Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan

(1)

1

PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PESISIR DAN LAUT

DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI DESA SORAKE KECAMATAN

MANIAMOLO KABUPATEN NIAS SELATAN

OLEH:

WILLIAM SONALAWA LAIA

110902048

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

NAMA : WILLIAM SONALAWA LAIA NIM : 110902048

JUDUL : PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PESISIR DAN LAUT DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA SORAKE KECAMATAN MANIAMOLO KABUPATEN NIAS SELATAN

Skripsi ini berjudul Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Skripsi ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman sebanyak 90 halaman. Penelitian ini mencoba menggambarkan, menjelaskan bagaimana pengaruh pembangunan yang dilakukan di sektor pesisir dan laut dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.

Lokasi penelitian dilakukan di desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dan menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan. Secara keseluruhan yang menjadi objek penelitian adalah seluruh kepala keluarga di desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan, dengan sampel berjumlah 51 kepala keluarga.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pembangunan sektor pesisir dan laut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Sorake memiliki hubungan positif yang kuat dengan nilai koefisien korelasi product moment sebesar 0,906 dan memiliki nilai regresi linier yang meningkat secara stabil, yaitu = 1,39 + 1,38x. Dan dapat disimpulkan bahwa perubahan dari pengaruh Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake bergerak meningkat secara stabil.


(3)

ii

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTMENT

ABSTRACT

NAME : WILLIAM SONALAWA LAIA NIM : 110902048

THESIS : INFLUENCE OF COASTAL AND MARINE SECTOR DEVELOPMENT TO DEVELOPE PEOPLES SOCIAL WELFARE IN SORAKE VILLAGE MANIAMOLO DISTRICT OF SOUTH NIAS

This thesis entitled Influence Of Coastal and Marine Sector Development To Develope Peoples Social Welfare In Sorake Village Maniamolo District Of South Nias. This thesis consists of six chapters with a page number as many as 90 pages. This study tried to describe and explain how the influence of the construction carried out in coastal and marine sector in improving the welfare of the people in the village Sorake Maniamolo

The research location is in the village of Sorake in Maniamolo District of South Nias. This type of research used in this research is descriptive, and uses data collection techniques literature and field studies. The research object is the entire head of the family in the village of Sorake in Maniamolo District of South Nias, the sample amounted to 51 households.

From the results of the study showed that the effects of coastal and marine sector development by improving the welfare of the people in the village of Sorake have a strong positive relationship with product moment correlation coefficient of 0.906 and has a value of linear regression steadily improving, ie = 1.39 + 1,38x , And it can be concluded that the change of influence Sector Development Program in Coastal and Improving Social Welfare in the village of Sorake move increased steadily.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan berkat – Nya penulis dapat memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan masa perkulihan di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP USU) dan atas izin – Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada orangtua, Alm Bapak tercinta Immanuel Laia dan Ibu yang terkasih Sudilah Bu’ulolo yang dengan penuh cinta kasih menjaga dan memperjuangkan mulai dari merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan penulis. Semoga apa yang penulis berikan ini dapat menambah kebanggaan bagi orangtua saya.

Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan yang telah membantu penulis selama kuliah sampai penulis lulus, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, MSP selaku ketua jurusan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-USU.


(5)

iv

3. Bapak Agus Suriadi S. Sos. M.Si selaku Dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran atas segala kekurangan penulis, mengarahkan, dan meluangkan waktu selama penulisan skripsi.

4. Kepada Kak Juraida tercinta selaku bagian administrasi yang memperlancar urusan bagian administrasi saya.

5. Seluruh staff pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkulihaan.

Secara istimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada Kak Sa’a, Kak Mimin, Kak Cio, Kak Kenny, dan Pundo atas segala dukungan yang telah diberikan selama saya mengikuti masa perkuliahan, yang selalu mendukung dalam doa maupun materi. Jangan jera – jera untuk selalu mengirimkan tambahan uang jajan dan bulanan.

2. Kepada segenap perangkat desa Sorake, tempat dimana saya melakukan penelitian. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan untuk mendapatkan data – data yang dibutuhkan. 3. Kepada Dwi Patricia Zega sebagai adik, sahabat dan kekasih yang luar

biasa, yang selalu mendukung, mendoakan dan selalu memberi semangat kepada saya. Semoga kita duduk sama di pelaminan. Amin. 4. Sahabat seperjuangan “Kessos stambuk emas 11” yang telah tega


(6)

v

teman-teman yang masih berjuang tetap semangat. Sukses menanti kita semua.

5. Kepada Pemuda Taokani, Jendral Berpangkat Setengah Bintang, MP Laoli S.H 6105, Anugerah Sarumaha S.IP, Liel Nehe S.T, Efata Daeli S.IP, Firdaus Mendrofa S.H, Hengki Kenzo Sadewa S.H, dan Boy Ubay Nehe. Terimakasih kawan – kawan atas dukungan dan doa sehingga saya akhirnya bisa menyusul kawan – kawan dalam mencapai gelar sarjana. SALAM PEMUDA !!

6. Kepada kawan – kawan yang selalu memberi bantuan jikalau saya membutuhkan, Reno Pumadiansyah, Ricky Purba, Andre Saragih, Nonivili Gulo, Riasapta Ley, Feri Arif Telaumbanua, Felix Zebua, Agus Harefa, sukses untuk kita semua.

7. Kepada adik – adik stambuk, semoga perkulihan kalian lancar dan cepat menyelesaikan studinya.

8. Kepada teman – teman yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

Tiada kata terindah yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang disebutkan diatas selain ucapan terima kasih. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan skripsi ini. Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk melengkapi.


(7)

vi DAFTAR ISI

HAL

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Permasalahan ... 10

3. Tujuan Penelitian & Manfaat Penelitian ... 9

a. Tujuan Penelitian ... 9

b. Manfaat Penelitian ... 10

4. Sistematika Penulisan ... 11

BABII TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Pembangunan ... 13

B. Sektor Pesisir dan Laut... 19

C. Masyarakat Pesisir ... 28

D. Konsep Kesejahteraan ... 33

E. Kerangka Pemikiran ... 35

F. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Tipe Penelitian ... 44

B. Lokasi Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 49

1. Gambaran Umum Desa Sorake ... 49


(8)

vii

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 55

1. Data Indentitas Responden ... 56

2. Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut (Variabel X)... 59

3. Kesejahteraan Masyarakat Desa Sorake (Variabel Y) ... 67

4. Analisis Kuantitatif ... 82

5. Analisis Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan ... 86

BAB V PENUTUP ... 88

1. Kesimpulan ... 88

2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(9)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

NAMA : WILLIAM SONALAWA LAIA NIM : 110902048

JUDUL : PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PESISIR DAN LAUT DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA SORAKE KECAMATAN MANIAMOLO KABUPATEN NIAS SELATAN

Skripsi ini berjudul Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Skripsi ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman sebanyak 90 halaman. Penelitian ini mencoba menggambarkan, menjelaskan bagaimana pengaruh pembangunan yang dilakukan di sektor pesisir dan laut dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.

Lokasi penelitian dilakukan di desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dan menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan. Secara keseluruhan yang menjadi objek penelitian adalah seluruh kepala keluarga di desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan, dengan sampel berjumlah 51 kepala keluarga.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pembangunan sektor pesisir dan laut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Sorake memiliki hubungan positif yang kuat dengan nilai koefisien korelasi product moment sebesar 0,906 dan memiliki nilai regresi linier yang meningkat secara stabil, yaitu = 1,39 + 1,38x. Dan dapat disimpulkan bahwa perubahan dari pengaruh Program Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sorake bergerak meningkat secara stabil.


(10)

ii

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SOCIAL WELFARE DEPARTMENT

ABSTRACT

NAME : WILLIAM SONALAWA LAIA NIM : 110902048

THESIS : INFLUENCE OF COASTAL AND MARINE SECTOR DEVELOPMENT TO DEVELOPE PEOPLES SOCIAL WELFARE IN SORAKE VILLAGE MANIAMOLO DISTRICT OF SOUTH NIAS

This thesis entitled Influence Of Coastal and Marine Sector Development To Develope Peoples Social Welfare In Sorake Village Maniamolo District Of South Nias. This thesis consists of six chapters with a page number as many as 90 pages. This study tried to describe and explain how the influence of the construction carried out in coastal and marine sector in improving the welfare of the people in the village Sorake Maniamolo

The research location is in the village of Sorake in Maniamolo District of South Nias. This type of research used in this research is descriptive, and uses data collection techniques literature and field studies. The research object is the entire head of the family in the village of Sorake in Maniamolo District of South Nias, the sample amounted to 51 households.

From the results of the study showed that the effects of coastal and marine sector development by improving the welfare of the people in the village of Sorake have a strong positive relationship with product moment correlation coefficient of 0.906 and has a value of linear regression steadily improving, ie = 1.39 + 1,38x , And it can be concluded that the change of influence Sector Development Program in Coastal and Improving Social Welfare in the village of Sorake move increased steadily.


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan wilayah lautan. Dengan potensi tersebut, Indonesia memiliki potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan dan tentu saja potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

Sekitar 2/3 wilayah negara ini berupa lautan. Dengan cakupan wilayah laut yang begitu luasnya, maka Indonesia pun diakui secara internasional sebagai negara maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS 1982 yang memberikan kewenangan dan memperluas wilayah laut Indonesia dengan segala ketetapan yang mengikutinya. Selain itu juga terjadi perluasan hak – hak berdaulat atas kekayaan alam di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) serta landas kontinen dan Indonesia juga masih memiliki hak atas pengelolaan natural resources di laut bebas dan di dasar samudera.

Disamping itu, secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia. Dan juga di antara dua samudera, yakni samudera Hindia dan samudera Pasifik, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan


(12)

2

dunia, baik secara ekonomis dan politis. Keunikan letak geografis tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap aspek kelautan, dan sangat logis jika pembangunan sektor pesisir dan laut dijadikan sebagai tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, karenanya, memiliki konsekuensi tersendiri mengenai fakta tersebut. Konsekuensi itu sendiri mengarah pada terwujudnya aktifitas yang sangat tinggi di wilayah perairan Indonesia, dalam melakukan aktifitas – aktifitas ekonomi secara garis besar akan selalu dilandasi oleh aktifitas pelayaran. Secara tidak langsung, letak geografis Indonesia yang sangat strategis membuatnya memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor kelautan, karena laut akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia.

Berbicara mengenai sektor kelautan, maka akanselalu berhubungan dengan sektor pesisir, karena sektor pesisir dan sektor kelautan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Secara sederhana, wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Sebelum berbicara mengenai wilayah pesisir dan laut lebih jauh lagi, terlebih dahulu perlu membatasi wilayah pesisir yang luas itu – yang membentang dari kawasan penyanggah daratan pesisir (coastal hinterlands) dan wilayah dataran rendah (lowland) yang keduanya merupakan “sisi wilayah kering” sampai pada perairan pesisir dan laut – dalam yang merupakan “sisi wilayah basah”. Dengan kata lain, wilayah pesisir itu merupakan wilayah antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan,


(13)

3

baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat – sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut yang dicirikan oleh jenis vegetasi yang khas dan batas ke arah laut mencakup bagian atau batasan terluar dari paparan benua, dimana ciri – ciri perairan ini masih dapat dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi oleh aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (La Sara, 2014 : 10).

Batasan wilayah pesisir juga dapat ditentukan oleh keadaan topografi. Bagi wilayah pesisir yang terjal seperti di bagian selatan Pulau Jawa, maka wilayah pesisirnya sangat sempit, sedangkan wilayah yang mempunyai topografi landai seperti di utara Pulau Jawa dan selatan Pulau Kalimantan maka wilayah pesisir menjadi lebih luas. Wilayah pesisir adalah wilayah yang membentuk batasan antara daratan dan laut dan dapat memanjang ke arah darat dan ke arah laut dengan luas yang beragam, tergantung pada keadaan topografi, tujuan dan kebutuhan program khusus.

Wilayah pesisir tidak memiliki definisi yang baku hingga sekarang. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu : batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross – shore). Akan tetapi, penetapan batas – batas suatu wilayah pesisir yang tegak lurus terhadap garis pantai, sejauh ini masih belum ada kesepakatan. Dengan kata lain, batas wilayah pesisir berbeda


(14)

4

dari satu negara ke negara yang lain. Hal ini dapat dimengerti, karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumber daya dan sistem pemerintahan tersendiri dan berbeda – beda.

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan (interface) antara daratan dan laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir merupakan ekosistem khas yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam dapat pulih (renewable resources) seperti ikan, terumbu karang, hutan mangrove, dan sumber daya tak dapat pulih (non – renewable resources) seperti gas dan minyak bumi, bahan tambang dan mineral lainnya.

Selain itu, wilayah pesisir juga memiliki potensi energi kelautan yang sangat potensial seperti gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), serta memiliki potensi jasa – jasa lingkungan (environmental services) seperti media transportasi, keindahan alam untuk pariwisata, dan lain – lain.

Seiring dengan perkembangan pembangunan, wilayah pesisir menjadi sangat penting bagi negara – negara yang mempunyai wilayah pesisir. Sumberdaya yang terkandung di wilayah pesisir sangat beragam. Sumber daya tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sumberdaya manusia (human resources) dan sumberdaya fisik (physical resources). Sumberdaya manusia mencakup manusia itu sendiri (dilihat berdasarkan jumlah, kualitas, pengetahuan dan keterampilan), budayanya, fasilitas, dan lembaga masyarakat yang terdapat di dalamnya. Sedangkan sumberdaya fisik mencakup sumberdaya


(15)

5

alam dan sumberdaya buatan, seperti waduk dan danau buatan. Secara detail sumberdaya alam dikelompokkan menjadi sumberdaya alam hayati (living natural resources), mencakup semua tumbuhan dan hewan, dan non hayati (non living natural resources) mencakup tanah, air, mineral, dan sumberdaya strategis (esensial untuk pertahanan, minyak dan energi matahari).

Secara keseluruhan, sumberdaya alam hayati dan non hayati membentuk sebuah sistem yang mempunyai hubungan timbal balik (reversible) disebut sebagai ekosistem.Sumberdaya pesisir dan juga laut mengandung semua bentuk sumber daya – sumberdaya tersebut dalam bentuk sumberdaya perairan hayati dan non – hayati serta sumberdaya terbarukan dan tidak terbarukan. Secara lebih sederhana, sumberdaya – sumberdaya tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh negara Indonesia. Potensi – potensi tersebut yang berupa sumberdaya laut yang selama ini merupakan sumber mata pencaharian oleh sebagian masyarakat Indonesia serta salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani sejak berabad – abad lamanya.Sementara wilayah darat yang dapat dimanfaatkan untuk transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman penduduk.

Semua sumberdaya tersebut sebetulnya dapat digunakan sebagai senjata utama dalam sektor ekonomi bangsa Indonesia jika dapat dimanfaatkan dengan benar dan tepat sasaran melalui program – program pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Dibalik peran strategis dan prospek yang cerah dari ekosistem pesisir dan lautan beserta


(16)

6

sumber daya alam lainnya yang terdapat di dalamnya bagi pembangunan nasional, terdapat berbagai kendala dan kecenderungan yang mengancam kapasitas berkelanjutan kedua ekosistem ini dalam menunjang kesinambungan pembangunan. Berbagai kasus seperti pencemaran perairan Teluk Jakarta, Selat Malaka, Surabaya, dan kota pantai lainnya; kondisi tangkap lebih (overfishing) yang menimpa beberapa stok ikan di Pantai Utara Jawa, Selat Bali, Selat Malaka, dan Sulawesi Selatan; degradasi fisik habitat pesisir utama (mangrove dan terumbu karang); dan abrasi pantai, merupakan sebagian indikator bahwa pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia menuju ke arah yang tidak optimal dan tidak berkelanjutan.

Banyak faktor yang menyebabkan pola pembangunan sumber daya pesisir dan lautan selama ini bersifat tidak optimal dan berkelanjutan. Namun, kesepakatan umum mengungkapkan bahwa salah satu penyebabnya terutama adalah perencanaan dan pelaksanaan yang selama ini dijalankan secara sektoral dan terpilah – pilah, serta di beberapa tempat tertentu program perencanaan dan pembangunan tersebut dijadikan sebagai sarana politik dan pencapaian ambisi pribadi, seperti korupsi dan monopoli pantai sebagai daerah pariwisata oleh pihak – pihak tertentu.

Padahal jika diperhatikan karakteristik dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan lautan yang secara ekologis saling terkait satu sama lain serta beraneka ragam sumber daya alam dan jasa – jasa lingkungan sebagai potensi pembangunan yang pada umumnya terdapat dalam satu hamparan ekosistem pesisir, mensyaratkan bahwa pembangunan sumber daya pesisir dan lautan secara


(17)

7

optimal dan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan melalui pendekatan yang terpadu dan berkesinambungan. Artinya, apabila perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan tidak dilakukan secara terpadu, maka dikhawatirkan sumber daya dan seluruh potensi tersebut akan rusak dan punah, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk menopang kesinambungan pembangunan nasional dalam mewujudkan bangsa yang maju, adil dan makmur.

Keberhasilan program pengelolaan terpadu wilayah pesisir membutuhkan dukungan luas stakeholder. Kepedulian masyarakat lokal juga sangat penting dalam proses pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah pesisir terpadu, khususnya menyangkut bagian darat dan perairan pesisir. Pemerintah (daerah) yang mempunyai kewenangan menyususn kebijakan pembangunan dan peraturan perundang – undangan harus konsisten dalam menjaga keberlanjutan sumber daya wilayah pesisir di daerahnya. Selama ini, perananan pemerintah daerah masih sangat sedikit terlibat serius dalam mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir tersebut.

Di Indonesia dewasa ini, berbagai program pengelolaan wilayah pesisir terpadu sudah banyak dilakukan, baik dari pemerintah sendiri maupun bekerja sama dengan pihak – pihak swasta. Program – program tersebut seperti MCRMP (Marine and Coastal Management Project), COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, Program Mitra Bahari, dan lain – lain. Selama ini peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program tersebut masih sangat minim. Perhatian akan program tersebut hanya akan ada jika terdapat proyek –


(18)

8

proyek yang menguntungkan. Setelah kegiatan proyek tersebut selesai maka tidak ada lagi tindakan yang jelas mendukung pengelolaan wilayah pesisir. Fakta ini terjadi secara umum di negara – negara berkembang, bahwa hampir tidak ada satupun negara yang mengambil tanggung jawab di pemerintah lokal dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu.

Di Indonesia, khususnya di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, juga sering terjadi hal demikian. Meskipun dalam program yang berbeda, pemerintah daerah cenderung tidak peduli kepada kelanjutan program setelah suatu proyek selesai. Dalam pengelolaan dan pembangunan wilayah pesisir, pemerintah Kabupaten Nias Selatan memiliki visi khusus, yakni menitikberatkan pada pembangunan sektor pariwisata.

Kabupaten Nias Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terkenal akan potensi wisatanya. Potensi wisata di Kabupaten Nias Selatan pun terbilang cukup komplit, yaitu wisata sejarah patung – patung batu jaman Megalith, objek kesenian tradisional, kerajinan tangan tradisional serta objek wisata alam pantai, darat dan laut.

Sebagian besar potensi wisata tersebut berada di wilayah pesisir pantai, seperti objek daerah wisata Pantai Sorake, Pantai Lagundri, Pulau Tello, dan lain – lain. Pantai – pantai tersebut disamping mempunyai panorama yang indah dengan pasirnya yang putih, dapat pula digunakan sebagai sarana olah raga selancar air. Ombaknya yang besar dan berkesinambungan dengan pantai yang landai dengan dasar pasir merupakan tempat yang ideal bagi olah raga


(19)

9

selancarair.Menyadari potensi wisata yang begitu besar, maka dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut, pemerintah Kabupaten Nias Selatan fokus pada pembangunan sektor pariwisata daerah pesisir.

Dalam pelaksanaan suatu program, tidak akan dapat berjalan dengan lancar jika tidak didukung oleh pihak – pihak yang berkaitan. Begitu juga dengan program pengelolaan dan pembangunan wilayah pesisir secara terpadu, dibuhtuhkan kerja sama dan dukungan pihak – pihak terkait, stakeholder dan terutama dukungan masyarakat pesisir yang merupakan objek dari program tersebut secara tidak langsung.

Salah satu tujuan dalam program pembangunan sektor pariwisata wilayah pesisir secara terpadu adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir itu sendiri, baik dari segi ekonomi maupun secara sosial. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila program pembangunan tersebut dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.

Pemanfaatan wilayah pesisir dan sumber daya yang terkandung di dalamnya, harus dilaksanakan secara hati – hati melalui program yang terencana dan terpadu, karena efeknya akan dapat dirasakan oleh masyarakat yang bermukim di daerah pesisir, baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Daerah – daerah yang mempunyai wilayah pesisir tersebut, khususnya di Kabupaten Nias Selatan, harus segera sadar dan bangkit mengambil tindakan mencegah kegiatan pembangunan yang tidak memberi kesempatan kepada lingkungan alamnya untuk mempertahankan dirinya, khususnya menyangkut sumber daya alamnya yang


(20)

10

menyediakan dukungan kehidupan dan kesempatan pengembangan kesejahteraan ekonomi terhadap masyarakat yang tinggal di pesisir.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pembangunan sektor pesisir dapat mempengaruhi kesejahteraanmasyarakat yang bermukim di wilayah pesisir, yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengaruh pembangunan sektor pesisir dan laut dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dan adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :


(21)

11

1. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan sektor pesisir dan laut dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

2. Semoga hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan evaluasi khususnya bagi Pemerintah Kabupaten Nias Selatan dalam melaksanakan kebijakan pembangunan sektor pesisir dan laut.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang sektor pesisir dan laut.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.


(22)

12 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian teoritis tentang hal – hal yang berhubungan dengan obyek penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum lokasi penelitian dan data – data lain yang mendukung penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan penelitian yang telah dilakukan.


(23)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan

2.1.1 Pengertian Pembangunan

Secara etimologis, istilah pembangunan berasal dari kata bangun, diberi awalan pem- dan akhiran –an guna menunjukkan perihal membangun.Pembangunan juga berarti menilai kembali keadaan setiap kelompok masyarakat dan mengadakan perbaikan kualitatif, baik dalam kelompok maupun individu. Pembangunan bukanlah tujuan melainkan alat untuk memanusiakan manusia Ndraha, 1987 : 1 – 2).

Selain itu, pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Nasution, 2007).

Lebih luas lagi, pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building) (Siagian, 2000 : 4).


(24)

14

Apabila definisi diatas disimak secara cermat, akan muncul 7 (tujuh) ide pokok. Yaitu :

1. Pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap – tahap yang di satu pihak bersifat independen akan tetapi di pihak lain merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir.

2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, jika dalam rangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat kegiatan yang kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak ditetapkan secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.

3. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka sedang, dan jangka pendek. Dan seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal – hal yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.

4. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Sedangkan perubahan mengandung makna bahwa suatu negara harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari satu jangka


(25)

15

waktu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat diprediksikan sebelumnya atau tidak.

5. Pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.

6. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan per definisi bersifat multidimensional. Artinya, modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dapat mengejawantah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

7. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga suatu bangsa yang bersangkutan semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya sehingga menjadi negara yang sejajar dengan negara lain di dunia karena mampu menciptakan situasi yang membuatnya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara lain tersebut (Siagian, 2000 : 5).

2.1.2 Pembangunan Masyarakat

Pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah proses perubahan menuju kondisi yang lebih baik, dan kondisi yang lebih baik tersebut pada umumnya dinyatakan dalam bentuk peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan (Soetomo, 2010 : 25). Walaupun terdapat banyak rumusan tentang kesejahteraan, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa taraf hidup atau kesejahteraan akan meningkat apabila semakin banyak kebutuhan dapat terpenuhi.


(26)

16

Oleh sebab itu, perubahan dalam proses pembangunan masyarakat juga dapat berarti sebagai perubahan yang mengarah pada kondisi yang memungkinkan semakin banyak kebutuhan dapat dipenuhi. Di lain pihak, dalam setiap masyarakat tersedia sumber daya yang memiliki potensi dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Sudah barang tentu agar sumber daya tersebut dapat secara efektif berdampak pada pemenuhan semakin banyak kebutuhan dan dengan demikian berarti meningkatkan kesejahteraan, diperlukan pendayagunaan atau mobilisasi untuk mengubah sumber daya potensial menjadi aktual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendayagunaan sumber daya untuk lebih memungkinan peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan unsusr pokok dari pembangunan masyarakat.

Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama. Ada juga yang mengartikan bahwa pembangunan masyarakat adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi – kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Pakar lain memberikan batasan bahwa pembangunan masyarakat adalah perpaduan antara pembangunan sosial ekonomi dan pengorganisasian masyarakat. Pembangunan sektor sosial ekonomi masyarakat perlu diwujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang didukung oleh organisasi dan partisipasi masyarakat yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kinerja yang


(27)

17

secara terus menerus tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat (Adisasmita, 2006 : 115).

Dalam setiap proses pembangunan masyarakat, terdapat tiga unsur esensial yaitu, adanya proses perubahan, mobilisasi atau pemanfaatan sumber daya dan pengembangan kapasitas masyarakat. Ketiga unsur tersebut dapat disebut sebagai konsep dasar pembangunan masyarakat yang dapat digunakan sebagai basis pemahaman dan penjelasan mengenai pembangunan masyarakat (Soetomo : 2010 : 31).

Berbagai sumber mengemukakan pemikiran bahwa pembangunan masyarakat diarahan pada perbaikan kondisi hidup masyarakat. Ruopp (1953) memberi tekanan pada pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mengubah keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik.Milburn (1954) melaporkan bahwa pembangunan masyarakat di daerah – daerah bekas jajahan Inggris dititikberatkan pada perbaikan kondisi sosial masyarakat. Dan sedangkan menurut PBB (1956), tujuan pembangunan masyarakat adalah perbaikan kondisi ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat, mengintegrasikan kehidupan masyarakat – masyarakat itu ke dalam kehidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya bagi kemajuan nasional. Batten (1960) juga menyetujui pendapat bahwa pembangunan masyarakat adalah suatu proses di mana masyarakat membahas dan merumuskan kebutuhan mereka, merencanakan usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik – baiknya. Pembangunan masyarakat jelas ditujukan pada


(28)

18

upaya untuk mengurangi kemiskinan, kemelaratan, dan kebobrokan lingkungan hidup masyarakat.

Dalam usaha praktik pembangunan masyarakat, terdapat masalah – masalah yang dihadapi oleh pembangunan masyarakat (Ndraha, 1987 : 96) yaitu :

1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

2. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, tetapi jarang sekali terjadi perubahan yang mendasar.

3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya pembangunan masyarakat dijadikan sebagai alat komunikasi politik dan simbol politik.

4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga terdapat kepentingan yang saling bersaingan atau kompetitif.

5. Oleh karena itu pembangunan masyarakat cenderung bekerja menurut “model konsensus”, artinya hanya kepentingan yang sangat umum sifatnya yang diperhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat di dalam komunitas, terabaikan atau tersisihkan.


(29)

19 2.2 Sektor Pesisir dan Laut

2.2.1 Batasan Wilayah Pesisir

Persepsi dalam menentukan batasan wilayah pesisir sangat sulit ditentukan karena definisi yang umum dijumpai bersifat imajiner. Pada suatu ekstrim, suatu batas wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (terluar) ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Pada ekstrim lainnya, suatu wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sangat sempit, yaitu dari garis rata – rata pasang tertinggi sampai 200 meter ke arah darat dan ke arah laut meliputi garis pantai pada saat rata – rata pasang terendah. Batasan wilayah pesisir yang sangat sempit ini dianut oleh Costa Rica. Sementara itu, negara – negara lainnya mengambil batasan wilayah pesisir di antara kedua ekstrim tersebut (Dahuri, 2013).

Soegiarto (dalam Dahuri, 2013 : 8) menyatakan bahwa definsi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.


(30)

20

Dalam Rapat Kerja Nasional Proyek MREP (Marine Resorce Evaluation and Planning) atau Perencanaan dan Evaluasi Sumber Daya Kelautan di Manado, 1 – 3 Agustus 1994, telah ditetapkan bahwa batas ke arah laut suatu wilayah pesisir adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam Peta Lingkungan Pantai Indonesia (PLPI) dengan skala 1 : 50.000 yang telah diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Sedangkan batas ke arah laut adalah mencakup batas administratif seluruh desa pantai )sesua dengan ketentuan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri) yang termasuk ke dalam wilayah Pesisir MREP.

Definisi wilayah pesisir seperti di atas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan, secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir.

2.2.2 Lingkungan dan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut

Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan (man – made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah : terumbu karang (coral reefs), hutan mangroves. Padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), formasi pes – caprea, formasi


(31)

21

baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa : tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman.

Sumber daya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat pulih dan sumber daya alam yang tak dapat pulih, sumber daya yang dapat pulih antara lain, meliputi : sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska, krustasea, mamalia laut), rumput laut (seaweed), padang lamun ; hutan mangrove ; dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya tak dapat pulih, antara lain, mencakup : minyak dan gas, biji besi, pasir, timah, bauksit dan mineral serta bahan tambang lainnya.

2.2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan (Dahuri, 2013 : 12). Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi : sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.

Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration) ; dan antartingkat pemerintahan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsim sampai tingkat pusat (vertical integration).


(32)

22

Keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan interdisiplin ilmu (interdisciplinary approaches), yang melibatkan bidang ilmu : ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. Ini wajar karena wilayah pesisir pada dasarnya terdidir dari sistem sosial yang terjalin secara kompleks dan dinamis.

Wilayah pesisir dan laut tersusun dari berbagai macam ekosistem (mangroves, terumbu karang, pantai berpasir, dan lainnya) yang satu sama lain saling terkait. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun proses – proses alamiah yang terdapat di lahan atas (upland areas) maupun laut lepas (oceans). Kondisi empiris semacam ini mensyaratkan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu (PWPLT) harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) tersebut, yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.

Berdasarkan karakteristik dan dinamika (the nature) dari kawasan pesisir dan laut, potensi dan permasalahan pembangunan, dan kebijakan pemerintah untuk sektor kelautan, maka pencapaian pembangunan kawasan pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan tampaknya hanya dapat dilakukan melalui pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (PWPLT) (Dahuri dkk, 2013 : 149). Hal tersebut paling tidak berdasarkan pada empat alasan pokok, yaitu :


(33)

23

1. Secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik antarekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem pesisir (mangrove, misalnya), cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan (industri, pertanian, pemukiman, dan lain – lain) di lahan atas suatu DAS tidak dilakukan secara arif (berwawasan lingkungan), maka dampak negatifnya akan merusak tatanan dan fungsi ekologis kawasan pesisir dan lautan. Fenomena inilah yang kemungkinan besar merupakan faktor penyebab utama bagi kegagalan panen tambak udang yang khir – akhir ini menimpa kawasan Pantai Utara Jawa. Karena, untuk kehidupan dan pertumbuhan udang secara optimal diperlukan kualitas perairan yang bnaik, tidak tercemar seperti Pantai Utara Jawa.

2. Dalam suatu kawasan pesisir (Kalianda – Bandar Lampung, misalnya), biasanya terdapat lebih dari dua macam sumber daya alam dan jasa – jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. 3. Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu

kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keterampilan/keahlian dan kesenangan (preference) bekerja yang berbeda, sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga, dan sebagainya. Padahal sangat sukar atau hampir


(34)

24

tidak mungkin untuk mengubah kesenangan bekerja (profesi) sekelompok orang yang sudah secara mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan. 4. Baik secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu kawsan pesisir

secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. Contohnya, lagi – lagi pembangunan tambak udang di Pantai Utara Jawa, yang sejak tahun 1982 mengkonversi hampir semuapesisir termasuk mangrove (sebagai kawasan lindung) menjadi tambak udang. Sehingga, pada saat akhir 1980 – an sampai sekarang terjadi peledakan wabah virus, sebagian besar tambak udang di kawasan ini terserang penyakit yang merugikan. Kemudian, pada tahun 1988 ketika Jepang memberhentikan impor udang Indonesia selama 3 bulan, mengakibatkan harga udang turun secara drastis dari rata – rata Rp. 14.000,00 per kg menjadi Rp. 7.000,00 per kg, sehingga banyak petani tambak yang merugi.

2.2.4 Maksud dan Tujuan Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut dimaksudkan untuk menjamin pemanfaatan optimum sumber daya pesisir secara kelestarian, pemeliharaan terus menerus biodiversity tinggi, dan konservasi nyata habitat – habitat kritis. Tujuan nyata pengelolaan wilayah pesisir misalnya, mendukung perikanan, perlindungan masyarakat dari badai, daya tarik wisatawan, promosi kesehatan publik, menjaga hasil dari hutan mangrove, dan melindungi coral reef. Semua hal tersebut membutuhkan aksi – aksi komunitas terkoordinasi agar tujuan tercapai.


(35)

25

Tujuan utama pengelolaan wilayah pesisir dan laut adalah mengkoordinasi inisiatif berbagai sektor ekonomi pesisir (seperti perkapalan, pertanian, perikanan) menuju outcomes sosial ekonomi jangka panjang, termasuk penyelesaian konflik antara sektor – sektor yang terlibat. Keterpaduan pendekatan multi sektor secara bersama mengarahkan aktivitas – aktivitas sektor ekonomi kunci di bawah sebuah perencanaan pesisir efekftif dan sistem pengelolaan yang tepat. Misalnya, pengembangan sektor pariwisata dan perikanan tergantung pada terjaminnya kualitas lingkunganm termasuk kualitas air pesisir. Kedua sektor tersebut dapat dipengaruhi oleh efek pencemaran, hilangnya habitat hewan liar dan hilangnya keindahan karena pembangunan kilang minyak dan gas yang tidak tekendali.

Untuk mewujudkan tujuannya, pengelolaan wilayah pesisir terpadu membutuhkan beberapa aksi – aksi nasional, termasuk sebagai berikut :

1. Komitmen kebijakan untuk mendukung manajemen sumber daya pesisir dan konservasi lingkungan.

2. Stakeholder wilayah pesisir mencapai pemahaman jelas atas tujuan – tujuan pengelolaan sumber daya dan lingkungan.

3. Menetapkan kantor pemerintahan untuk koordinasi urusan pesisir.

4. Inisiasi sebuah sistem untuk review proyek pembangunan, termasuk asesmen lingkungan.

5. Akumulasi informasi teknis.

6. Merancang dan pembangunan perencanaan efektif dan program pengelolaan (Sara, 2014 : 23 – 25).


(36)

26

2.2.5 Manfaat Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut

La Sara (2014) menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu dapat menguntungkan suatu bangsa atau daerah melalui sebagian atau seluruh hal berikut :

1. Memfasilitasi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi berdasarkan sumber daya alam.

2. Melinfungi habitat alamiah dan species.

3. Mengontrol pencemaran dan perubahan garis pantai dan beachfronts. 4. Mengontrol aktivitas DAS yang memberi efek negatif wilayah pesisir. 5. Mengontrol penggalian, penambangan dan perubahan lain coral reefs,

dasar air, dan dasar laut (sea floors). 6. Merehabilitasi kerusakan sumber daya.

7. Menyediakan sebuah mekanisme dan alat untuk alokasi sumber daya rasional.

Wilayah pesisir, terutama bagian daratan dan daerah pasang surut, juga dapat dipengaruhi oleh dampak kegiatan yang terjadi di laut, misalnya tumpahan minyak dari kapal tanker dan air limbah hasil pencucian kapal yang dibuang ke laut yang pada gilirannya hanyut sampai ke daerah pasang surut atau daratan. Menjaga dan memelihara sumber daya yang mampu mempertahankan garis pantai, seperti pantai (beachs), mangrove, dan coral reef, merupakan sumber daya penting yang melindungi garis pantai dan pemukiman masyarakat di darat terhadap gelombang dan erosi.


(37)

27

Oleh karena wilayah pesisir dan sumber dayanya memberi manfaat besar dari aspek sosial, ekonomi, biologi, dan ekologi kepada kehidupan manusia dalam skala luas dan saat ini berbagai negara menggantungkan sebagian kebutuhan pembangunan ekonominya pada wilayah pesisir dan sumber dayanya, maka kesadaran dan partisipasi semua stakeholder memanfaatkan atau mengeksploitasinya harus lebih bijaksana dan selalu mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya tersebut (Sara, 2014).

Meskipun memiliki potensi yang besar dan tidak terbatas dalam sumber daya, tetap saja pemerintah dan segenap stakeholder harus waspada terhadap pemanfaatan yang berlebih. Eksploitasi atau pemanfaatan yang berkelanjutan menjelaskan pemanfaatan bijaksana dan pengelolaan hati – hati (konservasi) individu spesies dan komunitas, bersama habitat dan ekosistemnya sehingga potensi kemanfaatannya saat ini kepada masyarakat tidak rusak. Dengan demikian, sumber daya harus selalu dijaga sehingga kemampuan sumber daya untuk selalu memperbaharui dirinya tidak rusak.

Kriteria pemanfaatan berkelanjutan adalah bahwa sumber daya tidak dipanen, diekstraksi atau digunakan dalam jumlah berlebih. Dengan kata lain, sumber daya yang tidak dipanen mempunyai kemampuan lebih cepat atau minimal sama melakukan regenerasi sehingga jumlah populasi dalam lingkungan yang terjaga tetap stabil atau bahkan terus bertambah sesuai dengan daya dukung lingkungan (carrying capacity).


(38)

28 2.3 Masyarakat Pesisir

2.3.1 Pengertian Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir sering didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang tinggal di pinggir pantai dan menggantungkan hidupnya pada hasil sumber daya laut, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat petani. Selain itu, konsentrasi pola hidup masyarakat pesisir yang berhubungan langsung dengan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, menyebabkan kondisi mereka terisolasi dalam satu daerah saja.

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan pesisir pantai. Karena masyarakat ini hidup di lingkungan pesisir pantai maka masyarakat ini menggantungkan hidupnya pada kekayaan alam yang ada di laut. Pekerjaan masyarakat pesisisr ini secara umum adalah sebagai nelayan. Para nelayan ini ada yang menggunakan tek nologi sederhana atau disebut dengan nelayan tradisonal. Namun, ada juga nelayan yang menggunakan teknologi yang berbeda yang disebut dengan nelayan modern, hanya saja jumlahnya tidak terlalu banyak (Chozin dkk, 2010 : 222 – 223).

2.3.2 Struktur Sosial Masyarakat Pesisir

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di lungkangan pesisir pantai, sehingga pada umumnya mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dan menggantungkan hidup dari kekayaan alam pesisir maupun lautan.


(39)

29

Pekerjaan lain yang ada di kawasan pesisir adalah sewa – menyewa kapal. Ada juga kalangan masyarakat yang membuat garam. Pada umumnya ketergantungan masyarakat pesisir pada sektor kelautan menjadi kendala bagi masyarakat untuk berhasil keluar dari garis kemiskinan. Hal ini karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penghasilan masyarakat pesisir, sehingga pekerjaan ini tidak menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan para keluarga yang tergolong masyarakat pesisir. Hal tersebutlah alasan mengapa dikatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki variasi hidup yang kompleks.

Selain menangkap ikan, masyarakat pesisir juga mengolah kebun kelapa. Terutama karena di dekat pantai biasanya pohon kelapa mudah tumbuh. Namun, jika memiliki tanah maka tanah tersebut dikelola secara optimal. Pada saat musim padi maka tanah akan berfungsi menjadi sawah dan pada saat yang lain akan dikelola menjadi kebun. Selain itu, kolektifitas masyarakat maritim masih banyak sebagai pelayar dan pedagang antar pulau (Chozin dkk, 2010 : 223).

2.3.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Adapun karakteristik atau ciri – ciri yang dipantulkan oleh komunitas atau masyarakat pesisir di Indonesia adalah :

1. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tergantung pada alam laut. Ketergantungan masyarakat pesisir terhadap alam laut itu dalam bentuk fisik maupun emosional sesuai dengan kondisi alam yang mempengaruhinya. Masyarakat pesisir dengan demikiain menggantungkan


(40)

30

hidupnya dengan cuaca, iklim, dan pergantian musim terutama masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan.

2. Masyarakat pesisir sangat tergantung pada sumber daya energi yang murah dan konvensional untuk dapat menggali kekayaan alam laut yang merupakan tempat pencarian kebutuhan hidup.

3. Masyarakat pesisir sangat tergantung pada modal tunai untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari terutama untuk modal kegiatan pelayanan dan konsumsi.

4. Masyarakat pesisir sangat bergantung kepada pihak lain baik secara individual maupun berkelompok dalam sistem jaringan kerja, baik penangkapan ikan, jasa pelelangan ikan maupun terhadap para pemilik modal.

5. Masyarakat pesisir sangat membutuhkan program – program pemberdayaan yang dapat mengeluarkan masyarakat pesisir dari jerat kehidupan yang sangat tajam dan tidak mengenal kompromi (Chozin dkk, 2010).

2.3.4 Upaya Memajukan Masyarakat Pesisir

Salah satu upaya memajukan masyarakat pesisir adalah melalui pembangunan infrastruktur. Adapun infrastruktur yang utama adalah jalan. Jalan yang dimaksudkan di sini adalah fasilitas untuk sarana transportasi. Sarana transportasi yang baik akan memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Alasannya, karena keberadaan sarana transportasi meningkatkan efisiensi, alokasi sumber daya, meningkatkan kinerja pasar dan


(41)

31

memacu perumbuhan ekonomi. Meningkatkan akses pelayanan dasar baik itu kesehatan, pendidikan, dan meningkatkan peluang ekonomi karena berhasil menurunkan biaya.

Dengan adanya jalan, maka mobilitas masyarakat menjadi tidak terbatas. Masyarakat pesisir dapat membuka akses ke wilayah lain yang menjadi sentra – sentra ekonomi. Dapat membina hubungan dengan masyarakat lain yang ada di luar wilayah pesisir. Mobilitas manusia, barang, jasa, dan modal akan bertambah juga dengan adanya transportasi yang baik. Mobilitas dan hubungan dengan masyarakat luar pada akhirnya akan menambah wawasan masyarakat pesisir (Chozin dkk, 2010).

Infrastruktur lain adalah fasilitas air, listrik, dan telekomunikasi. Fasilitas – fasilitas ini diperlukan dalam menunjang produktivitas masyarkat pesisir. Di malam hari masyarkat dapat menggunakan listrik untuk penerangan. Keberadaan listrik ini akan mengurangi pengeluaran masyarakat untuk penerangan. Apalagi jika masih menggunakan minyak lampu yang harganya sudah sangat mahal, demikian pula dengan fasilitas air.

Kemudahan akan fasilitas air dan listrik akan memudahkan masyarakat pesisir untuk dapat lebih fokus dalam bekerja dan memnuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Untuk air bersih, masyarakat pesisir sudah tidak perlu mengangkut air dari tempat sumber air kempat penampungan air keluarga. Ataupun jika fasilitas air bersih tersebut masih berupa sumber air umum, maka pengangkutan air bersih dari sumber air ketempat penampungan air keluarga tidak terlalu jauh.


(42)

32

Akses yang baik ke wilayah pesisir merupakan pintu bagi terbukanya orang luar untuk masuk ke wilayah pesisir. Keberadaan orang luar di wilayah pesisir akan membuka peluang munculnya investasi, dan yang paling penting adalah masyarakat pesisir dapat memikirkan peluang untuk membenahi wilayahnya. Apakah itu dengan menyediakan tempat untuk masyarakat luar yang datang untuk menikmati keindahan alam (wisatawan) berupa sarana dan pra – sarana umum seperti penginapan, rumah makan, toilet umum dan lain – lain.

Kendala mengenai sikap masyarkat yang menganggap pendatang baru sebagai ancaman bagi persatuan dan kesatuan masyarakat dapat diatasi dengan memberikan pemahaman tentang keuntungan dan kerugian yang diperoleh masyarakat pesisir jika terdapat masyarakat pendatang/luar.

Segala upaya tersebut tentu akan membawa perubahan masyarakat pesisir menjadi lebih baik lagi dalam berbagai aspek. Kondisi yang semakin baik tersebut dapat mendorong kreativitas masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Kewirausahaan masyarkat dalam bentuk pembuatan kerajinan tangan yang dapat dijual kepada pendatang/wisatawan adalh potensi yang besar. Selain itu, kendala yang didapat dari ketergantungan nelayan pada hasil tangkapan ikan di laut tentu dapat diatasi melalui peningkatan keterampilan dan kreativitas masyarakat, serta kejelian dalam membuka usaha baru.


(43)

33 2.4 Konsep Kesejahteraan

2.4.1 Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Selanjutnya percepatan ekonomi masyarakat memerlukan kebijakan ekonomi atau peranan pemerintah dalam mengatur perekonomian sebagai upaya menjaga stabilitas perekonomian.

2.4.2 Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarkat yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ekonomi dan sosial.

Dalam UU No. 9 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spirituil, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu keadaan dan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup, memecahkan masalah sosial, memperkuat struktur sosial masyarakat, memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga ketentraman masyarakat, serta memungkinkan setiap warganegara mengadakan


(44)

34

usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial secara sebaik – baiknya bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Dan pada umumnya, usaha – usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam proses pemenuhan kebutuhannya tersebut akan merujuk pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

2.4.3 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Dalam menilai kesejahteraan suatu masyarakat, maka tentu dibutuhkan berbagai standar sebagai pedoman, agar terdapat kejelasan dan batasan dalam mengukur kesejahteraan dalam masyarakat, yaitu indikator kesejahteraan masyarakat. Badan Pusat Statistik menetapkan indikator tersebut meliputi :

1. Kesehatan

Dimana pelayanan kesehatan masyarakat ini merupakanbentuk pelayanan kesejahteraan yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga seperti puskesmas, posyandu, poliklinik, dan lain – lain yang disertai penempatan tenaga medis dan paramedis. Dengan adanya peningkatan pelayanan kesehatan maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari angka harapan hidup masyarakat. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur seseorang maka tingkat kesejahteraan dan kesehatan orang tersebut semakin baik pula.Dapat dilhat juga dari jumlah lembaga – lembaga kesehatan di daerah tersebut. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam indikator ini adalah angka kematian ibu, karena angka kematian ibu akan menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah terkait.


(45)

35 2. Pendidikan

Menjadikan masyarakat yang sehat dan sejahtera harus memiliki kecerdasan dan keterampilan. Maka, indikator pendidikan sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf yang menggambarkan jumlah masyarakat sudah dapat membaca dan menulis huruf latin, hal ini juga disertai dengan pembangunan sarana dan prasaran seperti gedung sekolah dan program – program pendidikan oleh instansi terkait dengan kerjasama dengan masyarakat setempat.

3. Pekerjaan.

Yaitu kategori profesi yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencari penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga, dengan indikator : jenis pekerjaan dan jenis usaha yang dilakukan/dikembangkan. 4. Pendapatan/Penghasilan.

Yaitu jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama di dalam keluarga, dengan indikator : pendapatan dari hasil usaha, tanggungan dalam keluarga, tabungan, serta pemenuhan kebutuhan pokok sehari – hari berupa pemenuhan kebutuhan sandang pangan, dan papan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Sehubungan dengan keanekaragaman dan produktivitas sumber daya alam dan jasa – jasa lingkungan yang pada umumnya terdapat di kawasan pesisir dan


(46)

36

laut, kawasan ini menjadi tempat berlangsungnya berbagai macam kegiatan pembangunan yang paling intensif.

Oleh karena itu, selain karena kawasan pesisir dan lautan memiliki potensi pembangunan yang sangat tinggi, kawasan ini juga rentan terhadap berbagai rupa dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan – kegiatan pembangunan yang berlangsung di dalam wilayah pesisir maupun di lahan atas dan laut lepas. Selain itu, kawasan pesisir, terutama yang tidak memiliki sistem pelindung alamiah seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan gundukan pasir juga rentan terhadap bencana alam berupa tsunami, angin taufan dan lain sebagainya.

Dengan demikian, tantangan mendasar dalam pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah bagaimana memfasilitasi pembangunan ekonomi masyarakat pesisir, dan pada saat yang sama meminimalkan dampak negatif dari segenap kegiatan pembangunan, sehingga proses pembangunan wilayah pesisir dan lautan dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Di provinsi Sumatera Utara, khususnya kabupaten Nias Selatan, merupakan salah satu daerah yang memiliki daerah pesisir dan laut yang melakukan pembangunan kawasan pesisir dan laut secara berkala dan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di salah satu wilayah pesisir di Kabupaten Nias Selatan, yakni berlokasi di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Yang menjadi sasaran penelitian adalah untuk melihat bagaimana peran pemerintah lokal dalam membangun wilayah pesisir dan laut di daerah tersebut, dan apakah pembangunan tersebut berdampak positif atau negatif


(47)

37

terhadap kelangsungan hidup berbagai ekosistem yang terdapat di kawasan pesisir dan laut lokasi penelitian, dan tentunya untuk menilai pengaruh pembangunan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.

Untuk menjelaskan alur penelitian ini, maka penulis menuangkan kerangka pemikiran dalam bagan berikut :


(48)

38

Bagan Alur Pemikiran

Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut

Masyarakat Desa Sorake Kec. Maniamolo Kab. Nias

Selatan

Kesehatan Pendidikan Ketenagakerja

an

Perumahan dan

Kesejahteraan Masyarakat

1. Pengaruh Positif 2. Pengaruh Negatif


(49)

39 2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.6.1 Definisi Konsep

Konsep adalah suatu makna yang berbeda di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang atau kata – kata. Dengan demikian, konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata ke alam empiris (Suyanto, 2005 : 49).

Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa untuk mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti oleh peneliti. Peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti. Jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011 : 136 – 138).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.


(50)

40

2. Masyarakat Pesisir adalah suatu masyarakat yang tinggal di pinggir pantai dan menggantungkan hidupnya pada hasil sumber daya laut, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat petani.

3. Pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Nasution, 2007).

4. Kesejahteraan Masyarakat adalah suatu keadaan dan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup, memecahkan masalah sosial, memperkuat struktur sosial masyarakat, memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga ketentraman masyarakat, serta memungkinkan setiap warganegara mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial secara sebaik – baiknya bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Dan pada umumnya, usaha – usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam proses pemenuhan kebutuhannya tersebut akan merujuk pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

5. Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu lokasi di Kabupaten Nias Selatan yang memiliki wilayah pesisir dan laut dan merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam daerah pembangunan sektor pesisir dan laut oleh pemerintah Kabupaten Nias Selatan.


(51)

41 2.6.2 Definisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Jika definisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transfornasi konsep kedunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011 : 141).

Definisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas tertentu. Harus diingat bahwa konsep yang mempunyai rujukan empiris ini masih harus dipandang sebagai konsep yang belum sepenuhnya operasional. Oleh karena itu, menurut Bernard S. Philips sebuah konsep baru akan disebut konsep yang operasioanl jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi metode operasinya (Suyanto, 2005 : 51).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian Pengaruh Pembangunan Sektor Pesisir dan Laut Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan adalah sebagai berikut :

A. Variabel bebas atau disebut juga X adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variable kedua (Nawawi, 1998 : 57). Dalam penelitian ini, yang menjadi variable X adalah pembangunan sektor pesisir dan laut di salah satu daerah pesisir


(52)

42

pantai di Kabupaten Nias Selatan, tepatnya di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo.

B. Variabel terikat atau disebut juga Y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan dengan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1998 : 57). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah kesejahteraan masyarakat pesisir, sebelum dan sesudah dilakukannya pembangunan sektor pesisir dan laut di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut meliputi :

1. Kesehatan

Dimana pelayanan kesehatan masyarakat ini merupakan bentuk pelayanan kesejahteraan yang dilaksanakan melalui berbagai lembaga seperti puskesmas, posyandu, poliklinik, dan lain – lain yang disertai penempatan tenaga medis dan paramedis. Dengan adanya peningkatan pelayanan kesehatan maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari angka harapan hidup masyarakat. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur seseorang maka tingkat kesejahteraan dan kesehatan orang tersebut semakin baik pula. Dapat dilhat juga dari jumlah lembaga – lembaga kesehatan di daerah tersebut. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam indikator ini adalah angka


(53)

43

kematian ibu, karena angka kematian ibu akan menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah terkait. 2. Pendidikan.

Yaitu indikator tingkat pendidikan yang dapat dilihat dari angka melek huruf yang menggambarkan jumlah masyarakat sudah dapat membaca dan menulis huruf latin, hal ini juga disertai dengan pembangunan sarana dan prasaran seperti gedung sekolah dan program – program pendidikan oleh instansi terkait dengan kerjasa dengan masyarakat setempat.

3. Pekerjaan

Yaitu kategori profesi yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencari penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga, dengan indikator :jenis pekerjaan dan jenis usaha yang dilakukan/dikembangkan

4. Pendapatan/Penghasilan

Yaitu jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama di dalam keluarga, dengan indikator : pendapatan dari hasil usaha, tanggungan dalam keluarga, tabungan, serta pemenuhan kebutuhan pokok sehari – hari berupa pemenuhan kebutuhan sandang pangan, dan papan.


(54)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif , yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur – unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011 : 52).

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu dengan dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya yaitu data yang diperoleh di lapangan, dikumpulkan, diolah serta dianalisis.

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata – kata. Melalui penelitian ini penulis menggambarkan tentang bagaimana pengaruh pembangunan sektor pesisir dan laut terhadap kesejahteraan masyarakat di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan.


(55)

45 3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena Desa Sorake merupakan salah satu daerah pesisir dan laut di Kabupaten Nias Selatan yang senantiasa menerima program pembangunan dari pemerintah Kabupaten Nias Selatan. Selain itu, karena Desa Sorake merupakan salah satu daerah objek wisata yang sudah terkenal baik karena keindahan pantainya, maupun karena ombaknya yang besar yang cocok dimanfaatkan untuk olahraga selancar air.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi.

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek – objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2009 : 99). Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Desa Sorake Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan, yang berjumlah 204 Kepala Keluarga.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang


(56)

46

diwakilinya. Jika populasi lebih dari 100 maka dianjurkan sampel yang diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% (Arikunto, 2002:107). Dikarenakan jumlah populasinya sebanyak 204 kepala keluarga dan lebih dari 100 maka sampelnya diambil dari 25% dari jumlah populasi, yaitu 51 kepala keluarga. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling atau teknik penarikan acak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal, dan karya tulis lainnya.

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta – fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun alat – alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan ini adalah :

1. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011 : 206 – 207).


(57)

47

2. Wawancara, yaitu percakapan atau proses tanya jawab yang dilakukan pengumpul data dengan responden sehingga responden memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui uji regresi. Ukuran statistik ini digunakan untuk menguji hubungan antara sebuah variable dependen dengan satu atau beberapa variable independen. Jika variabel dependen dihubungkan dengan sebuah variabel independen, persamaan regresi yang dihasilkan adalah regresi linear (Prasetyo&jannah, 2005 : 199).

Model Regresi sederhana adalah

y

ˆ

=

a

+

bx

, dimana

adalah variabel tak bebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi intersap (α), b adalah penduga bagi koefisien regresi (β), dan α, β adalah parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.

Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah

X b Y N X b Y

a=

= −

. .

(

)

( )

2

2 . . .

− − = X X N Y X Y X N b keterangan i


(58)

48

i

Y = Rata-rata skor variabel Y

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual, data dikumpulkan dari hasil kuisioner (angket) dan wawancara. Pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap pemeriksaan (editing), proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulations) dan kemudian dianalisis secara mendalam

Langkah – langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Editing, adalah kegiatan meneliti dan memperbaiki kualitas data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

2. Koding, adalah kegiatan mengklasifikasikan jawaban – jawaban menurut macamnya.

3. Mengkategorikan seluruh data agar mudah dianalisis, mudah disimpulkan, dan untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beranekaragam dapat dipersingkat sesuai dengan kategorinya masing – masing.

4. Tabulasi, yaitu data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu tabel tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.


(1)

89

dampak sesuai harapan masyakat itu sendiri. Hal tersebut dapat dailihat dari realita yang ada di Desa Sorake, dimana pembangunan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat jelas akan memberikan pengaruh yang susaidengan harapan dan kebutuhan masyarakat tersbut juga.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat memberikan saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan.

Disini peneliti mencoba memberikan saran antara lain:

1. Terhadap para mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial untuk dapat mengembangkan lagi kajian atas masyarakat secara luas yang diantaranya juga kajian pembangunan masyarakat untuk dapat mempraktikkan ilmu tersebut hingga berguna terhadap masyarakat secara luas.

2. Kepadamasyarakat pesisir diseluruh tanah air agar memiliki kesadaran kritis terhadap realitas dan ikut berpartisipasi pada progam pemerintah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ikut andil terus dalam proses memperkuat negara dalam segala bidang.

3. Terhadap Pemerintah Nias Selatan agar lebih giat menjalankan program yang memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan disertai dengan sosialisasi yang memadai agar masyarakat benar-benar ikut berpartisipasi dalam progagram tersebut tanpa diawali dengan sikap pesimis.


(2)

90

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian. Aneka Cipta : Jakarta

Bungin, Burhan. 2009. Metedologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Chozin, M.A, Dkk. 2010. Pembangunan Perdesaan : Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor : IPB Press

Dahuri, Rokhmin, Dkk. 2013. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT Balai Pustaka

Nasution, Zulkarimen. 2007. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan Penerapannya). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sara, La. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Bandung : Alfabeta

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu – Ilmu Sosial dan Kesehatan). Medan : Grasindo Monoratama

Siagian, Sondang P. 2000. Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi dan Strateginya. Jakarta : PT Bumi Aksara

Soetomo. 2010. Strategi – Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sukirno, Sadono. 1976. Beberapa Aspek Dalam Pembangunan Daerah. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI

Susilo, Edi. 2010. Dinamika, Struktur Sosial Dalam Ekosistem Pesisir. Malang : UB Press

Suyanto, Bagong. 2008. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Pendekatan Alternatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Ndraha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta : PT Bina Aksara


(3)

91

JAWABAN RESPONDEN TERHADAP

PEMBANGUNAN SEKTOR PESISIR DAN KELAUTAN (VARIABEL X)

No. Res X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

1 2 3 3 3 3 3 3

2 3 3 3 3 3 3 3

3 2 3 3 3 3 3 3

4 3 4 4 4 4 3 4

5 2 3 3 3 3 3 3

6 3 3 3 3 3 3 3

7 2 3 3 3 3 3 3

8 3 4 3 3 3 4 3

9 2 3 3 3 3 3 3

10 2 3 3 3 3 3 3

11 4 4 4 4 4 4 4

12 2 3 3 3 3 3 3

13 3 4 3 3 3 3 3

14 3 4 4 4 4 4 4

15 2 3 3 3 3 3 3

16 1 2 1 3 2 3 2

17 2 3 3 3 3 3 3

18 3 3 3 3 3 3 3

19 2 3 3 3 3 3 3

20 3 3 3 3 3 3 3

21 2 3 3 3 3 3 3

22 4 4 4 4 4 4 4

23 2 3 3 3 3 3 3

24 2 3 2 3 3 3 3

25 2 3 3 3 3 3 3

26 3 3 3 3 3 3 3

27 1 2 2 3 2 2 2

28 2 3 3 3 3 3 3

29 2 3 3 3 3 3 3

30 3 3 3 3 3 3 3

31 3 3 3 3 3 3 3

32 4 4 4 4 4 4 4

33 2 3 3 3 3 3 3

34 3 4 4 4 3 3 4

35 2 3 2 3 3 3 3

36 3 3 3 3 3 3 3

37 2 3 3 3 3 3 3


(4)

92

40 3 3 3 4 3 3 3

41 2 3 2 3 3 3 3

42 3 4 4 4 4 4 3

43 3 3 3 4 3 3 3

44 2 3 3 3 3 3 3

45 2 3 3 3 3 3 3

46 3 4 4 4 4 3 3

47 2 3 3 3 3 3 3

48 2 3 3 3 3 3 3

49 2 3 3 3 3 3 3

50 3 3 4 3 4 3 4

51 3 3 3 4 3 3 3

JAWABAN RESPONDEN TERHADAP

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (VARIABEL Y)

No Res

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11

1 3 4 3 3 2 3 1 3 3 3 2

2 3 3 2 3 2 3 3 1 3 1 3

3 3 4 3 3 1 2 3 3 3 3 2

4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2

5 3 4 3 3 2 2 3 1 3 3 3

6 2 3 2 3 3 3 3 4 2 1 3

7 3 4 3 3 2 2 1 3 3 2 2

8 3 3 2 3 2 3 1 4 2 3 3

9 1 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2

10 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3

11 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4

12 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 2

13 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2

14 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2

15 3 4 3 3 1 3 3 3 3 2 3

16 3 3 2 3 1 2 1 1 2 1 1

17 1 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2

18 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2

19 4 4 3 3 1 2 1 3 2 3 3

20 1 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2

21 3 4 3 3 2 2 1 3 3 2 3


(5)

93

23 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 1

24 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 1

25 2 3 3 4 2 3 3 4 2 3 2

26 3 4 3 3 1 3 3 3 3 2 3

27 3 3 2 3 1 2 1 2 2 1 2

28 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 1

29 4 4 3 3 1 3 1 3 3 2 3

30 3 4 2 3 2 2 3 1 3 1 3

31 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 1

32 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4

33 3 4 3 3 2 3 2 3 3 2 2

34 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4

35 3 4 3 3 2 2 3 3 2 1 3

36 3 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2

37 4 4 3 3 1 3 1 4 2 3 3

38 3 4 3 3 2 2 2 1 3 2 2

39 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2

40 4 4 3 3 1 2 1 3 3 2 3

41 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2

42 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2

43 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2

44 4 4 3 4 1 2 2 3 3 1 3

45 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2

46 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2

47 2 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3

48 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2

49 4 4 3 3 1 2 2 3 2 2 3

50 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2

51 2 3 2 3 3 3 4 3 3 1 3

KALKULASI VARIABEL X DAN Y No.

Res

X Y XY

1 20 30 400 900 600

2 21 27 441 729 567

3 20 30 400 900 600

4 26 38 676 1444 988

5 20 30 400 900 600

6 21 29 441 841 609

7 20 28 400 784 560

8 23 29 529 841 667


(6)

94

11 28 42 784 1764 1176

12 20 31 400 961 620

13 22 28 484 784 616

14 27 37 729 1369 999

15 20 31 400 961 620

16 14 20 196 400 280

17 20 29 400 841 580

18 21 29 441 841 609

19 20 29 400 841 580

20 21 30 441 900 630

21 20 29 400 841 580

22 28 42 784 1764 1176

23 20 30 400 900 600

24 19 30 361 900 570

25 20 31 400 961 620

26 21 31 441 961 651

27 14 22 196 484 308

28 20 28 400 784 560

29 20 30 400 900 600

30 21 27 441 729 567

31 21 29 441 841 609

32 28 42 784 1764 1176

33 20 30 400 900 600

34 25 37 625 1369 925

35 19 29 361 841 551

36 21 29 441 841 609

37 20 31 400 961 620

38 22 27 484 729 594

39 21 30 441 900 630

40 22 29 484 841 638

41 19 30 361 900 570

42 26 37 676 1369 962

43 22 31 484 961 682

44 20 30 400 900 600

45 20 29 400 841 580

46 25 38 625 1444 950

47 20 30 400 900 600

48 20 26 400 676 520

49 20 29 400 841 580

50 24 36 576 1296 864

51 22 30 484 900 660