dan gaya rambut. Menurutnya, dia adalah orang yang tidak banyak bicara, terutama dengan orang yang belum begitu dikenalnya, atau tidak akrab dengannya. Tetapi jika
sedang berkumpul dan mengobrol dengan orang yang sudah akrab dan dekat dengannya maka dia akan banyak berbicara dan bisa membicarakan berbagai hal.
Harajuku adalah style fashion anak muda di Jepang, Bety sangat senang dengan Harajuku karena sangat berani dalam menadukan warna, memakai banyak
aksesoris dan make-up yang tebal. Ketertarikannya dengan harajuku, tidak membuat Bety dalam kesehariannya menggunakan gaya berpakaian tersebut, karena merasa
masih malu dan takut terlihat aneh jika dilihat oleh orang lain. Sehari-hari Bety hanya menggunakan sedikit make-up, yaitu menggunakan cream, pelembab, bedak dan
eyeliner tipis. Dan untuk gaya rambut, Bety lebih suka dengan rambut hitam yang panjang. Karena menurutnya perempuan bagus dengan rambut hitam dan panjang.
5.2.3. Proses Komunikasi selama berada di Panggung Belakang back
stage
Dibesarkan dalam lingkungan dengan kebudayaan Jawa tidak menutup kemungkinan para cosplayer ini tidak terpengaruh dengan kebudayaan lain. Pada era
globalisasi pada saat ini, teknologi informasi dan komunikasi sudah semakin maju dan berkembang. Hal tersebut membuat setiap orang, tidak terkecuali para cosplayer
untuk menerima budaya dari luar selain budayanya sendiri. Seperti contohnya, pada masa anak-anak, para cosplayer sangat suka menonton tayangan televisi yang
mengandung nilai-nilai budaya dari negara lain, yaitu film kartun dari Jepang, yang viasa disebut dengan istilah anime dan juga tokusatsu.
Kesenangan akan anime atau tokusatsu buatan Jepang ternyata bagi sebagian orang terlebih bagi para cosplayer ini tidak berhenti pada saat anak-anak saja, tetapi
sampai dewasa dan sudah menjadi mahasiswa. Bermula dari melihat dan mendapatkan informasi dari internet, mereka menjadi tertarik dengan budaya pop
Jepang yaitu cosplay. Bagi mereka, cosplay menjadi kegiatan atau hobi yang bisa
merealisasikan impian atau keinginan mereka pada waktu kecil untuk menjadi seperti tokoh dalam anime atau film tokusatsu favorit mereka.
Pada saat persiapan pertunjukan cosplay atau dalam kehidupan sehari-hari cosplayer secara keseluruhan, cosplayer melakukan komunikasi dan interaksi dengan
orang lain di sekitarnya. Di panggung belakang ini cosplayer menjadi dirinya sendiri untuk berkomunikasi, dan tidak perlu memainkan peran sebagai orang lain seperti
pada saat cosplay. Topik yang menjadi bahan pembicaraan dalam komunikasi sehari- hari adalah tergantung dengan siapa cosplayer tersebut berkomunikasi, jika
mengobrol dengan teman kuliah atau teman di luar komunitas Cosplay, mereka akan membicarakan hal-hal yang bersifat umum, misalnya kepada teman kuliah mereka
akan membicarakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kuliah, tetapi kepada teman-teman dalam komunitas atau dari komunitas Cosplay yang lain cosplayer akan
membicarakan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop Jepang yang mereka sukai dan saling berbagi informasi tentang perkembangan yang ada
khususnya dalam hal cosplay. Kegiatan Cosplay masih belum dikenal dengan baik oleh masyarakat pada
umumnya, sehingga masih banyak stigma negatif yang melekat pada kegiatan cosplay. Masih banyak yang menempatkan cosplay sebagai kegiatan yang
mencerminkan tidak cinta tanah air dan lebih mengembangkan budaya dari negara lain daripada budaya dari negara sendiri. Karena hal tersebut anggota komunitas
cosplay atau komunitas pecinta Budaya Pop Jepang yang lain membicarakan tentang cosplay atau budaya Jepang hanya kepada orang-orang yang tahu saja dan jarang
membicarakan atau membahas tentang budaya pop Jepang khususnya cosplay kepada orang lain di luar komunitas.
Stigma negatif tentang cosplay dan juga cosplayer tidak jarang juga dimiliki oleh orang tua cosplayer itu sendiri. Orang tua masih ada yang menganggap kegiatan
cosplay ini adalah kegiatan yang tidak penting atau hanya akan mengganggu kegiatan utama seperti kuliah atau sekolah. Dengan hasil observasi dan pengamatan yang
penulis lakukan kepada cosplayer, khususnya cosplayer Jaico yang menjadi informan
dalam penelitian ini, kegiatan cosplay tidak berpengaruh buruk apalagi sampai menggangu kegiatan lain yang lebih penting. Hal tersebut membuat penulis melihat
bahwa negatif atau tidaknya kegiatan cosplay adalah tergantung dari pribadi cosplayer itu sendiri agar kegiatan cosplay tidak mengganggu kegiatan lain yang
lebih penting seperti sekolah atau kuliah, bahkan pekerjaan sekalipun. Untuk mendapatkan ijin dari orang tua dalam mengikuti kegiatan cosplay, cosplayer harus
dapat menjelaskan kepada orang tua tentang bagaimana kegiatan cosplay ini dilakukan dan dapat meyakinkan orang tua kalau kegiatan ini tidak mengganggu hal
lain yang lebih penting, tidak menjerumuskan ke dalam pergaulan yang tidak baik, dan juga tidak membawa pengaruh atau kebiasaan buruk.
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa diri kita, dan bagaimana kita mengetahui konsep diri, dapat kita peroleh lewat informasi dari komunikasi dengan
orang lain yang ada di sekitar kita. Orang lain berpengaruh pada konsep diri karena bagaimana persepsi maupun sikap orang lain terhadap kita sering menjadi ukuran kita
menilai diri kita sendiri. Bagian selanjutnya dari penelitian ini proses interaksi simbolik di dalam komunikasi yang dilakukan oleh Cosplayer anggota lama
komunitas Jaico, baik dengan anggota baru dalam komunitas sebagai reference group dan anggota keluarga sebagai significant other, sebagai pihak yang berkomunikasi
atau berinterkasi dengan cosplayer dengan intensitas yang lebih banyak. Anggota keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan emosional
dengan cosplayer anggota lama Komunitas Cosplay Jaico, dengan anggota keluarga cosplayer juga melakukan komunikasi dan berinteraksi. Untuk melihat bagaimana
cosplayer saat berada di rumah atau sebelum bergabung dengan komunitas Jaico, anggota keluarga adalah informan yang tepat untuk memperoleh informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri cosplayer. Cosplayer anggota lama Komunitas Jaico menjadi seorang anak di dalam
keluarga. Anggota keluarga sebagai orang terdekat yang selalu bersama dengan cosplayer sejak masih kecil, membuat terjalinnya hubungan emosional antara anggota
keluarga dengan cosplayer. Ketika sedang berada di rumah cosplayer melakukan
interaksi dengan anggota keluarga. Melalui interaksi tersebut cosplayer memberikan pesan verbal maupun non-verbal kepada anggota keluarga, kemudian dari pesan
tersebut anggota keluarga dapat melakukan penilaian tentang diri cosplayer saat berada di rumah.
Anggota keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagai significant other adalah orang tua. Selama sudah menjadi cosplayer, orang tua
mengatakan belum pernah melihat pertunjukan cosplay yang dilakukan oleh anak- anak mereka. Informasi mengenai kegiatan cosplay yang dilakukan oleh cosplayer
diterima oleh orang tua melalui penjelasan yang diberikan oleh cosplayer. Saat berada di rumah cosplayer sering bercerita kepada orang tua tentang kegiatan cosplay yang
mereka lakukan, tentang apa itu cosplay, bagaimana dan apa saja persiapan yang dilakukan untuk mempersiapkan pertunjukan cosplay, dan jika mendapatkan juara
dalam kompetisi cosplay maka cosplayer akan bercerita dengan orang tua mereka. Anggota baru yang menjadi informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa
mereka bertemu dan berkumpul dengan cosplayer anggota lama Jaico secara rutin setiap hari kamis malam di gedung B4 UNNES, secara khusus untuk membicarakan
tentang rencana cosplay mereka berikutnya. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan rutin merek sejak komunitas Jaico terbentuk. Di luar pertemuan rutin
tersebut hampir setiap hari, karena mereka kuliah di tempat yang sama dan tempat kost mereka berdekatan. Tidak harus selalu dalam event atau acara khusus, baik
anggota lama atau anggota baru sering bertemu dan berkumpul hanya untuk sekedar pergi makan bersama, karaoke bersama, atau menonton film Jepang bersama-sama.
Intensitas bertemu antara anaggota baru dan anggota lama dalam komunitas Cosplay Jaico, membuat mereka dapat berkomunikasi setiap hari dan saling mengenal satu
sama lain. Tiap anggota baru memberikan informasi tentang cosplayer anggota lama
Komunitas Jaico berkaitan dengan simbol-simbol yang mereka terima dalam komunikasi yang terjadi antara anggota baru dan cosplayer anggota lama komunitas
Cosplay Jaico. Pesan berupa simbol yang diterima anggota baru melalui komunikasi
dengan cosplayer, adalah komunikasi yang terjadi pada saat cosplayer sedang melakukan pertunjukan cosplay, dan juga komunikasi pada saat dalam kehidupan
sehari-hari. Pada saat pertunjukan cosplay, para cosplayer anggota lama Komunitas
Cosplay Jaico memakai kostum, make-up, gaya rambut, sesuai dengan karakter yang dibawakan, dan juga menampilkan sifat-sifat karakter yang dibawakan melalui
ekspresi wajah, gaya bicara, dan juga gerakan-gerakan khas dari karakter tersebut. Saat pertunjukan berlangsung anggota baru melihat penampilan cosplayer anggota
Komunitas Cosplay Jaico dan memperhatikan simbol-simbol yang ditampilkan seperti yang sudah disebutkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, cosplayer anggota lama Jaico menjadi mahasiswa biasa seperti yang lain sama hal-nya dengan anggota baru komunitas
Jaico. Pada saat tersebut anggota yang baru melakukan interaksi dengan cosplayer anggota lama Komunitas Jaico. Melalui komunikasi tersebut anggota baru menerima
pesan berupa simbol-simbol yang akan merujuk pada konsep diri cosplayer. Ketika ditanya dalam wawancara dengan peneliti tentang bagaimana
cosplayer anggota lama Komunitas Jaico dalam kehidupan sehari-hari, semua informan mengatakan bahwa cosplayer anggota lama Komunitas Jaico adalah teman
yang baik, suka bercanda dan dengan senang hati membantu dan membimbing anggota baru yang sedang belajar untuk membuat kostum dan juga mempersiapkan
pertunjukan cosplay. Meskipun saat pertunjukan cosplay para cosplayer tersebut memainkan peran seperti karakter yang dibawakan, tetapi hal tersebut tidak merubah
sifat-sifat awal cosplayer sebelum melakukan cosplay. Yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam hal gaya bicara, setelah menjadi cosplayer,
sekarang anggota lama dengan sengaja sering memakai ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jepang dalam komunikasi sehari-hari dengan anggota baru. Selain gaya
bicara, yang biasanya berubah adalah cara berpakaian, dan make-up. Setelah menjadi cosplayer biasanya mereka memakai pakaian dengan harajuku stlye, atau seperti gaya
berpakaian yang sedang menjadi tren di Jepang, dan dengan pengalaman mengikuti
kompetisi di Semarang dan sekitarnya kemampuan make-up, khususnya bagi cosplayer perempuan, pasti akan berkembang, yang membuat cosplayer perempuan
memakai make-up juga dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak terlalu banyak
seperti pada saat cosplay.
5.3. Panggung Depan Front Stage