41
pidana yaitu “reaksi atas delik dan ini berujud suatu nestapa yang sengaja ditimpakan Negara kepada pembuat delik itu ”Dengan
demikian maka setiap orang yang telah melanggar aturan atau hukum pidana yang memang telah ditetapkan terlebih dahulu aturannya
sudah barang tentu dapat dipidana.
27
Akan tetapi ternyata menurut ilmu pengetahuan hukum pidana juga ditegaskan : “Seseorang yang
melakukan suatu tindak pidana tidak selalu dapat dipidana. Hal ini tergantung dari apakah orang itu dalam melakukan tindak pidana itu
mempunyai kesalahan atau tidak?. Sebab untuk dapat menjatuhkan pidana terhadap seseorang itu tidak cukup dengan dilakukanya tindak
pidana saja tetapi selalin daripada itu harus ada pila kesalahan, atau sikap batin yang dapat dicela”.
D. Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
Menurut Simons, mampu bertanggung jawab adalah mampu menginsyafi sifat melawan hukumnya perbuatan dan sesuai dengan
keinsyafan itu
mampu untuk
menentukan kehendaknya.
Menurut Moeljatno bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada :
1. kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang
baik dan yang buruk yang sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum.
27
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
42
2. kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut
keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi. Tersebut butir a. merupakan faktor akal intellectual
factor yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dengan yang tidak. Tersebut butir b. merupakan
faktor perasaan atau kehendak volitional factor yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana
yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak mampu
bertanggung jawab adalah orang yang keadaan jiwabathinnya tidak seperti apa yang dirumuskan dimuka.
21
Keadaan jiwabathinya tidak normalsehat itu menurut pasal 44 KUHP
disebabkan karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya atau terganggu karena penyakit. Tidak mampu bertanggung jawab
menurut Pasal 44 KUHP merupakan alasan peniadaan kesalahan alasan pemaaf yang dibedakan dengan alasan pemaaf lain
seperti diatur di Pasal 48 KUHP daya paksa, Pasal 49 ayat 2 KUHP bela paksa lampau batas, Pasal 51 ayat 2 KUHP
perintah jabatan tidak sah. Kalau dalam tidak mampu bertanggung jawab fungsi jiwabathinnya tidak normal,
sedangkan dalam alasan pemaaf lainnya, fungsi jiwabathinnya tidak normal itu disebabkan keadaan dari luar, sedangkan organ
21
Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana
43
jiwa bathinnya
adalah normal.Untuk
menentukan ketidakmampuan bertanggung jawab sehingga ia tidak dapat
dipidana ada tiga system
14
: 1
Sistem deskriptif menyatakan, yaitu dengan cara menentukan dalam perumusannya itu sebab-sebabnya tidak
mampu bertanggung jawab. 2
Sistem normative menilai yaitu dengan cara hanya menyebutkan akibatnya yakni tidak mampu bertanggung
jawab tanpa
menentukan sebab-sebabnya.
Yang penting di sini adalah apakah orang itu mampu bertanggung jawab atau tidak ? Jika dipandang tidak mampu
bertanggung jawab, maka apa yang menjadi sebabnya tidak perlu dipikirkan lagi.
3 Sistem deskriptif-normatif yaitu dengan cara gabungan dari
cara butir a. dan butir b. tersebut, yakni menyebutkan sebab- sebabnya tidak mampu bertanggung jawab. Dan hal ini harus
sedemikian rupa akibatnya hingga dipandang atau dinilai sebagai tidak mampu bertanggung jawab.
Dari ketiga sistem tersebut di atas, sistem deskriptif-normatif inilah yang dianut oleh KUHP dimana dengan cara gabungan ini
maka untuk dapat menentukan terdakwa tidak mampu bertanggung jawab dalam praktek diperlukan adanya kerjasama antara psikiater
14
Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana
44
dengan hakim. Psikiater yang berhak dan mampu untuk menentukan ada atau tidaknya sebab-sebab yang ditentukan dalam undang-
undang sedangkan hakim yang menilai apakah karena sebab-sebab itu terdakwa mampu bertanggung jawab atau tidak. Dalam hal
menerapkan pertanggung jawaban pidana bagi seorang pelaku pada dasarnya secara teoritis dikaitkan dengan Teori atau ajaran
Pertanggung Jawaban Pidana.
E. Hasil Penelitian