Teori Musik 2 Page 6
Tritonus Tritone Tritonus disusun oleh tiga buah whole-tone enam semitone, satu-satunya
interval yang jika dibalik akan tetap sebagai interval yang sama. Sebagai contoh dari nada c – fis, dan fis – c’, keduanya disebut interval tritonus, seperti berikut:
B. Modus
Pada abad pertengahan, musik sering disusun dengan langkah step dan setengah langkah half-step, lain dari jarak dalam tangganada mayor maupun minor.
Pola tangganada awal ini disebut dengan Modes modus. Sejak abad XVI, Greater Modal System, termasuk tujuh prinsip modus disebut Authentic dan tujuh bentuk
sekunder disebut Plagal atau hypo modes. Bentuk-bentuk plagal dari modus, dengan akhir yang sama, atau nada kunci, seperti bentuk-bentuk authentic, menggunakan range
yang berbeda; karena range bukan lagi suatu pertimbangan dalam musik modern. Pembahasan akan dibatasi pada modus authentic authentic modes. Di bawah ini
beberap modus yang digunakan pada periode romantik dan kontemporer, dan pola-pola berikut perlu dikuasai oleh mahasiswa.
Gambar 3. Modus
Modus Ionian dan Aeolian mirip dengan tangganada Mayor dan minor seperti yang dikenal saat ini. Sedangkan Modus Locrian jarang digunakan karena akor tonika
yang terbentuk adalah akor diminished. Modus-modus yang sama dapat dibandingkan
Ionian Dorian
Phrygian Lydian
Mixolydian Aeolian
Locrian
Teori Musik 2 Page 7
dengan cara menyusun modus-modus tersebut dalam tonika sama, sehingga dapat dengan jelas terlihat perbedaan pola dari jarak setengah half-steps dan jarak satu
whole-steps. Sebagai contoh, dari keenam modus dasar, dengan diawali nada C, akan terlihat
pola-pola sebagai berikut:
Gambar 4. Modus
Untuk menyusun modus-modus lain dengan nada kunci berbeda, dapat dilakukan dengan memahami pola-pola modus dalam tangganada C Mayor yang dikenal saat ini,
sebagai berikut:
Gambar 5. Tonika Modus
Ioni an
D o
ria n
P hr
ygi an
L ydi
an M
ixol ydi
an A
eo lia
n
Teori Musik 2 Page 8
Contoh:
Modus 2 , tonika pada nada fis, maka modus tersebut adalah Phrygian Modus 3 , tonika pada nada as, maka modus tersebut adalah Lydian
C. Tangganada Scale
Tangganada Mayor dan minor telah dibahas pada diktat TEORI MUSIK DASAR, namun masih ada beberapa jenis tangganada lain yang akan dibahas pada diktat ini,
yaitu:
1. Whole-Tone Scales
Pada musik romantik dan impresionistik, tangganada whole-tone kurang digunakan. Tangganada ini terdiri dari 6 nada secara berturut-turut dengan
interval sekondo mayor M2
nd
atau whole-tone. Hanya ada dua tangganada whole-tone yang berbeda dalam sistem 12 nada, yaitu:
Gambar 6. Whole-tone Scales
Oleh karena masing-masing nada berjarak sama, maka akan terbentuk triad augmented dan akor-akor empat nada simetris, yang tidak tentu sehingga
menyebabkan monoton. Hal ini akibat dari kurang bervariasinya akor-akor.
Gambar 7. Augmented Chords 2.
Pentatonik Scales
Kadang-kadang musik budaya Timur menggunakan pentatonic, atau five-tone scale, yang terdiri dari whole steps dan interval minor terts, tanpa langkah
setengah half step. Tangganada pentatonik ini dapat disusun dengan cara berbeda, tetapi papan hitam pada instrumen musik piano menunjukkan pola
yang jelas.
Teori Musik 2 Page 9
Gambar 8. Pentatonic Scales 3.
Other Scales
Komponis sering kali membuat tangganada sendiri yang disusun berbeda dari yang telah biasa digunakan, kadangkala musik rakyat menggunakan
tangganada yang aneh atau bersifat idiomatik. Tangganada yang biasa digunakan dan telah dijelaskan sebelum ini, yaitu tangganada dengan lima,
enam, tujuh, dan duabelas nada. Tangganada lain dapat dibuat dengan menyusun delapan, sembilan, dan sepuluh nada. Komponis Mussorgky,
Debussy, Bartok, dan beberapa komponis kontemporer secara konsisten membuat komposisinya menggunakan kombinasi tangganada yang jarang
digunakan. Beberapa kemungkinan susunan tangganada, sebagai berikut:
Gambar 9. Other Scales
D. Sistem Penalaan dan Temperament
Dalam sejarah musik Eropa, system penghitungan interval dan tangganada mengalami beberapa kali penyempurnaan. Penyempurnaan yang terpenting
diantaranya adalah: 1. Pythagorean Scale
2. Just Intonation 3. Ean-tone Temperament
4. Equal Temperament
Teori Musik 2 Page 10
Pythagorean Scale. Pada abad ke VI Sebelum Masehi, Pythagoras, seorang ahli
matematika dari Yunani, membuat eksperimen akustik dengan menggetarkan sebuah dawai senar disebut dengan monochord. Dengan menggunakan dua
buah dawai senar Pythagoras bereksperimen, dimana satu dawai dipendekkan 1:2 one half secara terus menerus, sehingga menghasilkan nada 1 oktaf lebih
tinggi. Pada dawai yang lain dipendekkan dengan 2:3 two thirds secara terus menerus sehingga menghasilkan nada kuin lebih tinggi.
Setelah dilakukan sebanyak tujuh oktaf dan duabelas kuin, Pythagoras menemukan bahwa nada B dari monochord kedua tidak sama persis dengan
nada C yang dihasilkan pada monochord pertama, tetapi ada sedikit perbedaan lebih tinggi. Perbedaan kecil ini disebut dengan Pythagorean Comma.
Gambar 10. Pythagorean Scales
Nada-nada pada Pythagorean scale diperoleh dari interval kuin 32 seperti yang ditemukan dalam overtone series. Tangganada diatonic dapat dihitung seperti
series dari kuin secara berturut-turut kuin atas dan kuin bawah, dari nada yang ditentukan. Dengan menggunakan jumlah frekuensi 64 menunjuk pada nada C,
dan menghitung dengan 32 atau 23, akan didapatkan:
Gambar 11. Pythagorean Scales
Teori Musik 2 Page 11
Perhitungan dengan Pythagorean akan menghasilkan nada terts sedikit lebih tinggi dibanding dengan perhitungan dengan overtone series, sehingga membuat system
ini tidak digunakan untuk musik kontrapung.
Gambar 12. Overtone Series Just Intonation. Sistem ini mencoba memperbaiki kekurangan pada Pythagorean
scale dengan melakukan perhitungan berdasar pada baik pure fifths 32 dan pure thirds 54.
.
Gambar 13. Just Intonation
Interval yang menyusahkan di sini adalah kuin, dari D ke A, nada A menjadi sangat rendah. Apabila perhitungan dengan Pythagorean scale diturunkan 1 oktaf, akan
dapat dibandingkan dengan perhitungan dari Just Intonation scale, sebagai berikut:
Gambar 14. Pythagorean – Just Intonation
Teori Musik 2 Page 12
Pemain instrumen gesek selalu mengatakan menggunakan just intonation, ketika bermain nada dengan kruis sharp lebih tinggi, dan mol flats lebih rendah
dibanding dengan interval-interval equal-tempered. Bagaimanapun, ini suatu kesimpulan yang salah, bahwa dalam just intonation karena, kruis sebenarnya lebih
rendah dibanding mol. Hal tersebut di atas dan kesulitan-kesulitan lain yang disebabkan oleh system
penalaan murni menjadi ditinggalkan dan mendukung system tempered, dengan cara comma dapat dibagi ke dalam beberapa interval untuk mengeliminir
permasalahan tersebut.
Mean-Tone Temperament. Sistem mean-tone dalam penalaan digunakan pada
abad XVI, khususnya untuk instrumen keyboard. Sistem ini berdasarkan pad aide dari penalaan dengan terts, dengan menyusun interval kuin sebanyak empat kali,
sehingga sampai pada nada terts dari overtone series. Perbedaan dari kedua nada ini disebut syntonic comma, yang kemudian didistribusikan dengan sama antara
keempat interval kuin, sehingga tiap-tiap kuin menjadi diturunkan dengan seperempat one quarter dari syntonic comma. Whole tone tersebut adalah mean
dari mayor terts.
Gambar 15. Mean-Tone Temperament
Hal ini membuat sistem ini lebih sering digunakan untuk penalaan dengan pure thirds dan mendekati pure fifths. Pada periode Renaissance dan awal periode
Baroque system ini bekerja dengan baik untuk musik keyboard yang tidak menggunakan tanda mula lebih dari dua mol atau tiga kruis; selain tangganada
tersebut, introduksi dari mol ketiga As atau kruis keempat Dis, dapat menimbulkan permasalahan pada nada-nada enharmonis As-Gis, Es-Dis, dll.
Sistem ini tidak cocok, karena nada-nada enharmonis akan berbeda mendekati seperempat nada. Akhirnya system ini kemudian ditinggalkan kemudian sebagai
introduksi dari equal temperament.
Teori Musik 2 Page 13
Equal Temperament. Puncak perkembangan dari tonalitas, dari seven- to the
twelve-note scale, kemudian dipaksa memilih system penalaan yang dapat mengakomodasi modulasi yang tak terbatas dan disamakan dari seluruh duabelas
nada. Hal ini memungkinkan dengan membagi oktaf menjadi duabelas semitones, masing-masing mendekati tempered. Oktaf tetap hanya interval yang pure
acoustically, yaitu, kesepakatan dengan natural overtone series; kuin sedikit lebih kecil dan terts lebih besar dari interval-interval natural.
Sistem mengukuran telah ditentukan dengan ukuran 1.200 cents untuk oktaf; satu seminote sama dengan 100 cents. Komparasi secara grafik sebagai gambaran
terhadap perbandingan dari beberapa system penalaan, sebagai berikut:
Gambar 16. Sistem Penalaan
Teori Musik 2 Page 14
PENDALAMAN NATERI
Berikan tanda ‘X’ pada jawaban yang benar:
1. Tangganada di atas adalah: a. Tangganada whole-tone
b. Tangganada Mayor c.
Tangganada minor natural d. Tangganada Pentatonik
2. Manakah dari ritme-ritme di bawah ini dengan pengelompokkan yang benar? a.
b.
c.
d.
Teori Musik 2 Page 15
BAB II AKOR
Musik Barat menggunakan sonoritas dari nada-nada yang dibunyikan secara bersama-sama, yang disebut dengan akor. Dua buah nada yang dibunyikan secara
bersama-sama disebut dengan Interval. Sedangkan jika ada tiga atau lebih nada dibunyikan secara bersama-sama disebut dengan Akor.
A. Konsonan dan Disonan
Pada harmoni, konsep dari konsonan dan disonan biasanya berkenaan dengan stabilitas dari hubungan antara nada-nada, yaitu interval dan akor. Stabilitas ini biasanya
dimaknai sebagai “halus”, “harmonis”, atau “konsonan”, jika hubungan itu “tenang” atau “agreeable”, atau “kasar”, “discordant”, atau “disonan”, ketika hubungan tersebut
membuat “tidak menyenangkan”, atau “disagreeable”. Hal ini dapat saja karena pendapat secara subjektif dapat sangat bervariasi tergantung dari masing-masing
individu, bahkan juga dapat karena kultur dan jaman. Musik Eropa Barat, berbeda dengan kultur Timur, memiliki konsep dasar stabilitas
dari norma harmonic natural, atau overtone series, yang dihasilkan dari getaran dawai atau udara. Tekanan ini dari aspek harmonic yang tidak didapatkan dengan tingkat yang
sama dalam kultur Timur yang berorientasi pada melodi. Perasaan pada konsonan, konkordans, atau persetujuan didapat dari enam nada terrendah dari overtone series
yang menghasilkan suatu triad mayor:
Gambar 17. Overtone Series
Nada-nada ini menghasilkan interval oktaf P8, Kuint murni P5, Kuart murni P4, Terts mayor M3, dan Terts minor m3. Interval oktaf, kuint, dan kuart, pada abad
pertengahan disebut sebagai konsonan, dan interval terts disebut disonan. Akan tetapi sesudah tahun 1450, terjadi perkembangan terhadap harmoni terts, sehingga pada