Flowchart Diagram Alir Pengenalan Suku Karo Pakaian Adat

Gambar 2.2 Tampilan Macromedia Dreamweaver 8

2.11 Flowchart Diagram Alir

Sistem flowchart merupakan bagan yang menunjukan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urutan-urutan dari prosedur- prosedur yang ada di dalam sistem dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol- simbol yang terdapat dalam sistem flowchart adalah: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Simbol-Simbol pada Flowchart

2.12 Pengenalan Suku Karo

Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami dataran tinggi Karo yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.

2.13 Sistem Kekerabatan

Suku karo berdomisili di Sumatera Utara tepatnya di kresidenan Sumatera Utara pada jaman dahulu. Masyarakat karo menganut kekerabatan parental dan bilateral. Mereka mengikuti garis keturunan ayah. Seluruh hubungan kekerabatan pada masyarakat Karo, baik berdasarkan pertalian darah maupun pertalian karena hubungan perkawinan, dapat disatukan dari tiga jenis kekeluargaan, yaitu: kalimbubu, senina atau sembuyak, dan anak beru, yang biasanya disimpulkan dalam banyak istilah tetapi maksudnya sama yaitu daliken sitelu. Secara etimologis, daliken sitelu ini berarti tungku yang tiga daliken = batu tungku, si = yang, telu= tiga. Maksudnya adalah di kehidupan masyarakat karo ini pasti mereka tidak terlepas dari yang namanya tengku untuk menyalakan api memasak. Lalu Rakut Sitelu berarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan tersebut. Hubungan antara ketiganya tidak dapat dipisahkan di dalam hal adat, dilihat dari aspek-aspek kehidupan secara mendalam, hubungan dari ketiga kekerabatan ini menentukan hak-hak dan kewajiban di dalam masyarakat, di dalam upacara-upacara, hukum, Universitas Sumatera Utara dan di zaman yang lampau dan mempunyai arti yang penting di dalam kehidupan ekonomi dan politik. Di dalam sangkep si telu inilah terletak asas gotong-royong, dan musyawarah dalam arti kata yang sedalam-dalamnya.

2.13.1 Kalimbubu

Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa Kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga Kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah Tuhan yang nampak. Sikap menentang dan menyakiti hati Kalimbubu sangat dicela. Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak Kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para Anakberu kelompok pihak penerima istri tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak Kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan Kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain. Oleh Darwan Prints, Kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang-undang.

2.13.2 Anakberu

Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri. Oleh Darwan Prints, Anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka Anakberu disebut pula hakim moral, karena Universitas Sumatera Utara bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut

2.13.3 Sembuyak Senina

Hubungan perkerabatan senina disebabkan merga atau hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua : 1. Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena satu clan merga. 2. Senina berdasarkan kekerabatan 3. Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara. 4. Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka saling bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere beru clan ibu yang sama. 5. Senina Sepengalon Sendalanen persaudaraan karena pemberi wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang sama. Atau mereka yang bersaudara karena satu subclan beru istri mereka sama. Tetapi dibedakan berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan clan istri. Dalam musyawarah adat, mereka tidak akan memberikan tanggapan atau pendapat apabila tidak diminta. 6. Senina Secimbangen untuk wanita mereka yang bersenina karena suami mereka sesubclan bersembuyak. Universitas Sumatera Utara

2.14 Pakaian Adat

Kain adat tradisional Karo Uis Adat Karo merupakan pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan budaya suku karo maupun dalam kehidupan sehari- hari. Uis Karo memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan pelaksanaan kegiatan budaya. Pada umumnya Uis Adat Karo dibuat dari bahan kapas, dipintal dan ditenun secara manual dan menggunakan zat pewarna alami tidak menggunakan bahan kimia pabrikan. Namun ada juga beberapa diantaranya menggunakan bahan kain pabrikan yang dicelup diwarnai dengan pewarna alami dan dijadikan kain adat Karo. Beberapa diantara Uis Adat Karo tersebut sudah langka karena tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, atau hanya digunakan dalam kegiatan ritual budaya yang berhubungan dengan kepercayaan animisme dan saat ini tidak dilakukan lagi. Berikut adalah jenis-jenis pakaian adat Karo: 1. Uis Beka Buluh Uis Beka Buluh memiliki ciri gembira, tegas dan elegan. Kain Adat ini merupakan simbol wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang putra Karo. Penggunaan Uis Beka Buluh ini adalah: a. Sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai priaputra Karo sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan. Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi Mahkota pada saat pesta perkawinan, mengket rumah peresmian bangunan, dan cawir metua upacara kematian bagi orang tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut Universitas Sumatera Utara b. Sebagai Pertanda Cengkok-cengkok Tanda-tanda yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segi tiga. c. Sebagai Maneh-maneh yaitu setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh Kalimbubu Paman, Saudara Laki-laki dari Ibu, Pihak yang dihormati sehingga berhasil dalam hidupnya. Pada saat kematiannya, pihak keluarga akan membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan tanda syukur yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa dikenakannya yaitu Uis Beka Buluh. 2. Uis Jongkit dilaki. Uis Jongkit dilaki menunjukkan karakter kuat dan perkasa. Penggunaan sebagai pakaian luar bagian bawah untuk laki-laki yang disebut gonje sebagai kain sarung. Kain ini dipakai oleh putra Karo untuk semua upacara adat yang mengharuskan berpakaian adat Lengkap. 3. Uis Gatip Uis Gatip Jongkit menunjukkan karakter teguh dan ulet. Penggunaannya sebagai penutup kepala wanita Karo tudung baik pada pesta maupun dalam kesehariannya. Untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu pada saat wanita Karo meninggal Dunia Maneh-maneh dan morah-morah. Universitas Sumatera Utara 4. Uis Nipes Padang Rusak penggunaan kain ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam sehari-hari. 5. Uis Nipes Benang Iring Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat duka cita. 6. Uis Ragi Barat Ragi Mbacang Kain ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat sukacita maupun dalam keseharian. Lapisan luar pakaian wanita bagian bawah sebagai kain sarung untuk kegiatan pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap. 7. Uis Jujung-jujungen Kain ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita tutup tudung dengan umbai-umbai emas pada bahagian depannya. 8. Uis Nipes Mangiring Kain ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat duka cita. 9. Uis Teba Kain ini dipakai wanita Karo lanjut usia sebagai tutup kepala tudung dalam upacara yang bersifat duka cita. Pada beberapa daerah, kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu Maneh-maneh pada saat orang yang sudah lanjut usia meninggal. Universitas Sumatera Utara 10. Uis Pementing Kain ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang benting pada saat berpakaian Adat lengkap dengan menggunakan Uis Julu sebagai kain sarung. 11. Uis Julu diberu Untuk pakaian wanita bagian bawah sebagai sarung untuk upacara adat yang diharuskan berpakaian adat lengkap. 12. Uis Arinteneng Alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerehan mas kawin. Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam hari usai pesta peradatan man nakan persadan tendimukul. 13. Perembah Untuk menggendong bayi dan untuk anak pertama, perembah diberikan oleh Kalimbubu seiring doa dan berkat agar anak tersebut sehat-sehat, cepat besar dan menjadi orang sukses dalam hidupnya kelak. 14. Uis Kelam-kelam Kain ini bukan kain tenun manual, tapi hasil pabrik tekstil yang dicelup warna hitam menggunakan pewarna alami. Penggunaan kain ini sebagai penutup kepala wanita Karo tudung teger waktu pesta adat dan pesta guro-guro aron. Universitas Sumatera Utara Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang Kalimbubu pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia morah-morah. 15. Baju Gunting Cina Baju ini pada lehernya menggunakan motif cikcak-cikcak kepala cecak dan baju ini dikenakan pemuda karo dalam acara menari landek tarian budaya pada pesta guro-guro aron.

2.15 Merga Marga