pemahaman misalnya pembahasan mengenai siklus reproduktif perempuan yang terdiri dari beberapa siklus diantaranya siklus ovarium peristiwa-peristiwa siklis
yang terjadi di dalam ovarium dan siklus uterus menstruasi dengan beberapa fase diantaranya fase luteal, fase proliferasi, fase sekresi dan fase aliran
menstruasi. Baik siklus maupun fase-fase yang terjadi tidak dapat dihafalkan melainkan perlu pemahaman karena konsepnya yang kompleks. Berdasarkan
karakteristik materi sistem reproduksi manusia yang kompleks dan beberapa konsepnya bersifat abstrak, maka dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan
pendekatan yang sesuai sehingga mampu membuat siswa menjadi paham dan tidak belajar dengan cara menghafal. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan
yaitu inquiry. Dalam pendekatan inquiry, pembelajaran berorientasi pada siswa student centered approach, pembelajaran bersifat penemuan melalui
pengamatan, observasi dan membuat belajar menjadi bermakna. Apabila siswa belajar dengan cara penemuan sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar
berdasarkan fakta maka ilmu atau informasi yang didapatkan melalui pengalamannya akan selalu diingat dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa
tidak belajar dengan cara hafalan untuk memahami materi sistem reproduksi manusia.
2.4 Kemampuan berpikir kritis
Ennis 1996 menyatakan definisi berpikir kritis adalah critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to
believe or do. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Sedangkan komponen kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut: 1 merumuskan masalah, 2 menganalisis argumen, 3
menanyakan dan menjawab pertanyaan, 4 menilai kredibilitas sumber informasi, 5 melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, 6
membuat deduksi dan menilai deduksi, 7 membuat induksi dan menilai induksi, 8 mengevaluasi, 9 mendefinisikan dan menilai definisi, 10
mengidentifikasi asumsi, 11 memutuskan dan melaksanakan, 12 berinteraksi dengan orang lain.
Paul dalam Fisher 2008: 4 mendefinisikan berpikir kritis adalah tindakan yang langsung dilakukan sendiri, disiplin diri, monitor sendiri, dan berpikir yang
dikoreksi sendiri. Berpikir kritis mensyaratkan persetujuan yang tepat dan perintah sadar penggunaannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting bagi setiap orang yang digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan dengan berpikir serius,
aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi yang mereka terima dengan menyertakan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang akan dilakukan
adalah benar. Muhfahroyin 2009 menyatakan bahwa untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir
kritis di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis.
Menurut Dewey sebagaimana dikutip Fisher 2008: 2 mendefinisikan bahwa berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif, persistent terus-menerus
dan teliti mengenai keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja
dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan- kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Menurut Glaser 1941: 5
mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut: 1 Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang; 2 Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; 3 Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan
metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan
kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, menganalisis asumsi-asumsi. Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis, inovatif, dan
mendesain solusi yang mendasar. Dengan berpikir kritis siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensintesis informasi, dan menyimpulkan. Taksonomi
kemampuan berpikir kritis dapat diklasifikasikan pada taksonomi Bloom. Menurut Widodo 2006: 1, Taksnonomi Bloom versi baru terdiri atas remember
mengingat, understand
memahami, apply
mengaplikasi, analyze
menganalisis, evaluate mengevaluasi, dan create berkreasimembuat. Tujuan berpikir kritis adalah meciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong
siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru,
Nurhadi Senduk 2009: 86. Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi berpikir kritis di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis critical thinking
adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau
komunikasi.
2.5 Kerangka berpikir