Fenomena Aneh Pada Komponen Biotik

bagian selatan menghangat lebih lama maka dari itu tiupan angin musim kemarau juga bertambah lama. Sedangkan di waktu dan keadaan yang sama belahan bumi bagian subtropis yang mengalami musim panas juga merasakan dampaknya hal ini juga menyebabkan musim panas berlangsung lebih lama. 2.2.2 Fenomena Atmosfer 2.2.2.1 Penikngkatan Suhu Rata-Rata Atmosfer Tidak jauh berbeda dengan lautan, material penyusun atmosfer adalah udara yang merupakan bagian dari fluida. Dimana fluida disini merupakan sebuah material yang juga dapat dengan mudah mengalirkan panas. Sehingga walaupun pemanasan terjadi pada suatu titik tertentu, maka panas tersebut akan mengalir ke tempat yang lain dan melakukan penyebaran secara merata sehingga mencapai suatu titik ekuilibrium yang merupakan titik kestabilan dimana panas di semua tempat terdistribusi secara merata.

2.2.2.2 Terjadinya Badai Ekstrim

Akibat dari meningkatnya suhu rata-rata atmosfer dan suhu lautan yang menyebabkan laju pengupan air laut meningkat juga menyebabkan pembentukan awan hujan dengan jumlah yang lebih besar. Jumlah awan hujan yang besar ini menyebabkan perbedaan tekanan yang mencolok karena disebabkan perubahan suhu yang lumayan cepat. Selain itu hal ini juga dipicu oleh ekspansi vertikal awan hujan sehingga menimbulkan badai yang lebih kencang.

2.2.3 Fenomena Aneh Pada Komponen Biotik

Komponen biotik sebagai komponen yang merasakan dampak dari perubahan iklim akan menunjukkan sebah prilau penyesuaian terhadap perubahan tersebut. Seperti kawanan burung yang bermigrasi dari belahan bumi selatan ke belahan bumi utara pada bulan desember dan kembali pada bulan juni. Namun, akibat dari ketidakteraturan iklim yang terjadi yang berujung pada berubahnya waktu berlangsungnya siklus musim, maka pola migrasi dari kawanan burung tersebut juga ikut berubah. 2.3 Periodisasi Musim dan Perubahannya Salah satu gejala yang ditimbulkan dari perubahan iklim dapat berupa perubahan musim yang tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya, serta terdapat berbagai anomali cuaca yang menyertakan perubahan musim tersebut. Perubahan musim yang tidak sesuai ini terjadi sebagai penyimpangan periode musim yang seharusnya. Berdasarkan intensitas matahari yang diterima setiap tahunnya, bumi dibagi menjadi 4 wilayah iklim, yaitu iklim tropis 23,5° LU – 23,5° LS, iklim subtropis 23,5°- 40°LU dan 23,5°-40°LS, iklim sedang 40°-66,5°LU dan 40°-66,5°LS, serta iklim kutub 66,5°-90°LU dan. 66,5°-90°LU. Perbedaan intensitas matahari yang diterima di setiap bagian bumi disebabkan oleh kemiringan bumi sebesar 23,5° dari porosnya. Daerah dengan iklim tropis 23,5° LU – 23,5° LS adalah wilayah yang menerima sinar matahari sepanjang tahun. Wilayah-wilayah ini memiliki 2 musim setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya berlangsung pada bulan Oktober hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau pada bulan April Hingga September. Daerah dengan iklim subtropis 23,5°-40°LU dan 23,5°-40°LS dan sedang 40°- 66,5°LU dan 40°-66,5°LS mengalami 4 musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Yang membedakan musim di daerah subtropis dan tropis adalah intensitas panasnya. Daerah sedang menerima sinar matahari yang lebih banyak dibandingkan daerah subtropis, sehingga pada daerah sedang musim panasnya lebih panas dan musim dininnya lebih dingin. Pada belahan bumi utara, musim semi terjadi pada tanggal 21 Maret hingga 21 Juni, musim panas pada tanggal 21 Juni hingga 23 September, musim gugur pada tanggal 23 September hingga 22 Desember, dan musim dingin pada tanggal 22 Desember hingga 21 Maret. Sedangkan pada belahan bumi selatan terjadi sebaliknya. Saat utara mengalami musim semi, selatan mengalami musim gugur, dan saat utara mengalami musim panas, selatan mengalami musim dingin. Daerah kutub 66,5°-90°LU dan. 66,5°-90°LU mengalami 2 musim, yakni musim panas dan musim dingin. Musim dingin berlangsung sangat lama, dan musim panas yang sejuk berlangsung singkat. Namun akibat perubahan iklim yang terjadi, batasan-batasan musim yang ada mulai kabur, terutama pada daerah tropis. Sebagai contoh adalah keadaan kemarau basah, dimana pada saat musim kemarau malah turun hujan. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Widada Sulistia DEA mengatakan, ada dua hal yang menyebabkan penyimpangan cuaca di sebagian wilayah Indonesia. Pertama, suhu perairan laut Indonesia lebih panas dari biasanya. Penyimpangan suhu panas tersebut bahkan mencapai dua derajat. Karena suhu perairan yang lebih panas,maka potensi uap pun lebih banyak, sehingga kelembaban udara juga menjadi lebih tinggi. Penyebab kedua, yaitu karena adanya suplai uap air dari Samudera Hindia. Padahal, seharusnya Indonesia mendapat kiriman udara dari wilayah Australia yang kondisinya kering. Namun, karena adanya penyimpangan, Indonesia justru mendapat udara dari Samudera Hindia yang kondisinya basah. Perubahan musim ini juga dapat dilihat dari kemarau yang berkepanjangan. Menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Mulyono R Prabowo, musim kemarau berkepanjangan disebabkan oleh adanya peristiwa El Nino yang menyebabkan pembentukan awan hujan berkurang. Peningkatan kejadian El Nino turut dipicu oleh kegiatan manusia seperti membuka hutan, mengubahnya menjadi lahan pertanian, perkebunan, maupun perumahan memengaruhi uap air yang menuju ke udara. Karena terjadinya peningkatan suhu bumi yang terus menerus, diperkirakan pada tahun 2035 Kutub Utara akan mengalami musim panas tanpa es, sehingga Samudera Arktik akan menjadi perairan terbuka . Dampak besar secara global yang akan terjadi yaitu, mulai terbukanya jalur pelayaran di Kutub Utara, dimungkinkannya penambangan minyak bumi dan gas di Samudera Arktik, hingga pemanasan lebih lanjut Samudera Arktik karena mempunyai sifat laut yang menyerap radiasi matahari. Tidak hanya itu, pemanasan yang terjadi di Samudera Arktik akan meningkatkan tinggi gelombang yang akan membawa cuaca ekstrim di daerah tropis.

2.4 Global Warming Sebagai Penyebab Prubahan Iklim