23
dilangsungkan akan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang telah disebutkan.
Namun tidak semua kegiatan secara terperinci dilakukan pada saat pelaksaan upacara tradisional. Ada yang terdiri dari dari semua kegiatan yang
telah disebutkan diatas tetapi ada pula yang hanya melakukam beberapa dari kegiatan tersebut karena disesuaikan dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan
upacara tradisional tersebut.
F. Komponen-Komponen Upacara Tradisional
Ada empat komponen yang ada dalam upacara tradisional menurut Koentjaraningrat 1992 : 141-12 yaitu :
1. Tempat upacara Sesuatu yang keramat biasanya berada di tempat yang khusus dan
tidak boleh didatangi orang yang berkepentingan, malahan mereka yang berkepentingan tidak boleh sembarangan ditempat upacara. Mereka harus
hati-hati dan memperhatikan berbagai macam larangan dan pantangan. Kuburan biasanya merupakan tempat keramat yang bisa digunakan sebagai
sarana orang bisa dengan mudah berhubungan dengan roh-roh nenek moyang yang sudah meninggal, lading atau sawah juga sering digunakan
sebagai tempat upacara yang berhubungan dengan bercocok tanam. 2. Saat-saat upacara
Saat-saat upacara biasanya dirasa sebagai saat yang genting gawat dan yang penuh bahaya gaib, karena berhubungan langsung dengan dunia
24
gaib. Jadi dapat berakibatk kemasukan roh. Dalam kehidupan manusia juga terdapat saat-saat genting misalnya waktu hamil, kelahiran, kematian,
perkawinan dan lain sebagainya. Ada pula waktu-waktu genting yang timbul karena bahaya
misalnya wabah penyakit menular, bencana alam, atau waktu-waktu ada perperangan. Segala bahaya iitu sering dianggap oleh orang berpangkal pada
suatu peristiwa dalam dunia gaib. Saat-saat upacara tersebut dalam ilmu antropologi disebut upacara-upacara waktu kritis atau upacara-upacara untuk
melalui waktu kritis Koentjaraningrat dalam skripsi Tunas Nyana Surya : 2010.
3. Benda-benda upacara Benda-benda upacara merupakan alat-alat yang dipakai dalam
menjalankan upacara tradisional. Alat-alat itu bisa berupa alat-alat seperti wadah atau tempat sajian, sendok, pisau dan lainnya. Bendera dan senjata
juga sering digunakan untuk sajian. Alat-alat upacara lazimnya digunakan adalah patung-patung yang berfungsi sebagai lambang dewa atau roh nenek
moyang yang menjadi tujuan upacara. 4. Peserta Upacara
Pemimpin upacara dalam berbagai religi dan suatu bangsa di dunia biasanya dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pendeta, dukun, dan
syaman. Pendeta adalah orang yang karena suatu pendidikan yang lama menjadi ahli dalam hal melakukan pekerjaan sebagai pemuka upacara
keagamaan. Syaman adalah sebuah istilah yang juga sering dipakai untuk
25
menamakan dukun, tetapi istilah tersebut dipakai untuk golongan dukun yang memimpin upacra khusus. Purwadi: 2007. Dalam masyarakat
lamandau atau dayak pada umumnya peserta upacara tradisi biasanya warga sekitar yang di pimpin oleh kepala desa setempat dan dibantu oleh Demang
atau Domang yang seorang pemuka adat setempat.
G. Solidaritas