commit to user
II-23
Gambar 2.15 Jenis-jenis sambungan dasar
Sumber: Suharto, 1991
1. Sambungan tumpul.
Sambungan tumpul merupakan jenis sambung las yang paling efisien, yang terdiri dari dua kelompok yaitu sambungn penetrasi penuh dan sambungan
penetrasi sebagian.
Gambar 2.16 Alur sambungan las tumpul
Sumber: Suharto, 1991
commit to user
II-24
2. Sambungan bentuk T dan bentuk silang.
Sambungan bentuk T dan sambungan bentuk silang merupakan sambungan las dengan alur dan sambungan las sudut. Bila pada sambungan las ini terjadi
sesuatu yang menghalangi proses pengelasannya, maka langkah yang dapat dilakukan adalah memperbesar sudut alur.
Gambar 2.17 Alur sambungan T
Sumber: Suharto, 1991
3. Sambungan sudut.
Pada sambungan sudut dapat terjadi penyusutan ke arah tebal pelat yang dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat dihindari dengan membuat
alur pada pelat tegak seperti yang terlihat pada gambar 2.17. Apabila pengelasan pada bagian dalam tidak dapat dilakukan dengan pengelasan
tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.
Gambar 2.18 Macam-macam sambungan sudut.
Sumber: Suharto, 1991
commit to user
II-25
4. Sambungan tumpang.
Sambungan tumpang pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga cara seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Karena sambungan ini kurang
efisien maka jarang sekali digunakan untuk sambungan kontruksi utama. Penyambungan tumpang biasanya dilakukan dengan las sudut atau las isi.
Gambar 2.19 Sambungan tumpang.
Sumber: Suharto, 1991
5. Sambungan sisi.
Sambungan sisi terdiri dari sambungan dengan ujung beralur dan sambungan pada ujung tanpa alur. Pada sambungan dengan ujung beralur, pelat yang dilas
dibuat alur sehingga hasil pengelasannya baik. Sedangkan, sambungan dengan ujung tanpa alur pada ujung pelat tidak dibuat alur, hasil pengelasan kurang
baik, kecuali pengelasannya dilakukan dalam posisi mendatar.
Gambar 2.20 Sambungan sisi.
Sumber: Suharto, 1991
commit to user
II-26
6. Sambungan dengan pelat penguat.