Sri Sadana Dalang Kandhabuana

Bambang Irawan mendengar sayembara itu segera berangkat mencari Dewi Titisari dibantu Raden Gatutkaca. Bambang Irawan berhasil menemukan Dewi Titisari, dan membunuh Prabu Prabu Jong Biraji. Setelah Dewi Titisari diberikan kepada Prabu Kresna, Bambang Irawan kemudian segera dinikahkan dengan Dewi Titisari, dan menjadi keluarga yang harmonis.

7. Kunjarakarna

Begawan Budhawairucana di Pertapaan Budisatwa menerima raksasa Kunjarakarna minta di-ruwat menjadi manusia. Atas permintaan itu, Kunjarakarna oleh Budhawairucana diberi petunjuk agar pergi ke Yomaniloka menghadap Betara Yamadipati. Setelah Kunjakarna berangkat, dalam perjalanan melihat berbagai manusia, ada yang sedang disiksa dengan digunting lidahnya, dipenggal lehernya, ditarik payudaranya. Ada pula yang dimuliakan dengan diberi minuman arak yang tidak memabukkan, makanan yang tidak mengenyangkan, dan sebagainya. Setelah sampai di Yomaniloka Kunjarakarna bertemu dengan Betara Yamadipati dan mengutarakan maksudnya untuk di-ruwat. Batara Yamadipati terhadap permintaan itu mengatakan bahwa yang bisa meruwat itu Budhawairucana sendiri. Atas petunjuk itu Kunjarakarna kembali ke Budisatwa. Setibanya di Budisatwa, Budhawairucana segera meruwat Kunjarakarna dengan cara diberi mantra dan kembang, setelah selesai Kunjarakarna kemudian berubah menjadi manusia biasa, dan masuk agama Hindu dengan nama Arjunapati.

8. Sri Sadana

Prabu Sri Mahapunggung di Medhangkamulan sedang mengadakan rapat dengan patih Jaka Puring dan anak laki-lakinya Sadana serta para punggawanya mengenai putrinya Dewi Sri yang hilang pergi dari kerajaan tanpa pamit karena tidak mau dinikahkan dengan Prabu Palugara dari Medhang Kumuwung. Pandawa dan Hastina yang sedang dilanda krisis pangan karena pertaniannya diserang hama Asu Belang Wayuliyang dan Kucing si Candramawa, datang kepada Prabu Sri Mahapunggung masing-masing mohon agar Dewi Sri dan Sadana boleh di-boyong ke negara masing- masing untuk bisa menyelesaikan krisis. Atas permohonan itu prabu Sri Mahapunggung memberitahu bahwa Dewi Sri sudah beberapa lama hilang pergi tanpa pamit dari kerajaan. Oleh karena itu silakan dicari, dan jika ketemu bisa diboyong ke Amarta atau Hastina. Pandawa dan Kurawa mendengar akan jawaban itu kemudian mencari Dewi Sri, setelah ketemu keduannya berebut, tetapi karena Kurawa kalah, maka Dewi Sri kemudian diboyong oleh Pandawa ke negri Amarta. Dengan diboyongnya Dewi Sri ke negeri Amarta tersebut, maka usai sudah problem krisis pangan yang melanda negeri Amarta.

9. Dalang Kandhabuana

Batara Guru di Kayangan Jongringsaloka, menerima kedatangan Batara Kala anaknya minta makan. Oleh Batara Guru bapaknya, Batara Kala diperintahkan untuk turun ke dunia makan manusia sukerta seperti kedhana-kedhini, ontang-anting, dan sebagainya. Atas perintah itu, Batara Kala turun ke Ngarcapada mencari makan manusia sukerta tersebut. Di tengah perjalanan, Batara Kala bertemu dengan anak ontang-anting. Ketika dikejar, anak ontang-anting itu masuk rumah yang tidak ada tutup keyongnya, hingga kemudian roboh, karena rumah roboh, anak ontang-anting masuk ke tempat ramai orang-orang yang membuat jamu, hingga batunya patah. Batara Kala tetap saja mengejar ke mana anak ontang-anting itu bersembunyi. Batara Wisnu yang melihat keserakahan Batara Kala mengejar anak ontang-anting itu, segera mengahalanginya dengan cara menjadi Dalang Kandha Buwana menggelar wayang di sebuah rumah. Ketika znzk ontng-anting Jatusmati masuk di sebuah rumah di mana Wisnu menggelar wayang dan Batara Kala tetap mengejarnya, oleh Batara Wisnu kemudian dibacakan mantra Caraka Balik, hingga matilah sang Batara Kala. Dengan matinya Batara Kala, maka selamatlah anak ontang-anting atau Jatusmati itu.

10. Arimuka dan Wahmuka