Pendahuluan KEKUASAAN DI ATAS LOGIKA UANG.

1 KEKUASAAN DI ATAS LOGIKA UANG Oleh Ida Bagus Gde Pujaastawa 

1. Pendahuluan

“Hari gini tidak korupsi, apa kata dunia?” Barangkali itulah slogan yang tepat bagi para koruptor, mengingat kian maraknya fenomena korupsi di negeri ini. Belakangan ini berita tentang kasus korupsi tidak saja menjadi sajian utama pemberitaan berbagai media massa, tetapi juga menjadi topik obrolan yang hangat hingga ke warung-warung kopi. Maraknya fenomena korupsi di Indonesia menyebabkan seakan di negeri ini hampir tiada hari tanpa korupsi. Berdasarkan hasil survei pelaku bisnis yang dirilis Senin, 8 Maret 2010 oleh perusahaan konsultan Political Economic Risk Consultancy PERC yang berbasis di Hongkong, ternyata Indonesia merupakan negara paling korup dari 16 negara Asia-Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis. Sementara di tingkat dunia, hasil survai Bribe Prayer Indeks BPI dalam Transparancy International 2011 yang dilakukan terhadap 28 Negara di Dunia, Indonesia bercokol pada posisi keempat terkorup di dunia. Melihat kenyataan di atas, tidaklah mengherankan jika sejumlah pihak juga menjuluki Indonesia sebagai “negeri para koruptor”, karena perilaku korup kian menjadi tabiat aparat di berbagai lembaga pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah. Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Soegeng Sarjadi Syndicate Mei, 2012, tidak tanggung-tanggung, lembaga yang meraih predikat terkorup di negeri ini justru lembaga parlemen yang merepresentasikan kepentingan rakyat Indonesia baca DPR. Empat lembaga lain yang masuk lima besar dalam kategori lembaga terkorup adalah Kantor Pajak, Kepolisian, Partai Politik dan Kejaksaan Agung. Maraknya kasus korupsi dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat merugikan keuangan negara yang dilakukan oleh kalangan aparatus negara dikhawatirkan akan menggeser kultur demokrasi ke arah kultur kekuasaan kleptokrasi. Fenomena ini kiranya menarik untuk difahami sebelum korupsi benar-benar menjadi bencana nasional.  Narasumber adalah dosen Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Membedah Fenomena Korupsi sebagai Bencana Nasional yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-50 Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana dan Dies Natalis ke-50 Universitas Udayana. Denpasar, 5 Juli 2012. 2

2. Dramaturgi Korupsi