STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MODEL MAKE A MATCH (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN
MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MODEL MAKE A MATCH
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
EKA SUDERAJAT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model
pembelajaran cooperative script dan model pembelajaran make a match dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu pada siswa. Model pembelajaran
cooperative script digunakan di kelas eksperimen dan model pembelajaran make a match pada kelas kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 166 siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah sampel sebanyak 67 siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan teknik tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test dua sampel independen dan rumus efektivitas. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh : (1)koefisien thitung (2,237) > ttabel (1,997) dengan signifikansi sebesar 0,029 < 0,05, dengan demikian ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan model make a match. (2)efektivitas model pembelajaran cooperative script lebih besar dari model pembelajaran make a match yaitu (13,324 > 9,758), dengan demikian ada perbedaan efektivitas antara penggunaan model cooperative script dengan model make a match.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran cooperative script, dan model pembelajaran make a match.
(2)
(3)
(4)
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan Karang Maritim Kec. Panjang Kota Bandar Lampung pada tanggal 5 Juli 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak A. Sururi dan Ibu Robiah.
Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah
1. Sekolah Dasar Negeri 3 Panjang Utara selesai pada tahun 2004. 2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Bandar Lampung selesai pada
tahun 2007.
3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bandar Lampung selesai pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada bulan Januari 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jakarta, Semarang, Solo, Bali, Yogyakarta, dan Bandung. Pada bulan Juli hingga September 2013 penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Budi Dharma Kab. Tulang Bawang Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Balam Jaya Kec. Way Kenanga Kab. Tulang Bawang Barat.
Penulis
(6)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan atas izin serta ridho-Nya lah kupersembahkan karya kecilku ini kepada :
Bapak dan Mamah tercinta yang senantiasa mendo’akanku dan
memberikan kasih sayang yang tiada tara kepada putramu yang khilaf ini.
Kakakku dan adikku tercinta.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa memberi bantuan dan dukungan.
Guru-guruku tercinta atas semua ilmu yang telah diberikan. Almamater tercinta Universitas Lampung.
(7)
MOTO
Hidup ini sengaja dibuat tidak mudah, untuk memisahkan orang yang mau berupaya dan orang yang hanya suka mengeluh (Mario Teguh)
Tidak ada gunanya bersikap sok bijak, sok dewasa di dunia nyata maupun dunia maya. Selalu tampil apa adanya. Tanpa topeng. Orang tidak suka, maka itu masalah mereka. Hidup ini sudah rumit tanpa harus bermanis-manis ria. (Tere Liye)
Ilmu itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau akan menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sementara harta terhukum. Jika harta itu akan berkurang jika dibelanjakan, maka ilmu akan bertambah jika dibelanjakan. (Ali bin Abi Thalib)
Ambillah peruntunganmu pada semua cabang ilmu. Kelak ilmu tersebut akan membantumu di suatu hari nanti. (Eka Suderajat)
(8)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan atas berkah dan rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Cooperative Script dengan Model Make A Match Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung;
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M. S., selaku Pembantu Dekan I FKIP; 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP; 4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M. H., selaku Pembantu Dekan III FKIP; 5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si., selaku ketua jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial;
6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku ketua program studi Pendidikan Ekonomi sekaligus pembimbing I bagi penulis yang bersedia menyisihkan waktunya untuk memeriksa, memberikan masukan, saran, motivasi, dan pengarahan dalam penulisan karya ini;
(9)
pengarahan, motivasi, dan saran-saran yang sangat berguna kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi yang dengan tulus serta ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis;
9. Ibu Hj. Ratna Sari, S. Pd., M.M., selaku Kepala SMP Negeri 30 Bandar Lampung beserta guru dan karyawan yang telah memberikan izin dan membantu kelancaran dalam penelitian penulis;
10.Bapak Suhartio, S. Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan waktunya untuk membantu memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini;
11.Seluruh siswa-siswi kelas VIII A dan VIII E SMP Negeri 30 Bandar Lampung atas perhatian dan kerjasamanya;
12. Kepada ayah dan ibuku tercinta. Terimakasih atas ketulusan, do’a, dan kasih sayangnya yang kalian berikan kepada putramu ini;
13. Aa dan eneng yang telah memberikan dukungan dan do’anya selama ini; 14.Teman-teman seperjuangan : Burhan, Kusworo, Ardi, Hardian, Arif, Sis,
Joko, Adit, Yan, Made, Wira, Anggoro, Naufal, Teki, Fitma. Jika tua nanti kita hidup masing-masing, ingatlah hari ini;
15.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi ’10, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini;
16.Teman-teman KKN-KT di Balam Jaya: Aan, Bambang, Tiur, Idha, Ina, Ai, Devy, Riri, Risa, Mbag Ririn, bakal kangen kalian semua;
(10)
18.Semua pihak yang telah terlibat dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga do’a dan bantuan yang telah diberikan selama ini kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT dan dijadikan amal jariyah. Amin; Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan penulis agar skripsi yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,
(11)
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan Masalah 6
D. Rumusan Masalah 7
E. Tujuan Penelitian 7
F. Kegunaan Penelitian 8
G. Ruang Lingkup Penelitian 9
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar 10
2. Model Pembelajaran 13
3. Model Pembelajaran Cooperative Script 18
4. Model Pembelajaran Make A Match 22
5. Hakikat Pembelajaran IPS Terpadu 25
B. Penelitian Relevan 27
C. Kerangka Pikir 29
D. Anggapan Dasar Hipotesis 31
E. Hipotesis 32
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 34
B. Populasi dan Sampel 39
C. Variabel Penelitian 40
D. Definisi Operasional Variabel 41
E. Teknik Pengumpulan Data 42
F. Uji Pesyaratan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen 44
2. Uji Realibilitas 45
3. Taraf Kesukaran 46
(12)
I. Teknik Analisis Data
1. T-test Dua Sampel Independen 49
2. Pengujian Hipotesis 50
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP N 30 Bandar Lampung 53
2. Visi dan Misi SMP Negeri 30 Bandar Lampung 54
3. Situasi dan Kondisi Sekolah 54
4. Proses Belajar Mengajar 56
5. Kondisi Siswa, Guru, dan Pegawai 56
B. Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1. Pembelajaran Menggunakan Model Cooperative Script (Kelas Eksperimen) 57
2. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Make A Match (Kelas Kontrol) 60
C. Deskripsi Data 1. Data Hasil Pre Test 64
2. Data Hasil Post Test 69
D. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas 76
2. Uji Homogenitas 77
E. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 78
F. Pengujian Hipotesis 80
G. Pembahasan 82
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 88
B. Saran 88 DAFTAR PUSTAKA
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Ujian Tengah Semester Ganjil IPS Terpadu Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung TP. 2013/2014 2
2. Penelitian Relevan 27
3. Jumlah Seluruh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung TP. 2013/2014 39
4. Definisi Operasional Variabel 41
5. Interpretasi Koefisien Korelasi 45
6. Kategori Besarnya Realibilitas 46
7. Jumlah Siswa Dalam 4 Tahun Terakhir 56
8. Data Guru dan Pegawai SMP Negeri 30 Bandar Lampung 57
9. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen 60
10. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol 63
11. Distribusi Frekuensi Hasil Pre Test Kelas Eksperimen 65
12. Distribusi Frekuensi Hasil Pre Test Kelas Kontrol 68
13. Distribusi Frekuensi Hasil Post Test Kelas Eksperimen 71
14. Distribusi Frekuensi Hasil Post Test Kelas Kontrol 74
15. Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 76
16. Hasil Uji Homogenitas Varians Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 77
17. Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 78
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Profil Sekolah
2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII A (Kelas Eksperimen) 3. Daftar Nama Siswa Kelas VIII E (Kelas Kontrol) 4. Bahan Ajar Kelas Eksperimen
5. Bahan Ajar Kelas Kontrol 6. Silabus
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 9. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test
10. Soal Pre Test dan Post Test
11. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test 12. Bahan Diskusi I
13. Bahan Diskusi II
14. Pembagian Kelompok Pada Kelas Eksperimen 15. Pembagian Kelompok Pada Kelas Kontrol 16. Soal Kuis
17. Hasil Uji Coba Validitas Soal 18. Hasil Uji Coba Realibilitas Soal
19. Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal 20. Hasil Uji Coba Daya Beda Soal
21. Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen 22. Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol 23. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan
Kemampuan Awal
24. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan Kemampuan Awal
25. Uji Normalitas Kelas Eksperimen 26. Uji Normalitas Kelas Kontrol 27. Uji Homogenitas
28. Analisis Ragam 29. Uji T-Test
30. Surat Penelitian Pendahuluan 31. Surat Izin Penelitian
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir 31
2. Desain Penelitian 36
(16)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus menerus dicari solusinya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar siswa
merupakan indikator tinggi rendahnya mutu pendidikan di suatu daerah. Tinggi rendahnya mutu pendidikan berhubungan erat dengan kualitas sumber daya manusia, sedangkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi mutlak dibutuhkan demi kemajuan suatu negara.
Rangkaian hubungan tersebut menunjukkan bahwa penting bagi kita memberi perhatian penuh pada hasil belajar siswa. Faktor-faktor untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses pembelajaran seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, persepsi, minat, perhatian, keadaan emosi, serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya keterampilan mengajar guru, kreativitas guru, metode mengajar guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain.
Guru yang berkompeten akan lebih mampu menggunakan bermacam-macam metode mengajar, media, dan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
(17)
atau kompetensi yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu metode/model tertentu. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang guru adalah pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat yang mampu merangsang minat siswa agar aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru bidang studi IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 30 Bandar Lampung bahwa proses belajar mengajar masih menggunakan metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas. Karena kurangnya variasi metode/model pembelajaran siswa merasa jenuh sehingga terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar siswa pun cenderung rendah. Sebagai ilustrasi disajikan data hasil mid semester ganjil 2013/2014 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Ujian Mid Semester Ganjil IPS Terpadu Kelas VIII SMPN 30 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas
Nilai
Jumlah Siswa
Keterangan < 72 ≥72
VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E 19 21 21 19 19 15 13 12 13 14 34 34 33 32 33 Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan adalah 72
Jumlah 99 67 166
Persentase (%)
59,64 40,36 100
(18)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui hasil belajar siswa bervariasi dari nilai yang tinggi sampai dengan nilai yang rendah. Prestasi belajar yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung dari 166 siswa yang mendapat nilai kurang dari 72 sebanyak 99 siswa atau sebesar 59,64%, sedangkan yang mendapat nilai 72 keatas hanya 69 siswa atau sebesar 40,36 %. Hal ini berarti sebagian besar siswa memiliki hasil belajar yang masih
tergolong rendah.
SMP Negeri 30 Bandar Lampung memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Hal ini dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan, diperoleh bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa di VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung adalah 72. Jika siswa telah mencapai kriteria tersebut maka siswa tidak perlu mengikuti remedial, sebaliknya jika siswa belum mencapai kriteria yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti remedial yang diadakan oleh guru yang bersangkutan.
Sebagaimana pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2006: 128), “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase
keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah”. Rendahnya hasil belajar siswa ini diduga karena pembelajaran yang diterapkan oleh guru didominasi oleh metode ceramah dan diselingi dengan tanya jawab serta media pembelajaran yang didugakan hanya papan tulis dan buku teks. Akibatnya peranan, minat, dan kebutuhan siswa masih kurang diperhatikan, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan kurang memiliki kemauan untuk belajar.
(19)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang harus dikuasai siswa agar mereka mengenali bagaimana masyarakat dan sistem sosialnya saling berinteraksi. Pada saat ini, IPS di tingkat SMP telah dikembangkan menjadi IPS Terpadu berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memungkinkan pelaksana pendidikan bersama-sama mempelajari konsep-konsep penting IPS sehingga tercapai tujuan pendidikan sosial.
Mata pelajaran IPS di SMP merupakan hasil penggabungan dari empat mata pelajaran dasar, yaitu Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang terbatas dengan melakukan pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan atau distribusi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi. Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. Sedangkan sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian masa lalu.
Berdasarkan karakteristik pembelajaran IPS Terpadu tersebut, maka guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Efektivitas penggunaan model pembelajaran dapat terjadi bila ada kesesuaian antara semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(20)
Banyak model pembelajaran yang mungkin bisa diterapkan di kelas, namun perlu diperhatikan dalam penggunaan model pembelajaran harus menyesuaikan pula dengan tujuan, kemampuan guru, peserta didik, situasi kelas, dan materi yang akan disampaikan. Untuk itu, penulis mencoba memaparkan dua model pembelajaran yang memungkinkan guru bersama siswa dapat menerapkan kedua model tersebut.
Model pembelajaran yang merangsang siswa dalam meningkatkan daya ingat dan kreativitas bisa digunakan model pembelajaran cooperative script. Dengan model ini siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Adapun untuk meningkatkan tingkat pemahaman dan menghilangkan kejenuhan siswa karena ada unsur permainan di dalamnya dapat diterapkan model pembelajaran make a match. Pada model ini siswa terfokus dalam mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi poin dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama.
Mengingat pentingnya upaya meningkatkan hasil belajar, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pemanfaatan model pembelajaran cooperative script dan make a match. Penggunaan model pembelajaran cooperative script dan make a match dalam pembelajaran IPS Terpadu diharapkan akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
(21)
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul ”Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Cooperative Script dengan Model Make A Match Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kualitas dan hasil belajar siswa masih rendah, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS Terpadu.
3. Masih ada guru yang menggunakan model pembelajaran langsung, guru menjelaskan sedangkan siswa memperhatikan dan mencatat materi pelajaran.
4. Guru belum sepenuhnya menggunakan media pembelajaran yang tersedia dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.
5. Proses belajar mengajar yang monoton sehingga siswa mengalami kejenuhan belajar di kelas.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, nampak bahwa hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi beberapa faktor, baik dari guru maupun siswa. Maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada studi
(22)
perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya
menggunakan model cooperative script dengan model pembelajaran make a match pada siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match ?
2. Apakah ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran cooperative script dengan model pembelajaran make a match ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui adanya perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match.
2. Mengetahui adanya perbedaan efektivitas antara model pembelajaran cooperative script dengan model pembelajaran make a match.
(23)
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, yakni dapat menambah referensi penelitian dalam penggunaan model pembelajaran, khususnya model cooperative script dan model make a match sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya dalam pengembangan teori penggunaan model cooperative script dan model make a match dalam peningkatan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran IPS Terpadu.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru, yaitu menjadikan model pembelajaran cooperative script dan make a match sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS Terpadu.
b. Bagi siswa, yaitu dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa.
c. Bagi peneliti, yaitu memberikan pengalaman sebagai calon guru dalam menggunakan model pembelajaran yaitu model cooperative script dan model make a match di kelas.
d. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPS Terpadu di sekolah dengan
(24)
penggunaan model cooperative script dan model make a match dalam pembelajaran di sekolah.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Objek penelitian ini adalah model cooperative script, model make a match, dan hasil belajar IPS Terpadu.
2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.
3. Tempat pelaksanaan ini dilaksanakan di SMP Negeri 30 Bandar Lampung. 4. Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah tahun pelajaran
(25)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A.Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes pada saat berakhirnya proses pembelajaran. Hamalik (2006:30) mengatakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Djamarah (2008:45) mengatakan bahwa hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya.
Hal terpenting dalam belajar adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu
(26)
hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
Rogers (dalam Dimyati dkk, 2006) memandang pencapaian hasil belajar siswa yang rendah dari sudut lain. Dikatakan oleh Rogers bahwa
pencapaian hasil belajar siswa yang kurang memadai kerapkali bukan disebabkan oleh pengetahuan dan penguasaan ilmu pengetahuan guru yang rendah, tetapi masih banyak guru yang menitikberatkan praktik pendidikan pada segi pengajaran yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya bersikap pasif menghafalkan pelajaran, sehingga kualitas pendidikan pun cenderung memperoleh hasil yang kurang memadai.
Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesional guru) dalam
mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Hasil belajar adalah suatu alat untuk mengukur tingkat keberhasilan para siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan mengetahui hasil belajar maka siswa maupun guru dapat mengukur kemampuan yang dimiliki. Sebagai seorang guru dapat mengevaluasi cara mengajar. Sedangkan siswa dapat mengukur sejauh mana dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Hasil belajar identik dengan prestasi belajar. Prestasi belajar sendiri merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat
digolongkan menjadi empat, yakni:
a. Bahan atau materi yang dipelajari b. Lingkungan
c. Faktor instrumental d. Kondisi peserta didik.
(27)
Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. (Hamid Darmadi 2009:187).
Hamzah B. Uno (2008:21) mengemukakan bahwa pada tingkat yang umum, hasil pembelajaran diklasifikasi menjadi tiga:
1. Keefektifan (effectiveness) 2. Efisiensi (efisiency) 3. Daya tarik (appeal)
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Suhardjono dalam Arikunto, dkk (2006:55) mengemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Ada faktor yang diubah (seperti: cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dan lain-lain), ada pula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, lingkungan sosial, lingkungan sekolah, dan lain-lain).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2008), yaitu:
(28)
Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain: usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.
2. Faktor yang bersumber dari luar manusia (ekstern).
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan tingkah laku secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran serta perubahan cenderung menetap dari arah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan pada waktu tertentu.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar
pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis.
Joyce dan Well (Moedjiono dan Dimyati, 2006:109) berpendapat bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana jangka panjang), merancang
(29)
bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain. Model pengajaran Joyce dan Well didasarkan atas beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
a. Meletakkan tekanan yang seimbang pada guru dan siswa, dalam kegiatan belajar mengajar kedua pihak sama-sama aktif.
b. Dapat didemonstrasikan dan dipelajari dalam waktu yang singkat. c. Dapat dijadikan bekal bagi calon guru untuk membangun model
pengajaran sendiri di kemudian hari.
Model belajar mengajar disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ciri-ciri model pembelajaran menurut Moedjiono dan Dimyati (2006:109) adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
d. Memiliki perangkat bagian model yang dinamakan; (1)urutan langkah pengajaran atau sering disebut dengan istilah sintaks, (2)prinsip reaksi, (3)sistem sosial, dan (4)sistem pendukung.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri model pembelajaran itu merupakan satu kesatuan yang dijadikan pedoman untuk merancang dan menciptakan suatu program pembelajaran yang efektif. Di dalamnya terdapat rangkaian atau urutan pembelajaran yang memiliki dampak dari terapan model pembelajaran itu sendiri.
2.1 Manfaat Model Pembelajaran a. Bagi Guru
Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai
(30)
dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada.
Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas siswa dalam pembelajaran.
Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.
Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran siswa secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan).
Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran.
b. Bagi Siswa
kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti
pembelajaran secara penuh.
dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya secara objektif.
(31)
c. Bagi Supervisor
dapat dijadikan bahan kajian pelaksanaan tugas guru dan merumuskan bentuk layanan bantuan supervisi.
dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dalam mengidentifikasi masalah pengajaran dan mendeskripsikan alternatif
pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
2.2 Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2010).
2.3 Jenis Model Pembelajaran
Menurut Sugiyanto (2008: 7) jenis-jenis model pembelajaran diantaranya (1) model pembelajaran kontekstual; (2) model
pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran kuantum; (4) model pembelajaran terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah.
(32)
1. Model pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk mengkaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
3. Model pembelajaran kuantum
Prinsip kuantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi kuantum adalah tumbuhkan minat dengan
“Ambak” (Apa Manfaat Bagiku), alami dengan dunia realitas siswa, namai, buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi, komunikasi, ulangi dengan tanya jawab, latihan, rangkuman, dan rayakan dengan reward dibarengi senyuman, tawa, keramahan, kesejukan, nilai, dan diakhiri suatu harapan.
4. Model pembelajaran terpadu
Pengajaran terpadu pada dasanya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.
5. Model pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengertahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandiran dan percaya diri.
2.4 Pemilihan Model Pembelajaran
Pembelajaran efektif memerlukan perencanaan yang baik. Pada kenyataannya di lapangan, seorang guru memilih salah satu model
(33)
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas atas dasar pertimbangan, antara lain: guru merasa akrab dengan model itu seperti model make a match, guru merasa terbantu dalam menyampaikan materi di kelas, serta model yang dipilih dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa dalam memahami materi. Atas dasar pertimbangan ini guru diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
3. Model Pembelajaran Cooperative Script
Penerapan pembelajaran kooperatif yang berkembang saat ini sangat bervariasi tergantung pada subjek yang dihadapi, salah satu variasi pembelajaran kooperatif yang berkembang yaitu model pembelajaran cooperative script. Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 2009:175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Pengertian model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (2009) adalah skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam saat diskusi berlangsung.
(34)
Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi (2007:18) adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Brousseau (2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa model pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan di atas, antara satu dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa.
Pada pembelajaran cooperative script terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi, yaitu siswa satu dengan yang lainnya bersepakat untuk menjalankan peran masing-masing yaitu siswa yang berperan menjadi pembicara membacakan hasil pemecahan yang diperoleh beserta prosedurnya dan siswa yang menjadi pendengar menyimak dan mendengar penjelasan dari pembicara, mengingatkan pembicara jika ada kesalahan. Masalah dipecahkan bersama untuk kemudian disimpulkan bersama. Sedangkan kesepakatan antara guru dan siswa yaitu peran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar.
(35)
Selain itu, guru mengontrol selama pembelajaran berlangsung dan guru mengarahkan siswa jika merasa kesulitan. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Riyanto (2009:280) :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar:
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas. 6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. 7. Penutup.
Kelebihan menurut Miftahul A’la (2011: 98) : 1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan. 2. Setiap siswa mendapatkan peran.
3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Kekurangan menurut Miftahul A’la (2011: 98) :
(36)
2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga pengoreksiannya sebatas pada dua orang tersebut).
Berdasarkan hasil penelitian, banyak mengungkapkan manfaat pembelajaran cooperative script. Danserau dalam Hadi (2007) menyatakan bahwa
pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri.
Pendapat sejenis menyatakan bahwa cooperative script memotivasi siswa memperoleh sesuatu yang lebih dari aktivitas koperatif yang lain yang diberikan penjelasan secara rinci (Web dalam Hadi, 2007). Sedangkan Spurlin dalam Hadi (2007) menyatakan bahwa, cooperative script dapat mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan untuk mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.
Selanjutnya secara rinci berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembelajaran cooperative script, ada beberapa manfaat model pembelajaran cooperative script yaitu:
a) Bekerjasama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-tugas yang dirasakan sulit.
b) Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks.
c) Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman.
(37)
e) Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata.
f) Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan.
g) Memberikan kesempatan untuk mengulangi, mengingat kembali.
4. Model Pembelajaran Make A Match
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas adalah model pembelajaran make a match. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2002:30) bahwa
pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok.
Penerapan model pembelajaran ini, siswa harus mencari pasangan atau mencocokkan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran dalam Lie (2010). Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match sebagai berikut:
(38)
Tahap Awal
a) Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.
b) Guru menyiapkan kertas karton yang berbeda warna untuk membuat kartu soal dan kartu jawaban.
c) Kartu soal dan kartu jawaban dipotong berbentuk segi empat (seukuran kartu remi).
d) Guru menulis pertanyaan pada kartu soal dan jawaban pertanyaan pada kartu jawaban.
Tahap Inti
a) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok mendapat kartu soal dan kelompok lainnya mendapat kartu jawaban.
b) Setiap siswa dibagikan sebuah kartu soal dan kartu jawaban.
c) Setiap siswa yang sudah mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban, memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. e) Pasangan siswa yang sudah dapat mencocokkan kartunya, kemudian
saling duduk berdekatan.
f) Siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau jawaban), berkumpul dalam kelompok sendiri.
g) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu-kartu tersebut.
(39)
h) Pasangan siswa mempresentasikan topik yang diperolehnya, yang ditanggapi oleh kelompok lain.
i) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
Tahap Akhir
a) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
b) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, karena tidak ada metode pembelajaran yang terbaik. Suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Demikian juga dengan model make a match yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran make a match adalah sebagai berikut:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi-materi yang
dipelajari.
d. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Beberapa kekurangan atau kelemahan dari model make a match, antara lain:
(40)
b. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bila berpasangan dengan lawan jenisnya.
c. Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan.
d. Harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan (bisa saja karena malu).
e. Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.
f. Guru perlu persiapan yang memadai.
Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukan dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
5. Hakikat Pembelajaran IPS Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas, 2006:3).
Hakikat IPS merupakan telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dewasa ini, pendidikan di seluruh dunia sama-sama menyadari bahwa pengetahuan
(41)
mengenai hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan tempat tinggalnya, perlu lebih dikembangkan dan dimiliki oleh subjek didik. Dengan bekal pengetahuan tersebut, kepincangan dan
ketergantungan sosial akan teratasi sehingga tercapai kehidupan bermasyarakat yang serasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS berusaha mengintegrasi bahan/materi dari cabang-cabang ilmu sosial, seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, dan
sebagainya dengan menampilkan permasalahan masyarakat sehari-hari. IPS Terpadu dalam penelitian ini dikhususkan pada bidang ekonomi.
Sumaatmaja (2006:20) menjelaskan tujuan pembelajaran IPS sebagai
berikut: “Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpang dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan
masyarakat”.
Tujuan tersebut dapat tercapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya.
2. Kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk memecahkan masalah-masalahnya.
(42)
3. Pengembangan sikap-sikap, pengertian, dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa mengembangkan filsafat hidupnya.
B.Penelitian yang Relevan
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
Tahun Nama Judul Hasil
2011 Sigit Sukendro Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dan Make A Match Pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagar Dewa Tahun Pelajaran 2011/2012.
Ada perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan penggunaan model kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas X semester ganjil SMAN 1 Pagar Dewa Tahun Pelajaran 2011/2012. 2012 Shely Frada Implementasi Model
Cooperative Learning Teknik Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Wedi, Klaten.
Hasil penelitian menunjukan motivasi belajar IPS pada siswa kelas VIIIA SMP N 1 Wedi berdasarkan hasil angket pada pra tindakan sebesar 67.34%, siklus I sebesar 71.05%, siklus II 75.56% dan pada akhir tindakan atau siklus III sebesar 81.38%. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa implementasi model cooperative learning teknik make a match meningkatkan motivasi belajar siswa.
(43)
2012 Dewi Susilowati
Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Metode Pembelajaran
Cooperative Script Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII A SMP N 4 Kalasan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII A pada mata pelajaran IPS SMP N 4
Kalasan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata persentase indikator kemampuan berpikir kritis setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa 54,3%. Pada siklus II menjadi 65,74% atau mengalami
peningkatan 11,44%. Pada siklus III mengalami peningkatan 10,41% menjadi 76,15%. Dengan demikian rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa telah melampaui kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75%
2009 Ira Oktavia Verina
Peningkatan Hasil Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII-B SMP Muhammadiyah 1 Malang Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Script. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan model cooperative script yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-B SMP
Muhammadiyah 1 Malang, peningkatan tersebut meliputi: (1) pengerjaan masalah secara individu, (2) penyampaian
(44)
kesimpulan oleh pembicara kepada pendengar, (3) pertukaran peran. Hasil tes setiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu dari 56,6% pada siklus I menjadi
86,67% pada siklus II.
C.Kerangka Pikir
Salah satu tujuan proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa yang ditunjukkan oleh adanya hasil belajar yang memuaskan. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: guru, siswa, media pembelajaran, dan model pembelajaran yang digunakan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru sebagai moderator dan fasilitator sebaiknya dapat melaksanakan perannya dengan baik yang mampu melayani siswa sesuai karakter mereka masing-masing. Guru dituntut untuk dapat membuat suasana belajar yang nyaman, agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu, seorang guru harus terampil dan kreatif dalam memanfaatkan berbagai media dalam
menyampaikan materi pelajaran, serta mampu menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan siswa.
(45)
Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dan make a match. Model cooperative script ini dibuat sedemikian rupa agar mampu mewakili pelajaran IPS Terpadu secara kontekstual mudah dipahami dan diingat oleh siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, Danserau dalam Hadi (2007) menyatakan bahwa pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri.
Selain itu, model make a match diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan minat belajar siswa yang akan berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lie (2002:30), model make a match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok yang akan meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti mengenai perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan model make a match.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
(46)
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir.
D.Anggapan Dasar Hipotesis
Peneliti memiliki anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. Seluruh siswa kelas VIII tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama dalam mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Kelas yang diajarkan menggunakan model pembelajaran cooperative script dan kelas yang diajarkan menggunakan model pembelajaran make a match, diajar oleh guru yang sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar IPS
Terpadu siswa selain menggunakan model pembelajaran cooperative script dan make a match, diabaikan.
Proses Pembelajaran
Model Pembelajaran Make A Match
Model Pembelajaran
Cooperative Script
Hasil Belajar IPS Terpadu
Hasil Belajar IPS Terpadu
(47)
E.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model make a match.
2. Ada perbedaan efektivitas antara model cooperative script dengan model make a match.
Hipotesis ini dirumuskan menjadi hipotesis verbal dan hipotesis statistik:
1. Hipotesis Verbal Hipotesis 1 :
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match. Hi : Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match.
Hipotesis 2 :
Ho : Tidak ada perbedaan efektivitas antara model cooperative script dengan model make a match.
Hi : Ada perbedaan efektivitas antara model cooperative script dengan model make a match.
(48)
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis 1 : Ho : µ1 = µ2 Hi :µ1 ≠µ2
Hipotesis 2 : Ho : µ1 = µ2 Hi :µ1 ≠ µ2
(49)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2011:57). Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lainnya, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori lainnya, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas (Sugiyono, 2011:93).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan eksperimen yaitu suatu
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2011:107). Menurut Arikunto (2006:3) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
(50)
Penelitian ini merupakan eksperimen di bidang pendidikan sehingga dapat didefinisikan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan, tindakan, treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimental design). Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).
Berdasarkan jenis data yang dianalisis, penelitian ini tergolong dalam
penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2009:13).
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent control group design. Artinya jenis ekivalen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan. Persyaratan dalam eksperimen ini adalah adanya kelompok kontrol atau pembanding yang tidak diberi perlakuan sama dengan kelompok eksperimen. Desain ini banyak digunakan dalam penelitian
(51)
kecuali mengenai pengelompokkan subjek. Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Desain Penelitian
Kelas Pre test Perlakuan Post tes
Kelas Eksperimen O1 X1 O2
Kelas Kontrol O1 X2 O2
Keterangan: O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre tes
X1 : Pembelajaran IPS Terpadu dengan model cooperative script X2 : Pembelajaran IPS Terpadu dengan model make a match O2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi post test
1. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui yang akan digunakan sebagai populasi dan pengambilan sampel dalam
penelitian. Menentukan sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelompok-kelompok yang sudah ada, bukan secara individu. Kelompok dalam penelitian ini berupa kelompok yang ada di kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung yang terdiri dari 5 kelas.
(52)
2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap Persiapan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), model
pembelajaran, media pembelajaran, dan instrumen test. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian, kelas VIII(A) diterapkan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script, sedangkan pada kelas VIII(E) diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Peneliti melakukan pre test dengan soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa.
2) Peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran yang akan diteliti di masing-masing kelas.
3) Memberikan post test dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengukur hasil belajar IPS Terpadu siswa.
4) Tabulasi dan menganalisis data.
(53)
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan pada gambar 3:
Gambar 3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Analisis konsep-konsep pada materi
Rencana pembelajaran melalui model pembelajaran
Pembuatan kisi-kisi butir soal Butir soal tes
Validasi instrumen
Kelas eksperimen
Pre test
Pembelajaran menggunakan model
cooperative script
Kelas kontrol
Pre test
Pembelajaran menggunakan model
make a match
Post tes Post tes
Analisis data
(54)
B.Populasi dan Sampel A.Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010:117).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 166 siswa.
Tabel 3. Jumlah Seluruh Siswa Kelas VIII SMPN 30 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. VIII A 18 16 34
2. VIII B 18 16 34
3. VIII C 16 17 33
4. VIII D 16 16 32
5. VIII E 16 17 33
Jumlah 84 82 166
Sumber : Guru IPS Terpadu SMP Negeri 30 Bandar Lampung
B.Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2010:118). Sedangkan menurut Margono (2010:121) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik ini memilih sampel bukan didasarkan individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subyek yang secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2003:61).
(55)
Sampel penelitian ini diambil 2 kelas dari populasi sebanyak 5 kelas. Hasil berdasarkan penggunaan teknik cluster random sampling diperoleh kelas VIII(A) dan VIII(E) sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil undian diperoleh VIII(A) sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script, dan VIII(E) sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran make a match.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang siswa yang tersebar ke dalam 2 kelas yaitu kelas VIII(A) sebanyak 34 siswa yang merupakan kelas
eksperimen, dan VIII(E) sebanyak 33 siswa yang merupakan kelas kontrol.
C.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2010:61).
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang berdiri sendiri artinya variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran cooperative script sebagai kelas
(56)
eksperimen dilambangkan (X1) dan model pembelajaran make a match sebagai kelas kontrol dilambangkan (X2).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain dalam hal ini variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas eksperimen (Y1) dan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas kontrol (Y2).
D.Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah meliputi variabel, konsep variabel, indikator, dan skala.
Tabel 4. Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Hasil Belajar Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan
mengajar Dimyati (2006:3).
Hasil tes formatif mata pelajaran IPS Terpadu. Interval Model pembelajaran cooperative script Model pembelajaran Cooperative Script merupakan model
pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan daya ingat siswa. Hasil ujian formatif dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script. Interval
(57)
Model pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang terfokus pada siswa dalam mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Hasil ujian formatif dengan menggunakan model pembelajaran make a match.
Interval
E.Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Hadi dalam Sugiono (2008: 203) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan sesuatu yang sangat kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik observasi ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung tentang proses belajar dan pembelajaran di SMP Negeri 30 Bandar Lampung.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan jumlah siswa, fasilitas-fasilitas yang ada dan sejarah sekolah, serta gambaran umum mengenai SMP Negeri 30 Bandar Lampung.
(58)
3. Teknik Tes
Mengumpulkan data hasil belajar IPS Terpadu penulis menggunakan teknik tes, tes yang digunakan adalah pre tes dan post tes. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sebelum dan setelah proses pembelajaran sehingga dengan demikian dapat diketahui hasil belajar yang dicapai siswa. Pre tes dan post tes dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah pilihan ganda yang masing-masing berjumlah 30 butir soal yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu A, B, C, dan D. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
F. Uji Persyaratan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal sebelum siswa diberi perlakuan (pre test) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa, dan tes sesudah siswa diberi perlakuan (post tes) yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar IPS Terpadu siswa. Sebelum tes awal dan tes akhir diberikan kepada siswa, maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau instrumen untuk mengetahui validitas soal, realibitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya beda soal.
(59)
1. Uji Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2003: 122). Validitas dalam penelitian ini digunakan sebagai alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus koefisien korelasi biserial:
y
pbi=
√
Keterangan:
y
pbi = koefisien korelasi biserialMP = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar Q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
(Arikunto, 2006: 79)
Kriteria pengujian jika rhitung > rtabel dengan maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.
(60)
Tabel 5. Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 1,600 Antara 0,200 sampai dengan 1,400 Antara 0,00 sampai dengn 0,200
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Suharsimi Arikunto (2005:75)
Hasil perhitungan uji validitas soal terdapat pada lampiran (17). Perhitungan uji validitas soal tes kemampuan awal dari 30 item soal terdapat 2 item yang tidak valid yaitu item soal nomor 8 dan 29. Butir soal tes kemampuan awal yang tidak valid direvisi dan diujicobakan hingga valid.
2. Uji Realibitas Instrumen
Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diujikan kepada subyek yang sama. Uji realibilitas item soal pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus KR-20, yaitu: R11=
∑
Suharsimi Arikunto (2005: 100) Keterangan:
r11 = realibilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya item
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
(61)
Tabel 6. Kategori Besarnya Realibilitas
Nilai r11 Keterangan
0,8 – 1,000 0,6 – 0,799 0,4 – 0, 599 0,2 – 0, 399 < 2,000
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Sumber: Suharsimi Arikunto (2005: 276)
Hasil perhitungan uji reliabilitas soal tes kemampuan awal adalah sebesar 0,89, berarti soal tersebut tergolong soal yang memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Hasil perhitungan uji reliabilitas terdapat pada lampiran (18).
3. Tingkat Kesukaran
Untuk menguji taraf kesukaran soal tes yang digunakan dalam penelitian ini digunakan rumus:
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 210) klasifikasi kesukaran:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal yang sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal yang sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal yang mudah
Hasil perhitungan tes kemampuan awal dari 30 item soal terdapat 10 soal tergolong mudah (nomor 2, 3, 4, 7, 15, 18, 20, 23, 24, dan 26), 20 soal tergolong sedang (nomor 1, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 21, 22,
(62)
25, 27, 28, 29, dan 30). Hasil perhitungan tingkat kesukaran terdapat pada lampiran (19).
4. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Adapun rumus untuk menentukan indeks diskriminasi, yaitu:
D =
- = PA - PB Keterangan:
D = daya beda soal J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
benar
PA = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi Arikunto, 2005: 213-214)
Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2005:218) yaitu: D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D = 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory) D = 0,40 – 0,70 : baik (good)
D = 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D = negatif : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Hasil perhitungan daya beda soal dari 30 item soal terdapat 4 item soal tergolong jelek yaitu item soal (nomor 2, 8, 19, dan 29), 14 item soal yang
(63)
tergolong cukup yaitu item soal (nomor 3, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 18, 20, 23, 24, 26, 28, dan 30), dan 12 item soal yang tergolong baik yaitu item soal (nomor 1, 4, 6, 12, 14, 15, 16, 17, 21, 22, 25, dan 27). Hasil perhitungan daya beda terdapat pada lampiran (20).
G.Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji Normalitas menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya. Menggunakan rumus:
Lo = F(Zi) – S(Zi) Lo = harga mutlak besar F(Zi) = peluang angka baku S(Zi) = proporsi angka baku (Sudjana, 2005: 466)
Kriteria pengujian adalah jika Lhit< Ltabel dengan huruf signifikansi 0,05 maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas menggunakan rumus uji F. F =
(Sugiyono, 2011: 276)
Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhit ≤ Ftabel maka data sampel akan homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n1-1 ; n2-1).
(64)
H.Teknik Analisis Data
1. T-Test Dua Sampel Independen
Terdapat beberapa rumus t-test yang dapat digunakan untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen.
t = √
(separated varian)
t =
√
(polled varian) Keterangan:
X1= rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran cooperative script
X2= rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran make a match
S12 = varian total kelompok 1 S22 = varian total kelompok 2
n1= banyaknya sampel kelompok 1 n2 = banyaknya sampel kelompok 2
Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu:
Apakah ada dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya sama atau tidak.
(65)
Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk menjawab itu perlu pengujian homogenitas varian.
Berdasarkan dua hal di atas maka berikut ini diberikan petunjuk untuk memilih rumus t-test.
a) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen, maka dapat menggunakan rumus t-test baik sparated varians maupun polled varians untuk melihat harga t-tabel maka digunakan dk yang besarnya dk = n1 + n2 – 2.
b) Bila n1 ≠ n2 dan varians homogen dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians, dengan dk = n1 + n2– 2.
c) Bila n1 = n2 dan varian tidak homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians maupun sparated varians, dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1, jadi dk bukan n1 + n2 – 2.
d) Bila n1 ≠ n2 dan varians tidak homogen, untuk ini digunakan rumus t-test dengan sparated varians, harga t sebagai pengganti harga t-tabel hitung dari selisih harga t-tabel dengan dk = (n1 – 1) dibagi dua kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil.
2. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini dilakukan dua pengujian hipotesis, yaitu: Hipotesis 1 :
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match.
(66)
Hi : Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match.
Hipotesis 2 :
Ho : Tidak ada perbedaan efektivitas antara model cooperative script dengan model make a match.
Hi : Ada perbedaan efektivitas antara model cooperative script dengan model make a match.
Hipotesis perbedaan (untuk menguji efek utama) antara model pembelajaran cooperative script dengan model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung, dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Ho : µ1 = µ2 Hi :µ1 ≠ µ2 Hipotesis 2 : Ho : µ1 = µ2 Hi :µ1 ≠ µ2
Hipotesis pertama diuji menggunakan rumus t-test dua sampel independen (polled varian) sedangkan hipotesis kedua menggunakan rumus efektivitas untuk menguji efektivitas antara model cooperative script dengan model make a match pada rumus sebagai berikut:
(67)
Keterangan :
∆ rata-rata CS (Cooperative Script) = nilai tes akhir – nilai tes awal ∆ rata-rata MM (Make A Match) = nilai tes akhir – nilai tes awal
Adapun kriteria pengujian: Hipotesis 1 :
Tolak Ho terima Hi jika Fhitung > Ftabel ; thitung > ttabel Terima Ho tolak Hi jika Fhitung < Ftabel ; thitung < ttabel
Hipotesis 2 :
Tolak Ho terima Hi jika∆ rata-rata CS> ∆ rata-rata MM = CS lebih efektif Terima Hotolak Hi jika∆ rata-rata CS< ∆ rata-rata MM = MM lebih efektif
(68)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata post test kedua model pembelajaran yang menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan.
2. Adanya perbedaan efektivitas antara model pembelajaran cooperative script dengan model pembelajaran make a match. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre test dan post test kedua model pembelajaran yang dimana model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran make a match.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match pada
(69)
siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, maka penulis menyarankan:
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang tepat, seperti model pembelajaran
cooperative script yang melibatkan siswa untuk berperan aktif sejak awal perencanaan pembelajaran atau model pembelajaran lain yang memungkinkan. Karena sebaik apapun model pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah, keberhasilan dalam membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik sangat tergantung pada kepiawaian guru dalam menerapkannya.
b. Sebaiknya guru dalam menerapkan model pembelajaran perlu memerhatikan sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
(70)
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2011. Quantum Teaching. Yogyakarta : Diva press.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar-Dasar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Daryanto. Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007). h. 102-124.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas: Jakarta.
Dimyati & Mudjiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
. 2010. Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Hadi, Sutrisno. 2007. Pengaruh Pembekalan Model Cooperative Script Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Ketrampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Laboratorium UM (Makalah disajikan pada Seminar Tesis). Malang.
(1)
52
Keterangan :
∆ rata-rata CS (Cooperative Script) = nilai tes akhir – nilai tes awal
∆ rata-rata MM (Make A Match) = nilai tes akhir – nilai tes awal
Adapun kriteria pengujian: Hipotesis 1 :
Tolak Ho terima Hi jika Fhitung > Ftabel ; thitung > ttabel Terima Ho tolak Hi jika Fhitung < Ftabel ; thitung < ttabel
Hipotesis 2 :
Tolak Ho terima Hi jika∆ rata-rata CS> ∆ rata-rata MM = CS lebih efektif Terima Hotolak Hi jika∆ rata-rata CS< ∆ rata-rata MM = MM lebih efektif
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model cooperative script dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata post test kedua model pembelajaran yang menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan.
2. Adanya perbedaan efektivitas antara model pembelajaran cooperative script dengan model pembelajaran make a match. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre test dan post test kedua model pembelajaran yang dimana model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran make a match.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model cooperative script dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model make a match pada
(3)
89
siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, maka penulis menyarankan:
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang tepat, seperti model pembelajaran
cooperative script yang melibatkan siswa untuk berperan aktif sejak awal perencanaan pembelajaran atau model pembelajaran lain yang memungkinkan. Karena sebaik apapun model pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah, keberhasilan dalam membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik sangat tergantung pada kepiawaian guru dalam menerapkannya.
b. Sebaiknya guru dalam menerapkan model pembelajaran perlu memerhatikan sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2011. Quantum Teaching. Yogyakarta : Diva press.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar-Dasar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Daryanto. Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007). h. 102-124.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas: Jakarta.
Dimyati & Mudjiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
. 2010. Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Hadi, Sutrisno. 2007. Pengaruh Pembekalan Model Cooperative Script Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Ketrampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Laboratorium UM (Makalah disajikan pada Seminar Tesis). Malang.
(5)
Hamzah, B. Uno. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Jasmansyah. 2008. Model-model Pembelajaran. http://mgmp2008.wordpress.com (diakses 28 November 2013)
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Arif.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhfida. Model-Model Pembelajaran yang Efektif. http://muhfida.com/model-model-pembelajaran-yang-efektif ( diakses 28 November 2013)
Muniroh, Khayyizatul. 2010. Implementasi Pembelajaran Dengan Model Cooperative Script sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Kreativitas Dalam Pemecahan masalah Matematika Siswa Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Sleman. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta (skripsi-khayyizatul muniroh.pdf. online).
Nana Sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Slameto, 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Spurlin. 2007. Pembelajaran Cooperative Script. http://erickbio.wordpress.com/ 2010/10/08/cooperative-script/ (diakses 28 November 2013)
Sugiyanto. 2008. Model-model pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Universitas Sebelas Maret.
(6)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung.
. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.
. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Sukendro, Sigit. 2011. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Make A Match Pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Pagar Dewa Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Universitas Lampung.
Sumaatmaja. 2006. Modul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Depdiknas: Jakarta.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Susilowati, Dewi. 2012. Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Metode Pembelajaran Cooperative Script Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII A SMP N 4 Kalasan. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Verina, Ira Oktavia. 2009. Peningkatan Hasil Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII B SMP Muhammadiyah 1 Malang Melalui Pembelajaran
Kooperatif Model Cooperative Script. Skripsi. UM.
Web. 2007. Pembelajaran Cooperative Script. http://minalove.com/artikel/ pengertian+model+pembelajaran+cooperative+script/ (diakses pada 28 November 2013)
http://www.ktiguru.org: 2011. Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan: Jakarta. (diakses pada 2 November 2013).