: 52) keaktifan siswa selama proses pembelajaran meliputi keaktifan dalam penginderaan, keaktifan dalam mengolah ide, dan menyatakan ide. Hal ini terlihat dari hasil observasi kelas tanggal 10 Oktober 2012, hanya 4 siswa dari 25 siswa (16%) terlibat dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab tentang materi pembelajaran IPA selama proses pembelajaran. Kurangnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa karena siswa tidak terlibat secara utuh baik secara fisik maupun secara mental dalam proses pembelajaran. Siswa tidak membangun pemahamannya sendiri dalam mendalami materi pelajaran namun hanya menerima penjelasan dari guru.

Berpijak dari masalah tentang rendahnya keaktifan dan prestasi belajar di SDN Plaosan 1 khususnya mata pelajaran IPA, maka dibutuhkan metode untuk dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar seluruh siswa agar setiap siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran. Menurut Surya (2004: 7) pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Kelas tersebut membutuhkan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai sumber belajar, baik dari pengamatan, dari teman-temannya maupun dari berbagai sumber yang


(24)

dapat memberikan makna bagi siswa.Dengan demikian,proses pembelajaran IPA di kelas tersebut dapat mengembangkan siswa secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Untuk itu dibutuhkan metode yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Metode tersebut diantaranya adalah metode inkuiri. Menurut Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2007: 109) mengatakan bahwa metode inkuiri terbagi menjadi tiga macam yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified inquiry).

Peneliti memilih menggunakan metode inkuiri terbimbing karena melalui metode inkuiri terbimbing dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir tetapi juga ikut terlibat secara fisik maupun mental. Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam. Siswa akan membentuk pemahaman dengan baik dan sempurna karena siswa dapat mengamati tentang apa yang diperlihatkan guru selama pembelajaran berlangsung (Roestiyah, 2001: 83). Hasilpenelitian Purbatin (2010) dan Widyaningsih (2010) menunjukkan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah (2008) menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran IPA.

Jadi dengan metode inkuiri terbimbing siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari sehingga pemahaman akan materi yang dipelajari dapat tertanam secara kokoh di


(25)

dalam ingatan siswa. Dengan metode inkuiri terbimbing pembelajaran terletak pada diri siswa yang sedang belajar. Siswa sendirilah yang membangun pengetahuannya sendiri bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa berusaha menemukan pengetahuan dari berbagai sumber belajar baik benda maupun peristiwa yang ditunjukkan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Selain itu untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, metode inkuiri terbimbing akan memberikan dorongan rasa ingin tahu pada diri siswa, sehingga siswa akan berusaha mencari dan menemukan sendiri tentang konsep yang sedang dipelajarinya. Siswa akan berusaha secara aktif untuk mencari informasi dan data yang dibutuhkan untuk mengkaji suatu permasalahan dalam proses pembelajaran, baik dengan diskusi maupun mencari informasi dari sumber yang lain. Jadi metode inkuiri terbimbing dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah, peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

5.1. Bagaimana penerapan metode inkuiri terbimbing dalam upaya untuk

meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 dalam mata pelajaran IPA?

5.2. Bagaimana penerapan metode inkuiri terbimbingdalam upaya untuk


(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1. untuk mengetahui penerapan metode inkuiri terbimbing dalam upaya

untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 dalam mata pelajaran IPA.

1.3.2. untuk mengetahui penerapan metode inkuiri terbimbing dalam upaya

untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1.

1.4 Batasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah dan tersirat dalam rumusan masalah dan karena luasnya materi IPA di Sekolah Dasar maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPA. Masalah dibatasi pada kompetensi dasar 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan materi jenis batuan dan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing.

1.5 Definisi Operasional

Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi pengertian sebagai berikut:

1.5.1. Prestasi belajar merupakan merupakan hasil yang telah dicapai dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan suatu pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai.


(27)

1.5.2. Keaktifan merupakan pola tingkah laku siswa yang ditandai dengan bertanya, memberikan jawaban, memberikan pendapat, menanggapi pendapat serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran.

1.5.3. Metode inkuiri terbimbing adalah metodemetode inkuiri dimana

pelaksanaan proses pembelajarannya dilakukan atas petunjuk dari guru.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.6.1. bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman yang berharga dalam upaya menerapkan teori yang telah diterima untuk menerapkan metode inkuiri yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SDNegeri Plaosan 1 khususnya dalam mata pelajaran IPA.

1.6.2. bagi siswa

Dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa khususnya penerapan metode inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA.

1.6.3. bagi guru

Dapat menjadi masukan untuk membuat pembelajaran inovatif yang dapat dikembangkan dalam berbagai materi pelajaran yang lain.

1.6.4. bagi sekolah

Dapat menambah bahan bacaan yang dapat memberikan dorongan untuk para guru dalam melakukan pembaharuan dalam pembelajaran yang inovatif.


(28)

10

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Pada bagian tinjauan literatur ini ada sembilan hal yang akan dibahas. Sembilan hal tersebut adalah kajian teori, hakikat ilmu pengetahuan alam, teori konstruktivisme, metode inkuiri, penelitian tindakan kelas, penelitian yang relevan, desain penelitian yang relevan, kerangka berpikir serta hipotesis tindakan.

2.1. Kajian Teori

Pada bagian kajian teori ada tiga hal yang akan dibahas. Ketiga hal tersebut adalah keaktifan belajar, belajar, dan prestasi belajar.

2.1.1 Keaktifan Belajar

Pada bagian keaktifan belajar ada dua hal yang akan dibahas. Kedua hal tersebut adalah pengertian keaktifan dan indikator keaktifan.

2.1.1.1Pengertian Keaktifan

Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008: 31) berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan berarti kegiatan; kesibukan. Menurut Yamin (2007: 76) aktif dalam diri seseorang berarti adanya keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006: 45) mengatakan bahwa:

“keaktifan dalam proses pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Dari kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, serta berlatih keterampilan-keterampilan. Sedangkan contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,


(29)

membandingkan suatu konsep dengan yang lain serta

menyimpulkan hasil percobaan.”

Jadi, keaktifan merupakan kemampuan yang dilakukan siswa untuk terlibat secara fisik maupun mental yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Bentuk keaktifan secara fisik ditandai dengan partisipasi siswa dalammembaca, mendengar, menulis, serta berlatih keterampilan-keterampilan. Bentuk keaktifan secara psikis berupa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, membandingkan konsep serta kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil percobaan.

2.1.1.2Indikator Keaktifan

Keaktifan siswa dalam proses belajar memiliki bentuk yang beraneka ragam. Menurut Hakiim (2009: 52) bentuk keaktifan siswa dalam proses belajar meliputi keaktifan dalam penginderaan, mengolah ide-ide, dan menyatakan ide. Keaktifan yang pertama yaitu keaktifan dalam penginderaan yaitu melihat, mendengar, mencium, merasa, dan meraba. Kegiatan penginderaan melibatkan aspek jasmani atau fisik dalam diri siswa. Menurut Hakiim (2009: 52) kegiatan penginderaan dapat memberikan kesan sebagai dasar terjadinya perubahan bentuk tingkah laku pada diri seseorang dalam proses belajar siswa. Kegiatan penginderaan tersebut meliputi mendengar, melihat, merasa, meraba dan mencium. Keaktifan dalam mendengar dan melihat siswa dapat menangkap kesan tentang objek yang berasal dari luar. Siswa dapat memahami perbedaan beberapa benda melalui rabaan, bau yang dapat tercium, atau rasa yang dapat dikecapnya yang dapat membedakan benda dari benda lainnya.


(30)

Proses belajar dapat berjalan dengan tingkat keberhasilan lebih baik bila melibatkan penginderaan yang lebih kompleks, yaitu menggunakan indera melihat, mendengar, mencium, merasa, dan meraba.

Keaktifan siswa yang kedua yaitu keaktifan siswa dalam mengolah ide. Siswa melakukan proses berpikir atau proses kognisi menurut Hakiim (2009: 52) ketika siswa melakukan proses pengolahan ide. Proses pengolahan ide diperoleh dari respon atau tanggapan siswa yang diberikan baik dari keterangan yang disampaikan secara lisan maupun tertulis, atau melalui proses penginderaan. Tanggapan atau respon dari siswa ketika siswa menerima keterangan atau informasi baik lisan atau tertulis akan membentuk pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai pada diri siswa.

Keaktifan yang ketiga yaitu keaktifan siswa dalam mengemukakan gagasan atau ide. Kegiatan menyatakan ide menurut Hakiim (2009: 52) dapat terwujud melalui kegiatan diskusi, melakukan eksperimen atau percobaan, atau melalui proses penemuan. Kegiatan dalam diskusi, melakukan percobaan dapat mendorong siswa untuk melakukan proses berpikir atau proses kognisi.

Berbeda dengan pendapat Hakiim, menurut Sudjana (2009: 61)keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam beberapa kegiatan. Kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu (1) Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajar dalam proses belajar. (2) Siswa terlibat dalam


(31)

pemecahan masalah dalam kegiatan belajar. (3) Siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. (4) Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya. (5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. (6) Siswa melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal dalam kegiatan belajarnya. (7) Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Indikator keaktifan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) meliputi beberapa hal. Indikator keaktifan tersebut yaitu (1) Siswa mencatat tugas yang diberikan guru dalam pembelajaran. (2) Siswa berdiskusi dalam kelompok selama proses pembelajaran. (3) Siswa terlibat dalam proses tanya jawab. (4) Siswa terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Dari ketiga ahli tersebut, pemetaan indikator keaktifan dapat dilihat pada gambar II.1 halaman 14.


(32)

Gambar II. 1 Indikator Keaktifan

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menurut Sudjana (2009: 61) yaitu: 1.Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajar dalam proses belajar 2.Siswa terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan belajar.

3.Siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4.Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya.

5.Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6.Siswa melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal dalam kegiatan

belajarnya.

7.Siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Bentuk keaktifan siswa dalam proses belajar menurut Hakiim (2009: 52) meliputi: 1.keaktifan dalam penginderaan

2.mengolah ide-ide 3. menyatakan ide

Indikator keaktifan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) yaitu 1.Siswa mencatat tugas yang diberikan guru dalam pembelajaran 2.Siswa berdiskusi dalam kelompok selama proses pembelajaran 3.Siswa terlibat dalam proses tanya jawab

4.Siswa terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Bertanya kepada siswa lain bila tidak memahami persoalan Bertanya kepada guru bila tidak memahami persoalan Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru Mengemuka kan gagasan secara spontan Mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan Turut serta dalam mengerjakan tugas

Bertanya kepada guru dan

atau teman tentang materi

pembelajaran IPA saat proses

pembelajaran

Mengemukakan pendapat

ketika berdiskusi kelompok

Mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru dalam


(33)

Dari gambar II.1 menjelaskan bahwa indikator keaktifan dalam proses pembelajaran meliputi tiga indikator. Ketiga indikator tersebut yaitu (1) bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran ketika pembelajaran, (2) mengemukakan pendapat ketika berdiskusi dalam kelompok serta (3) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran.

2.1.2 Belajar

Pada bagian belajar ada dua hal yang akan dibahas. Kedua hal yang akan dibahas adalah pengertian belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

2.1.2.1Pengertian Belajar

Belajar menurut Winkel (2004: 59) merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut Fudyartanto (2002: 151) mengartikan belajar sebagai usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan; sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya. Menurut Witherington dalam Sukmadinata (2009: 155) berpendapat bahwa “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Berbeda dengan pendapat Witherington, Hilgard dalam Sukmadinata (2009: 156) mengatakan bahwa belajar


(34)

merupakan suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi.

Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Suparno (1997: 61) belajar sebagai proses menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pemahamannya dapat dikembangkan. Menurut Gagne dalam Dahar (2011: 2) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan organisme sebagai akibat pengalaman. Dari beberapa ahli tersebut, peneliti merumuskan bahwa belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena interaksi dengan lingkungannya atau pengalaman.

2.1.2.2Faktor yang mempengaruhi belajar

Keberhasilan dan usaha belajar pada diri seseorang menurut Slameto (2010: 54) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang tersebut yaitu:

a. Faktor intern

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu yang mempengaruhi belajar seseorang. Menurut Slameto (2010: 54) ada tiga yang termasuk faktor intern yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.


(35)

1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, seseorang akan kurang bersemangat, cepat lelah, pusing, kurang darah, atau ada gangguan kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Jadi, faktor kesehatan mempengaruhi dalam proses belajar seseorang. Sedangkan cacat tubuh (berkebutuhan khusus) merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna seperti buta, tuna rungu, patah tangan, patah kaki, lumpuh dan lain-lain. Siswa yang tubuhnya cacat akan mempengaruhi proses belajarnya. Jadi, cacat tubuh dapat berpengaruh terhadap proses belajar seseorang.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar seseorang, diantaranya adalah intelegensi, minat, kematangan, dan kesiapan. Intelegensi merupakan kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif serta mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi belajar seseorang yang kedua adalah minat. Minat menurut Hilgard


(36)

persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or

content”. Jadi minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diikuti dengan perasaan senang. Sedangkan faktor yang mempengaruhi belajar selain intelegensi, minat yaitu kematangan. Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Jadi, kesiapan alat tubuh untuk melaksanakan kecakapan dapat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Faktor psikologi lain yang mempengaruhi belajar seseorang adalah kesiapan. Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.Jadi faktor psiklogis yang mempengaruhi seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh intelegensi, minat, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada diri seseorang dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani ditandai dengan lemahnya tubuh yang terjadi karena kurang lancarnya peredaran darah di dalam. Sedangkan kelelahan rohani ditandai dengan kebosanan yang disebabkan karena terus-menerus memikirkan masalah yang berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa variasi serta mengerjakan sesuatu karena terpaksa. Kelelahan rohani akan


(37)

menghasilkan sesuatu. Jadi, kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi seseorang dalam belajar.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi seseorang dalam belajar meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga,faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh dalam terhadap perkembangan belajar anak (Sukmadinata, 2009: 163). Faktor yang mempengaruhi belajar seseorang dari lingkungan fisik diantaranya adalah ruangan tempat belajar serta suasana lingkungan rumah baik suasana yang tenang maupun suasana gaduh. Selain itu hubungan dalam keluarga juga mempengaruhi siswa dalam belajar. Dari lingkungan sekolah, sekolah yang memiliki pengelolaan yang baik dari kegiatan belajar, sarana dan

prasarana serta suasana akademis yang mendukung akan

mempengaruhi siswa dalam menumbuhkan dorongan belajar bagi siswa. Sedangkan dari lingkungan masyarakat, warga yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan, adanya sarana lembaga pendidikan akan memberikan pengaruh kepada siswa dalam pembelajaran.

2.1.3 Prestasi Belajar

Menurut Umiarso & Gojali, Imam (2010: 226), mengungkapkan

bahwa “prestasi merupakan hasil penilaian pendidikan atas perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar.” Prestasi menunjukkan hasil dari


(38)

menunjukkan suatu pertanda dari perkembangan dan kemajuan siswa atas penguasaannya terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.

Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 11010) berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Umiarso & Umar (2010: 227) prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari aktivitas atau kegiatan belajar siswa. Djamarah dalam Umiarso (2010) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh yang berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari kegiatan belajar. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan dari hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Jadi, prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan suatu pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai.

2.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam menurut Tim Ilmu Alamiah Dasar –

Universitas Indonesia (2001: 68) berarti ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan gejala alam, yang meliputi asal-usul alam semesta dengan segala isinya, proses, mekanisme, serta sifat benda maupun peristiwa yang terjadi. Menurut Darmojo (dalam Samatowa, 2010: 2), IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Hakikat IPA menurut Trianto (2010: 141) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses


(39)

yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

Hakikat ilmu pengetahuan alam (IPA) menurut Trianto (2010: 137) bahwa IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA sebagai proses diartikan sebagai kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil dari sebuah proses yang berupa pengetahuan. IPA sebagai proses diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengetahui sesuatu yang secara umum dapat diartikan sebagai metode ilmiah.

2.3. Teori Konstruktivism

Teori belajar yang mendasari metode inkuiri, menurut Sanjaya (2011: 196) adalah teori belajar konstruktivism. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memaparkan bahwa, manusia membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, serta lingkungan mereka. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi pengetahuan dibangun oleh orang yang belajar (Suparno, 1997: 28-29). Jadi, pengetahuan yang diperoleh oleh siswa bukan berasal dari guru yang memberikan pengetahuannya kepada siswa, melainkan siswa sendirilah

yang membangun pemahamannya melalui interaksi dengan


(40)

2.4. Metode inkuiri

Pada bagian metode inkuiri ada lima hal yang akan dibahas. Kelima hal tersebut adalah pengertian metode inkuiri, macam-macam metode inkuiri, langkah-langkah penerapan metode inkuiri, kelebihan metode inkuiri, dan kekurangan metode inkuiri.

2.4.1. Pengertian Metode Inkuiri

Metode menurut Majid (2013: 193) merupakan cara yang digunakan untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Sedangkan inkuiri menurut Mulyasa (2007: 108) berasal dari bahasa Inggris yaitu

“Inquiry” yang berarti penyelidikan. Menurut Carin dan Sund dalam Mulyasa (2007: 108) mengatakan bahwa “inqury adalah the process of investigating a problem”. Jadi, inkuiri merupakan proses untuk

menyelidiki dari sebuah permasalahan. Piaget dalam Mulyasa (2007:108) berpendapat

“metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, dan membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang

ditemukan peserta didik lain.”

Sedangkan menurut Hanafiah, Nanang & Suhana (2009: 77) berpendapat


(41)

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan

keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.” Berbeda dengan

pendapat Hanafiah, menurut Sanjaya (2009: 191) inkuiri merupakan rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dari paparan ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban secara sistematis dari suatu masalah yang dipertanyakan.

2.4.2. Macam-macam Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki beragam macam. Macam-macam metode inkuiri menurut Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa (2007: 109) mengemukakan ada tiga macam metode inkuiri. Ketiga macam metode inkuiri tersebut yaitu:

2.4.2.1 Guide inquiry

Guide inquiry atau inkuiri terbimbing merupakan metode inkuiri dimana pelaksanaan proses pembelajarannya dilakukan atas petunjuk dari guru. Guru memberikan pedoman yang berupa pertanyaan yang dapat membimbing atau memberikan arahan kepada peserta didik. Petunjuk atau pedoman tentang bagaimana untuk menyusun dan mencatat data yang digurnakan siswa dalam pembelajaran diberikan oleh guru. Proses


(42)

pembimbingan dalam guide inquiry dilakukan secara bertahap sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri. Menurut Martin dalam Ozdilek & Bulunuz (2009: 26) berpendapat bahwa In guide inquiry, the teacher sets the direction and suggest open-ended activities, which the children

pursue to find out what they can discover and inquire into what they don’t

understand. Jadi dalam metode inkuiri guru memberikan arahan dan saran kepada siswa sehingga siswa mampu menemukan tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh siswa dalam pembelajaran.

2.4.2.2 Free inquiry

Free inquiry atau inkuiri bebas merupakan metode inkuiri dimana peserta didik melakukan penelitian secara mandiri. Peserta didik harus mampu merumuskan, mengidentifikasi, dan menyimpulkan permasalahan yang diamati secara mandiri.

2.4.2.3 Modified free inquiry

Modified free inquiry merupakan metode inkuiri yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru melalui pengamatan eksplorasi yang sesuai dengan prosedur penelitian. Sedangkan tujuan dari Modified free inquiry menurut Hanafiah (2009: 77) adalah melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenaran dari teori yang telah dipahami oleh peserta didik.

2.4.3. Langkah-langkah Penerapan Metode Inkuiri

Ada beberapa tahapan dalam pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri. Langkah-langkah metode inkuiri dalam proses pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 191-193) yaitu:


(43)

2.4.3.1 Orientasi

Orientasi merupakan tahap dimana guru mengkondisikan peserta didik untuk siap melaksanakan proses pembelajaran. Dalam tahap orientasi, peserta didik diberi rangsangan dan diajak berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan.

2.4.3.2 Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan persoalan yang ada jawabannya, sehingga siswa didorong untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dialami.

2.4.3.3 Merumuskan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban dari suatu permasalahan yang masih bersifat sementara. Sebagai jawaban yang masih bersifat sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

2.4.3.4 Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji dugaan sementara yang diajukan oleh peserta didik. Peran guru dalam tahap mengumpulkan data adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat terdorong untuk berpikir guna mencari informasi yang dibutuhkan.


(44)

2.4.3.5 Menguji hipotesis

Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban dari data atau informasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan berpikir rasional, artinya jawaban bukan berdasarkan argumentasi, namun didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.4.3.6Merumuskan kesimpulan

Merupakan proses menggambarkan atau mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Selain itu, dalam merumuskan kesimpulan, guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa tentang data yang relevan.

2.4.4. Kelebihan Metode Inkuiri

Ada beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri. Kelebihan metode inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 79) yaitu (1) Peserta didik dapat mengembangkan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. (2) Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara individual sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat disimpan dalam pikirannya. (3) Metode inkuiri dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan minat dan kemampuan.

Berbeda dengan pendapat Hanafiah dan Suhana, menurut Nurhadi (2004: 123) inkuiri memiliki keuntungan yaitu dapat memberikan dorongan untuk mengetahui, memotivasi siswa dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas sehingga siswa dapat menemukan sendiri


(45)

jawabannya. Selain itu, inkuiri juga dapat melatih siswa untuk belajar memecahkan masalah secara mandiri, membuat keputusan, memperoleh keterampilan serta melatih siswa untuk belajar berpikir kritis karena dalam proses pembelajaran siswa akan belajar untuk menganalisis berbagai macam informasi.

2.4.5. Kekurangan Metode Inkuiri

Metode inkuiri selain memiliki keuntungan juga memiliki kekurangan. Ada beberapa kekurangan dari metode inkuiri. Kekurangan metode inkuiri menurut Hanfiah (2012: 79) yaitu proses pembelajaran melalui metode inkuiri membutuhkan kesiapan dan kematangan mental dari peserta didik. Selain kematangan mental dan kesiapan peserta didik, pembelajaran melalui metode inkuiri juga membutuhkan keberanian dan keinginan dari peserta didik untuk mengetahui keadaan disekitarnya.

2.5. Penelitian Tindakan Kelas

Pada bagian penelitian tindakan kelas ada tiga hal yang akan dibahas. Ketiga hal tersebut adalah pengertian penelitian tindakan kelas, karakteristik PTK, dan prinsip dasar PTK.

2.5.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Daryanto (2011: 3) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. McNiff dalam Kusumah dan Dwitagama (2010: 8) mengartikan bahwa hakikat PTK merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.


(46)

Sedangkan Kusumah dan Dwitagama (2010: 9) berpendapat bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Menurut Kurt Lewin dalam Kunandar (2011: 42) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan menurut Ebbut dalam Kunandar (2011: 43) mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Jadi, dari beberapa pengertian yang dikatakan oleh para ahli, PTK merupakan suatu kajian dalam upaya untuk memperbaiki pelaksanaan praktik pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswadapat meningkat.

2.5.2. Karakteristik PTK

Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Sanjaya (2009: 33-34) yaitu (1) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. (2) Masalah yang dikaji merupakan masalah yang bersifat praktis, yaitu bermula dari keprihatinan guru dalam


(47)

pengelolaan proses pembelajaran serta hal-hal nyata yang dirasakan oleh guru. (3) Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan kelas terletak pada guru. (4) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang sedang berjalan. Jadi, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik bermula dari masalah praktis tentang keprihatinan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas, yang bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Peningkatan proses pembelajaran di kelas dapat memberikan hasil belajar siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.5.3. Prinsip Dasar PTK

Menurut Kunandar (2011: 67) ada beberapa prinsip dalam Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya adalah Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar sehingga mutu pembelajaran dapat ditingkatkan. Permasalahan dalam PTK dimulai dari masalahan pembelajaran yang sederhana, konkret, jelas, dan tajam. Sedangkan masalah yang dikaji adalah masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh guru. Selain itu, dalam pengumpulan data atau informasi dalam penelitian, tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan terlalu rumit karena dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.

2.6. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang ditulis oleh Purbatin (2010) dengan judul

Efektifitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Inquiri Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kalasan Dalam Hal


(48)

Pencapaian Hasil Belajar, bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya melalui metode inquiry

terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta, dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V yang terdiri dari 30 siswa.

Penelitian ini berisi tentang masalah pembelajaran yang terjadi masih dalam satu arah. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara langsung, sedangkan siswa mendengarkan materi yang sedang diajarkan. Proses pembelajaran yang secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa mengakibatkan rendahnya prestasi belajar IPA dalam materi sifat-sifat cahaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Inquiry

terbimbing. Metode Inquiry terbimbing menurut Sarosa Purwadi

merupakan suatu prosedur mengajar yang ditekankan dalam studi individual, memanipulasi objek, dan melakukan eksperimen oleh siswa sendiri sebelum diambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembelajaran mata pelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75 mencapai 27 siswa (90%) sedangkan sebelumnya hanya 14 siswa (46%).

Penelitian yang ditulis oleh Widyaningsih (2010) berisi tentang permasalahan pembelajaran yang ada di sekolah dasar yang lebih banyak menyampaikan materi ajar secara langsung dalam proses pembelajaran di


(49)

kelas. Materi yang disampaikan secara langsung kepada siswa mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kurang terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilaksanakan di SD Kanisius Kintelan I menggunakan metode inkuiri terbimbing. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan yang terdiri dari 32 siswa dengan KKM mata pelajaran IPA adalah 62. Penelitian ini dilaksanakan pada materi pembentukan tanah karena pelapukan batuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pretes sebanyak 75% atau 24 siswa tidak mencapai KKM. Hasil postes setelah dilakukan pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing sebanyak 84,37% atau 27 siswa tuntas KKM. Hasil dari pretes dan postes menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 59,37% atau 19 siswa dari 32 siswa dapat mencapai KKM. Peningkatan ketuntasan siswa dalam mencapai KKM menunjukkan bahwa pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang ditulis oleh Zubaidah (2008) berisi tentang penerapan metode inkuiri dan Reciprocal Teaching untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa kelas V MI Wahid Hasyim III Malang. Penelitian yang ditilis oleh Zubaidah dilatar belakangi oleh permasalahan dalam pembelajaran sains atau IPA di kelas V MI Wahid Hasyim III. Permasalahan dalam pembelajaran sains atai IPA yaitu 1) pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini masih cenderung bersifat content based, 2) dalam kegiatan pembelajaran guru masih sering menggunakan ceramah,


(50)

sehingga siswa datang dengan kesiapan untuk menerima materi dari guru 3) jarang melakukan kerja praktikum atau demonstrasi karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, 4) aktivitas belajar rendah yang ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam mencari pengetahuan sendiri, siswa hanya menunggu pemberian materi oleh guru, 5) diperkirakan kemampuan berpikir siswa masih rendah, dengan salah satu indikatornya adalah jarang mengajukan pertanyaan kepada guru maupun menjawab pertanyaan guru.

Masalah yang ditemukan di kelas V MI Wahid Hasyim dapat diidentifikasi menjadi beberapa masalah yaitu rendahnya keterlibatan siswa dalam mencari pengetahuan sendiri, pembelajaran belum berdasarkan filosofi konstruktivisme. Masalah ini berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode inkuiri yang dipadukan dengan metode reciprocal teaching.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi (1) skor tes dengan bentuk soal esai pada setiap akhir siklus, (2) skor aktivitas bertanya dan memberi jawaban selama pelaksanaan pembelajaran, dan (3) catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat diidentifikasi selama proses pembelajaran berlangsung dan diperoleh secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dipadu dengan


(51)

Wahid Hasyim III Malang, dengan kenaikan skor skor dari siklus I ke siklus II sebesar 8,93%. Selain itu penerapan metode inkuiri juga dapat mengurangi dominasi guru dalam proses pembelajaran, dimana guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan dan jawaban selama proses pembelajaran juga mengalami perubahan dari siklus I ke siklus II. Untuk kategori pertanyaan nomor 5, pada siklus I 0% menjadi 14,3% pada siklus II sedangkan untuk kategori pertanyaan nomr 6 pada siklus I 2,4% menjadi 14,3%

2.7. DesainPenelitian yang Relevan

Gambar II.2 menggambarkan tentang desain penelitian yang relevan.

Gambar II.2 Desain Penelitian yang Relevan

Widyaningsih (2010) Efektivitas Pembelajaran IPA pada Materi Pokok Proses Pembentukan Tanah karena Pelapukan pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kitelan I melaluiMetode Inkuiri Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar Purbatin (2010) Efektifitas

Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode

Inquiry Terbimbing Pada Siswa Kelas Kelas V SD Kanisius Kalasan Dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar.

Zubaidah (2008) Penerapan Metode Inkuiri dan Reciprokal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa Kelas V MI Wahid Hasyim III Malang

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Plaosan 1 Melalui Metode Inkuiri Terbimbing


(52)

2.8. Kerangka Berpikir

Masalah mengenai rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA disebabkan karena siswa kurang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Masalah tentang rendahnya keaktifan dan prestasi belajar IPA ditingkatkan melaluimetode inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing dipilih karena metode inkuiri terbimbing menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing menempatkan siswa sebagai subjek belajar karena siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan tentang materi IPA dengan bimbingan dari guru. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan tentang materi IPA mendorong siswa untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan.Metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran karena melalui metode inkuiri terbimbing memiliki beberapa tahap yang dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif selama proses pembelajaran. Tahap-tahap tersebut yaitu orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.

Tahap-tahap dalam metode inkuiri terbimbing yaitu tahap merumuskan masalah, siswa akan didorong untuk bertanya mengenai fenomena yang ditunjukkan oleh guru. Pada tahap mengajukan hipotesis siswa akan didorong untuk mengemukakan jawab sementara dari pertanyaan yang telah diajukan. Serta dalam tahap mengumpulkan data,


(53)

siswa terlibat dalam mengerjakan tugas dan mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran.

Jadi dengan metode inkuiri terbimbing, dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat serta mengerjakan tugas selama proses pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki kualitas proses belajar siswa. Kualitas proses belajar siswa yang dapat menempatkan siswa sebagai subjek belajar serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dalam proses belajar akan memberikan pengalaman dan pemahaman yang akan tertanam kokoh dalam ingatan siswa

2.9. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu:

2.9.1. Metode inkuiri terbimbing meningkatkan keaktifan siswa selama proses

pembelajaran. Peningkatan keaktifan siswa dalam bertanya,

mengemukakan pendapat serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru nampak dalam tahap pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing. Tahap merumuskan masalah dalam metode inkuiri terbimbing mendorong siswa untuk aktif bertanya tentang materi pelajaran. Tahap mengumpulkan data mendorong siswa untuk aktif dalam mengemukakan pendapat, bertanya, dan mengerjakan tugas yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung.

2.9.2. Metode inkuiri terbimbing meningkatkan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa nampak dalam pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing


(54)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha mencari dan menemukan sendiri pengetahuan atau materi pelajaran. Metode inkuiri terbimbing menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sehingga siswa sendirilah yang mencari dan menemukan pengetahuan sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman, kecakapan, perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman belajarnya.


(55)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian metodologi penelitian ini ada sembilan hal yang akan dibahas. Kesembilan hal tersebut adalah jenis penelitian, rencana tindakan, setting penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, indeks kesukaran soal, teknik pengumpulan data, analisis data, dan jadwal penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas menurut Daryanto (2011: 3) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan menurut Lewin (dalam Kunandar, 2011: 42), terdiri atas rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart. Model Kemmis & Mc Taggart menurut Kusumah dan Dwitagama (2010: 20) merupakan model pengembangan dari Lewin, dimana model Lewin terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan komponen dalam model Kemmis & Mc Taggart terdiri dari perencanaan, tindakan (acting) dan pengamatan (observing), refleksi (reflect), dimana komponen tindakan dan pengamatan menjadi satu kesatuan. Model siklus Penelitian Tindakan


(56)

Kelas menurut Kemmis & McTaggart yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar III.1.

Model Kemmis & Mc Taggart seperti pada gambar III.1, siklus dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari perencanaan, tindakan dan observasi serta refleksi. Tahap perencanaan, peneliti melaksanakan satu siklus dalam tiga kali pertemuan dan sekali untuk evaluasi. Pembelajaran dalam setiap pertemuan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Tahap aksi dan refleksi terlihat menjadi satu kesatuan, hal ini berarti bahwa pada tahap tindakan dan observasi dilakukan dalam satu waktu. Tahap refleksi merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau dilakukan oleh guru maupun siswa. Tahap refleksi, guru membayangkan kembali peristiwa yang sudah lampau, yaitu ketika tindakan berlangsung.

3.2. Rencana Tindakan

Pada bagian rencana tindakan ada dua hal yang akan dibahas. Kedua hal tersebut adalah persiapan dan rencana setiap siklus.


(57)

3.2.1. Persiapan

Peneliti melakukan berbagai persiapan sebelum melaksanakan penelitian. Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum penelitian yaitu (1) Peneliti meminta surat ijin dari kampus yang diminta dari sekretariat prodi PGSD untuk melakukan penelitian di SD Negeri Plaosan 1. (2) Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas V SD Negeri Plaosan 1 untuk melakukan kegiatan penelitian. (3) Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 untuk memperoleh gambaran tentang tingkah laku siswa dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas. (4) Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Plaosan 1 untuk mengetahui gambaran mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. (5) Peneliti mengidentifikasi masalah yaitu rendahnya keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA.

3.2.2. Rencana setiap Siklus

Rencana setiap siklus yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan model Kemmis & McTaggart. Model Kemmis & McTaggart terdiri dari empat tahap. Tahap-tahap dalam pelaksanaan penelitian yaitu perencanaan, tindakan dan observasi serta refleksi.

3.2.2.1Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan dalam siklus meliputi menyiapkan

perencanaan pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat


(58)

pembelajaran (RPP) serta lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi soal dengan jumlah soal 36 soal beserta kunci jawaban. Selain menyusun perangkat pembelajaran, peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan kriteria keberhasilan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

3.2.2.2Tindakan

Tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dalam tahap ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana (guru) dalam penelitian. Peneliti menerapkan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pambelajaran yang telah dibuat dengan motode inkuiri terbimbing. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua membahas tentang materi batuan beku, endapan dan malihan. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua yaitu siswa dan peneliti melakukan kegiatan tanya jawab tentang jenis batuan yang ada disekitar. Siswa didorong oleh peneliti untuk merumuskan pertanyaan dari jenis-jenis batuan yang ditunjukkan oleh peneliti, misalnya dengan pertanyaan

“Bagaimanakah warna dari batuan tersebut?”. Siswa merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan yang telah diajukan.Siswa dibagikan LKS. Siswa mengamati batuan secara berkelompok dengan bantuan lup. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengumpulan data. Siswa dibimbing dengan peneliti menyimpulkan pembelajaran tentang jenis-jenis batuan dan kegunaannya.


(59)

Pertemuan ketiga dalam penelitian ini, siswa dan peneliti bertanya jawab tentang batuan yang melapuk. Siswa didorong untuk bertanya tentang batuan yang melapuk. Siswa merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan yang telah diajukan. Siswa dibagikan LKS. Siswa melakukan tiga kegiatan yaitu kegiatan tentang salah satu contoh proses pelapukan batuan secara biologi, kimia dan fisika. Siswa mengamati batuan yang telah ditumbuhi oleh lumut pada kegiatan salah satu contoh proses pelapukan secara biologi. Siswa melakukan percobaan tentang salah satu contoh proses pelapukan secara kimia dengan mereaksikan antara batu kapur dengan cuka. Siswa melakukan percobaan tentang salah satu contoh proses pelapukan batuan secara fisika dengan membakar batu kemudian memasukkan batu yang telah dibakar kedalam air es. Siswa mengamati hasil percobaan dan mencatatnya dalam LKS. Setelah siswa melakukan percobaan, siswa bersama dengan peneliti menyimpulkan tentang pelapukan batuan secara biologi, kimia dan fisika. Setelah menyimpulkan tentang materi pelapukan, siswa mengerjakan soal evaluasi.

3.2.2.3Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan.

Pengamatan dilakukan oleh kelompok studi yaitu Leli, Uswa, Galeh, dan Arifin. Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi. Peneliti menggunakan camcorder untuk membantu

dalam merekam tindakan yang sedang dilakukan siswa dan peneliti dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri terbimbing.


(60)

3.2.2.4Refleksi

Peneliti bersama dengan pengamat mencatat dan mengevaluasi proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing (masalah, kekurangan dan temuan-temuan lain selama proses pembelajaran). Peneliti merefleksikan permasalahan yang ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung, menganalisis hasil pembelajaran, melihat ketercapaian indikator dengan hasil pembelajaran.Indikator keberhasilan dalam siklus I dapat dilihat pada tabel III.1, bila belum ada peningkatan maka akan di lanjutkan dengan siklus II.

Tabel III.1 Indikator Keberhasilan

Variabel Deskriptor Kondisi awal

Indikator keberhasilan

Siklus I Keaktifan

a. Bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA selama proses pembelajaran

Jumlah siswa yang bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA dibagi jumlah seluruh siswa

28% 32%

b. Mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok

Jumlah siswa yang mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok dibagi jumlah seluruh siswa

16% 32%

c. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA

Jumlah siswa yang mengerjakan tugas dibagi jumlah seluruh siswa

16% 24%

Prestasi belajar

a. Rata-rata nilai ulangan harian

Jumlah nilai semua siswa dibagi dengan jumlah siswa

55,75 65

b. KKM Jumlah siswa yang mencapai KKM dibagi

jumlah seluruh siswa

50% 55%

Tabel III.1 menjelaskan tentang indikator keberhasilan tentang keaktifan dan prestasi belajar dalam penelitian ini. Indikator keaktifan yang pertama yaitu bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA, kondisi awanya adalah 28% sedangkan target indikator keberhasilan dalam siklus pertama adalah 41%. Indikator keaktifan yang kedua yaitu mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok, kondisi awal adalah 16% sedangkan target indikator


(61)

keberhasilan adalah 32%. Indikator ketiga yaitu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA , kondisi awal adalah 16% dengan target indikator keberhasilan adalah 24%. Sedangkan untuk prestasi belajar, rata-rata nilai ulangan harian pada tahun sebelumnya adalah 55,75 dengan target keberhasilan adalah 65. Sedangkan siswa yang tuntas KKM adalah 50% dengan target siswa yang tuntas KKM adalah 55%.

3.3. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi tempat, subjek, dan objek penelitian.

3.3.1 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Plaosan 1, yang beralamat di Tlogoadi, Mlati, Sleman Yogyakarta.

3.3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 Mlati Sleman Yogyakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari 25 siswa, 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

3.3.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran IPA, khususnya Kompetensi Dasar 7. 1 yaitu mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.


(62)

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sanjaya (2009: 84) adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan atau lembar observasi tentang keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan soal evaluasi.

3.4.1 Lembar Observasi

Observasi merupakan proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti melihat situasi penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi terfokus. Observasi terfokus merupakan pengamatan yang dilakukan secara spesifik, yaitu observasi yang diarahkan kepada aspek tertentu dalam tindakan guru atau aktivitas siswa dala proses pembelajaran. Pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran diamati oleh Observer. Observer dalam penelitian ini yaitu kelompok studi dalam penelitian.

Pengamatan dilakukan dengan memberikan turus untuk setiap siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan indikator keaktifan. Pengamatan dilakukan dengan frekuensi 10 menit untuk mengamati aktivitas siswa dari kegiatan awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan handycam untuk membantu peneliti dalam melakukan pengamatan. Lembar observasi yang digunakan peneliti dalam melakukan pengamatan dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 160.


(1)

163 Lampiran 15


(2)

Penghitungan Indeks Kesukaran Soal Nomor

item IK Kualifikasi

1 21 : 36 = 0,58 Sedang 2 19 : 36 = 0,53 Sedang 3 24 : 36 = 0,67 Sedang 4 12 : 36 = 0,33 Sedang 5 19 : 36 = 0,53 Sedang

6 27 : 36 = 0,75 Mudah

7 22 : 36 = 0,61 Sedang 8 12 : 36 = 0,33 Sedang 9 16 : 36 = 0,44 Sedang 10 18 : 36 = 0,5 Sedang 11 15 : 36 = 0,42 Sedang 12 12 : 36 = 0,33 Sedang 13 11 : 36 = 0,31 Sedang 14 19 : 36 = 0,53 Sedang 15 21 : 36 = 0,58 Sedang 16 23 : 36 = 0,64 Sedang 17 21 : 36 = 0,58 Sedang 18 16 : 36 = 0,44 Sedang 19 20 : 36 = 0,56 Sedang 20 30 : 36 = 0,83 Mudah 21 15 : 36 = 0,42 Sedang 22 27 : 36 = 0,75 Mudah 23 25 : 36 = 0,69 Sedang 24 31 : 36 = 0,86 Mudah 25 26 : 36 = 0,72 Mudah 26 16 : 36 = 0,44 Sedang 27 11 : 36 = 0,31 Sedang 28 29 : 36 = 0,81 Mudah 29 10 : 36 = 0,28 Sukar 30 21 : 36 = 0,58 Sedang 31 32 : 36 = 0,89 Mudah 32 23 : 36 = 0,64 Sedang 33 12 : 36 = 0,33 Sedang 34 28 : 36 = 0,78 Mudah 35 18 : 36 = 0,5 Sedang 36 10 : 36 = 0,28 Sukar Lampiran 16


(3)

Foto-Foto Kegiatan

Kegiatan siswa ketika mengamati batuan Kegiatan siswa ketika bekerja kelompok

Kegiatan siswa ketika presentasi Kegiatan siswa ketika mengerjakan LKS

Kegiatan siswa ketika melakukan percobaan Kegiatan siswa ketika bertanya Lampiran 17


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Wahyu Setiawan, lahir di Semarang pada tanggal 10 Oktober 1987 dari pasangan Soepardi B. dan Sumarti. Peneliti mengawali pendidikan formal di kampung halamannya di SD Negeri Losari lulus tahun 1999, melanjutkan di SLTP Theresiana Sumowono lulus tahun 2002, kemudian melanjutkan bersekolah di SMA Negeri 1 Ungaran lulus tahun 2005. Peneliti sempat berhenti selama empat tahun dan bekerja. Pada tahun 2009 peneliti mendapat kesempatan untuk melanjutkan bersekolah di Universitas Sanata Dharma pada Program Studi PGSD. Selama menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma, peneliti memperoleh ilmu dan pengalaman. Pengalaman peneliti selama kuliah yaitu peneliti mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan kampus. Kegiatan yang pernah diikuti oleh peneliti yaitu kegiatan kepanitiaan, seminar dan workshop. Selain menimba ilmu dibangku kuliah, peneliti juga belajar untuk menerapakan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dengan menjadi guru les privat siswa kelas IV dan V pada tahun 2011, serta menjadi tutor Biologi mahasiswa PPGT pada tahun 2012.


(5)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN 1 MELALUI METODE INKUIRI

TERBIMBING

Wahyu Setiawan NIM: 091134140

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V di SD Negeri Plaosan 1 tahun pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran IPA (2) mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Plaosan 1 tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 1 siklus selama tiga pertemuan. Pembelajaran dalam setiap pertemuan dilaksanakan melalui metode inkuiri terbimbing. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data tentang prestasi belajar siswa diperoleh dari lembar kerja siswa selama penelitian berlangsung dan hasil evaluasi di akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode inkuiri terbimbing mendorong keaktifan siswa dalam bertanya jawab kepada siswa yang lain maupun kepada guru, mengemukakan pendapat ketika berdiskusi dalam kelompok, dan mengerjakan tugas selama proses pembelajaran IPA. Peningkatan keaktifan siswa dibuktikan dengan peningkatan persentase siswa yang bertanya kepada guru dan atau teman meningkat dari 28% pada kondisi awal menjadi 32% pada akhir siklus. Persentase siswa yang mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok meningkat dari 16% pada kondisi awal menjadi 40% pada akhir siklus. Persentase siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam proses pembelajaran meningkat dari 16% pada kondisi awal menjadi 44% pada akhir siklus. Peningkatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan peningkatan persentase siswa yang tuntas KKM dari 50% pada kondisi awal menjadi 80% pada kondisi akhir.


(6)

ix ABSTRACT

IMPROVING THE ACTIVENESS AND ACHIEVEMENT OF THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI PLAOSAN I IN LEARNING SCIENCE

USING GUIDED INQUIRY METHOD

Wahyu Setiawan NIM: 091134140

This research was intended to know (1) use of guided inquiry method to improve the activenessstudents of SD Plaosan I academic year 2012/2013 in learning science (2) to know use of guided inquiry method to improve achievement of the fifth grade students of SD Plaosan I academic year 2012/2013 in learning science. It used action research which was conducted in one cycle during three meetings. The learning process in each meeting was conducted using

guided inquiry method. The students’ activeness data were collected from the

observation sheets filled by the observer during the learning process. In addition,

the students’ learning achievement data were collected from the students’

worksheets during the research and the evaluation result in the end of the research.

The research result showed that the learning process using guided inquiry method could improve the students’ activeness in asking for the answer to the other students or to the teacher, expressing idea in group discussion, and doing

the task during the science learning process. The improvement of the students’

activeness could be proven by the increasing of the percentage of students who asked to the teacher or the other students about the science learning material from 28% to 32% at the end of the research.The percentage of the students expressing their idea during the group discussion increased from 16% to 40% at the end of the research. The percentage of the students doing the task from the teacher increased from 16% to 44% at the end of the research. On the other hand,

the improvement of the students’ learning achievement was proven by the

increasing of the percentage of the students who could achieve the KKM passing grade increased from 50% to 80% at the end of the research.