Penghasilan Pasar-Pasar Praja Mangkunegaran (Tahun 1928 - Awal Tahun 1929).

Tabel 6. Penghasilan Pasar-Pasar Praja Mangkunegaran (Tahun 1928 - Awal Tahun 1929).

Nama - Nama Pasar

PENDAPATAN PADA TAHUN

Tahun 1928

Tahun 1929 (Januari, Februari,Maret) Dalamkota.

f 30426,97 f 7610.74 Wonogiri f 22501,55 f 5234,40

Wuryantoro

f 15367,59 f 3542,62

Baturetno

f 14054,90 f 2753,19

Jatisrono

f 15262,22 f 3510,13

Purwantoro

f 13722,23 f 3104,58

Karanganyar

f 19226,31 f 4855,56

Karangpandan

f 21884,06 f 5561,29

Jumapolo

f 9495,64 f 2226,01

JUMLAH

f 161941,47 f 58398,52

Hasil Toko Templek

f 1918,75 f 498, -

Hasil dari erf Pasar

f 233,91

JUMLAH

f 164094,13 f 38896,52

Sumber : Daftar Banyaknya Hasil Pasar dalam Daerah Mangkunegaran Tahun 1928-1929, Kode Arsip P. 1193, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

commit to user

Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitan dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Wujud dari sarana transportasi adalah berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang dan penumpang yang digerakkan oleh mesin motor atau penggerak lainnya, yaitu sarana angkutan umum. Sedangkan wujud dari prasarana transportasi adalah jalan, terminal dan stasiun;

1. Jalan dan Jembatan

Pembangunan yang urgen di Praja Mangkunegaran adalah jalan dan jembatan. Jalan dan jembatan dipadang mendesak karena mengingat ditinjau dari teknik lalu lintas letak wilayah Mangkunegaran tidak baik sekali, walaupun ibukotanya berada di titik persilangan keretapi api yang terpenting dipulau jawa, karena dua perusahaan kereta api yang terpenting SS dan NIS, namun mangkunegaran hanya sebagian kecil yang disinggahi. Sebagian besar daerah mangkunegaran masih terisolir untuk dilalui dengan kendaraan umum. Van Wijk menceritakan bahwa jalan-jalan di Mangkunegaran sangat buruk sekali, kondisi ini memang dapat dimengerti karena raja kurang memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan umum. Jalan-jalan pada umumnya dibuat dengan tenaga kerja rodi dan dibuat alakadarnya. Jaringan jalan-jalan terdiri dari jalan pos, jalan besar, jalan kuda. Jalan pos dari Sukoharjo ke Wonogiri, Baturetno dan Pacitan dipotong

commit to user

1507 m). 24 Wonogiri dengan daerah yang tanahnya tidak rata atau daerah yang berbukit-bukit, maka untuk memepermudah lalu lintas jalannya akan dibuat berkelok-kelok. Untuk keperluan itu perbaikan jalan itu dipimpin oleh Ir. Van Oordt dari Madiun yang telah melakukan pengukuran dan sebagian dari perbaikan-perbaikan jalan sudah mendapat ijin denga surat Keputusan Pemerintah (Gouvernements Beslui t) No.36 Tgl. 12 November 1913, yaitu perbaikan jalan

antara pacitan dan glonggong yang memerlukan biaya f 377.000,-. 25 Bagian ini, yang seluruhnya ada di dalam afdeling Pacitan, yang semua akan dibiayai dari Pemerintah Hindia. Rencana untuk memutar bagian jalan dari Glonggong ke Kakap yang akan menelan biaya f 60.000,- yang 10% akan dibayar oleh Praja Mangkunagaran (tetapi pada permulaan tahun 1914 ini belum diijinkan). Perbaikan jalan Kakap-Somoulun, Somoulun-Wonogiri dan Wonogiri- Krisak yang rencana seluruhnya akan dibiayai oleh Praja Mangkunagaran. Sebetulnya perintah untuk memulai melaksanakannya telah diberikan oleh Kontrolir Wonogiri dengan menggali lereng-lereng dari Bukit Kutukan (reliefworks). Jalan-jalan tesebut memiliki kelemahan karena tidak adanya jembatan dan tidak dibuat menurut tracee (rancangan) yang baik. Jalan - jalan besar yang menghubungkan ibukota Kawedanan (district) dan ibukota

24 A. Muhlenfeld, Op.Cit. hal. 7. 25 A. Muhlenfeld, Ibid.

commit to user

kendaran (kereta) yaitu jalan;

1. Wonogiri-Jatipuro

2. Girimarto-Sidoharjo

3. Nguntoronadi – Tirtomoyo

8. Wonogiri-Manyaran(lewat sendang)

9. Baturetno-Temon-Batuwarno

10. Wonogiri-Jumopolo

11. Wonogiri ke Pracimantoro lewat Wuryantoro dan Eromoko

12. Wonogiri-Krisak-Pule batas Bulu

Jalan yang sulit dilewati kendaraan atau kereta dengan sambungannya yaitu jalan Sidoharjo-Jatisrono-Purwantoro-Badegan-Ponorogo. Ditinjau dari segi ekonomi, jalan tersebut merupakan jalan yang terpenting di seluruh onderafdeling Wonogiri. Banyak pasar terdapat di tepi jalan ini, dan jalan itu melewati district/kawedanan yang barangkkali paling makmur dari Karisidenan Surakarta. Jalan tersebut juga merupakan penghubung daerah Tulungagung dan Ponorogo dengan Surakarta, Klaten, Jogjakarta dan Pacitan. Oleh karena itu maka pemerintah Hindia, setelah berunding dengan Pemerintah Mangkunagaran, mengambil keputusan untuk memperbaiki jalan Ponorogo-Wonogiri dengan

memindahkan ke jalan-jalan baru dan melingkar. 26

26 A. Muhlenfeld,Op.Cit. hal. 10

commit to user

merupakan jalur lalu lintas bagian barat dan barat daya selesai dibangun pada tahun 1913 yang kemudian dapat dilewati kereta. Pada tahun 1912 dan 1913 di jalan ini dibangun 11 jembatan, dan pada tahun 1914 di bagian antara Eromoko dan Pracimantoro masih akan dibangun beberapa jembatan lagi.

Pada tahun 1923 tidak ada satu truk pun yang ada di seluruh kabupaten Wonogiri, truck baru ada pada tahun 1931 yang berjumlah 80 buah. Lalu lintas juga berpengaruh terhadap harga dari berbagai produk, misalnya harga galek di daerah Wonogiri pada tahun 1922 masih dijual dengan harga 35 sen ( f. 0,35 ) tiap pikul, sedangkan pada tahun 1928 setelah ada jalan yang baik dengan daerah yang

membutuhkan gaplek, maka harga gaplek naik menjadi f 1,60 tiap pikul. 27 Pada tahun 1929 jalan Nambangan-Wonogiri-Kakap sampai perbatasan Pacitan yang semula dipelihara dengan tenaga rodi diganti dengan tenaga bayaran. Dari sejumlah daerah di Mangkunegaran, Wonogiri-lah yang mendapat perhatian khusus dalam pembangunan jalan dan jembatan. Hal itu disebabkan karena daerah Wonogiri masih banyak daerah yang terisolir dengan dunia luar. Dengan pembangunan jalan-jalan dapat dibuka isolasi di pelosok-pelosok wilayah Mangkunegaran di bagian selatan. Pembanguna jalan yang terpenting adalah pembangunan jalan Wonogiri-Jatosrono-Purwantoro dan dari situ ke perbatasan Praja Mangkunegaran dengan Karisidenan Madiun dengan memerlukan biaya f. 850.000.

27 Th. M. Metz, Op. Cit. hal.59

commit to user

yang pesat sekali, apalagi peran serta pemerintah Hindia Belanda memiliki peran andil yang sangat besar dalam kemajuan transportasi di Wonogiri. Pembangunan jalur kereta api itu dimulai dari Solo menuju ke Wonogiri dan dilanjutkan ke jalur yang menuju ke barat laut dengan titik akhir di daerah Kakap. Yang merupakan jalur transprtasi penghubung. Dengan rute pembangunan Boyolali-Solo-Kakap yang pembangunannya sudah berjalan dari tahun 1899. Perkembangan transportasi kereta api di Wonogiri selalu mengalami perkembangan ke arah moderenisasi.

Pada tahun 1930 muncul angkutan jalan raya di wilayah Mangkunegaran yaitu muncul bus kota yang ,elayani ke arah selatan yaitu ke daerah Wonogiri, ke arah utara dana timur, Sragen dan Tawangmangu, ke arah barat yaitu Solo-

Boyolali-Salatiga dan ke arah barat daya jurusan Solo-Klaten-Jogjakarta. 28 Tiap-tiap jurusan dibagi dalam sejumlah rayek. Untuk wilayah selatan bus kota dibagi menjadi 11 trayek:

28 Wasino, Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran, (Yogyakarta: LKIS, 2008), hal.265

commit to user

Seiring dengan kemajuan teknologi maka kehidupan manusia akan semakin mudah, karena ketersedian berbagai macam transportasi yang akan membantu memudahkan manusia. Begitu juga dalam hal sarana dan prasarana transportasi yang semakin lama semakin mengalami kemajuan. Dengan memadai sarana dan prasarana transportasi akan dapat mudah menjangkau daerah-daerah lain yang mudah dan cepat. Tidak seperti jaman dahulu, dimana masyarakat masih mengalami kesulitan dalam menjangkau daerah lain karena kurang memadai

sarana dan prasarana transportasi. 29

Masih banyak di beberapa tempat yang tidak terdapat jembatan di jalan- jalan diatas, antara lain; di Bacem 4 paal sebelah selatan kota surakarta, di Panambangan 6½ paal sebelah utara Wonogiri, di Somoulun 2 paal, di Betal 7

paal, di Pakem 15 paal yang terletak di selatan Wonogiri. 30 Direncanakan

pembangunan jembatan di Nambangan, direncanakan akan disatukan dengan jembatan kereta api N.I.S. jembatan Somoulun diperkirakan akan segera selesai, jembatan di Betal kemungkinan selesai pada tahun 1915, dan jembatan di Pakem

29 Santi Kurniasih, 2001. Skripsi. Perkembangan Masyarakat Wonogiri Tahun 1990- 2000. Surakarta: Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR UNS. Hal. 21

30 A. Muhlenfeld, Op.Cit. hal.7

commit to user

menghubungkan Wonogiri-Ponorogo sudah dimulai pada bulan mei 1913 yang dilaksanakan oleh arsitek Mangkunagaran dengan biaya f 55.000,- dan diharapkan selesai pada tahun 1915.

Dengan dibangunnya jalan-jalan penghubung yang dampat mempermudah terjangkaunya daerah-daerah yang masih terisolir, tak luput pula Praja Mangkunegaran membangun jembatan-jembatan guna mempercepat laju perkembangan transportasi. Prasarana aatransportasi yang menunjang transportasi selain jalan adalah terminal. Terminal adalah tempat dimana suatu perjalanan

berhenti atau berakhir baik. 31 Penentuan likasi terminal adalah penting dan harus

mencangkup semua jenis angkutan yang ada dikota besar ataua kecil di wilayah

tersebut. 32 Terminal sebagai tempat yang memberikan pelayanan kepada

penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasinya biasanya dibangun di tempat asal, di tempat

tujuan dan diantara tempat asal dan tempat tujuan. 33

2. Stasiun

Kereta api sudah menjadi salah satu sarana transportasi yang vital bagi masyarakat baik untuk penghubung antar kota maupun dalam kota. Dalam hal ini, Stasiun Kereta Api memiliki peran yang tak kalah penting dari fungsi kereta api itu sendiri. Fungsi Stasiun Kereta Api tidak hanya sebagai halte pemberhentian belaka melainkan sebagai fasilitas 'transit' atau tempat kegiatan datang dan pergi

31 Rustiana Kamaludin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Ghalamania,1987:Hal.19 32 F.D.Hobbs, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Yogyakarta: Gajah Mada University,1985:Hal.285

33 Soekoco.R, Beberapa Masalah Angkutan Kota,Jakarta: LP3ES,1974;Hal. 6.

commit to user

kota yang dilalui perjalanan kereta api. Perkeretaapian di Jawa baru dimulai pada tahun 1860an. Perusahaan kereta api ditangani oleh dua instansi yaitu oleh pihak pemerintah Staats Spoorwegen (SS) dan oleh pihak swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) , dan maskapai trem swasta lainya). Seperti halnya di Eropa setelah revolusi industri, perletakkan stasiun sebagai suatu jenis bangunan baru. Dengan makin majunya perkeretaapian di Jawa pada awal abad ke 20, yang hampir mencapai seluruh kota di Jawa, maka penempatan stasiun kereta api baik di kota-kota besar maupun kota Kabupaten menjadi suatu pemikiran yang penting. Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20, angkutan dengan kereta api, menjadi salah satu sarana yang sangat penting, baik angkutan barang

maupun manusia di Jawa. 34

Stasiun-stasiun lintas Wonogiri-Baturetno dioperasikan pertama kali pada tanggal 1 April 1922 oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda yaitu NISM (Nederlandsch-Indische spoortramweg Maatschappij). Pada awalnya jalur ini dari Purwosari hingga Baturetno, salah satu kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Akan tetapi mulai tanggal 1 Mei 1978, Menurut peraturan Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Di dalamnya dijelaskan, bahwa yang dimaksud dengan Cagar Budaya, adalah benda buatan manusia, bergerak atau

34 Handinoto, 1999, “Peletakan Stasiun Kereta Api Dalam Tata Ruang Kota-Kota di Jawa (Khususnya Jawa Timur) Pada Masa Kolonial”. Paper Jurusan Tehnik Arsitektur, Fakultas Tehnik

Sipil dan Perencanaan. Universitas Kristen Petra Surabaya, hal. 48.

commit to user

sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya yang sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Bangunan Stasiun Wonogiri masuk kedalam konservasi bangunan karena usia bangunan yang melebihi 50 tahun, keunikan juga terdapat pada bangunan stasiun yang masih peninggalan masa kolonial Belanda dengan satu ciri-cirinya bukaan jendela yang besar-besar, kawasan stasiun juga merupakan salah satu aset wisata karena bangunan bersejarah yang masuk cagar budaya yang dilestarikan dapat sebagai investasi yang baik untuk meningkatkan taraf ekonomi penduduk.

Stasiun kereta api adalah tempat dimana para penumpang dapat naik- turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Maka stasiun dibangun untuk naik turunya penumpang maupun barang komoditi ekspor di suatu tempat. Di kota Wonogiri sendiri hanya ada satu stasiun penting yang sebagai penunjang pengangkutan umum kereta api. Setiap maskapai baik NISM maupun SS mempunyai stasiun sendiri dan stasiun juga memiliki fungsi sebagai titik arah tujuan perjalanan dengan kereta api.

commit to user

40