PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI IMOGIRI.

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI IMOGIRI

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ika Nurlatifah NIM 10108241042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI IMOGIRI Oleh:

Ika Nurlatifah NIM 10108241042

ABSTRAK

Prestasi Belajar IPA yang rendah merupakan masalah di kelas V SD N Imogiri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N Imogiri menggunakan metode pembelajaran Eksperimen.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Imogiri yang berjumlah 39 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Model penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam setiap siklusnya terdapat dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Instrument tes sebelum digunakan dalam penelitian telah divalidasi oleh expert judgment. Data hasil observasi dan hasil tes dianalisis secara deskriptif kualitatif

Pembelajaran IPA menggunakan metode Eksperimen dengan 6 langkah yaitu percobaan awal, pengamatan, dugaan sementara, verifikasi, aplikasi konsep dan evaluasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD N Imogiri. Siswa,melakukan verifikasi terhadap dugaan awal yang mereka rumuskan dengan melakukan kegiatan eksperimen. Siswa lebih mudah memahami meteri pelajaran IPA karena siswa melakukan sendiri kegiatan eksperimen melalui dampingan guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM. Nilai rata-rata pada prasiklus mencapai 68,8 meningkat menjadi 69 pada siklus I kemudian setelah dilakukan perbaikan pada siklus II meningkat menjadi 77,2. Persentase siswa yang mencapai KKM meningkat dari 44% pada prasiklus menjadi 51,3% pada siklus I dan 87,2% pada siklus II. Hasil analisis menunjukkan peningkatan prestasi belajar IPA sebesar 8,2.


(3)

iii

INCREASING STUDENTS’ SCIENCE ACHIEVEMENTS USING

EXPERIMENT METHOD THE 5TH GRADERS OF IMOGIRI ELEMENTARY

SCHOOL By : Ika Nurlatifah NIM 10108241042

ABSTRACT

Low achievement in science lesson was a problem in 5th grader of Imogiri Elementary School. This research was aimed at increasing students’ science achievements among the 5th graders of Imogiri Elementary School using experiment method.

The research was collaborative class action research. The subjects of the research were 39 of the 5th graders of Imogiri Elementary School which consist of 17 male students and 22 female students. The research used Kemmis and Taggart model which done in two cycles and each cycle consisted of twice meetings. The data was collected using observation, test, and documentation. The test instrument was validated by expert judgment before it got to use. The observation and test data were analyzed through descriptive qualitative.

Science learning using experiment method that included 6 steps, which were beginning experiment, observation, temporary estimation, verification, concept application , and evaluation. was able to increase students’ science achievements among 5th grader of Imogiri Elementary School. Students did the verification to temporary estimation which they arranged by doing experiments. Students were easier to understand the science lesson. This was proven by the increasing the average grade and the students’ percentage that pass the minimal grade. The average grade on the pre-cycle reached 68.8, increased to 69 on the first cycle, and increased to 77.2 on the second cycle. The students’ percentage that passed the minimal grade was 44% on the pre-cycle; it increased to 51.3% on the first cycle, and reached 87.2% on the second cycle. The analyzed result showed that the students’ achievement in science increased in 8.2


(4)

(5)

(6)

vi


(7)

vii MOTTO

“ Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.” (RA. Kartini)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)

“Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran” (Anonim)


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan hikmah luar biasa selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Suroso dan Ibu Sumaryati, yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan kesabarannya dalam penantian panjang sampai terselesaikan penulisan skripsi ini.

3. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta 4. Agama, Nusa, Bangsa


(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahhi wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah pada junjungan nabi agung Muhammad Sallallahu Alayhi Wassalam yang selalu menjadi pedoman dan inspirasi bagi penulis di kehidupan di dunia ini.

Skripsi ini berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Imogiri”. Skripsi ini disususn sebagai salah satu persyaratan guna memoeroleh gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Ilmu Pendidikan Uneversitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan, kesempatan dan fasilitas selama perkuliahan.

3. Ibu Dr. Pratiwi Puji Astuti, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang telah bersedia membimbing, membantu dan memberikan dorongan, arahan serta masukan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hidayati M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah bersedia membimbing, membantu dan memberikan dorongan, arahan serta masukan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Kepala Sekolah SD Negeri Imogiri yang bersedia memberikan


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..……….. i

ABSTRAK ...……… ii

ABSTRACT ……….. iii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iv

LEMBAR PENGESAHAN ……… v

SURAT PERNYATAAN ……….……… vi

HALAMAN MOTTO ………. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. viii

KATA PENGANTAR ……….……….. ix

DAFTAR ISI ………...……… xi

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……….….….………. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 6

C. Batasan Masalah ……… 7

D. Rumusan Masalah ……….. 7

E. Tujuan Penelitian ……….. 7

F. Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian tentang Prestasi Belajar ………... 10


(12)

xii

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ……….. 13

2. Kajian tentang Pembelajaran IPA ………. 14

a. Hakekat IPA ……… 14

b. Pembelajaran IPA di SD ………. 16

c. Tujuan dan Fungsi IPA ……… 17

d. Ruang Lingkup IPA ……… 18

e. Materi ……….. 19

3. Kajian tentang Metode Eksperimen ……… 21

a. Pengertian Metode Eksperimen ………... 21

b. Tujuan Metode Eksperimen ………. 22

c. Kelebihan Metode Eksperimen ……… 23

d. Langkah-langkah Metode Eksperimen ……… 24

4. Karakteristik Siswa SD Kelas V ……… 27

B. Kerangka Berpikir ………. 32

C. Hipotesis Tindakan ……… 33

D. Definisi Operasional ……….. 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Model Penelitian ……….... 35

1. Jenis Penelitian ……… 35

2. Desain Penelitian ………. 36

B. Setting Penenlitian ... 41

1. Tempat Penelitian ……… 41

2. Waktu Penelitian ………. 41

3. Subjek Penelitian ………. 41

4. Objek Penelitian ……….. 41

C. Teknik Pengumpulan Data ……… 42


(13)

xiii

E. Teknik Analisis Data ………. 44

F. Indikator Keberhasilan ……….. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 48

1. Deskripsi Kondisi Awal Siswa ……… 48

2. Deskripsi Penenlitian Siklus I ………. 50

3. Deskripsi Penenlitian Siklus II ……… 64

B. Pembahasan ………... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 79

B. Saran ……….. 80

DAFTAR PUSTAKA ……… 81


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Siklus Model Kemmis dan Mc Taggart ………. 37

Gambar 2 Diagram Nilai Pra Siklus ……….. 49

Gambar 3 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus ………. 50

Gambar 4 Diagram Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I …….. 62

Gambar 5 Diagram Perbandingan Ketuntasan Siswa Pra Siklus dan Siklus I ………... 62

Gambar 6 Diagram Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II …………. 74

Gambar 7 Diagram Persentase Ketuntasan Siswa ………. 74

Gambar 8 Foto Hasil Kegiatan Pembelajaran ……… 184

Gambar 9 Foto Hasil Kegiatan Pembelajaran ……… 184

Gambar 10 Foto Hasil Kegiatan Pembelajaran ……… 185

Gambar 11 Foto Hasil Kegiatan Pembelajaran ……… 185

Gambar 12 Foto Hasil Kegiatan Pembelajaran ……… 186


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ….……….. 84

Lampiran 2 Rencana Pelakanaan Pembelajaran Siklus II ……… 112

Lampiran 3 Materi Pembelajaran ……….. 136

Lampiran 4 Soal Evaluasi Siklus I ……….. 142

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus II ……….. 152

Lampiran 6 Hasil Observasi ……….. 162

Lampiran 7 Daftar Nilai Prestasi Belajar IPA ……… 178

Lampiran 8 Dokumentasi ……….. 184

Lampiran 9 Surat-Surat Keterangan ……… 187


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:

Pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pandangan ahli lain menyebutkan bahwa “pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan” (Sugihartono,dkk 2007: 3). Tujuan dari sebuah pendidikan tentunya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pada diri seorang individu.

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia terus diupayakan oleh pemerintah salah satunya dengan perbaikan kurikulum secara berkala. Salah satu bentuk perubahan yang menjadi fokus pemerintah untuk diperbaiki dalam perbaikan kurikulum di Indonesia ini adalah proses pembelajaran di dalam kelas.

Menurut Siregar dan Nara (2011: 13) “pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah


(17)

2

ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang”. Proses pembelajaran yang dilakukan guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran yang ditunjukkan dengan tingginya prestasi belajar siswa. Namun, proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini masih cenderung pada pencapaian target materi kurikulum sehingga proses pembelajaran yang terjadi lebih mementingkan penghafalan konsep dan bukan pada pemahamannya.

Observasi dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017 bulan September 2016 di kelas V SD N Imogiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observasi di dalam kelas saat pembelajaran diketahui bahwa kemampuan kognitif siswa kelas V sangat beragam, ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi namun masih banyak juga siswa dengan kemampuan kognitif yang masih rendah. Sesuai usianya siswa kelas V SD rata-rata memiliki usia 11-12 tahun dan hal ini menurut teori perkembangan kognitif dari Piaget anak berada pada tahap belajar operasional kongkret. Salah satu karakteristiknya pada tahap ini anak akan lebih tertantang dan tertarik pada sebuah proses kegiatan belajar mengajar yang lebih banyak menggunakan pemikiran yang logis melalui aktifitas saintific.

Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD maka pembelajaran yang menarik melalui beragam metode dan media sangat dibutuhkan bagi siswa. Namun, pada kenyataannya metode pembelajaran yang digunakan guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah yang


(18)

3

sering dilakukan guru dalam proses belajar mengajar ini berakibat pada kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar, siswa cenderung merasa bosan dengan penyampaian pembelajaran yang dilakukan dengan cara ceramah hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan.

Media dan alat peraga untuk mendukung proses belajar mengajar juga masih minim digunakan karena ketersediaannya di sekolah yang terbatas. Keterbatasan media dan alat peraga pembelajaran yang ada di sekolah memaksa guru untuk menyediakan media pembelajaran lain yang sederhana misal menggunakan gambar sebagai media untuk mempermudah proses penyampaian pembelajaran.

Penggunaan media gambar dirasa masih menyulitkan siswa untuk memahami suatu materi tertentu khususnya untuk materi pembelajaran IPA karena pada hakekatnya menurut Darmojo (1991: 3) “IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya”. Sejalan dengan itu Sulistyorini (2007:9) menyatakan bahwa “pada hakekatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terikait”.Dari uraian pengertian di atas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran IPA tidak hanya mementingkan sebuah hasil produk dari pembelajaran IPA yaitu berupa pengetahuan namun yang paling dipentingkan adalah proses perolehan sebuah hasil produk dari pembelajaran IPA tersebut melalui kegiatan ilmiah dalam pembelajaran.


(19)

4

Dominasi penggunaan metode pembelajaran ceramah dan penggunaan media gambar pada penyampaian materi dalam pembelajaran IPA dirasakan masih kurang mendukung untuk memaksimalkan proses ilmiah dalam mendapatkan sebuah produk ilmu sehingga pemahaman siswa tentang materi IPA kurang yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar IPA. Rendahnya prestasi belajar IPA sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan penulis berdasarkan nilai ulangan harian pada kelas V SD N Imogiri dari 39 siswa, 17 siswa atau 43,5% memiliki nilai ulangan harian mata pelajaran IPA diatas nilai KKM 75 namun masih ada 22 siswa atau 56,5% siswa yang memiliki nilai ulangan harian di bawah KKM 75. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar IPA siswa masih rendah dari pada mata pelajaran lain.

Berdasarkan paparan masalah tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA salah satunya dengan memilih metode yang tepat dalam penyampaian pembelajaran IPA. Jenis metode pembelajaran sangat beragam salah satunya adalah metode pembelajaran Eksperimen menurut Roestiyah (2001: 80) “eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan sesuatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi guru”.

Sejalan dengan itu Sagala (2006: 220) menjelaskan bahwa “metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau


(20)

5

hipotesis yang dipelajari”. Dalam proses belajar mengajar melalui metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri pembuktian sebuah ilmu pengetahuan. Dari pengertian di atas penggunaan metode ini bertujuan untuk menekankan proses dalam memperoleh suatu pengetahuan dalam pembelajaran selain itu dalam metode ini siswa dilatih untuk memiliki sikap ilmiah dalam menemukan sebuah pengetahuan melalui kegiatan percobaan.

Pembelajaran melalui metode eksperimen memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih keterampilan proses melalui keterlibatan secara langsung dalam memperoleh sebuah ilmu pengetahuan. Metode eksperimen juga mempunyai kelebihan diantaranya peserta didik aktif terlibat menyimpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan selain itu siswa dapat melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah dalam pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh akan bertahan lebih lama. Metode pembelajaran semacam ini dirasa cocok dengan hakekat pembelajaran IPA yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa pembelajaran IPA menekankan pada aspek produk, proses, dan sikap ilmiah. Selain itu, metode eksperimen juga menjadi salah satu metode yang sesuai pada siswa jenjang kelas V SD karena pada usia ini siswa lebih tertarik dan tertantang pada sebuah proses kegiatan belajar mengajar yang lebih banyak menggunakan pemikiran yang logis melalui aktifitas saintific. Namun, pada kenyataannya dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas V SD N Imogiri, metode eksperimen ini belum digunakan oleh guru.


(21)

6

Dari uraian yang telah diungkapkan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Eksperimen Pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri Imogiri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pembelajaran yang baik diperoleh jika siswa dalam proses pembelajarann mampu berpartisipasi aktif namun kenyataannya masih rendahnya partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

2. Metode belajar untuk penyampaian materi pelajaran sangat beragam namun metode ceramah masih dominan dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran diperlukan media dan alat peraga tetapi ketersediaan media dan alat peraga pembelajaran di sekolah masih terbatas.

4. KKM yang ditetapkan oleh sekolah sebesar 75 tetapi berdasarkan observasi yang dilakukan masih terdapat 56,5% siswa yang belum mencapai nilai KKM pada ulangan harian mata pelajaran IPA.

5. Metode eksperimen adalah metode belajar yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih keterampilan proses ilmiahnya hal ini sangat cocok jika digunakan dalam pembelajaran IPA, namun metode eksperimen belum digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.


(22)

7 C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada rendahnya prestasi belajar IPA dan belum digunakannya metode eksperimen sederhana dalam proses kegiatan belajar mengajar kelas V SD N Imogiri .

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Bagaimanakah meningkatkan prestasi belajar IPA menggunakan metode Eksperimen pada siswa kelas V SD N Imogiri ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA melalui metode Eksperimen sederhana siswa kelas V SD N Imogiri.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis. 1. Praktis:

a. Bagi Siswa:

1) Meningkatkan kebermaknaan pembelajaran karena siswa melakukan eksperimen dalam memahami sebuah konsep pengetahuan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.


(23)

8

2) Menjadikan siswa lebih aktif di dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan rasa percaya diri pada siswa.

3) Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran Eksperimen.

b. Bagi Guru:

1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman guru untuk menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran.

2) Dapat menyebar luaskan penggunaan metode eksperimen kepada guru lain melalui kegiatan KKG.

3) Memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri melalui PTK.

4) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran di kelas. c. Bagi Sekolah:

Bahan masukan untuk sekolah untuk menerima bentuk inovasi pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan tujuan menciptakan lulusan yang memiliki SDM baik yang mampu bersaing di masa depan.

d. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengalaman, pengetahuan, serta bekal menerapkan metode Eksperimen dalam pembelajaran.

2) Memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut dalam memahami lebih mendalam penggunaan metode pembelajaran baru guna meningkatkan hasil belajar siswa.


(24)

9 2. Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar yang telah teridentifikasi dan belum diteliti dalam rangka pengembangan pembelajaran IPA.


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 895), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar meliputi prestasi kognitif, prestasi afektif dan prestasi psikomotor (Syah, 2008:225).

Menurut Syah (1999: 213-220) dalam mengukur dan menilai prestasi belajar siswa seorang guru hendaknya memperhatikan dua hal sebagai berikut:

1) Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa.

2) Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar

Dalam melakukan evaluasi prestasi belajar dikenal dengan dua pendekatan yaitu:


(26)

11 a) PAN (Norm Reference Evaluation)

Penilaian Acuan Norma (PAN) disebut juga Penilaian Acuan Relatif atau Penilaian Acuan Kelompok. Prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelas atau sekelompoknya.

b) PAP (Criterian reference Evaluation)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah suatu proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai ranah yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan absolute atau “batas lulus” yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam peneilitian ini pendekatan evaluasi prestasi belajar yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75.

Prestasi belajar berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh individu dalam proses pembelajaran. Hasil belajar menurut Bloom (Arikunto, 2005:76) dibagi dalam 3(tiga) ranah yakni:

1) Ranah kognitif: kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

2) Ranah psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.

3) Ranah afektif: berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.


(27)

12

Ranah kognitif dibagi kedalam 6 tingkatan menurut Anderson (2015 : 43-45) tingkatan kognitif direvisi oleh Bloom menjadi mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

1) Pada tingkat mengingat siswa mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. (Soal mengingat: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan).

2) Pada tingkat memahami siswa membangun makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. (Soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep) 3) Pada tingkat aplikasi siswa menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu. (Soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam memecahkan masalah)

4) Pada tingkat analisis siswa diminta untuk memecah-mecah materi ke dalam bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian dan antar bagian dengan keseluruhan atau tujuan. (Soal analisis: soal yang menuntut kemampuan menunjukkan bagian-bagian yang penting dan relevan, menulis garis besar sebuah tulisan, memilih struktur yang paling sesuai, dan menentukan pendapat atau tujuan dari materi).

5) Pada tingkat evaluasi siswa dituntut membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. (Soal analisis: soal yang menuntut pemeriksaan terhadap


(28)

13

produk atau proses atau penerapan solusi pada suatu masalah, dan pemberian kritik terhadap hipotesis atau pendapat orang lain).

6) Pada tingkat mencipta siswa dituntut untuk membuat produk baru dengan mereorganisasi beberapa bagian menjadi pola atau struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya. (Soal mencipta: soal yang menuntut pembuatan hipotesis atau alternative, mencari dan memilih solusi pemecahan masalah, merancang dan menciptakan produk sesuai dengan spesifikasi tertentu).

Dalam penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah hasil belajar ranah kognitif dengan tingkat kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mengigat pentingnya prestasi belajar dalam proses pendidikan maka diharapkan sebuah proses pembelajaran dapat menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Menurut Slameto (2010: 54- 71) tingkat pencapaian presatasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri. a) Faktor Jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis, diantaranya adalah kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor Kelelahan, yang terbagi dalam kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor ekstern yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang


(29)

14

a) Faktor Keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor Sekolah, meliputi metode mengajar, metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pendidikan di atas ukuran, keadaan gedung, dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar disekolah, yang ditunjukkan dalam bentuk nilai berupa angka atau huruf dari guru kepada siswa terutama aspek kognitifnya. Sedangkan prestasi belajar IPA berarti hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar IPA di sekolah berupa nilai yang diberikan guru baik berupa angka, huruf, atau pernyataan. Metode eksperimen termasuk salah satu dari faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern). Secara khusus faktor tersebut berasal dari sekolah.

2. Kajian tentang Pembelajaran IPA a. Hakekat IPA

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya (Darmojo 1992:3). Pengertian lain disampaikan oleh Nash


(30)

15

(dalam Darmojo 1992:3) dalam bukunya The Nature of Science, bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

Rom Harre dalam Darmojo dan Kaligis (1992:4) Science is collection of well attested theories which explain the patterns and regularities among carefully studied phenomena. Bila diterjemahkan secara bebas artinya sebagai berikut : IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu : pertama, bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, Kedua , bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam

Pendapat lain disampaikan oleh Winaputra (1992:123) dalam Usman Samantowa (2006:3) yang mengemukakan bahwa IPA tidak hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta untuk mendapatkannya diperlukan serangkaian metode ilmiah.

Sains secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu : 1. Proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang dan melakukan


(31)

16

eksperimen, 2. Produk ilmiah, misalnya prinsip, konsep, hukum dan teori, dan 3. Sikap ilmiah misalnya ingin tahu, hati-hati, obyektif dan jujur. Patta Bundu (2006 : 11)

b. Pembelajaran IPA di SD

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan Sugihartono (2007:74). Sedangkan pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono (2007:80) adalah merupakan setiap tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar .

Belajar menurut Darmojo dan Kaligis (1993:12) mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada.

Menurut De Vito, et al (1993) dalam Samantowa (2006:146) pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan


(32)

17

untuk dipelajari. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memperbanyak pengalaman belajar yang menarik kepada siswa.

Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar dalam Samantowa (2006:12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

c. Tujuan dan fungsi IPA

Menurut Darmojo dan Kaligis (1992 : 6) Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, sebagai berikut :

1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.

2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptaNya.

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan pembelajaran IPA juga dijelaskan dalam Bundu (2006 : 18) disebutkan bahwa di negara maju, tujuan pembelajaran Sains disekolah dasar bertumpu pada hakikat Sains seperti di British Colombia, Canada menekankan dalam kurikulum bahwa pembelajaran Sains di sekolah dasar harus :


(33)

18

1) Menumbuhkan sikap ilmiah yang sesuai (encourage appropriate scientific attitude)

2) Mengembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses Sains (develop the ability to use the processes and skills of science)

3) Mengenalkan pengetahuan ilmiah (introduce the scientific knowledge)

4) Mengembangkan cara berpikir kritis, rasional dan kreatif (promote critical, rational, and creative thingking)

d. Ruang lingkup IPA

Ruang lingkup mata pelajaran IPA di sekolah dasar menurut Mulyasa (2010:127) meliputi dua dimensi yaitu : 1) kerja ilmiah dan 2) pemahaman konsep dan penerapannya. Dalam kegiatan pembelajaran kedua dimensi ini dilaksanakan secara sinergi dan terintegrasi. Kerja ilmiah sains dalam kurikulum sekolah dasar terdiri dari penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah.

Secara lebih rinci menurut Sulistyorini (2007:40), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan..

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi :cair, padat, dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi :gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,


(34)

19

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

e. Materi

Materi yang akan diteliti merupakan materi pelajaran IPA semester 2 kelas V SD dengan materi pokok sifat-sifat cahaya. Berikut ini merupakan kompetensi dasar dan indikator materi pelajaran yang akan diteliti, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di RPP dalam lampiran 1 halaman 85 dan lampiran 2 halaman 111. Sedangkan rangkuman materi pelajaran dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 133.

1) Standar Kompetensi

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 2) Kompetensi Dasar

6.1 Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/ model, misal periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

3) Indikator

a) Menyebutkan berbagai macam sumber cahaya. b) Menjelaskan sifat cahaya merambat lurus.

c) Menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening. d) Mengklasifikasikan benda gelap dan benda bening. e) Menjelaskan cahaya dapat dipantulkan.

f) Mendiskusikan sifat-sifat cahaya dalam penerapan di kehidupan sehari-hari.


(35)

20 g) Menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan

h) Menentukan penerapam sifat cahaya dapat dibiaskan dalam kehidupan sehari-hari.

i) Menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan .

j) Mengkaitkan sifat cahaya dengan proses terjadinya pelangi.

k) Menyebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

l) Membedakan sifat bayangan pada cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

m) Mendiskusikan manfaat cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari.

n) Menentukan penerapan manfaat bayangan pada cermin dalam kehidupan sehari-hari.

o) Mendeferensiasikan sifat bayagan pada cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

p) Membuat kaca pembesar/ lup melalui percobaan sederhana q) Menyebutkan alat optik yang dapat membantu pengelihatan r) Mendiskusikan manfaat alat optik dalam kehidupan sehari-hari .

s) Mengkaitkan sifat cahaya dengan penggunaan alat optik dalam kehidupan sehari-hari .


(36)

21 3. Kajian tentang Metode Eksperimen a. Pengertian metode eksperimen

Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal Sugihartono (2007:81). Sejalan dengan itu menurut Sagala (2006:84) metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Jenis metode pembelajaran sangat beragam salah satunya adalah metode pembelajaran Eksperimen menurut Roestiyah (2001: 80) “eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan sesuatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru”.

Sejalan dengan itu Sagala (2006: 220) menjelaskan bahwa “metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari”. Sugihartono (2007:84) juga berpendapat bahwa metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses dan percobaan.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan


(37)

22

sendiri tentang suatu objek, keadaan ataupun proses tertentu. Peran guru dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Tujuan metode eksperimen

Metode eksperimen dilaksanakan dalam proses pembelajaran tentunya memiliki tujuan, menurut Moedjiono dan Dimyati (1991:78) tujuan pelaksanaan metode eksperimen adalah :

1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari beberapa fakta, informasi atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen.

2) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen melalui eksperimen yang sama.

3) Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.

4) Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam berpikir secara ilmiah


(38)

23

(scientific thingking) sehingga dapat menemukan bukti kebenaran dari teori atau konsep yang sedang dipelajarinya.

c. Kelebihan Metode Eksperimen

Sebuah metode pembelajaran tentunya tidak lepas dari berbagai macam kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Menurut Syaiful (2002: 95-96) kelebihan metode eksperimen adalah :

1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan.

2) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

umat manusia.

Lebih lanjut Sumantri (1999:158-159) mengungkapkan bahwa metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan yaitu :

1) Membuat peserta didik percaya pada kebenaran, kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

2) Peserta didik aktif terlibat menyimpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.

3) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.

4) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme.


(39)

24

5) Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lebih lama.

Penjelasan lebih lanjut tentang kelebihan metode eksperimen disampaikan Roestiyah (2001:82) adalah sebagai berikut:

1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang sebelum membuktikan kebenarannya sendiri.

2) Menjadikan siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, sehingga siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

3) Siswa melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan juga mampu menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul yaitu peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

d. Langkah-langkah metode eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen tentunya memiliki langkah- langkah yang khusus. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng dalam artikel Martiningsih (http/martiningsih. blogspot.com2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran .html) dan dalam artikel Risman Munajat (http://rismanmunajat12.blogspot.com/2012/11/metode-percobaan experi-mental - method.html) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :


(40)

25

1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

4) Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

5) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.


(41)

26

Dalam pelaksanaan metode eksperimen dengan langkah-langkah yang telah disebutkan diatas disiapkan pula sebuah prosedur yang matang agar pelaksanaan metode eksperimen dapat berhasil dalam sebuah pembelajaran. Moedjiono dan Dimyati (1991:78-79) mengemukakan bahwa untuk mendapat hasil optimal dalam memakai metode eksperimen langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen.

Kegiatan dalam mempersiapkan pemakaian metode eksperimen ini dimulai dengan menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Setelah ditemukan kesesuaian selanjutnya menentukan dan menyediakan kebutuhan peralatan, bahan, dan membuat lembar kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan eksperimen. Guru juga perlu melakukan uji coba terhadap kegiatan eksperimen yang telah disiapkan terlebih dahulu sebelum memulai menerapkan pada siswa untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang muncul ketika pelaksanaan eksperimen.

2) Melaksanakan pemakaian metode eksperimen.

Dalam tahap pelaksanaan ini guru mendiskusikan bersama seluruh murid mengenai prosedur, peralatan, dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati dan dicatat selama eksperimen. Setelah itu guru membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa dalam hal ini siswa diminta mengamati serta mencatat hal-hal yang dieksperimenkan. Setelah kegiatan


(42)

27

eksperimen selesai siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang kegiatan eksperimennya.

3) Tindak lanjut pemakaian metode eksperimen.

Kegiatan tindak lanjut ini merupakan tindakan pasca pelakasanaan metode ekseperimen. Kegiatan itu meliputi guru dan siswa mendiskusikan hambatan dan hasil-hasil eksperimen. Selanjutnya, membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan atau sarana lainnya. Kegiatan ini ditutup dengan evaluasi akhir oleh guru.

4. Karakteristik Siswa SD Kelas V

Setiap manusia mengalami proses pertumbuhan dan perkembagan. Perkembangan individu menurut Hurlock (Rita, 2008 :1) adalah merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman. Adapun perubahan- perubahan dalam perkembangan individu merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik individu yang semakin bertambah usia akan mengarah kepada kematangan. Untuk proses kmognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa individu, sedangkan proses sosio-emosional meliputi perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya.

Tahap perkembangan kognitif berpikir individu menurut Piaget dalam Budiningsih (2005: 37-39) melalui empat stadium, yaitu :


(43)

28 1) Sensorimotorik (0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan obyek sekitarnya. Anak baru mampu mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara sehingga suka memperhatikan sesuatu lebih lama. Selain itu anak sudah mampu mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya, anak memperhatikan objek sebagai hal yang tetap sehingga ia sering ingin merubah tempatnya. Pada tahap ini anak cenderung mengulangi kegiatan memegang sebuah benda kemudian memindahkan letak benda tersebeut bahkan sampai melemparkannya untuk mengenal benda tersebut.

2) Praoperasional (2-7 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah anak masih memiliki self counter yang sangat menonjol. Anak juga baru dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok sehingga ia belum mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda. Namun ia sudah mampu mengumpulkan barang-barang


(44)

29

menurut kriteria termasuk kriteria yang benar bahkan dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi belum dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.

Tahap intuitif (umur 4-7 tahun atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik pada tahap ini adalah anak sudah dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya. Perlahan anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks sehingga anak mulai dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide. Pada proses selanjutnya anak mampu memperoleh prinsip- prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak memiliki kemampuan pengetahuan kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volum pada usia 7 tahun.

3) Operational Kongkrit (7-11 tahun)

Ciri pokok pada perkembangan ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat kongkret.


(45)

30 4) Operasional Formal (12-15 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis. Anak juga sudah mampu menganalisis secara kombinasi, maksudnya jika dihadapkan pada dua kemungkinan penyebab misalnya C1 dan C2 yang menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan berdasarkan keadaan tersebut dan anak dapat berpikir secara proporsional untuk menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Dalam dunia pendidikan di sekolah terdapat pembagian dalam sistem kelas. Pada jenjang sekolah dasar dengan masa sekolah 6 tahun kelas dibagi menjadi 6 yang dibuat bertingkat sesuai dengan kemampuan dan usia siswa. Pembagian kelas tersebut kemudian dibedakan lagi menjadi fase kelas rendah dan kelas tinggi. Menurut Izzaty (2008:116) penjelasan fase tersebut yaitu :

1) Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk dikelas 1,2, dan 3 Sekolah Dasar

Ciri-ciri anak masa kelas rendah Sekolah Dasar adalah :

a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b) Suka memuji diri sendiri.

c) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu tidak menguntungkan dirinya.


(46)

31 e) Suka meremehkan orang lain.

2) Masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun -12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.

Adapun ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi menurut Izzaty (2008:116) adalah :

a) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

c) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah

e) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Anak kelas V SD mempunyai rata-rata usia 11-12 tahun dalam hal ini masuk kedalam jenjang operasional kongkret menurut piaget dan termasuk pula kedalam kategori masa kelas tinggi di Sekolah Dasar. Karakteristik siswa kelas V SD adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis sehingga anak telah memiliki kecakapan berpikir logis. Hal ini ditandai dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi dan perhatian yang besar yang tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. Dalam kehidupan sosialnya anak pada usia ini suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain, sehingga anak cenderung lebih suka pembelajaran dengan kegiatan kerja kelompok.


(47)

32 B. Kerangka Pikir

IPA adalah sebuah ilmu yang rasional dan obyektif mempelajari alam semesta dan segala isinya dan untuk memperolehnya diperlukan sebuah proses ilmiah. IPA mempunyai beberapa dimensi tidak hanya dimensi produk atau pengetahuan itu sendiri tetapi juga diperlukan dimensi proses dalam memperoleh ilmu tersebut. Metode eksperimen merupakan salah satu metode belajar yang dirasa cocok untuk mata pelajaran IPA karena metode belajar ini memiliki

IPA adalah sebuah ilmu yang rasional dan obyektif mempelajari alam semesta dan segala isinya dan untuk

memperolehnya diperlukan sebuah proses ilmiah.

Metode Eksperimen, dengan 6 langkah pembelajaran yaitu :

1. Percobaan Awal 2. Pengamatan 3. Dugaan Sementara 4. Verifikasi

5. Aplikasi Konsep 6. Evaluasi

Siswa dalam proses pembelajaran:

1. Terlibat aktif

2. Melakukan aktifitas riil 3. Sikap ilmiah berkembang 4. Hasil pengetahuan lebih

tahan lama Prestasi belajar kognitif IPA meningkat Salah satu metode

pembelajarannya.

menyebabkan


(48)

33

langkah-langkah yang didalamnya melibatkan siswa untuk aktif dalam melakukan serangkaian kegiatan ilmiah untuk membuktikan atau memperoleh suatu konsep pengetahuan.

Dalam metode eksperimen ini siswa dilatih untuk mengembangkan sikap ilmiah dalam setiap penerapan tahapan eksperimen. Pengembangan sikap ilmiah ini membuat hasil pengetahuan yang diperoleh siswa bertahan lebih lama dan lebih melekat sehingga berakibat pada meningkatnya prestasi belajar kognitif IPA.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka berfikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Pembelajaran menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Imogiri”

D. Definisi Operasional

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA dan metode eksperimen.

1. Prestasi belajar IPA adalah tingkat kognitif siswa setelah memperoleh pelajaran IPA. Prestasi tersebut dinyatakan dalam bentuk skor-skor yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal evaluasi. Prestasi belajar IPA mencerminkan penguasaan terhadap suatu konsep materi yang telah diajarkan. Kemampuan kognitif yang diuji pada penelitian ini meliputi kemampuan C1- C4.


(49)

34

2. Metode Eksperimen adalah suatu cara pengajaran yang dilakukan dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu materi pembelajaran dengan melalui proses ilmiah untuk memperoleh sebuah pengetahuan dan menuliskan hasil percobaann tersebut yang kemudian disampaikan di depan kelas untuk dievaluasi bersama dengan guru. Metode eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen sederhana yang langkah pembelajarannya telah disesuaikan sesuai untuk jenjang SD. Tahapan langkah pemebelajaran dengan metode eksperimen dilalui dengan :

a. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

b. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

c. Dugaan sementara, siswa dapat merumuskan dugaan sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

d. Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

e. Aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya.


(50)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Model Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010:129) adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas memiliki tujuan tertentu, dijelaskan oleh Suhardjono (Arikunto, 2009: 61) tujuan tersebut adalah :

a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses serta hasil pendidikan, dan pembelajaran di sekolah.

b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

c. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga

tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif karena peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V di SD Negeri Imogiri untuk meningkatkan prestasi belajar IPA melalui metode pembelajaran eksperimen.


(51)

36

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas V SD N Imogiri. Pada awalnya peneliti mengobservasi permasalahan yang ditemukan dalam kelas V yang terjadi pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab dari permasalah. Kemudian peneliti bersama guru kelas bersama-sama menyusun rancangan tindakan yang pelaksanaannya dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan. Saat pelaksanaan peneliti bertugas sebagai observer dengan mengamati jalannya kegiatan pembelajaran sedangkan guru kelas V sebagai pelaksana proses pembelajaran dengan metode eksperimen yang rancangan tindakannya telah disusun bersama pada kegiatan persiapan.

2. Desain Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli tersebut mengembangkan model Kurt Lewin bahwa di dalam penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang, dimana siklus kedua merupakan perbaikan dari siklus pertama dan seterusnya hingga mencapai sasaran yang diharapkan peneliti. “Siklus” inilah yang menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja (Arikunto, 2002:83). Jangka waktu setiap siklus


(52)

37

tergantung dari konteks permasalahan. Untuk menghentikan maupun melanjutkan setiap siklusnya merupakan keputusan bersama antara peneliti dan guru kelas.

Adapun acuan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart sebagai berikut:

Gambar 1.Siklus Model Kemmis dan Mc Taggart

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa model penelitian Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari empat tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Tahap perencanaan diawali dengan penemuan masalah dan merancang tindakan yang akan dilaksanakan. Secara rinci langkah yang ditempuh adalah: 1) Menemukan masalah yang ada di lapangan, pada tahap ini peneliti melakukan


(53)

38

melakukan diskusi dengan guru kelas mengenai permasalahan yang muncul ketika proses pembelajaran.

2) Merencanakan langkah pembelajaran dengan metode eksperimen. Perencanaan ini masih dapat berubah sesuai dengan perubahan dalam pelaksanaan tindakan.

3) Merancang instrumen diantaranya membuat Rencana Rancangan Pembelajara (RPP), menyusun soal tes, membuat lembar kerja siswa dan membuat pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen.

b. Tindakan

Tindakan merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen yang dilakukan oleh guru berdasarkan apa yang telah direncanakan oleh peneliti dan guru sebelumnya. Tolak ukur dari penelitian ini adalah pelaksanaan eksperimen oleh siswa sesuai tahapan langkah yang telah disepakati.

c. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati proses pelaksanaan tindakan penelitian tindakan. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Proses tindakan penelitian meliputi penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dan kendala tindakan semuanya dicatat dan didokumentasikan. Hasil dari data dalam observasi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam kegiatan refleksi.


(54)

39 d. Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan karena kegiatan refleksi ini akan memantapkan kegiatan/tindakan untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul dilapangan pada saat pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah diperlukan tindakan perbaikan atas tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila diperlukan perbaikan maka rencana tindakan harus diperbaiki secara maksimal agar tidak mengulangi kesalahan dari tindakan pada siklus pertama.

Setelah melakukan observasi awal dan diskusi dengan guru mengenai rencana penelitian dapat dibuat rancangan tindakan pada siklus 1 yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan langkah-langkah yang diperlukan yaitu :

a. Menentukan materi pelajaran dan sub pokok bahasan. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Menyiapkan sumber belajar.

d. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. e. Menyusun lembar observasi.

f. Membuat lembar kerja siswa. g. Membuat evaluasi tiap siklus.


(55)

40 2. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen. Langkah-langkah yang dilaksanakan yaitu :

a. Menyiapkan alat dan bahan. b. Membuka pelajaran.

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. e. Membagi kelas menjadi kelompok kecil.

f. Membimbing siswa dalam melaksanakan praktek eksperimen. g. Menyimpulkan hasil eksperimen.

h. Memberikan penguatan/ refleksi. 3. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya kegiatan pembelajaran dan praktek eksperimen dengan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. 4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut akan menentukan langkah selanjutnya pada siklus II sesuai dengan hasil tindakan pada pembelajaran siklus I.


(56)

41 B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD N Imogiri kecamatan Imogiri kabupaten Bantul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan dipilihnya SD N Imogiri sebagai tempat penelitian karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang sedang berkembang di wilayah kecamatan Imogiri.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini di mulai pada bulan September 2016 sampai bulan April 2017 yang dimulai dari pratindakan yaitu observasi awal dan dilanjutkan pelaksanaan tindakan penelitian PTK. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2016/ 2017.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Imogiri yang berjumlah 39 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Dipilihnya siswa kelas V sebagai subjek penelitian karena prestasi belajar kelas V khususnya dalam mata pelajaran IPA masih rendah yang ditunjukkan oleh prosentase prestasi belajar IPA pada ulangan harian sebanyak 56,5 % dari jumlah siswa masih memiliki nilai di bawah KKM.

4. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA dengan materi mengenai sifat- sifat cahaya siswa kelas V SD N Imogiri yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Objek penelitian ini dipilih


(57)

42

berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas V yaitu rendahnya prestasi belajar IPA siswa kelas V.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Tes

Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Peneliti menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar IPA siswa kelas V di SD N Imogiri. Tes yang diberikan kepada siswa disajikan dalam bentuk pilihan ganda dan essai. Tes diadakan di akhir proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Sanjaya, 2009:86). Dalam kegiatan observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.


(58)

43 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2009:240). Dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berbentuk foto yang diambil dari kegiatan yang berlangsung dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas. Dokumen lain yang dibutuhkan yaitu berupa perangkat pembelajaran meliputi RPP, soal tes, lembar kerja siswa dan juga pedoman observasi untuk siswa dan guru saat berlangsungnya pembelajaran dengan metode eksperimen.

D. Instrumen Penelitian dan Validasi

Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar yang meliputi soal pre-test dan soal post-test, lembar observasi, dan catatan lapangan.

Instrument penelitian dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dalam sebuah penelitian. Untuk menentukan validitas instrumen penelitian menggunakan validitas isi (content validity). Sukardi (2003: 123) menyatakan bahwa validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang diukur. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian yang disesuaikan dengan kajian teori yakni tentang pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen. Selanjutnya instrumen


(59)

44

dikonsultasikan ke guru kolaborator dan disetujui oleh dosen pembimbing sebagai expert judgement.

E. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan tahapan setelah selesai pengumpulan data. Menurut Arikunto (2006:132) analisis data adalah usaha untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hal yang dilakukan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah :

1. Mengkaji data kualitatif yang terkumpul secara komprehensif.

Data dari hasil observasi dan catatan lapangan yang terkumpul dikaji secara komprehensif dengan analisis data deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif untuk menganalisis data tentang bagaimana pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Imogiri pada tahun ajaran 2016/2017 semester II, serta melihat minat guru dan siswa terhadap penerapan metode eksperimen ini.

2. Menganalisis data hasil tes siswa tentang prestasi belajar IPA

Penelitian ini menafsirkan data kuantitatif dengan membandingkan hasil nilai pre-test dan post-test yang diperoleh subjek pada siklus I, dan


(60)

45

membandingkan hasil nilai post-test siklus I dan post-test siklus II. Analisanya melalui tahapan sebagai berikut .

a. Melakukan skoring pada hasil tes belajar siswa stelah pembelajaran IPA. b. Memberikan nilai terhadap hasil tes siswa tersebut.

c. Menghitung rata-rata prestasi belajar seluruh siswa dengan rumus sebagai berikut

Mean ̅̅̅ =

d. Menganalisis masing-masing siklus, kemudian hasil belajar masing-masing siklus dibandingkan untuk dilihat peningkatannya. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan prestasi belajar adalah dengan mencari selisish antara rerata hasil nilai pre-test dan post-test yang diperoleh subjek pada siklus I, dan selisih antara rerata hasil nilai post-test siklus I dan post-test siklus II.

Rumus peningkatan nilai sebagai berikut.

̅̅̅ ̅̅̅ Keterangan :

= rerata nilai post test siklus I = rerata nilai post test siklus II

e. Mengukur ketuntasan nilai siswa, siswa dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh sama dengan atau lebih dari tujuh puluh hal ini sesuai dengan


(61)

46

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 75.

3. Analisis prestasi belajar IPA siswa a. Menghitung rata-rata nilai

Untuk menghitung rata-rata nilai menggunakan rumus:

Mean = Keterangan :

∑ fx = jumlah f dikali dengan x x = skor

n = jumlah siswa

b. Untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal Presentase =

x 100%

c. Analisis data observasi

Analisis data observasi dalam penelitian ini dengan cara merefleksi hasil observasi proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data observasi ini digunakan untuk mempermudah mendeskripsikan hasil penelitian setiap pertemuannya sehingga peneliti tidak kesulitan dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.


(62)

47 F. Indikator Keberhasilan

Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dipergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran IPA terlaksana dengan baik yang ditandai dengan siswa aktif mengikuti KBM dan mampu melakukan kegiatan eksperimen sesuai prosedur yang diberikan guru.

2. Terjadi peningkatan prestasi belajar yang ditandai dengan peninkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengenai materi sifat-sifat cahaya.

3. Hasil belajar menunjukkan ≥75% siswa telah melampaui nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu ≥75.


(63)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal Siswa

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD N Imogiri kecamatan Imogiri kabupaten Bantul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan dipilihnya SD N Imogiri sebagai tempat penelitian karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang sedang berkembang di wilayah kecamatan Imogiri.

Siswa kelas V SD N Imogiri Bantul dalam penelitian ini berjumlah 39 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Dipilihnya siswa kelas V sebagai subjek penelitian karena berdasarkan hasil observasi sebelum dilakukan tindakan, siswa terlihat kurang antusias dalam melakukan pembelajaran karena siswa kurang diberi kesempatan untuk melakukan praktek langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan di kelas V ini juga masih berpusat pada guru ditandai dengan dominasi penggunaan metode ceramah selama proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan masih banyak siswa yang masih ramai dan tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil pengamatan juga menunjukkan prestasi belajar IPA kelas V SD N Imogiri masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh persentase prestasi belajar IPA pada ulangan harian yang dilakukan pada materi magnet sebelum pelaksanaan tindakan berdasarkan tabel hasil tes pra siklus pada lampiran 7 halaman 178-179 sebanyak 17 siswa atau 44% memiliki nilai diatas KKM yaitu ≥ 75, sedangkan sebanyak 22 siswa atau sekitar 56% dari jumlah siswa masih memiliki nilai di


(64)

49

bawah KKM yaitu kurang dari 75. Nilai terendah yang diperoleh siswa dalam ulangan adalah 53 sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 86. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada gambar 2 dan gambar 3.

Gambar 2. Diagram Nilai Pra Siklus 53

86

68.8

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Pra siklus


(65)

50

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat prestai belajar IPA sebelum tindakan sudah cukup namun jumlah siswa yang tuntas masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu tindakan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD N Imogiri.

2. Deskripsi Penelitian Siklus 1

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (2x 70 menit).Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam tindakan siklus I adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan merupakan tahapan awal untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.

1) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan. 44%

56%

Tuntas


(66)

51

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan metode eksperimen.

3) Menyiapkan media pembelajaran dan alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA.

4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)

5) Menyiapkan dan menyusun instrument penilaian yang meliputi : a) lembar observasi aktivitas guru dan siswa,

b)kisi-kisi soal, c) lembar soal, d)kunci jawaban

b.Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.

1) Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Januari 2017 pukul 07.00 - 08.45 atau 105 menit. Pertemuan pertama membahas materi tentang sifat-sifat cahaya dengan indikator materi menyebutkan berbagai macam sumber cahaya, menjelaskan sifat cahaya merambat lurus, menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening, mengklasifikasikan benda gelap dan benda bening, menjelaskan cahaya dapat dipantulkan dan mendiskusikan sifat-sifat cahaya


(67)

52

dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. Adapun rincian proses pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Awal

Siswa bersama guru membuka pelajaran dengan berdoa setelah itu dilanjutkan dengan membaca asmaul husna sesuai dengan kebiasaan siswa sebelum memulai pelajaran. Pembelajaran selanjutnya adalah guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa bagaimanakah jika tidak ada cahaya di muka bumi ini? dan apakah yang terjadi jika pada malam hari listrik padam sehingga lampu rumah kita padam?, lalu siswa menjawab jika tidak ada cahaya maka akan gelap dan kita tidak akan bisa melihat apapun. Guru kemudian menanyakan tentang sumber cahaya yang terbesar di muka bumi ini dan siswa menjawab bahwa sumber cahaya yang terbesar di muka bumi adalah matahari. Kemudian siswa diminta untuk menyebutkan sumber cahaya lain dan siswa menjawab sumber cahaya yang lain contohnya lampu, lilin, baterai. Guru menjelaskan bahwa hari ini mereka akan bersama-sama mempelajari tentang sifat-sifat cahaya.

b) Kegiatan Inti (1) Percobaan Awal

Pada kegiatan ini guru telah melakukan percobaan awal dengan sederhana. Untuk mengantarkan siswa pada materi pembelajaran guru membuka dan menutup semua jendela dan pintu kelas selanjutnya guru melakukan tanya jawab tentang bagaimana perbedaan keadaan kelas jika semua jendela dan pintu di tutup rapat dan ketika jendela dan pintu dibuka lebar. Selain itu guru


(68)

53

juga menanyakan mengapa cahaya matahari dari luar bisa masuk sampai kedalam ruangan kelas.

(2) Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh siswa saat guru melakukan percobaan awal namun karena pada pertemuan ini guru masih melakukan percobaan awal dengan sederhana dan tidak melibatkan siswa secara langsung mengakibatkan masih ada siswa yang belum ikut melakukan pengamatan. Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru apa yang terjadi ketika semua pintu dan jendela ditutup dan mereka menjawab jika semua pintu dan jendela ditutup maka ruangan kelas akan gelap. Pada jawaban pertanyaan kedua tentang mengapa cahaya matahari dari luar bisa masuk kedalam kelas siswa masih merasa bingung sehingga mereka hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan tersebut.

(3) Dugaan Sementara

Siswa dibimbing guru membuat dugaan sementara bahwa sifat cahaya ketika cahaya masuk melalui celah-celah angin merupakan sifat cahaya dapat merambat lurus, cahaya masuk melalui kaca jendela merupakan sifat cahaya dapat menembus benda bening dan kita dapat melihat bayangan dicermin karena sifat cahaya dapat dipantulkan.

(4) Verifikasi

Siswa kelas V dibagi menjadi 8 kelompok yang berisi 4-5 siswa. Kelompok 1,2 dan 3 diberikan tugas mengerjakan LKS 1 (bisa dilihat pada halaman 98) untuk mempraktekkan cahaya merambat lurus, kelompok 4, 5, dan 6 diberikan


(69)

54

tugas mengerjakan LKS 2 (bisa dilihat pada halaman 101) untuk mempraktekkan cahaya dapat menembus benda bening dan kelompok 7 dan 8 diberikan tugas mengerjakan LKS 3 (bisa dilihat pada halaman 104) untuk mempraktekkan cahaya dapat dipantulkan. Masing- masing kelompok diberikan waktu 10 menit untuk mengerjakan LKS setelah itu kelompok bergantian mengerjakan LKS lain. Sebelum melakukan percobaan guru meminta siswa untuk membaca langkah kerja yang ada di dalam LKS dan menanyakan apabila masih ada langkah kerja yang belum mereka pahami. Namun, dalam pelaksanaannya siswa masih merasa malas untuk membaca dan memahami langkah kerja secara mandiri akibatnya pada pelaksanaan eksperimen ada beberapa siswa yang menanyakan pada guru tentang langkah kerja yang harus dilakukan. Selain itu pada pengerjaan LKS 3 untuk membuktikan cahaya dapat dipantulkan siswa merasa bingung dengan langkah kerja, mengisi tabel hasil pengamatan dan pertanyaan diskusi dan pembahasan sehingga masih ada beberapa jawaban pada tabel hasil percobaan dan jawaban soal pembahasan yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

Siswa dalam menjawab soal diskusi dan pembahasan dengan diskusi kelompok tetapi masih ada beberapa kelompok yang anggota kelompoknya masih pasif dan mereka tidak ikut dalam kegiatan diskusi tetapi mereka membuat gaduh dan mengganggu teman lain dalam kelompok. Setelah semua kelompok mengerjakan 3 LKS yang telah disiapkan guru menunjuk beberapa perwakilan kelompok untuk ke depan kelas membacakan hasil percobaan yang telah mereka lakukan. Dalam pembacaan hasil percobaan ini ternyata


(70)

55

masih ada beberapa kelompok yang memiliki jawaban yang berbeda. Perbedaan ini kemudian diatasi guru dengan melakukan percobaan ulang di depan kelas sehingga setiap kelompok paham dan mempunyai konsep yang sama tentang hasil percobaannya.

(5) Aplikasi Konsep

Siswa bersama guru melakukan pembahasan tentang penerapan dari sifat-sifat cahaya yang telah mereka pelajari hari ini. siswa dibimbing guru melakukan diskusi kelas dan dari hasil diskusi tersebut siswa dapat menyimpulkan bahwa penerapan sifat cahaya dapat merambat lurus dalam kehidupan sehari-hari dibuktikan dengan adanya cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah kaca. Penerapan sifat cahaya dapat menembus benda bening dapat dilihat dari pemasangan kaca jendela pada pembangunan gedung sehingga ruangan dalam gedung dapat tetap terang karena cahaya matahari dari luar dapat menembus kaca jendela yang merupakan salah satu contoh benda bening. Penerapan sifat cahaya dapat dipantulkan dapat dilihat dari kegiatan ketika bercermin maka bayangan pada cermin tersebut dapat ditangkap oleh mata kita karena cahaya dipantulkan oleh cermin.

(6) Evaluasi

Sebelum melakukan kegiatan evaluasi ini siswa mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas, kemudian guru memberikan penguatan lagi terhadap materi sifat-sifat cahaya yang dipelajari hari ini. Evaluasi pada pertemuan pertama ini dilakukan secara lisan, guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan sifat-sifat cahaya yang telah dipelajari hari ini. Guru juga


(71)

56

meminta siswa untuk menuliskan pada buku tulis mereka sifat-sifat cahaya yang dipelajari hari ini.

c) Kegiatan Akhir

Guru melakukan refleksi pelajaran hari ini dengan menyebutkan pentingnya cahaya bagi kehidupan kita karena dengan cahaya kita dapat melihat benda desekitar kita. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa kita dapat melihat televisi juga berkat adanya cahaya namundalam hal ini guru mengingatkan kepada siswa untuk tidak terlalu sering menonton televisi dan tidak melupakan belajar setiap hari. Siswa bersama guru menutup pelajaran pada pagi hari itu dengan berdoa dan salam.

2) Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Februari 2017 pukul 07.00 - 08.45 atau 105 menit. Pertemuan kedua membahas materi tentang sifat-sifat cahaya dengan indikator materi menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan, menentukan penerapan sifat cahaya dapat dibiaskan dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan dan mengkaitkan sifat cahaya dengan proses terjadinya pelangi. Adapun rincian proses pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Awal

Siswa bersama guru membuka pelajaran dengan berdoa setelah itu dilanjutkan dengan membaca asmaul husna sesuai dengan kebiasaan siswa sebelum memulai pelajaran. Pembelajaran selanjutnya adalah guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa jika setelah hujan turun kemudian


(1)

184 Lampiran 8. Dokumentasi

Gambar 8. Siswa sedang mempraktekkan sifat cahaya dapat meramnbat lurus


(2)

185

Gambar 10. Siswa mencari sifat bayangan pada cermin datar.


(3)

186

Gambar 12. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.


(4)

(5)

(6)