Potensi Rumah Adat Tradisional Karo Desa Melas Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Karo

(1)

POTENSI RUMAH ADAT TRADISIONAL KARO DESA MELAS

SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN

KARO

KERTAS KARYA

OLEH:

SERLY MEI RINA SITEPU

NIM: 082204032

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI RUMAH ADAT TRADISIONAL KARO DESA MELAS

SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN

KARO

OLEH:

SERLY MEI RINA SITEPU

NIM: 082204032

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Dra.Nur Cahaya Bangun, M.Si. Drs. Marzaini Manday MSPD. NIP. 19600711 198903 2 001 NIP. 19570322 198602 1 002


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: POTENSI RUMAH ADAT

TRADISIONAL KARO DESA MELAS

SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

BUDAYA DI KABUPATEN KARO

Oleh

: SERLY MEI RINA SITEPU

NIM

: 082204032

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya dengan judul “POTENSI RUMAH ADAT TRADISONAL KARO DESA MELAS SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN KARO” guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Diploma III Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang tua, Ayahanda Alm. K. Sitepu dan Ibunda H. Br. Bangun yang telah memberikan perhatian dan dorongan moril maupun materil yang tidak ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, S.E.,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Dra. Nurcahaya Bangun, M.Si. Selaku dosen pembimbing penulis. 4. Drs. Marzaini Manday MSPD. Selaku dosen pembaca penulis .

5. Bang Ilal dan seluruh dosen serta staf pengajar program studi pariwisata/usaha wisata yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan. 6. Adikku Budi Utomo dan kakandaku Dedi Sembiring serta keluarga yang telah

mendukung dan memberi semangat sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.


(5)

7. Untuk seluruh teman-teman UW’08, maupun teman-teman di luar lingkungan kampus. Teruslah berkarya teman.

8. Untuk Desnalri Sinulingga, Joey Bangun dan teman-teman yang telah membantu menyelesaikan kertas karya ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Kertas Karya ini masih terdapat kekurangan baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan materi maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Kertas Karya ini.

Demikianlah harapan penulis, semoga Kertas Karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2011 Penulis,

Serly Mei Rina Sitepu NIM: 082204032


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR TABEL……… vi

DAFTAR GAMBAR………... vii

ABSTRAK……… viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 7

1.3 Tujuan Penelitian……… 7

1.4 Manfaat Penelitian………. 8

1.5 Metode pengumpulan Data……… 9

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Beberapa Pengertian Tentang Kepariwisataan……… 10

2.1.1 Wisatawan………. 10

2.1.2 Pariwisata……….. 11

2.1.3 Sarana dan Prasarana………. 13


(7)

Halaman 2.2.1 Jenis-jenis Wisata Menurut Maksud

Perjalanan yang Dilakukan……….. 16

2.2.2 Daya Tarik Wisata……… 17

2.2.3 Daya Tarik Wisata Budaya………. 18

2.3 Pengertian Kebudayaan……….. 20

2.4 Rumah Adat Tradisional Karo……… 21

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO 3.1 Kabupaten Karo………. 24

3.1.1 Letak Geografis……… 24

3.1.2 Sistem Pemerintahan………. 25

3.1.3 Kependudukan , Agama dan Sistem Mata Pencaharian… 26 3.1.4 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Karo…. 27 3.2 Desa Melas……….. 36

3.2.1 Letak Geografis………... 36

3.2.2 Sistem Pemerintahan, Sistem Kemasyarakatan dan Sistem Kekerabatan………. 36


(8)

Halaman 3.2.3 Sistem Mata Pencaharian, Agama

dan Kependudukan……… 37

BAB IV POTENSI RUMAH ADAT TRADISONAL KARO

DESA MELAS SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN KARO

4.1 Bagian-bagian Rumah Adat dan Fungsi Rumah Adat…… 38 4.1.1 Bagian-bagian Rumah Adat………... 38 4.1.2 Fungsi Rumah Adat……… 41 4.2 Jabu dalam Rumah Adat……… 41 4.3 Bentuk dan Fungsi Ornamen pada Rumah Adat Karo…… 48

BAB V PENUTUP……….. 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan

Wisatawan Nusantara Tahun 2010……… 5

Tabel 3.1 Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Karo……… 26

Tabel 3.2 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo……….. 28

Tabel 3.3 Daftar Hotel di Kabupaten Karo………. `32

Tabel 3.4 Daftar Restoran di Kabupaten Karo……… 33

Tabel 3.5 Daftar Penukaran Mata Uang di Kabupaten Karo………….. 33

Tabel 3.6 Daftar Biro Perjalanan/ Agen Perjalanan di Kabupaten Karo… 34

Tabel 3.7 Daftar Pusat Kesehatan/ Rumah Sakit di Kabupaten Karo…… 35


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Susunan Jabu pada Rumah Adat Tradisional Karo………….. 47 Gambar 4.2 Kerangka Rumah Adat Tradisional Karo………. 48


(11)

ABSTRAK

Sektor pariwisata menjadi sangat penting ketika potensi kepariwisataan yang ada menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk memberikan devisa (pemasukan) yang besar bagi negara, daerah dan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa Kebudayaan Indonesia sebagai salah satu daya tarik kepariwisataan terdapat di berbagai daerah di nusantara. Begitu juga halnya di provinsi Sumatera Utara, keanekaragaman budaya yang dimiliki yang menjadi karakteristik atau keunikan masing-masing daerah adalah merupakan potensi kepariwisataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kabupaten Karo adalah salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa objek wisata yang cukup potensial dan menarik. Rumah adat tradisional karo merupakan daya tarik wisata yang cukup potensial dalam meningkatkan kepariwisataan Kabupaten Karo. Keunikan arsitektur dan ornamen-ornamen rumah adat dapat menambah daya tarik bangunan tersebut. Desa Melas adalah salah satu desa di Tanah Karo yang memiliki dua rumah adat tradisional. Potensi yang ada di Desa Melas, baik potensi sumber daya alam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal sehingga meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo dan memberi manfaat bagi masyarakat karo umumnya dan masyarakat Desa Melas khususnya.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepariwisataan di Indonesia dulu telah mengalami perkembangan dan secara umum memberikan banyak manfaat bagi bangsa Indonesia, tetapi kini mengalami kemerosotan seiring dengan terjadinya berbagai bencana alam dan kejadian-kejadian di berbagai daerah tujuan wisata, seperti pemboman di pulau Bali, meletusnya beberapa gunung di Indonesia, serta situasi dan kondisi ekonomi, sosial, budaya dan keamanan di Indonesia yang tidak stabil.

Pemerintah mempunyai garis kebijakan mengenai kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan devisa negara, membuka peluang kerja dan meningkatkan penghasilan penduduk serta memberdayakan perekonomian masyarakat. Adapun usaha kegiatan tersebut antara lain:

1. Mengadakan penyuluhan dan pembinaan kelompok seni budaya dan objek wisata,

2. Pembinaan industri kerajinan, 3. Sadar wisata.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah tersebut digunakan untuk memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan tetap menjaga citra, kepribadian dan martabat bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan


(13)

bahwa pemerintah Indonesia sangat serius dan peduli terhadap dunia kepariwisataan. Selain itu, upaya pemerintah melalui kebijakannya dalam hal kepariwisataan juga bertujuan untuk membina dan melestarikan budaya bangsa sebagai aset wisata yang tidak ternilai harganya. Seperti yang dituangkan dalam undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, dijelaskan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang itu.

Sumatera utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata, baik di bidang alam maupun budaya. Sumatera Utara juga dikenal sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang cukup terkenal di kalangan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sektor pariwisata menjadi sangat penting ketika potensi kepariwisataan yang ada menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk memberikan devisa (pemasukan) yang besar bagi negara, daerah dan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa Kebudayaan Indonesia sebagai salah satu daya tarik kepariwisataan terdapat di berbagai daerah di nusantara. Begitu juga halnya di provinsi Sumatera Utara, keanekaragaman budaya yang dimiliki yang menjadi karakteristik atau keunikan masing-masing daerah adalah merupakan potensi kepariwisataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan

merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 km2


(14)

geografis terletak diantara 2050’-3019’ Lintang Utara dan 97055’-98038’ Bujur Timur. Kabupaten Karo berbatasan dengan :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi NAD)

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil produk pertanian dan juga sebagai Daerah Tujuan Wisata di Indonesia dengan Kota Berastagi sebagai pusat Kepariwisataan berjarak 66 Km dari Kota Medan (Bandara Polonia Medan) dan 11 Km dari Kota Kabanjahe sebagai Pusat Pemerintahan.

Potensi Obyek Wisata Kabupaten Karo :

• Obyek Wisata Alam : Alam Pegunungan, Hutan Raya, Air Terjun. Danau, Air

Panas Alama dan Gua.

• Obyek wisata Budaya : Rumah Tradisional Karo, Kesenian Budaya

Tradisional Karo, Upacara Ritual dan Pesta Tahunan.

• Obyek wisata peninggalan Sejarah : Museum Karo Lingga, Peninggalan

Meriam Putri Hijau, Peninggalan Bangunan Arsitektur Zaman Belanda


(15)

Kota Berastagi sebagai pusat Kepariwisataan Karo memiliki aksesibilitas sangat baik, wisatawan dapat mengunjunginya menggunakan bus ukuran besar. Kota Berastagi juga memiliki sarana akomodasi dan restoran yang sangat memadai dan fasilitas umum seperti station bus, sarana komunikasi, sarana kesehatan, perbankan, Money Changer. Berastagi juga terletak pada posisi strategis di jalan utama yang menghubungkan Kota Medan dengan Parapat (Simalungun) atau Taman Iman (Dairi), jadi kota ini juga merupakan pintu gerbang perjalanan wisata ke obyek wisata lainnya di Sumatera Utara. Di daerah ini kita dapat nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif yang memiliki ketinggian 2.172 meter dan Gunung Sinabung dengan tinggi 2.417 meter. Kabupaten Karo sering disebut sebagai "Taneh Karo Simalem".

Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Karo (ODTW) didominasi oleh ODTW Alam, Budaya dan Minat Khusus. Dilihat dari potensi kepariwisataan, daerah ini memiliki berbagai daya tarik wisata yang sangat memadai, meskipun obyek wisata yang ada sebagian belum dikelola dengan optimal. Obyek-obyek wisata tersebut tersebar di hampir seluruh penjuru wilayah Kabupaten Karo. Dari identifikasi yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, tinjauan beberapa kebijakan dan hasil pengamatan survey lapangan terdapat obyek wisata alam, obyek wisata budaya, peninggalan sejarah serta beberapa atraksi wisata yang menyebar di setiap wilayah kecamatan, Kabupaten Karo.


(16)

Kabupaten Karo yang dulunya dikenal dengan kota wisata yang ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara, kini mengalami kemerosotan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung semakin lama semakin berkurang. Secara statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Jumah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara Tahun 2010

Tahun Wisatawan Mancanegara

Wisatawan Nusantara

Jumlah

1996 244.318 862.690 1.107.008

1997 195.932 690.152 886.084

1998 67.818 424.000 491.818

1999 28.778 235.554 262.332

2000 36.417 317.525 353.442

Sumber : Dinas Kepariwisataan Kabupaten Karo, 2010.

Selain itu, salah satu kendala dalam pengembangan kepariwisataan pada saat ini adalah kurangnya daya tarik objek itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena keaslian atau kealamian objek wisata itu hampir hilang. Disamping itu kurangnya perhatian pemerintah dan ketidakpedulian masyarakat setempat sehingga banyak objek wisata di Kabupaten Karo tidak terawat dan hampir rusak total.

Tanah Karo sebagai bagian dari Propinsi Sumatera Utara memiliki beberapa objek wisata yang potensial. Salah satu di antaranya adalah Rumah Adat Tradisional Karo yang terletak di Desa Lingga yang cukup dikenal sebagai objek wisata budaya.


(17)

Desa Melas adalah sebuah desa kecil yang terletak di kecamatan Dolat Rakyat, lebih kurang 4 km dari kota Berastagi. Masyarakat desa Melas umumnya adalah petani yang bercocok tanam tanaman seperti buah-buahan dan sayuran. Masyarakat desa Melas juga masih memegang teguh serta menjalankan adat dan budaya Karo dalam setiap kegiatan kehidupannya sehari-hari, misalnya: upacara adat perkawinan, upacara 7 bulanan bayi dalam kandungan, upacara adat kematian, dan lain-lain. Umumnya kegiatan-kegiatan adat dan budaya tersebut sebagian besar masih dipakai dan dijalankan oleh masyarakat desa Melas. Semua potensi alam, budaya dan kehidupan masyarakat desa Melas merupakan modal utama yang cukup menarik untuk diberdayakan sebagai daya tarik wisata dalam meningkatkan kepariwisataan di Kabupaten Karo.

Desa Melas memiliki tinggalan dua buah bangunan rumah adat. Satu sudah roboh karena gempa akibat letusan gunung Sinabung dan satu lagi masih utuh namun tidak ditempati lagi sejak 30 tahun yang lalu. Rumah adat inilah yang akan direnovasi dengan tetap mempertahankan keasliannya sehingga dapat dihuni kembali. Jumlah penduduk yang hanya kurang lebih 30 kepala keluarga bisa jadi merupakan faktor pendukung dikembangkannya kepariwisataan di desa Melas. Di samping itu, antusias penduduk untuk merevitalisasi rumah adat yang ada di desa Melas sangat tinggi, terbukti dengan keikutsertaan masyarakat dalam memperbaiki rumah adat dengan cara bergotong royong. Karena belum mendapat simpati dari pemerintah, karang taruna desa Melas mulai memperbaiki rumah adat tahap pertama tanggal 14 Januari 2010 dengan membersihkan debu dan kotoran yang ada di dalam rumah adat tersebut


(18)

dengan dana dari hasil pengumpulan koin yang sudah diterima. Perbaikan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 4, 5 dan 6 Maret 2011 dengan mengganti atap atau ijuk yang ada di rumah adat tersebut.

Desa Melas dengan keberadaan rumah adatnya yang cukup potensial sebagai daya tarik wisata, melatarbelakangi penulis untuk mengangkat desa ini sebagai objek penelitian dengan judul : “Potensi Rumah Adat Tradisional Karo Desa Melas Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam kertas karya ini adalah:

1. Bagaimana potensi rumah adat tradisional karo desa Melas sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui potensi rumah adat tradisional karo desa Melas sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Karo.

2. Tujuan umum yaitu untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Ahli Madya di Pariwisata Program Diploma III Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. a. Manfaat teoritis penelitan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu kepariwisataan, khususnya pariwisata budaya, baik dari segi bentuk maupun strategi pengembangan.

b. Manfaat praktis penelitian diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan, bagi para pelaku pariwisata serta bagi masyarakat sebagai pemilik daerah objek wisata tersebut dalam pembangunan kepariwisataan di daerahnya.

Di atas semua itu, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat karena keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan kepariwisataan tidak hanya akan memberikan keuntungan secara ekonomis namun dapat meningkatkan kesadaran wisata dan kualitas hidup masyarakat. Perkembangan yang baik pasti akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat dan bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam memberdayakan potensi kepariwisataannya yang sesuai dengan keadaan daerahnya masing-masing.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk keabsahan kertas karya ini, penulis mempersiapkan data dan keterangan yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun tehnik yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data ini adalah:


(20)

1. Field Research , yaitu melaksanakan penelitian langsung ke lapangan dengan mengamati (foto) untuk mendapatkan informasi mengenai rumah adat tradisional karo.

2. Library Research, yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber tertulis yang relevan dengan objek penulisan baik berupa buku, majalah, surat kabar, brosur dan lain-lain yang berhubungan dengan rumah adat tradisional karo.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Beberapa Pengertian Tentang Kepariwisataan

Secara Etymologis, kata “pariwisata” berasal dari bahasa Sansekerta. Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar. Wisata berarti perjalanan. Atas dasar

itu, maka kata “pariwisata” diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain.(Yoeti, 1996: 112).

2.1.1 Wisatawan

Selanjutnya tentang batasan yang diterima oleh Badan PBB pasal 5 Resolusi Deqan Ekonomi dan Sosial PBB No. 870 tentang pengunjung (visitor) yang dibagi atas dua macam:

a. Wisatawan ialah pengunjung sementara yang tinggal paling sedikit selama 24 jam di Negara yang dikunjungi dalam bentuk;

Pesiar (leisure) ialah orang yang berkunjung untuk keperluan rekreasi, berlibur, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.


(22)

b. Pelancong/ Exursionist yaitu pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi.

Batasan yang dikemukakan di atas telah diterima oleh PBB atas ususl IOTO (International Union of Official Travel Organisation) di Roma tahun 1963, dan kemudian tahun 1968 mengalami perubahan yang diterima oleh The United Nations Commision dan berlaku bagi wisatawan Internasional.

2.1.2 Pariwisata

Batasan pariwisata secara umum berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang pariwisata adalah:

• Wisata ialah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan perjalanan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

• Wisatawan ialah orang yang melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat objek wisata.

• Pariwisata ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan wiata, termasuk pengelola atau penyelenggara objek serta daya tarik wisata sehingga dengan usaha itu orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya.

• Kepariwisataan ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.


(23)

• Usaha wisata ialah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, dengan menyediakan, mengusahakan objek dan daya tarik, mengusahakan sarana dan prasarana yang terkait dengan pariwisata.

• Objek dan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. • Kawasan pariwisata ialah kawasan tertentu yang dibangun atau disediakan

untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Beberapa pengertian kepariwisataan menurut para ahli (dalam Yoeti, 1982: 115-118) antara lain:

1. E. Gunyer Freuler

“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan phenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan atas kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertamabhanya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industry perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.”

2. Prof. Hans. Buchli

“kepariwisataan adalah setiap perlaihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut. Dalam batasan ini prof. Hans. Buchli menekankan bahwa setiap perjalanan untuk pariwisata adalah merupakan peralihan tempat untuk sementara waktu dan mereka yang mengadakan perjalanan tersebut memperoleh pelayanan dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industry pariwisata.”


(24)

3. Prof. Kurt Morgenroth

“Kepariwisataan, dalam arti sempit, adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu untuk berpesiar ditempat lain, semata-mata sebagai konseumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya.”

4. Dr R Gluckmann

“Dengan kepariwisataan kita artikan keseluruhan hubungan antara manusia yang hanya berada sementara waktu dalam suatu tempat kediaman dan berhubungan dengan manusia-manusia yang tinggal ditempat itu.”

5. Ketetapan MPRS No. I-II Tahun 1960

“Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakikatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam member liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (Pariwisata dalam negeri) atau Negara-negara lain (Pariwisata luar negeri).”

2.1.3 Sarana dan Prasarana (Karyono, 1997: 74-77)

1. Sarana

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak bergantung pada kedatangan wisatawan.

Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Sarana pokok kepariwisatan adalah perusahaan yang kehidupannya bergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan seperti: Travel Agent dan Tour Operator, Perusahaan-perusahaan Angkutan Wisata, Hotel dan jenis


(25)

akomodasi lainnya, Bar dan restoran serta rumah makan lainnya, objek wisata dan atraksi wisata.

b. Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata seperti: sarana olahraga dan sarana pelengkap lainnya.

c. Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan tinggal lebih lama namun agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya seperti: Night Club dan Casinos.

2. Prasarana

Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas yang memungkikan proses perekonomian berjalan dengan lancar sehingga memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya (Yoeti, 1985).

Salah Wahab, Ph.D. (dalam Yoeti, 1985) dalam bukunya Tourism Management membagi prasarana menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Prasarana umum meliputi: system penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur-jalur lalu lintas, sistem pembangunan limbah dan system telekomunikasi.


(26)

b. Kebutuhan Pokok Pola Hidup Modern misalnya: rumah sakit, apotek, bank, pusat-pusat perbelanjaan, salon, kantor-kantor pemerintahan dan pompa-pompa bensin.

c. Prasarana yang diperuntukkan bagi wisatawan adalah:

- Tempat Penginapan Wisatawan

Hotel, motel, pension, rumah susun, kamar keluarga yang disewakan, bangunan wisata social (desa wisata, tempat perkemahan, pondok remaja dan sebagainya).

- Tempat Informasi Wisatawan

Agen perjalanan dan biro perjalanan umum, penyewaan kendaraan dan tour operator lokal.

- Kantor Informasi dan Promosi

Kantor penerangan wisata di pintu-pintu masuk suatu Negara, kota atau daerah tertentu. Di Indonesia dikenal dengan Tourist Information Service (TIC)

- Tempat-tempat Rekreasi dan Sport

- Sarana Transportasi Penunjang seperti kapal udara, laut, sungai, kereta api dan alat transportasi drat lainnya.


(27)

2.2 Jenis-Jenis Wisata

2.2.1 Jenis-jenis Wisata Menurut Maksud dari Perjalanan yang Dilakukan

Jenis-jenis wisata menurut maksud dari perjalanan yang dilakukan, (Yoeti, 1996: 126-127) dapat dibagi sebagai berikut:

a. Recreational Tourism atau Leisure Tourism

Yaitu sejenis pariwisata yang maksud perjalanannya untuk mengembalikan kekuatan fisik maupun mental setelah melakukan pekerjaan/ tugas sehari-hari.

b. Cultural Tourism

Yaitu sejenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya adalah dalam rangka memperkaya informasi dan menambah pengetahuan tentang negara-negara lain, di samping ingin mendapat kepuasan, entertainment dan hasil kebudayaan suatu bangsa, seperti tari-tarian tradisional serta tata cara hidup (the way of life) dari masyarakat setempat.


(28)

Yaitu sejenis pariwisata yang tujuan perjalannya adalah dalam rangka pengobatan atau memulihkan kesehatan di suatu Negara atau tempat, seperti mengunjungi: hot spring, mud-bath, treatment by mineral water, treatment by hot san dan sebagainya.

d. Sport Tourism

Yaitu jenis pariwisata yang bertujuan memenuhi kepuasan untuk melakukan kegiatan olah raga yang disenangi, seperti: fishing, hunting, deep-sea, diving, skiing, boating, dan olah raga lainnya.

e. Conference Tourism

Di Indonesia dikenal dengan istilah Pariwisata Konvensi. Yang dimaksudkan dengan jenis pariwisata ini ialah perjalanan yang dilakukan untuk suatu pertemuan, konperensi, convention, di mana para pesertanya juga memerlukan fasilitas kepariwisataan seperti transportasi, akomodasi, pre and post conference tour serta pembelian souvenir sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.

2.2.2 Daya Tarik Wisata (Ismayanti, 2010: 147-155)

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang


(29)

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata itu harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinambungannya terjamin. Adapun daya tarik wisata adalah sebagai berikut;

a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keindahan alam, serta flora dan fauna.

b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya dan tempat hiburan. Daya tarik buatan manusia bisa juga merupakan perpaduan buatan manusia dan keadaan alami, seperti wisata agro, wisata buru.

2.2.3 Daya Tarik Wisata Budaya

Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara dan pengalaman yang memotret suatu bangsa atau suku bangsa dengan masyarakat, yang merefleksikan keanekaragaman (diversity) dan identitas (karakter) dari masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Pariwisata budaya memanfaatkan budaya sebagai potensi wisata dan budaya yang dapat dibedakan menjadi 3 wujud yaitu:

a. Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan berupa kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba


(30)

atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak pada kepala-kepala atau di alam pemikian warga masyarakat. Jika masyarakat itu menyatakan gagasan dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktifitas (tindakan)

Aktifitas berupa wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, dan bergaul dengan manusia-manusia lain menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamati serta didokumentasikan seperti upacara Ngaben di Bali.

c. Artefak (karya)

Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh wujud kebudayaan ideal mengatur dan member arah kepada tindakan (aktifitas) dan karya


(31)

(artefak) manusia dan keseluruhannya membentuk sebuah potensi wisata yang menarik.

2.3 Pengertian Kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990)

Kata “Kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang artinya budi atau akal. Adapun istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin “Colere” yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti kata tersebut, kemudian culture diartkan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam.

Koentjaraningrat memberikan defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut:

“Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia itu sendiri dengan cara belajar.”

Adapun unsur-unsur kebudayaan adalah:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia seperti, pakaian, perumahan, alat rumah, senjata, alat transportasi dan lain-lain.


(32)

2. Mata pencaharian dan sistem ekonomi, pertanian, peternakan, sistem produksi dan sebagainya.

3. Sistem kemasyarakatan, sistem kekerabatan, organisasi, politik, sistem hukum, perwarisan dan lain-lain.

4. Bahasa, baik lisan maupun tulisan.

5. Kesenian (seni rupa, tari, musik, gerak, seni suara dan lain-lain).

6. Sistem pengetahuan.

7. Religi (sistem kepercayaan).

Kebudayaan merupakan petunjuk hidup suatu masyarakat, atau merupakan garis pokok perilaku manusia dalam masyarakat. Dalam setiap kebudayaan mempunyai unsur kebudayaan yang apabila unsur tersebut diintegrasikan akan menjadi satu kesatuan yang bulat dan menyeluruh.

Hubungan kebudayaan dan pariwisata dinyatakan dalam bentuk penggunaan kekayaan kebuadayaan sebagai suatu daya tarik wisata, seperti pertunjukan, pameran, festifal, pesta dan lain sebagainya. Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata tidak hanya ditinjau dari segi hubungan antara wisatawan dengan benda-benda hasil dari kebudayaan melainkan juga dari sudut kegunaan pariwisata dalam hubungan dengan kebudayaan yang sedang hidup dan berkembang dalam masyarakat.


(33)

2.4 Rumah Adat Tradisional Karo

Suku Karo mempunyai bangunan tradisional sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia. Sebuah kesain (kepenghuluan) biasanya memiliki bangunan tradisional yang terdiri dari beberapa buah rumah adat, jambur, geriten dan lesung. Rumah adat tradisional karo adalah suatu rumah yang didiami oleh beberapa keluarga yang telah diatur menurut adat dan kebiasaan suku karo. Kerangka bangunan rumah adat dipasang sedemikian rupa tanpa menggunakan paku tetapi menggunakan kayu yang diikat dengan rotan atau ijuk. Penghuni rumah adat karo ini pada umumnya terdiri dari delapan keluarga, namun ada juga yang sepuluh, dua belas, dan bahkan ada yang mencapai enam belas keluarga. Susunan keluarga di dalam rumah adat mempunyai tempat dan hak yang tertentu menurut adat tertentu pula. Satu bagian dari rumah yang ditempati dalam bahasa karo disebut jabu. Rumah adat tradisioanl karo biasanya disebut rumah siwaluh jabu, karena pada umumnya rumah adat tersebut didiami oleh delapan keluarga. (Sitanggang, 1994: 24-25). Rumah adat tradisional karo juga memiliki bentuk, susunan jabu serta oranamen-ornamen unik yang membuat rumah adat tersebut mempunyai ciri khas tersendiri.

Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara dan pengalaman yang memotret suatu bangsa atau suku bangsa dengan masyarakat, yang merefleksikan keanekaragaman (diversity) dan identitas (karakter) dari masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Rumah adat tradisional karo adalah salah satu wujud artefak (karya) dari pariwisata


(34)

budaya yang berbentuk fisik berupa benda yang dapat dilihat, diraba dan didokumentasikan karena merupakan hasil karya manusia.


(35)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Kabupaten Karo

3.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusalam).

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.


(36)

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah pertanian penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang. Potensi industri yang ada adalah aneka industri kecil dan rumahan yang mendukung pertanian dan kepariwisataan. Potensi sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten Karo cukup potensial namun masih memerlukan survei lapangan. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C pada waktu malam hari dan 21oC – 22oC pada siang hari, dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Kabupaten Karo sama seperti daerah lainnya di Indonesia, memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

3.1.2 Sistem Pemerintahan

Pemerintahan Kabupaten Karo dipimpin oleh seorang Bupati. Bupati saat ini adalah DR. Kena Ukur Karo Jambi Surbakti. Menurut situs resmi Pemda Kab. Karo terdapat 14 bupati yang memimpin daerah ini sejak zaman kemerdekaan yaitu :

1.

2.

3.


(37)

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.DR. Kena Ukur Karo Jambi Surbakti; 2011-2016

Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo terbagi dalam 17 Kecamatan dan 258 Desa/Kelurahan.

3.1.3 Kependudukan , Agama dan Sistem Mata Pencaharian

Hasil sensus pertengahan tahun 2009, jumlah penduduk Tanah Karo diperkirakan sebesar 370.619 jiwa yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan 174,22 jiwa/ Km². Laju pertumbuhan penduduk Karo Tahun 2000 – 2009 (keadaan tengah tahun) adalah sebesar 3,01 % per tahun. Mayoritas penduduk Kabupaten Karo memeluk agama Kristen Protestan yakni sekitar 47,93 %. Berikut ini data tentang pemeluk agama di Kabupaten Karo :


(38)

2. Agama Kristen Katolik 28,08 %

3. Agama Islam 24,12 %

4. Agama Hindu dan Budha 2,48 % 5. Agama lain-lain 2,39 %

Mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Mata Pencaharian penduduk Kabupaten Karo dijelaskan dalam keterangan berikut :

Tabel 3.1 Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Karo

No Mata Pencaharian Persentase

1. Pertanian 79,93 %

2. Pedagang 11,49 %

3. Pegawai negeri 9,17 %

4. Transportasi 1,13 %

5. Konstruksi 1,12 %

6. Industri 0,64 %

7. Pertambangan 0,32 %

8. Keuangan 0,09 %

9. Perusahaan Listrik,Gas,Air mineral 0,87 %

10. Lain –lain 0,37 %

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. 2010

3.1.4. Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Karo

Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Kabupaten Karo didominasi oleh ODTW Alam, Budaya dan Minat Khusus. Dilihat dari potensi kepariwisataan, daerah ini memiliki berbagai objek wisata menarik meskipun objek wisata yang ada sebagian


(39)

belum dikelola dengan optimal. Objek-objek wisata tersebut tersebar di hampir seluruh penjuru wilayah Kabupaten Karo. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo melakukan identifikasi mengenai tinjauan beberapa kebijakan dan hasil pengamatan survey lapangan terdapat objek wisata alam, objek wisata budaya, peninggalan sejarah serta beberapa atraksi wisata yang menyebar di setiap wilayah kecamatan. Secara rinci sebaran obyek wisata di Kabupaten Karo dapat dilihat dalam berikut:

Tabel 3.2 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo No. Jenis Dan Nama

Obyek Wisata

Lokasi Obyek Wisata

Desa Kecamatan

A. Wisata Alam

1. Air Terjun Sikulikap Doulu Berastagi

2. Panaroma Doulu Doulu Berastagi

3. Lau Debuk-Debuk . Semangat Gunung Merdeka

4. Taman Mejuah-juah Berastagi

Gundaling-II Berastagi

5. Bukit Gundaling Gundaling I Berastagi

6. Deleng Kutu Gurusinga Berastagi

7. Tahura Dolat Rakyat Dolat Rakyat

8. Air Panas Alam Semangat Gunung

Semangat Gunung Merdeka

9. Gunung Sibayak Jarang Uda Merdeka


(40)

11. Gunung Sinabung Sigarang-garang Naman Taran

12. Uruk Tuhan Bekerah Naman Teran

13. Gua Liang Dahar Lau Buluh Kuta Bulah

14. Air Terjun belingking Mburidi (DAS Lau Biang)

Kuta Buluh

15. Air Terjun Sipiso-piso Pengambatan Merek

16. Gunung Sipiso-piso Situnggaling Merek

17. Tongging-Sikodon-kodon

Tongging Merek

18. Taman Simalem Tongging Merek

19. Gua Ling-ling Gara Kuta Pengkih Mardingding

20. Padang Pengembala Nodi

Mbal-mbal Petarum Lau baling

21. Gunung Barus Basam Barus jahe

22. Gua Roci Basam Barusjahe

B. Agrowisata

Menyebar di Setiap Kecamatan Agrowisata Tanaman

Pangan

danPerkebunan (Hamparan Padi, Kopi dll)

Agrowisata Buah-Buahan

(Hamparan Kebun Jeruk, Marquisa dll) Agrowisata Sayur-Sayuran

(Hamparan tanaman Kol, Wortel dll)


(41)

Agro Wisata Tanaman Bunga-Bungaan

C. Wisata Kuliner / Belanja

Pasar Tradisional Berastagi

Kota Berastagi

Pasar Buah Berastagi Kota Berastagi

Pasar Bunga Berastagi Kota Berastagi dan di sepanjang jalur jalan menuju Berastagi dan Kabanjahe.

Pasar Buah Dokan Dokan Merek

D. Wisata Budaya

Desa Budaya Peceren Peceren /Sempa Jaya Berastagi

Desa Budaya Lingga Lingga Simpang Empat

Desa Budaya Dokan Dokan Merek

Pakaian Adat ( Uis Karo )

Di Kabupaten Karo

Benda Budaya dan Situs

Di Kabupaten Karo

E. Peninggalan Sejarah Puntungan Meriam Putri Hijau

Sukanalu Tiga Panah

Legenda (Cerita Rakyat)

Menyebar di seluruh Kecamatan

F. Wisata Minat Khusus

Arung Jeram / Rafting Aliran DAS Lau Biang (Mulai dari Desa Limang -


(42)

Gantole dan Paralayang

Togging

Lintas Alam / Tracking ฀฀Route Perjalanan Berastagi & Bandar Ba

melalui Gunung Barus, dimulai dari Desa Basam (6 Km dari Berastagi).

฀฀Route Perjalanan Berastagi-Bukit Lawang.

฀฀Route perjalanan Berastagi ke Semang

Gunung (Pemandian Air Panas) dimulai dari Desa Lau Gumba.

Hiking Gunung sibayak dan sinabung

G. Atraksi Wisata

Menyebar di seluruh kecamatan Hari Kemerdekaan

Tari Ndurung Ndikar Dance Tari Baka Tari Tongkat Erpangir Ku Lau Upacara Perumah Begu Erdemu Bayu

Ngampaken Tulan-Tulan

Pesta Tahunan

Sumber : Hasil Identifikasi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, 2010.

Sarana dan prasarana yang memadai juga menjadi salah satu penunjang pariwisata Kabupaten Karo. Penyediaan air bersih yang berasal dari PAM, listrik dari PLN untuk kepentingan industri dan masyarakat, jaringan jalan raya yang teratur, dan


(43)

jaringan telekomunikasi yang memadai adalah prasarana yang ada di Kabupaten Karo untuk menunjang pertumbuhan industri pariwisata. Adapun sarana-sarana pendukung industri pariwisata berupa hotel berbintang, restoran, travel agent, money chager, dan pusat kesehatan.

Berikut adalah beberapa daftar nama hotel berbintang, restoran, travel agent, money chager dan pusat kesehatan yang ada di Kabupaten Karo (Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Karo, 2010):

Tabel 3.3 Daftar Hotel Berbintang Di Kabupaten Karo No. Nama

Hotel

Kelas Jumlah Kamar

Alamat Telepon

1. Mikie Holiday

Resort ***** 129

Jl. Jamin Ginting Desa Sempajaya Berastagi

0628-91650 0628-91651 2. Grand

Mutiara

***** 123

Jl. Peceren No.168 Berastagi

0628-91311 0628-91322 3. Sinabung

Resort

Hotel **** 104

Jl. Kolam Renang Berastagi

0628-91400 0628-91401 4. Hotel

Int’n

Sibayak **** 103

Jl. Merdeka No.1 Berastagi

0628-91403 0628-91301 5. Berastagi

Cottage

** 74

Jl. Gundaling Desa Gongsol Berastagi

0628-91302 0628-91303 6. Hotel

Rudang

** 70

Jl. Sempurna No.16 Berastagi

0628-91345 0628-91456 7. Hotel

Danau


(44)

Toba Int * 34 0628-91373

8. Hotel City Inn

* 6

Jl. Jamin Ginting Desa Sempajaya Berastagi

0628-91346 0628-91347

Tabel 3.4 Daftar Restoran Di Kabupaten Karo

No. Restoran Alamat Makanan Spesifik

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Asia Restaurant Budiaman Budi Jaya Bundo Kanduang Siang Malam Andalas Muslimin Sehat Garuda Terang Raymond

Jl. Veteran No. 20 Jl. Veteran No. 62 Jl. Veteran No. 51 Jl. Veteran No. 21 Jl. Trimurti I No. 91 Jl. Mesjid No. 157 Jl. Veteran No. 387 Jl. Veteran No. 315 Jl. Veteran No. 10 Jl. Veteran No.369 Jl. Veteran No. 49

Chinese, European Indonesian

Indonesian Indonesian

Chinese, European, Indonesian Indonesian Indonesian Chinese European, Indonesian Chinese European

Tabel 3.5 Daftar Penukaran Mata Uang Di Kabupaten Karo No. Money Changers Alamat Telepon


(45)

1. 2. 3.

Pt Pesiar Indah Travel Duta Wisata Travel Pt Trans Travel

Jl. Veteran No. 14 Berastagi Jl. Veteran No. 93 Berastagi Jl. Veteran No. 119 Berastagi

0628-91514 0628-92767 0628-91122

Tabel 3.6 Daftar Biro Perjalanan / Agen Perjalanan Di Kabupaten Karo No. Biro Perjalanan/Agen

Perjalanan

Alamat Telepon

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Pt Trans Travel

Pt Sutra Travel

Pt Berastagi Duta Wisata Pt Sempakata Travel Pt Natrabu National TravelBureau Pt Bynanga Wista Tour & Travel

Kartika Tour & Travel

Pt Pesiar Indah Travel Duta Wisata Travel Pt Trans Travel

Jl. Bambu Runcing No. 25 Kabanjahe

Jl. Veteran No. 2 Kabanjahe Jl. Veteran No. 2 Kabanjahe Jl. Veteran No. 14 Kabanjahe Jl.Kapt.Bangsi Sembiring No. 17Kabanjahe

Jl. Mariam Ginting No. 64 (Simpang Enam) Kabanjahe Jl.Kapt.Bangsi Sembiring No. 18 Kabanjahe

Jl. Veteran No. 14 Berastagi Jl. Veteran No. 93 Berastagi Jl. Veteran No. 119 Berastagi

0628-323674 0628-20511 0628-324048 0628-324019 0628-323556 0628-20997 0628-324083 0628-91514 0628-92767 0628-91122 0628-911095


(46)

No. Pusat Kesehatan / Rumah Sakit

Alamat Telepon

1. 2. 3.

4.

Puskesmas Berastagi Rumah Sakit Umum Flora Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Rumah Sakit Umum Esther (Esther Hospital)

Jl. Veteran No. 36 Berastagi Jl. Djamin Ginting Kabanjahe Jl. Selamat No. 8 Kabanjahe

Jl. Veteran No. 21 Kabanjahe

0628-91028 0628-20625 0628-20550 \

0628-20714

Tabel 3.8 Daftar Jumlah Sekolah Di Kabupaten Karo

No. Sekolah Jumlah

1. Sekolah Dasar 253

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 427 3. Sekolah Menengah Pertama Swasta 149 4. Sekolah Menengah Umum Negeri 14 5. Sekolah Menengah Umum Swasta 13 6. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 7. Sekolah Menengah Kejuruan Swasta 4


(47)

3.2.1 Letak Geografis

Desa Melas merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo. Luas wilayah Desa Melas adalah 120 ha dan berada pada ketinggian 2500 mdpl. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dolat Rakyat dan Desa Ujung Sampun • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aji Julu

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Dolat Rakyat dan Desa Ujung Sampun

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sempa Jaya.

Letaknya yang strategis berada tidak jauh dari kota Berastagi. Suhu udara rata-rata di Desa Melas berkisar antara 18,4°C - 19,3°C, dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen dan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

3.2.2 Sistem Pemerintahan, Sistem Kemasyarakatan dan Sistem Kekerabatan

Pemerintahan Desa Melas dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Kepala Desa saat ini adalah Dirman Kemit. Masyarakat Desa Melas memiliki sistem kemasyarakatan dan sistem kekerabatan sama seperti masyarakat Karo pada umumnya. Sistem kemasyarakatan berupa merga silima, tutur siwaluh dan mencakup sistem kekerabatan yaitu rakut sitelu seperti yang telah diuraikan sebelumnya.


(48)

3.2.3 Sistem Mata Pencaharian, Agama dan Kependudukan.

Desa Melas memiliki iklim yang sejuk dan tanah yang subur untuk bercocok tanam sehingga 90% dari penduduk bekerja sebagai petani dan 10% lagi bekerja sebagai pegawai dan pedagang. Tanaman yang ditanam biasanya adalah tanaman muda seperti sayuran, namun ada juga petani yang menanam tanaman tua seperti jeruk. Dari hasil pertanian tersebut yang mempunyai daya jual yang paling tinggi adalah sayuran. Di samping bertani, masyarakat juga memelihara ternak berupa lembu, kerbau dan unggas. Penduduk Desa Melas terdiri dari 103 kepala keluarga dengan jumlah laki-laki 244 jiwa dan perempuan 222 jiwa. Mayoritas masyarakatnya 80% beragama protestan dan 20% beragama Islam dan Katolik. Desa Melas memiliki satu buah Poliklinik Desa dengan satu orang bidan dan satu buah gereja yaitu GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Masyarakat yang beragama Islam atau Katolik melaksanakan ibadah di rumah ibadah yang ada di kecamatan yang jaraknya tidak jauh dari desa tersebut.


(49)

POTENSI RUMAH ADAT TRADISONAL KARO DESA MELAS SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN KARO

4.1 Bagian-bagian Rumah Adat dan Fungsi Rumah Adat

4.1.1 Bagian-bagian Rumah Adat

a. Tiang (binangun) berbentuk bulat dan terbuat dari kayu besar yang digunakan sebagai penopang rumah untuk dapat berdiri tegak dan kokoh. Dapat juga dikatakan bahwa tiang tersebut gunanya untuk memungkinkan adanya jarak antara tanah dengan lantai rumah.

b. Tangga terbuat dari kayu atau bambu. Fungsinya sebagai jalan untuk naik dan turun dari dan ke rumah adat. Biasanya anak tangga berjumlah lima, menggambakan lima marga yang ada pada masyarakat Karo. Dalam satu rumah adat terdapat dua tangga yang terletak di masing-masing pintu masuk dan keluar rumah adat tersebut.

c. Ture terbuat dari bambu yang disusun. Fungsinya sebagai teras rumah adat. Ture merupakan tempat pertemuan kaum muda mudi pada waktu malam hari

dan bisa juga sebagai tempat menganyam bagi kaum wanita. Jadi, apabila ingin masuk ke dalam rumah adat, harus menaiki tangga dan melewati ture tersebut.


(50)

d. Lantai rumah yaitu sebagai tempat mengadakan aktifitas atau tempat kegiatan dari anggota keluarga. Lantai ini dibuat dari kayu ataupun papan.

e. Dapur yaitu sebagai tempat memasak dan merupakan pemisah antara jabu yang satu dengan jabu yang lain. Dapur terletak di dalam rumah sehingga dalam satu rumah adat terdapat empat dapur. Satu dapur memiliki 5 tungku yang terbuat dari batu. Tungku digunakan untuk menopang alat masak karena jaman dahulu untuk memasak masih mempergunakan kayu. Jika dilihat dari atas, susunan tungku seperti segitiga yang berhadapan.

f. Tiang penyokong terbuat dari kayu. Merupakan tiang besar yang letaknya di tengah-tengah terus sampai ke bubungan rumah. Sesuai dengan namanya, tiang ini berfungsi untuk menyokong serta memperkokoh berdirinya rumah.

g. Para terbuat dari kayu yang disusun. Letaknya tepat di atas dapur, digunakan untuk tempat menyimpan alat-alat dapur dan kayu api.

h. Dinding disebut juga derpih. Dinding rumah adat adalah papan yang dipotong, disusun berdiri dan pemasangannya agak miring. Menggambarkan kerendahan hati dari orang yang mendiami rumah tersebut. Tumpuan derpih sebelah bawah disebut melmelen. Dinding ini berguna untuk melindungi penghuni rumah adat dari angin, hujan dan binatang.

i. Atap terbuat dari ijuk dengan tebal kira-kira tiga inci. Berfungsi melindungi penghuni rumah dari panas, hujan dan juga melindungi bahan bangunan


(51)

supaya tidak cepat rusak. Bahan untuk dijadikan atap ialah ijuk yang agak lebar dan besar, sedangkan bagian ijuk yang kecil dan halus dijadikan kelempu (atap bagian bawah).

j. Tali Retret (Pengeretret) terbuat dari ijuk dan berfungsi sebagai pengikat dinding yang terbuat dari bahan papan karena rumah adat sama sekali tidak

menggunakan paku. Pengeretret ini disusun hingga bermotif cecak, sering juga disebut beraspati yang menurut kepercayaan suku karo dulu merupakan lambang dari dewa kemakmuran.

k. Ayo-ayo terbuat dari bambu yang dianyam. Berbentuk segitiga dan terletak di

depan atas searah dengan pintu rumah adat. Pemasangannya miring sama seperti memasang dinding yang nggambarkan kerendahan hati penghuni rumah. Dikarenakan rumah adat karo memiliki dua pintu maka setiap rumah adat memiliki dua ayo-ayo.

l. Tanduk kerbau terbuat dari ijuk yang dibentuk seperti tanduk kerbau. Terletak di masing-masing ujung ayo-ayo rumah adat dengan posisi tunduk dan saling membelakangi. Tanduk kerbau pada ujung bubungan atap rumah menandakan rasa hormat masyarakat karo terhadap orang yang datang dari luar serta keuletan dalam berjuang. (Sitepu, 1995; Tarigan, 1988; Sitanggang, 1994; Prinst, 1985)


(52)

Fungsi dari rumah adat tidak berbeda dengan fungsi rumah sekarang ini, yaitu suatu bangunan yang dijadikan tempat berlindung, maka fungsi rumah adat adalah tempat untuk berlindung dari panas, hujan, bahaya dari luar/ binatang buas dan sebagai salah satu sarana untuk bersosialisasi dengan saudara, sebagai tempat untuk beristirahat melepas lelah setelah seharian bekerja di luar rumah.

4.2 Jabu dalam Rumah Adat

Rumah adat biasanya dihuni oleh empat atau delapan keluarga. Dalam masyarakat karo disebut jabu. Jadi, dalam satu rumah adat yang dihuni oleh delapan keluarga memiliki delapan jabu. Penempatan keluarga dalam rumah adat (jabu) dilakukan berdasarkan ketentuan adat istiadat karo. Berikut akan disinggung sedikit mengenai sistem kemasyarakatan dan sistem kekerabatan masyarakat Karo yang biasanya mendiami rumah adat. Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu (Daliken Sitelu). Masyarakat Karo menganut sistem disebut merga diperuntukkan bagi beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Etnis Karo terdiri

dari 5 kelompok marga yang disebut merga silima. Kelima marga tersebut adalah:

1. Karo-karo 2. Tarigan


(53)

3. Ginting 4. Sembiring 5. Perangin-angin

Kelima marga ini masih mempunyai cabang masing-masing. Merga diperoleh secara otomatis dari ayah dalam arti, masyarakat Karo menganut sistem garis keturunan patrilineal. Dengan demikian, setiap orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara. Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka

disebut ersenina. Hal ini juga berlaku bagi perempuan. Perempuan dengan beru yang sama juga disebut ersenina. Sementara hubungan seorang laki-laki dengan perempuan yang bermarga sama, disebut erturang, sehingga perkawinan antara pihak yang bermarga sama tidak diijinkan.

Sistem kekerabatan masyarakat Karo disebut Daliken Sitelu atau Rakut Sitelu. Secara etymologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batu tungku, Si = yang, Telu = tiga). Unsur Daliken Sitelu ini adalah

Kalimbubu (Hula-hula (Toba), Mora (Mandailing))

Sembuyak/Senina (Dongan sabutuha (Toba), Kahanggi (Mandailing))

Anak Beru (Boru (Toba, Mandailing))

Tungku adalah tempat memasak bagi keluarga yang tinggal dalam rumah adat maupun yang tidak tinggal dalam rumah adat karena jaman dahulu belum ada kompor


(54)

sehingga untuk memasak masih mempergunakan kayu. Tungku terbuat dari batu. Jumlah tungku yang digunakan ada tiga dan disusun seperti bentuk segitiga. Sehingga apabila alat untuk memasak diletakkan di atasnya, ketiga tungku ini akan menopangnya dengan kokoh. Batu tersebut melambangkan kekokohan dan kebersamaan. Ketiga batu dari tungku tersebut melambangkan sistem kekerabatan masyarakat karo yang terikat dalam sistem kekerabatan daliken sitelu. Dengan demikian tungku adalah lambang kekokohan dan kebersamaan sistem kekerabatan masyarakat karo. Setiap anggota masyarakat Karo pada waktunya akan berada di salah satu posisi tersebut, baik sebagai kalimbubu, senina/sembuyak atau anak beru dalam lingkungan kekerabatannya.

Tutur siwaluh adalah konsep lain dari sistem kekerabatan masyarakat Karo, yang

berhubungan dengan tuturan sebagai berikut:

1. puang kalimbubu 2. kalimbubu

3. senina 4. sembuyak

5. senina sipemeren

6. senina sepengalon/sedalanen 7. anak beru


(55)

Berikut adalah susunan jabu yang menempati rumah adat tradisional masyarakat karo:

a. Jabu Bena Kayu

Dinamai juga jabu raja atau jabu rambu-rambu. Pada umumnya jabu ini didiami oleh pihak merga taneh (merga orang yang mendirikan kampung itu). Dialah yang menjadi kepala atau penghulu di dalam rumah tersebut, berhak memberi keputusan pada setiap masalah yang ada di dalam rumah adat itu seperti dalam perselisihan, pelaksanaan adat atau segala sesuatu yang menyangkut kepentingan anggota rumah dan juga sebagai penanggung jawab di dalam dan di luar rumah.

b. Jabu Ujung Kayu

Jabu ini bertindak untuk mewakili jabu bena kayu untuk menyampaikan

perintah terhadap anggota di rumah itu atau disebut sebagai tangan kanan dari jabu bena kayu. Jabu ini didiami oleh anak beru dari bena kayu dan

bertanggung jawab mencari pemecahan masalah yang timbul pada setiap anggota keluarga.

c. Jabu Sedapuren Bena Kayu (yang satu dapur dengan bena kayu)

Jabu ini dinamai jabu peningge-ninggel. Peninggel-ninggel artinya pencari informasi atau berita. Jabu ini didiami oleh senina atau anak beru menteri


(56)

dari jabu bena kayu. Bisa juga anak beru ujung kayu. Jabu ini berfungsi untuk mencari informasi atau berita baik di dalam maupun di luar jabu mengenai adat. Kepala keluarga dari jabu sedapur bena kayu berhak menggantikan peranan dari jabu bena kayu apabila penghuni dari jabu bena kayu berhalangan atau meninggal.

d. Jabu Sedapuren Ujung Kayu (yang satu dapur dengan jabu ujung kayu)

Jabu ini ditempati oleh sembuyak dari jabu ujung kayu. Sering disebut sebagai

jabu arinteneng. Arinteneng adalah semacam kain yang bagus buatannya dan

biasanaya dipakai orang untuk raleng tendi dan jadi perhiasan pada binangun (tiang) dari rumah baru yang dimasuki. Tujuannya untuk menyelamatkan anggota keluarga dalam rumah dari gangguan roh. Tugas jabu ini adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo kinapur (persentabin) kepada tamu jabu bena kayu.

e. Jabu Lepar Bena Kayu (berseberangan dengan jabu bena kayu)

Jabu ini disebut juga jabu sungkun berita. Penghuni jabu ini adalah sembuyak


(57)

terjadi di luar rumah dan menyampaikannya kepada jabu bena kayu. Jabu ini bersama dengan jabu bena kayu merumuskan penyelesaian masalah apabila terjadi pada salah satu jabu atau keluarga.

f. Jabu Lepar Ujung Kayu (berseberangan dengan jabu ujung kayu)

Jabu ini disebut jabu simangan minem dan didiami oleh kalimbubu dari jabu

bena kayu. Fungsi jabu ini mengambil keputusan apabila ada persidangan

dalam rumah. Penghuni rumah ini sangat dihormati sehubungan dengan kedudukannya sebagai kalimbubu. Dalam pesta adat, jabu ini akan mendapat tempat duduk yang terhormat.

g. Jabu Sedapur Lepar Bena Kayu

Jabu ini didiami oleh sipemeren atau siparibanen jabu bena kayu. Sering juga

disebut jabu singkapur belo yang kewajibannya adalah jika raja kedatangan tamu maka istri (ibu) dari jabu ini akan datang untuk mengatur belo dan memberikannya kepada tamu tersebut.

h. Jabu Sedapur Lepar Ujung Kayu

Jabu ini disebut jabu bicara guru atau dukun. Kewajibannya adalah


(58)

mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan serta bertindak sebagai penolak bala di dalam rumah tersebut. (Sitepu, 1995; Tarigan, 1988; Sitanggang, 1994; Prinst, 1985)

Susunan Jabu pada rumah adat karo dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1 Susunan Jabu pada Rumah Adat Tradisional Karo

a c h f

e g d b


(59)

( Sumber :

4.3. Bentuk dan Fungsi Ornamen pada Rumah Adat Karo

Rumah adat memiliki beberapa ornamen atau ragam hias. Adapun nama, jenis, fungsi dan makna dari beberapa ornamen yang ada pada rumah adat adalah:

a. Tapak Raja Sulaiman

Bentuk: Ornamen ini mengambil nama dari seorang raja yang dikenal sangat sakti dan berilmu tinggi. Konon ornamen digunakan sebagai petunjuk jalan supaya tidak tersesat di perjalanan. Ornamen ini terdapat pada dinding melmelen di pangkal dan ujungnya.

Fungsi: Ornamen ini mempunyai fungsi mistik sebagai penahan roh-roh jahat, penolak bala, penolak gatal-gatal dan keracunan.


(60)

Bentuk: Bentuknya seperti bintang delapan sebagai gambaran arah mata angin. Hiasan ini terletak di bagian tengah melmelen sesudah Bindu Natogog. Ornamen ini mengandung arti perlambangan mata angin

sebagai petunjuk arah dunia.

Fungsi: Fungsinya secara magis adalah menentukan hari dan bulan yang baik untuk manusia. Ornamen ini juga digunakan untuk mencari benda yang hilang.

c. Embun Sikawiten

Bentuk: Ornamen ini berbentuk hiasan ini dibuat berulang-ulang dan saling mengait satu sama lain untuk mengisi bidang melmelen yang mengandung arti kemakmuran.

Fungsi: Hanya berfungsi sebagai hiasan tanpa adanya unsur magis.

d. Bunga Gundur dan Pantil Manggis

Bentuk: Ornamen ini memiliki bentuk seperti bunga labu dan bagian bawah buah manggis. Kedua ornamen ini dibuat mendampingi motif Tapak Raja Sulaiman sebagai penambah keindahan. Ornamen ini dianggap

sebagai simbol keindahan dan tidak mengandung unsur mistik.

Fungsi: Fungsiornamen ini adalah sebagai hiasan.


(61)

Bentuk: Kedua ornamen ini berbentuk awan berarak yang dibuat berulang-ulang pada tepi bawah dan atas melmelan sebagai hiasan yang melambangkan kecerahan.

Fungsi: Fungsi ornamen ini adalah sebgai hiasan.

f. Teger Tudung

Bentuk: Ornamen ini berbentuk kubah mesjid dan dibuat di tengah melmelan pada pangkal dan ujungnya sebagai hiasan. Teger Tudung mengartikan ketampanan dengan simbol kewibawaan.

Fungsi: Ornamen ini berfungsi sebagai lambang keagungan.

g. Hiasan Cuping

Bentuk: Pada sudut rumah sebagai batas dinding (derpih) depan dan samping terdapat sebidang papan yang berbentuk telinga. Sedangkan pada bagian bawah cuping ini sering dihiasi dengan hiasan kemping yang melambangkan anting-anting. Cuping mengandung arti pendengaran tajam.

Fungsi: Fungsinya sebagai nasehat bahwa pemilik rumah harus pandai menyaring barita-berita atau ucapan orang yang didengar.


(62)

Bentuk: Ornamen ini berbentuk cecak dengan kepala berada di bagian kiri dan kanan. Bahannya terbuat dari tali ijuk yang ditempelkan pada dinding dan sebagai hiasan yang mengelilingi dinding (derpih) rumah.

Fungsi: Ornamen ini dianggap sebagai simbol kekuatan penangkal setan dan persatuan masyarakat. Selain itu, ornamen ini berfungsi untuk memperkuat ikatan antar dinding (fungsi konstruksi).

i. Pengalo-ngalo ( bendi-bendi)

Bentuk: Pengalo-ngalo (bendi-bendi) merupakan ukiran sebagai hiasan daun pintu. Apabila masuk ke dalam rumah, pengalo-ngalo ini harus dipegang untuk menjaga keseimbangan karena pintu rumah adat lebih kecil dari pintu rumah biasanya. Hiasan ini sebagai lambang kesopanan antara orang yang datang (tamu) dengan penghuni rumah.

Fungsi: Fungsi ornamen ini sebagai penyambut (pengalo-ngalo) tamu. (Sitepu, 1995; Tarigan, 1988; Sitanggang, 1994; Ginting 1994)


(63)

PENUTUP

Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata, baik di bidang alam maupun budaya. Sektor pariwisata menjadi sangat penting ketika potensi kepariwisataan yang ada menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk memberikan devisa (pemasukan) yang besar bagi negara, daerah dan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa Kebudayaan Indonesia sebagai salah satu daya tarik kepariwisataan terdapat di berbagai daerah di nusantara. Begitu juga halnya di provinsi Sumatera Utara, keanekaragaman budaya yang dimiliki yang menjadi karakteristik atau keunikan masing-masing daerah adalah merupakan potensi kepariwisataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kabupaten Karo adalah salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa objek wisata yang cukup potensial dan menarik. Rumah adat tradisional karo merupakan daya tarik wisata yang cukup potensial dalam meningkatkan kepariwisataan Kabupaten Karo. Keunikan arsitektur dan ornamen-ornamen rumah adat dapat menambah daya tarik bangunan tersebut. Desa Melas adalah salah satu desa di Tanah Karo yang memiliki dua rumah adat tradisional. Potensi yang ada di Desa Melas, baik potensi sumber daya alam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal sehingga meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo dan memberi manfaat bagi masyarakat karo umumnya dan masyarakat Desa Melas khususnya.


(64)

DAFTAR PUSTAKA


(65)

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo.2010.

Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. 2010.

Ginting, Samaria. 1994. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Adat. Medan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kabupaten Karo

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kerangka Rumah Adat Tradisional Karo

Maret 2011

Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Renika Cipta. Prinst, Darwan, 1985. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Jakarta. Yrama

Sitanggang, Hilderia. 1994, Arsitektur Tradisional Batak Karo, Medan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sitepu, Sempa. 1995. Sejarah Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia, Medan. Adiyu

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Percikan Budaya Karo. Medan. Yayasan Merga Silima

Yoeti,Oka A., 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa.

LAMPIRAN FOTO


(66)

Pemuda Desa Melas sedang bergotong royong memperbaiki bagian rumah adat yang rusak.


(67)

(68)

(1)

Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata, baik di bidang alam maupun budaya. Sektor pariwisata menjadi sangat penting ketika potensi kepariwisataan yang ada menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk memberikan devisa (pemasukan) yang besar bagi negara, daerah dan masyarakat setempat. Seperti yang kita ketahui bahwa Kebudayaan Indonesia sebagai salah satu daya tarik kepariwisataan terdapat di berbagai daerah di nusantara. Begitu juga halnya di provinsi Sumatera Utara, keanekaragaman budaya yang dimiliki yang menjadi karakteristik atau keunikan masing-masing daerah adalah merupakan potensi kepariwisataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kabupaten Karo adalah salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa objek wisata yang cukup potensial dan menarik. Rumah adat tradisional karo merupakan daya tarik wisata yang cukup potensial dalam meningkatkan kepariwisataan Kabupaten Karo. Keunikan arsitektur dan ornamen-ornamen rumah adat dapat menambah daya tarik bangunan tersebut. Desa Melas adalah salah satu desa di Tanah Karo yang memiliki dua rumah adat tradisional. Potensi yang ada di Desa Melas, baik potensi sumber daya alam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal sehingga meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo dan memberi manfaat bagi masyarakat karo umumnya dan masyarakat Desa Melas khususnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA


(3)

Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. 2010.

Ginting, Samaria. 1994. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Adat. Medan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kabupaten Karo

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kerangka Rumah Adat Tradisional Karo

Maret 2011

Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Renika Cipta. Prinst, Darwan, 1985. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Jakarta. Yrama

Sitanggang, Hilderia. 1994, Arsitektur Tradisional Batak Karo, Medan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sitepu, Sempa. 1995. Sejarah Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia, Medan. Adiyu

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Percikan Budaya Karo. Medan. Yayasan Merga Silima Yoeti,Oka A., 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa.

LAMPIRAN FOTO


(4)

Pemuda Desa Melas sedang bergotong royong memperbaiki bagian rumah adat yang rusak.


(5)

(6)