23
2.2.4.1 Komposisi Alur Berdasar Kriteria Urutan Waktu
Berdasarkan kaidah pengaluran pada sebuah cerita prosa fiksi, Nurgiyantoro 2002:153 menggolongkan ragam alur berdasarkan kriteria waktu.
Pembeda alur berdasarkan kriteria waktu, berkaitan dengan logika cerita. Urutan waktu kejadian berperan penting terhadap penahapan pengaluran. Oleh karena itu,
pengarang memiliki keleluasaan kreatifitas dalam memanipulasi urutan kejadian dalam sebuah cerita. Dengan demikian dikenallah pengaluran secara kronologis
dan tak kronologis yang mendasari ragam alur berikut ini. 1.
Alur lurus, maju, atau progesif; merupakan urutan peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, secara runtut peristiwa pertama diikuti
peristiwa selanjutnya. Suatu cerita disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun mulai kejadian awal diteruskan dengan kejadian-kejadian
berikutnya dan berakhir pada pemecahan permasalahan. Penahapan alur ini dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik,
tengah konflik meningkat, dan klimaks, dan akhir penyelesaian. 2.
Alur sorot balik, flash back, mundur, atau regresif; merupakan urutan peristiwa yang dikisahkan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari
awal peristiwa melainkan dari tahap tengah atau balikan tahap akhir, baru kemudian dikisahkan cerita tahap awal.
3. Alur campuran; yakni gabungan antara alur lurus dan alur sorot balik. Secara
garis besar alur sebuah cerita prosa fiksi tidak mutlak berupa alur lurus kronologis atau sebaliknya berupa sorot balik saja. Terdapatnya alur sorot
balik dalam pengisahan cerita yang sejatinya beralur lurus kronologis
24
merupakan bukti kreatifitas pengarang agar pembaca tidak bias dan cepat bosan terhadap pengisahan cerita prosa.
2.2.4.2 Komposisi alur Berdasar Kriteria Kuantitas
Kriteria jumlah atau kuantitas dimaksudkan untuk menandai banyaknya alur yang terdapat dalam sebuah karya prosa fiksi. Sebuah cerita sambung
mungkin hanya mengandung satu alur tatapi mungkin juga mengandung lebih dari satu alur. Oleh karena itu, kemungkinan yang pertama disebut cerita sambung
yang beralur tunggal sedang kemungkinan kedua adalah cerita yang menampilkan sub-sub alur atau beralur ganda Nurgiyantoro 2002:157.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa karya fiksi yang memunyai alur tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang
tokoh utama protagonis sebagai super hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan
konflik yang dialaminya. Selain itu, sebuah karya fiksi dapat pula menampilkan alur ganda yang memiliki lebih dari satu alur. Hal ini dikarenakan terdapat lebih
dari satu peristiwa penting yang diceritakan atau terdapat pengkisahan yang melibatkan lebih dari seorang tokoh.
2.2.4.3 Komposisi Alur Berdasar Kriteria Kepadatan