kusta dan adanya dukungan keluarga, petugas dan masyarakat untuk mengikuti pengobatan penyakit kusta di Puskesmas.
5.1.6 Hubungan Antara Sikap dengan Pencarian Pengobatan
Analisis bivariat menggunakan uji
chi-square
dengan alternatif uji
Fisher
dilakukan penggabungan sel pada kategori variabel bebas sikap rendah-sedang dan variabel terikat pencarian pengobatan rendah-sedang, sehingga diperoleh tabel
2x2 sebagaimana dihasilkan nilai
p value
sebesar 0,003 p0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pencarian pengobatan pada
penderita kusta. Pencarian pengobatan kurang baik pada responden dengan sikap kurang sebesar 73,2 dan pada responden dengan sikap baik sebesar 14,6 saja.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa ampir dari semua responden 96 menganggap penyakitnya tersebut tidak menular, responden 70,7 mempunyai
sikap bahwa pengobatan tidak dapat mengurangi tingkat kecacatan kusta sehingga responden merasa malas untuk melakukan pengobatan, sementara 2,4 responden
saja yang merasa yakin bahwa penyakitnya akan bisa sembuh dengan melakukan pengobatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruslan 2013 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan pencarian
pengobatan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ruslan, responden yang memiliki sikap kurang baik mempunyai risiko 2,93 kali untuk tidak melakukan
pencarian pengobatan pada fasilitas kesehatan dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap baik. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ruslan 2013, pada penelitian ini prosentase pencarian pengobatan kurang baik
pada responden yang memiliki sikap kurang sebesar 70,7, dan responden yang memiliki sikap baik sebesar 14,6 saja. Hal ini dikarenakan responden dengan
sikap kurang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 75,6 dibanding dengan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi hanya 24,4 saja.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Nugraheni 2005 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap
dengan pencarian pengobatan. Hal ini dapat dikarenakan sikap responden tentang pencarian pengobatan kusta terbentuk setelah responden mendapat penyuluhan
dari petugas kesehatan puskesmas pada waktu awal mengikuti pengobatan di puskesmas.
5.1.7 Hubungan Antara Kemudahan Transportasi dengan Pencarian