Latar Belakang Autentikasi aneka produk tuna dengan metode DNA barcoding

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan USFDA 2006 menunjukkan bahwa kasus-kasus penipuan dan pemalsuan penggantian label dalam perdagangan produk perikanan dunia semakin marak terjadi. Contoh kasus tersebut adalah rockfish diberi label sebagai red snapper; sea bass diberi label sebagai halibut; mako shark diberi label sebagai swordfish; alaska pollock diberi label sebagai cod; dan telur ikan paddlefish atau telur ikan lainnya diberi label sebagai sturgeon caviar. Di Indonesia, harian Kompas tanggal 12 Maret 2010 menyampaikan bahwa telah terjadi kasus penipuan perdagangan pada produk perikanan yang di impor dari Vietnam, yaitu berupa produk berlabel ikan dory Zeus faberJohn Dory yang berisi ikan patin Pangasius hypophthalmusCream Dory yang bernilai setengah dari harga ikan dori aslinya. Harian Kompas tanggal 7 Agustus 2007 juga mencatat bahwa Indonesia terkena larangan ekspor produk perikanan oleh Cina, dimana salah satu alasannya adalah adanya perbedaan antara label kemasan dan isinya. Penipuan pada produk perikanan pada umum adalah dengan mengganti spesies ikan yang bernilai tinggi dengan spesies lain yang mirip dengan harga yang lebih murah atau menggunakan produk imitasinya. Contoh kasus ini adalah penipuan dengan mengganti label ikan tuna dari genus Thunnus yang bernilai tinggi dengan ikan dari genus Euthynnus yang bernilai rendah Rasmussen Morrissey 2011; Bottero et al. 2007. Selanjutnya Ballin et al. 2009 menyampaikan bahwa lebih dari 20 persen kasus pelabelan produk daging, merupakan kasus pelabelan spesies yang tidak benar. Disampaikan pula bahwa 80 dari total impor kebutuhan produk seafood Amerika Serikat, lebih dari sepertiganya memiliki label yang tidak benar Jacquet Pauly 2008. Penyebab banyaknya kasus penipuan perdagangan tuna ini diduga oleh makin sulitnya mendapatkan bahan baku tuna Allen et al. 2010, selanjutnya adalah karena adanya kemiripan morfologi dari beberapa spesies yang bernilai komersial rendah dengan ikan tuna yang bernilai komersial tinggi ikan tuna Thunnus dengan sebagian ikan dari famili Scombridae, misalnya tongkol Euthynus. Dugaan lainnya adalah berupa peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan lemahnya perundang-undangan yang berlaku pengawasan yang kurang ketat dan ringannya hukuman untuk pelaku penipuan. Penipuan perdagangan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan konsumen, subversi eco-marketing, kerusakan sumber daya perikanan program konservasi serta pengelolaan habitat perairan dan spesies langka endangered species, bahkan dapat membahayakan kesehatan manusia memiliki risiko potensial spesies yang berbahaya Jacquet Pauly 2008. Pengembangan metode yang dapat menelusuri dan mendeteksi spesies secara cepat dan mudah dengan hasil yang akurat serta dapat memberikan aspek keunikan pada masing-masing spesies, semakin diperlukan dalam pencegahan penipuan perdagangan tersebut. Ling et al. 2008 mengkombinasikan teknik analisis DNA, GC–MS dan TLC dengan referensi untuk mengautentikasi sampel fish steaks dari oilfish dan escolar yang diberi label sebagai spesies lain untuk mencegah keriorrhea secara cepat. Selain itu penelitian metode-metode identifikasi spesies ikan dan produk perikanan saat ini menghadapi beberapa tantangan dimana terdapat 25 kelompok spesies utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dan 1700 spesies ikan komersial yang tercatat oleh U.S. FDA Food and Drug Administration, namun hanya sebagian kecil yang memiliki nilai komersial yang tinggi Rasmussen Morrissey 2010. Autentikasi suatu spesies pada awalnya hanya berdasarkan pada ciri fisik yang terlihat secara kasat mata saja, kemudian berkembang berdasarkan kandungan bahan kimia yang dimiliki setiap spesies, seperti protein protein larut air seperti enzim, mioglobin dengan teknik Sodium Dedocyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis SDS-PAGE, isoelectric focusing IEF, isozyme staining dan immunoreactivity ELISA Martinez et al. 2003. Selanjutnya berbasis asam lemak dengan kromatografi gas atau kromatografi gas yang dipadukan dengan spektroskopi massa untuk asam lemak Schwagele 2005 serta kandungan nukleotida atau DNA Lockley Bardsley 2000. Metode berbasis DNA merupakan metode yang paling baik dan banyak digunakan, hal ini dikarenakan mudah diterapkan dan lebih bersifat termostabil dibandingkan dengan protein, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi spesies dalam berbagai produk olahan. Selain itu, DNA menyimpan informasi suatu spesies yang lebih banyak dan analisisnya lebih cepat dan handal dibandingkan dengan protein Comi et al. 2005; Mackie et al. 1999. Autentikasi spesies berbasis DNA secara teknis dilakukan setelah diamplifikasi melalui proses PCR Polymerase Chain Reaction. DNA tersebut selanjutnya digunakan dalam identifikasi spesies dengan teknik-teknik seperti FINS Forensically Informative Nucleotide Sequencing Espiñeira et al. 2009, RFLP Restriction Fragment Length Polymorphism Rea et al. 2009, SSCP Single Strand Conformation Polymorphisms Colombo et al. 2005, real time PCR Pafundo et al. 2005, RAPD Random Amplification of Polymorphic DNA Martinez Yman 1999 dan DNA barcoding Filonzi et al. 2010. Teknik DNA barcoding merupakan teknik yang mulai banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi suatu spesies, karena relatif mudah dilakukan dan murah dibandingkan teknik lainnya Wong Hanner 2008. Teknik ini biasanya dilakukan dengan menjadikan gen cythochrome b cyt b dan cythochrome c oksidase I COI pada DNA mitokondria mtDNA sebagai target Filonzi et al. 2010. Kedua gen tersebut digunakan karena ditemukan dalam jumlah besar di mtDNA dan dapat menjadi penanda spesies pada mahluk hidup eukariot. Selain itu, gen tersebut memiliki tingkat keragaman yang tinggi namun terdapat suatu kecocokan pada ekspresi gen dari perbedaan yang ada sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu spesies. Hasil analisis DNA barcoding dalam proses autentikasi juga tidak dipengaruhi oleh penggunaan bahan-bahan tambahan yang digunakan pada suatu produk, karena setiap spesies memiliki karakteristik genetik yang berbeda-beda, sehingga kesalahan analisis dapat dihindari. Melihat hal tersebut maka pengembangan teknik DNA barcoding dalam penelusuran dan pendeteksian cepat penipuan perdagangan tuna perlu dilakukan, diharapkan nantinya teknik ini dapat dikembangkan secara luas untuk mencegah terjadinya penipuan dengan biaya yang relatif murah.

1.2 Tujuan