Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Regresi Steepest Ascent

Hal tersebut yang mendasari pentingnya penelitian tentang “Optimalisasi Parameter Regresi Response Surface Methodology dalam Laba Usaha Pedagang Buah dan Aplikasinya dengan Matlab ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pemrograman matlab untuk permukaan respon optimal pada laba usaha dagang? 2. Bagaimana model regresi permukaan respon optimal pada laba usaha dagang? 3. Bagaimana titik optimum modal usaha, biaya tenaga kerja, dan lama usaha yang menghasilkan laba usaha dagang yang maksimal?

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah yang dilakukan pada penelitian ini adalah 1. Penelitian hanya menggunakan metode permukaan respon. 2. Penelitian menggunakan optimalisasi laba usaha dagang hanya sebagai studi kasus. 3. Penelitian hanya terbatas pada model Central Composite Design dengan faktorial .

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pemrograman matlab untuk permukaan respon optimal pada laba usaha dagang. 2. Untuk mengetahui model regresi permukaan respon optimal pada laba usaha dagang. 3. Untuk mengetahui titik optimum modal usaha, biaya tenaga kerja dan lama usaha yang menghasilkan laba usaha dagang yang maksimal.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Jurusan Matematika

1. Penelitian ini sebagai bahan studi kasus bagi jurusan matematika tentang masalah optimalisasi menggunakan metode permukaan respon yang hasilnya berupa respon optimal. 2. Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan optimalisasi baik berupa hasil eksperimen maupun data sekunder.

1.5.2 Bagi Masyarakat

1. Mengoptimalkan laba usaha dagang sehingga pedagang memperoleh laba yang optimal, dan 2. Dari penelitian dihasilkan sebuah program yang dapat digunakan untuk permasalahan optimalisasi menggunakan Metode Permukaan Respon. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Regresi

Regresi merupakan model yang memperlihatkan hubungan antara satu variabel terikat dependent variable dengan beberapa variabel bebas independent variables . Model regresi atas akan ditaksir oleh: 1 ̂ Keterangan : : peubah tak bebas : peubah bebas, : parameter, : residul, Dari persamaan 1 di atas dapat dibentuk persamaan Raymond et al., 2008: 45- 47 2 di mana: [ ], [ ], [ ], dan [ ] Hasil penjumlahan kuadrat adalah minimum, sehingga diperoleh fungsi kuadrat terkecil least square 3 ∑ Sehingga diperoleh 4 di mana merupakan matriks atau sebuah skalar sehingga jika ditranspose menjadi merupakan sebuah skalar juga. Ketika persamaan 4 diturunkan menjadi 5 | yang menjadi Cornell Khuri, 1996: 26 6

2.2 Metode Permukaan Respon

2.2.1 Pengertian

Metode permukaan respon adalah kumpulan teknik matematis dan statistik yang digunakan untuk pemodelan dan analisis masalah dalam suatu respon dalam hal ini biasanya merupakan kualitas suatu produk yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan tujuannya adalah untuk mengoptimasi respon tersebut. Metode permukaan respon sebuah kombinasi pada statistik dan metode optimasi yang menggunakan model dan desain optimasi Yang El-Haik, 2006: 611. Optimasi dengan metode permukaan respon bisa diterapkan pada penelitian Ilmu Pangan Teknologi Hasil Pertanian, Pertanian, Kehutanan, Biologi, Farmasi, Kesehatan, Teknik Kimia, Kimia, Bioteknologi, Teknik, Sosial, Ilmu Kesehatan, Ilmu Ekonomi, dll Oramahi, 2008: 10. Penggunaan metode permukaan respon tidak hanya terbatas untuk ilmu-ilmu tersebut, namun semua bidang ilmu khususnya penelitian yang bertujuan untuk mencari kondisi variabel optimum bisa menggunakan metode ini. Metode ini menggunakan analisis regresi pada data eksperimen dan plot 3D model permukaan respon Maharjan, 2014. Dalam banyak kasus, metode permukaan respon untuk dua variabel independen menggunakan bentuk model ordo satu dan model ordo dua. Model ordo satu memiliki persamaan 7 yang jika terjadi interaksi antar variabel, akan menghasilkan persamaan 8 untuk model ordo satu, dengan memisalkan = dan = dari persamaan tersebut dapat dibentuk Muthuvelayudham, 2010 9 dan persamaan 10 yang merupakan model ordo dua, , , , , , dan dari persamaan dapat dibentuk 11 Model ordo dua adalah model yang paling sering digunakan pada metode permukaan respon. Beberapa alasan model ordo dua lebih banyak digunakan dalam metode permukaan respon adalah; a. Model ordo dua sangat fleksibel. Model tersebut dapat berubah ke dalam bentuk fungsi sesuai dengan kebutuhan. b. Parameter pada model ordo dua mudah diestimasi. c. Model ordo dua lebih praktis dalam memecahkan permasalahan pada permukaan respon. Secara umum, model ordo satu memiliki persamaan 12 dan model ordo dua memiliki persamaan Khuri, 2006: 254 13 ∑ ∑ ∑ ∑ ̂

2.2.2 Eksperimen Ordo Satu

Langkah pertama dari metode permukaan respon adalah menentukan hubungan antara variabel dengan respon melalui persamaan polinomial ordo satu Nuryanti Salimy, 2008. Variabel-variabel bebas dinotasikan dengan . Variabel-variabel tersebut mempengaruhi variabel respon yang diasumsikan sebagai variabel random. Rancangan permukaan respon ordo pertama yang digunakan adalah rancangan faktorial Secara umum persamaan dari model ordo satu tersebut adalah: 14 ̂ ∑ dimana : ̂ = variabel terikat respon = faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel respon, = komponen residual yang bersifat random dan terdistribusi secara identik dan saling bebas dengan distribusi normal pada nilai rataan dan varian 2 = koefisien dari persamaan regresi

2.2.3 Eksperimen Ordo Dua

Pada keadaan mendekati respon, model ordo dua biasanya disyaratkan untuk mengaproksimasi respon karena adanya lengkungan dalam permukaannya Pradhan, 2012. Model ordo dua dinyatakan dengan Raymond et al., 2008: 105 15 ̂ ∑ ̂ ∑ ̂ ∑ ∑ ̂ Model ordo dua dibangun dengan menggunakan rancangan komposit pusat central composite designs untuk membentuk data percobaan. Secara umum rancangan komposit pusat didefinisikan sebagai suatu rancangan faktorial ditambah dengan titik-titik sumbu , serta titik pusat Ariyanto, 2014: 11. Rancangan komposit pusat adalah rancangan faktorial ordo pertama yang diperluas melalui penambahan titik pengamatan pada pusat agar memungkinkan pendugaan koefisien parameter permukaan respon ordo kedua Gasperz, 1991. Rancangan faktorial untuk sebagai contoh disajikan pada Tabel 2.1 dan rancangan komposit pusat dengan dua sampai dengan lima faktor disajikan pada Tabel 2.2 berikut Raymond et al., 2008: 156. Tabel 2.1 Rancangan Faktorial pada Percobaan Faktorial Tabel 2.2 Rancangan Komposit Pusat Sifat Rancangan Banyak Faktor 2 3 4 5 Rancangan Faktorial untuk rancangan dapat-putar 1.414 1.682 2.000 2.378 5 6 7 10 Perlakuan Simbol 1 2 3 4 5 6 7 8

2.2.4 Karakteristik Permukaan Respon

Variabel-variabel faktor disebut variabel asli, karena diukur dengan unit pengukuran yang sebenarnya. Pada rancangan faktorial, variabel faktor ditransformasikan menjadi variabel kode sebagai berikut Guo, 2009: 16 dimana: = faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel respon, = faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel respon, rata-rata dari = nilai terbesar dikurangi nilai terkecil dibagi . Lalu regresikan di mana terhadap sehingga diperoleh persamaan regresi ordo satu. Tujuan dari pengkodean adalah untuk memudahkan perhitungan, meningkatkan akurasi pada penduga koefisien model Sjahid Maftukhah, 2007. Setelah uji hipotesis dan persamaan regresi ordo satu memenuhi persyaratan maka dapat langsung mencari nilai yang mengoptimalkan respon. Tetapi jika tidak, maka harus mencari persamaan regresi ordo dua. Nilai adalah nilai yang mengoptimalkan respon yang diprediksikan. Jika nilai itu ada, maka pada persamaan 15 merupakan himpunan yang beranggotakan sedemikian sehingga turunan parsialnya: 17 ̂ ̂ ̂ Dalam notasi matriks, persamaan 15 dapat dinyatakan sebagai: 18 ̂ ̂ dengan [ ] , [ ̂ ̂ ̂ ̂ ] , dan [ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ] di mana merupakan vektor koefisien regresi ordo , sedangkan merupakan matriks ordo yang elemen diagonal utamanya merupakan koefisen kuadratik murni ̂ dan elemen-elemen segitiga atasnya adalah dari koefisien kuadratik campuran ̂ . Turunan dari terhadap vektor adalah sama dengan , sehingga dinyatakan dengan: 19 ̂ Titik-titik stationer merupakan solusi dari persamaan 19, yaitu: 20 di mana Lenth, 2012. Substitusikan persamaan 20 ke persamaan 18 diperoleh nilai respon optimal yang diprediksikan terjadi pada titik-titik stasioner, yaitu: 21 ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ Fungsi dari karakteristik permukaan respon adalah untuk menentukan jenis titik stasioner, apakah titik stasioner maksimum, minimum, atau titik pelana Nuryanti Salimy, 2008. Titik-titik stationer tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.1, Gambar 2.2, dan Gambar 2.3. Gambar 2.1 Respon pada Titik Maksimum Gambar 2.2 Respon pada Titik Minimum Gambar 2.3 Respon pada Titik Pelana Titik stasioner dapat diidentifikasi dengan mentransformasikan fungsi respon dari titik asal ke titik stasioner dan sekaligus merotasikan sumbu koordinatnya, sehingga dihasilkan fungsi respon sebagai berikut Raymond et al., 2008: 411. 22 ̂ ̂ dengan : : Variabel independen baru hasil transformasi ̂ : Harga taksiran y pada titik stasioner : Konstanta yang merupakan nilai eigen dari matrik Karakteristik dari permukaan respon ditentukan oleh harga . Jika nilainya semua positif maka adalah titik minimum, sedangkan jika semua negatif maka adalah titik maksimum, jika harganya berbeda tanda di antara harga , maka merupakan titik pelana Raymond et al., 2008: 406-407.

2.2.5 Uji Hipotesis dalam Metode Permukaan Respon

Analisis pada pemecahan masalah menggunakan metode permukaan respon adalah memperkecil sisaan residual dari sebuah regresi. Sehingga parameter hanya dipengaruhi oleh . Uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

2.2.5.1 Uji Signifikan pada Regresi

Uji signifikan pada regresi digunakan untuk menentukan variabel-variabel bebas memberikan sumbangan yang berarti dalam model atau tidak. Hasil pengujiannya sebagai berikut. Hipotesis: Kriteria Pengujian: Jika maka terima dan jika maka tolak . Untuk uji signifikan pada regresi disajikan pada Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Analisis Varian pada Regresi Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Kebebasan Kuadrat Tengah Regresi Sisaan Total dengan rumus-rumus pada jumlah kuadrat Raymond et al., 2008: 56-61 23 ∑ ̂ ∑ Substitusikan ̂ , diperoleh 24 Karena , maka diperoleh persamaan akhir 25 Jumlah kuadrat total memiliki rumus atau . Dengan ∑ ̅ ∑ ∑ ∑ sehingga diperoleh 26 ∑ Dari , maka diperoleh rumus jumlah kuadrat regresi berikut. 27 ∑ ∑ ∑ Sedangkan untuk observasinya dapat dicari menggunakan rumus 28 ⁄ ⁄ dan tabel menggunakan , untuk dan dapat dicari dengan 29 dan 30

2.2.5.2 Uji Lack of Fit

Lack of Fit adalah model yang belum tepat atau tidak terdapat kecocokan antara data dengan model Sembiring, 2003: 144. Diperlukan sumber khusus untuk mendapatkan penaksir yang tak bias dan tidak tergantung pada model. Sumber khusus itu adalah replikasi yang dengan sengaja dibuat dalam rancangan penelitian. Replikasi dibedakan dengan pengulangan pengukuran Sembiring, 2003: 145. Tujuannya adalah untuk mengukur variasi pada suatu nilai . Variasi seperti itu terjadi karena pengaruh acak, bukan karena model yang keliru.Variasi memberikan penaksir yang tidak tergantung pada model. Jumlah kuadrat yang muncul dari replikasi disebut jumlah kuadrat galat murni, sedangkan jumlah kuadrat akibat belum cocoknya model disebut jumlah kuadrat kekurangcocokan. Jadi, bila ada replikasi, maka jumlah kuadrat sisa dapat diuraikan atas komponennya sebagai berikut. 31 dengan hipotesisnya seebagai berikut. Hipotesis: Kriteria Pengujian: Jika maka terima dan jika maka tolak . Untuk uji lack of fit dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. Tabel 2.4 Uji Lack of Fit Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Kebebasan Kuadrat Tengah Lack of Fit Galat Murni banyaknya pengulangan dengan rumus-rumus pada jumlah kuadrat Sembiring, 2003: 147-148 32 ∑ ∑ ̅ dan 33 Sedangkan untuk observasinya dapat dicari menggunakan rumus 34

2.2.5.3 Uji Kelengkungan Kuadrat

Pada percobaan faktorial , terdapat kombinasi perlakuan pada percobaan yang terdiri dari rancangan faktorial dan titik pusat. Untuk menguji adanya kelengkungan kuadrat pada model menggunakan rumus sebagai berikut Raymond et al., 2008: 208. Hipotesis: ∑ ∑ Kriteria Pengujian: Jika maka terima dan jika maka tolak 35 ̅ ̅ di mana: = Banyaknya rancangan faktorial = Banyaknya titik pusat ̅ = Jumlah respon pada rancangan fatorial ̅ = Jumlah respon pada titik pusat = Rata-rata kuadrat dari kelengkungan kuadrat

2.2.5.4 Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui kualitas keberartian regresi antara tiap- tiap variabel bebas terdapat pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Hasil pengujiannya sebagai berikut. Hipotesis: Kriteria Pengujian: Jika maka terima dan jika maka tolak . Rumus: Untuk menguji uji t digunakan terlebih dahulu uji korelasi pearson product moment dengan rumus ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ di mana: = Besarnya korelasi antara variabel dan n= Banyaknya data dan rumus nya adalah √ √

2.3 Steepest Ascent

Metode Dakian Tercuram Steepest Ascent merupakan suatu prosedur yang bergerak sepanjang lintasan dakian tercuram menuju daerah maksimum yang meningkatkan respon Wei, 2010. Steepest Ascent menggunakan kelipatan pada model regresi dalam pencarian mendekati ke titik optimum Bagio Latief, 2011. Steepest Ascent digunakan untuk mencari nilai respon maksimum, sedangkan Steepest Descent digunakan untuk mencari nilai respon minimum Raymond, dkk, 2008: 330. Eksperimen dilakukan sepanjang jalur Steepest Ascent sampai tidak lagi terjadi kenaikan. Jika model orde satu dianggap cocok, maka jalur Steepest Ascent yang baru ditentukan yang selanjutnya dilanjutkan dengan prosedur berikutnya sehingga hasil eksperimen sampai pada sekitar daerah optimum. Agar lebih mudah, untuk asumsikan titik adalah titik asal atau titik dasar Raymond et al., 2008: 340-341. Maka, 1. Pilih salah satu variabel, sebut pilih variabel yang paling diketahui atau variabel paling besar atau mendekati terbesar dengan koefisien regresi . 2. Langkah selanjutnya untuk variabel lain adalah 36 3. Mengkonversi dari variabel kode menjadi variabel sebenarnya.

2.4 Laba