2.1.3 Gambaran klinis
Masa inkubasi skabies berlangsung 4 - 6 minggu. Pada kasus reinfeksi, gejala akan berkembang dalam waktu 1 sampai 2 hari.
Gejala klinis utama adalah gatal, dan lebih hebat pada malam hari atau bila cuaca panas serta berkeringat. Hal ini karena meningkatnya aktivitas tungau saat suhu tubuh
meningkat.
1,4,6,11,12,22
1,3,4,6,7
Gatal yang terjadi disebabkan oleh aktivitas tungau yang menimbulkan iritasi dan skibala tungau yang bersifat antigenik.
6,11,13,21,22
Pergerakan tungau tergantung pada suhu tubuh. Tungau tidak bergerak bila suhu di bawah 20ºC.
21
Reaksi alergi terhadap tungau atau produknya berperan penting dalam perkembangan lesi dan
timbulnya rasa gatal. Bukti yang ada mendukung keterlibatan hipersensitivitas tipe segera dan tipe lambat. Pada uji kulit dengan ekstrak tungau, memberikan hasil samar, namun
pada uji intradermal timbul reaksi hipersensitivitas tipe segera yang sering dijumpai pada penderita skabies beberapa bulan setelah infeksi.
15
Keterlibatan hipersensitivitas tipe lambat didukung oleh adanya perubahan histologi pada papul dan nodul yang meradang
dimana sel infiltrat yang dominan adalah limfosit T. Lesi kulit skabies yang patognomonik yaitu berupa terowongan linier dengan
panjang 1-10 mm. Terowongan tersebut dapat terlihat jelas di daerah sela-sela jari tangan, pergelangan tangan dan siku. Manifestasi kulit lain berupa papul, vesikel atau nodul yang
timbul pada ujung terowongan. Rasa gatal mula-mula terbatas pada lesi, lama kelamaan dapat menjadi generalisata.
6,11,15
Predileksi skabies antara lain pada sela jari tangan dan kaki, permukaan fleksor pergelangan tangan dan kaki, siku, lekukan anterior aksila, penis, skrotum, labia, daerah
bokong, periumbilikal, dan areola mamae yang dikenal dengan istilah “circle of Hebra”.
1,4,5
1,3-5,7,20
2.1.4 Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menemukan S. scabiei dalam berbagai stadium dan skibala.
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun pemeriksaan ini memerlukan ketrampilan dan latihan. Kerokan kulit dari lesi berupa papul atau
terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis skabies. Pertama-tama, satu tetes minyak mineral diletakkan pada pisau skapel steril, kemudian dilakukan pengerokan pada
5-6 lesi yang dicurigai. Hasil kerokan dan minyak diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop.
1
1,5,6,13
Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena sedikitnya jumlah tungau. Kegagalan untuk
menemukan tungau tidak dapat menyingkirkan diagnosis skabies. Pada pemeriksaan apusan kulit, kulit dibersihkan dengan eter, kemudian dengan
gerakan cepat selotip dilekatkan dan ditekan pada lesi dan setelah beberapa detik selotip diangkat. Selotip lalu diletakkan di atas gelas objek enam buah dari lesi yang sama pada
satu gelas objek, dan diperiksa di bawah mikroskop.
5
Pemeriksaan lain yaitu burrow ink test, dengan cara mengoleskan tinta atau gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi, tinta akan terabsorbsi dan kemudian
akan terlihat terowongan.
3,6,28
1,3,6,20
Selain itu, dapat digunakan tetrasiklin topikal dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak sebagai garis lurus berwarna kuning
kehijauan. Dermoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu mengidentifikasi terowongan
atau tungau beserta produknya.
3,6
Pada pemeriksaan biopsi, tungau dapat ditemukan terpotong pada stratum korneum. Selain itu tampak proses inflamasi ringan serta edema stratum granulosum dan
sedikit infiltrasi perivaskular.
1,6
6
2.1.5 Diagnosis